Anda di halaman 1dari 22

PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN

SYARIAH DALAM PENGELOLAAN ZAKAT


DI LAZNAS INISIATIF ZAKAT INDONESIA
(IZI)

H. Mohamad Suharsono, Lc MESy


Urgensi

• Pengumpulan
Tanggung jawab kepada Allah swt • Pengelolaan
• Pendistribusian

Kesesuaian terhadap peraturan


yang sudah ditetapkan (UU, PP,
Tanggung jawab kepada Pemerintah
PMA, KMA, Peraturan Baznas
(Kementrian Agama dan Baznas)
dan lain-lain)

• Transparansi
Tanggung jawab kepada masyarakat • Akuntabel
(muzaki, mustahik, dll) • Responsibility
• Independensi
• Fairness
Panduan Kepatuhan Syariah dan
panduan Audit Kepatuhan Syariah

3
1. Dalam rangka menyelaraskan visi, misi, dan tujuan
IZI dengan prinsip-prinsip syariah.
2. Sebagai upaya pencegahan (preventif) terhadap
penyimpangan dan pelanggaran atas norma-norma
kepatuhan syariah.
3. Sebagai bukti objektif adanya kebijakan kepatuhan
syariah di IZI dan diterapkan.
Tujuan 4. Sebagai panduan utama bagi Dewan Pengawas
Syariah dan Penanggung Jawab Kepatuhan Syariah
dalam kegiatan pengawasan dan pelaksanaan
fungsi kepatuhan syariah.
5. Sebagai panduan utama bagi Manajemen dan
Penanggung Jawab Kepatuhan Syariah dalam
mengkomunikasikan kebijakan kepatuhan syariah
yang ada di IZI baik kepada pihak internal maupun
eksternal yang berkepentingan.
Tugas Dewan Pengawas Syariah

• Memastikan kepatuhan lembaga dalam memenuhi aspek Syariah.


• Menetapkan norma-norma kepatuhan syariah yang diperlukan.
• Mengawasi berjalannya aktivitas Lembaga agar dapat diyakini
bahwa Lembaga telah mematuhi aturan dan norma-norma
kepatuhan syariah yang telah ditetapkan.
• Melakukan tinjauan dan memberikan rekomendasi kebijakan
kepada Manajemen agar menjalankan aktivitas Lembaga sesuai
dengan prinsip syariah.
Tugas Biro Kepatuhan Syariah

1. Melakukan konsultasi dan koordinasi dengan Dewan Pengawas Syariah


terkait penetapan norma-norma kepatuhan syariah serta langkah-langkah
yang diperlukan untuk mendukung terciptanya budaya kepatuhan syariah di
Lembaga.
2. Melakukan sosialisasi implementasi kebijakan, budaya, norma-norma, serta
kegiatan kepatuhan syariah kepada seluruh jajaran di internal Lembaga.
3. Melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap kesesuaian aktivitas
yang berlangsung di Lembaga dengan norma-norma syariah yang telah
ditetapkan.
Tugas Biro Kepatuhan Syariah

4. Melakukan kegiatan audit kepatuhan syariah dan memberikan penilaian


objektif dari hasil kegiatan tersebut.
5. Melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan yang diperlukan atas
temuan ataupun kemungkinan munculnya risiko penyimpangan dan
pelanggaran syariah di Lembaga.
6. Melaporkan hasil evaluasi dan perkembangan kegiatan kepatuhan syariah
secara berkala kepada Manajemen dan Dewan Pengawas Syariah.
7. Memberikan saran atau rekomendasi kepada Manajemen dan Dewan
Pengawas Syariah terkait dengan hal-hal peningkatan kinerja Lembaga dari
aspek tinjauan syariah
Koordinasi dan pelaporan

❖Biro Kepatuhan Syariah berkoordinasi dengan pihak internal dan eksternal


Lembaga untuk mengkomunikasikan hal-hal yang terkait dengan kegiatan
kepatuhan syariah.
❖Biro Kepatuhan Syariah wajib menyampaikan laporan kepada Manajemen dan
Dewan Pengawas Syariah terkait dengan aktivitas kepatuhan syariah yang
telah berlangsung di Lembaga.
❖Laporan Biro Kepatuhan Syariah disampaikan minimal 1 (satu) kali dalam
setahun dan dibuat dalam bentuk tertulis yang berisi data serta informasi
Norma Kepatuhan

Kebijakan
Panduan Opini
Syariah

Ketetapan
Penjelasan Kaidah
Syariah
(bayan) kepatuhan
lainnya
Norma Kepatuhan Syariah
1. Kebijakan Syariah adalah keputusan yang ditetapkan oleh Dewan Pengawas
Syariah tentang suatu hal (perkara) tertentu untuk dijadikan pedoman atau
landasan syariah bagi Lembaga.
2. Panduan Syariah adalah penjelasan mengenai penerapan suatu hal (perkara)
dan/atau kebijakan tertentu di Lembaga yang disusun dengan pendekatan
syariah.
3. Opini adalah Pendapat yang diberikan oleh Dewan Pengawas Syariah IZI
tentang suatu masalah (perkara) tertentu.
Norma Kepatuhan Syariah

4. Bayan merupakan penjelasan (jawaban) mengenai suatu hal (perkara)


tertentu yang didasarkan pada hukum syariah. Bayan dikeluarkan karena
adanya pertanyaan dari Manajemen atau Divisi/Bagian atau Pegawai
dan/atau atas inisiatif Biro Kepatuhan Syariah mengenai suatu hal (perkara)
tertentu dan tinjauannya berdasarkan hukum syariah.
5. Kaidah Kepatuhan Dalam Proses Kerja berisi petunjuk dan aturan-aturan
syariah yang melingkupi seluruh aktivitas proses kerja yang berlangsung di
Lembaga..
6. Dewan Pengawas Syariah dapat membuat ketentuan syariah lainnya diluar
norma-norma kepatuhan syariah yang telah ditetapkan sebelumnya (fatwa,
bayan, kaidah, dan seterusnya) jika dipandang perlu atau sesuai kebutuhan
Lembaga.
Acuan Normatif

Undang-Undang, Peraturan
Al-Quran, Al-Hadis, Ijma, Qiyas, Pemerintah (PP), KUHP, peraturan
dan Fatwa Ulama. dan ketentuan lain yang berlaku
sebagai hukum positif di Indonesia.

Referensi standar nasional maupun internasional, antara lain;


Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK), Accounting and Auditing
Standards for Islamic Finance Institution (AAOIFI), Tata Kelola
Lembaga (Good Governance), Zakat Core Principles (ZCP), dan lain-
lain yang terkait.
ACUAN NORMATIF

• Undang-Undang RI No. 23 Thn. 2011 tentang Zakat


• Peraturan Pemerintah RI No. 14 Thn. 2014 tentang Pelaksanaan UU No. 23 Thn. 2011 tentang Pengelolaan
Zakat
• Peraturan Pemerintah RI No. 60 Thn. 2010 tentang Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib
yang Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto
• Peraturan Menteri Agama RI No. 52 Thn. 2014 tentang Syarat dan Tata Cara Penghitungan Zakat Mal dan
Zakat Fitrah Serta Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif.Beserta perubahannya; PMA No. 69 Thn 2015
dan PMA No. 31 Thn 2019.
• Keputusan Menteri Agama RI No. 733 Tahun 2018 tentang tentang Pedoman Audit Syariah Atas Laporan
Pelaksanaan Pengelolaan Zakat, Infak, Sedekah, dan Dana Sosial Keagamaan Lainnya Pada Badan Amil Zakat
dan Lembaga Amil Zakat.Beserta perubahannya; KMA No. 606 Thn 2020.
• Keputusan Dirjen Bimas Islam Kemenag RI No. 184 Thn. 2019 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan
Pendampingan Audit Syariah dan Akreditasi Lembaga Pengelola Zakat
ACUAN NORMATIF
• Fatwa MUI No. 8 Thn. 2011 tentang Amil Zakat.8. Fatwa MUI No. 13 Thn. 2011 tentang Hukum Zakat atas
Harta Haram
• Fatwa MUI No. 14 Thn. 2011 tentang Penyaluran Harta Zakat dalam Bentuk Aset Kelolaan.10. Fatwa MUI No.
15 Thn. 2011 tentang Penarikan, Pemeliharaan, dan Penyaluran Harta Zakat.11. Fatwa MUI No. 3 Thn. 2003
tentang Zakat Penghasilan
• Keputusan Menteri Agama RI No. 333 Tahun 2015 tentang Pedoman Pemberian Izin Pembentukan Lembaga
Amil Zakat
• Peraturan Dirjen Pajak No. PER-08/PJ/2021 tentang Badan/Lembaga yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah yang ditetapkan sebagai penerima zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib yang
dapat dikurangkan dari peghasilan bruto.
• Fatwa MUI No. 24 Thn. 2021 tentang Panduan Penyelenggaraan Ibadah di Bulan Ramadhan dan Syawal
1442H.
• Fatwa MUI No. 23 Thn. 2020 tentang Pemanfaatan Harta Zakat, Infak, dan Shadaqah untuk Penganggulangan
Wabah Covid-19 dan Dampaknya
• Fatwa MUI No. 37 Thn. 2019 tetang Pengawetan dan Pendistribusian Daging Qurban dalam Bentuk Olahan.
• Fatwa MUI No. 36 Thn. 2020 tentang Shalat Idul Adha dan Penyembelihan Hewan Qurban Saat Wabah Covid-
19
Metode Pendekatan kepatuhan Syariah
1. Istidlal (memberikan legalitas dalil dari suatu permasalahan) dan istinbath
(mengambil kesimpulan) dari Al-Quran dan Hadis,
2. Isti’nas (menyepakati pandangan ulama terhadap suatu masalah),
3. Ijtihad (menetapkan pendapat yang belum ditemukan dari pendapat ulama
terdahulu).
4. Melakukan kajian-kajian fikih, diantaranya;
■ Fikih Nushush, yaitu memahami nash-nash syariah baik dalam al-Qur’an maupun sunah sesuai
kaidah-kaidah bahasa Arab yang baku.
■ Fikih Maqashid, yaitu melindungi mashlahat manusia dengan memenuhi hajatnya dan menghindari
mafsadah yang (mungkin) menimpanya.
■ Fikih Aulawiyat, yaitu meletakan setiap urusan (baik hukum, nilai atau perbuatan) secara adil dan
proporsional; dengan mendahulukan yang lebih penting dari yang penting berdasarkan standar-
standar syar’i.
■ Fikih Muwazanah, yaitu memahami ketentuan Allah dengan menakar madharat yang lebih ringan.
■ Fikih Dakwah, yaitu bagaimana fatwa dan hasil ijtihad itu bisa diterima dan diaplikasikan oleh
masyarakat.
Formulir
Penetapan
Norma
Kepatuhan
Syariah
KERANGKA KERJA KEPATUHAN SYARIAH
IZI (INISIATIF ZAKAT INDONESIA)

DEWAN PENGAWAS SYARIAH IZI

1b 2b 3b 4b 5a

Mendukung Terciptanya Budaya Kepatuhan Syariah

Menetapkan Pemantauan dan Melakukan


Norma-Norma Pengawasan
2a 3a 4a Tindakan- 4c
Kepatuhan
Penilaian Tindakan
MANAJEMEN Syariah Sosalisasi dan MANAJEMEN
Kepatuhan Perbaikan dan
IZI (Kebijakan, Implementasi IZI
Syariah Pencegahan
Panduan, Opini,
(Peningkatan
Bayan, dan Audit Kepatuhan
Berkelanjutan)
lainnya) Syariah

BIRO KEPATUHAN SYARIAH


1a 5b
6

EKSTERNAL LEMBAGA (MUZAKI, MUSTAHIK, PEMERINTAH, SWASTA, MASYARAKAT UMUM)

Keterangan Proses:

1a ke 1b = Proses masukan data/informasi/komunikasi dari eksternal ke internal Lembaga terkait 4a ke 4c = Proses perbaikan dan/atau pencegahan atas tindakan ketidakpatuhan syariah dalam
kegiatan kepatuhan syariah (misal; peraturan, undang-undang, norma hukum, budaya, dll). rangka peningkatan berkelanjutan di internal Lembaga.
2a ke 2b = Proses penerbitan dan penetapan norma-norma kepatuhan syariah di Lembaga 5a ke 5b = Proses keluaran data/informasi/komunikasi atas kegiatan kepatuhan syariah di Lembaga
(kebijakan, panduan, fatwa, bayan, dan ketentuan syariah lainnya). kepada eksternal yang berkepentingan (Otoritas Pemerintah, Stakeholder, dll).
3a ke 3b = Proses mendukung terciptanya budaya kepatuhan syariah di Lembaga (sosialisasi dan 6 = Interaksi proses (masukan/keluaran) pada lingkup pelaksanaan fungsi Penanggung Jawab
implementasi, pemantauan dan pengawasan, audit dan penilaian kepatuhan syariah). Kepatuhan Syariah di Lembaga dengan Eksternal terkait (Otoritas, Ulama/Da i, Konsultan, dll).
Proses
Pemantauan
dan
Pengawasan
Formulir
Permohonan
Kajian
Lembar Hasil Kajian
‫الحمد هلل رب االلمين‬

Anda mungkin juga menyukai