Anda di halaman 1dari 21

PENERAPAN ANALISIS CVP (COST, VOLUME, PROFIT)

DALAM PRICING POLICY

Disusun oleh :
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 1
1.3 Tujuan.................................................................................................................. 2
BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................................. 3
2.1 Arti Penting Analisis CVP (Cost, Volume, Profit) .......................................... 3
2.2 Asumsi – Asumsi Yang Mendasari Analisis CVP .......................................... 3
2.3 Konsep Analisis CVP (Cost, Valume, Profit) ................................................... 4
2.3.1 Konsep Marjin Kontribusi ............................................................................ 4
2.3.2 Konsep Analisis Titik Impas ......................................................................... 6
2.4 Aplikasi Manajerial Dari Analisis CVP .......................................................... 9
2.4.1 Dampak Terhadap Laba Sasaran ................................................................ 9
2.4.2 Dampak Terhadap Perubahan Harga Jual ................................................. 10
2.4.3 Dampak Terhadap Perubahan Biaya Varibel .......................................... 10
2.4.4 Dampak Terhadap Perubahan Biaya Tetap ............................................. 11
2.4.5 Dampak Terhadap Perubahan Simultan Harga dan Biaya .................... 12
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................................. 13
3.1 Analisis CVP pada Pangkalan Gas LPG 3 Kg .............................................. 13
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................ 17
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 17
3.2 Saran .................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 18

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil 'Aalamiin, segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Tuhan
Seluruh alam, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, Pemilik Segala Ilmu yang ada di
alam semesta ini. Atas rahmat dan kasih sayang-Nya lah penyusun dapat meyelesaikan
makalah ini. Ya Allah semoga Shalawat dan Salam-Mu selalu engkau curahkan kepada
kekasih-Mu, kepada Rasul-Mu pembawa ajaran Islam, dan yang menjadi rahmat bagi semesta
alam, Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
Penulisan makalah yang berjudul ‘Penerapan Analisis CVP (Cost, Volume, Profit) dalam
Pricing Policy’ ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Seminar
Akuntansi Manajemen. Makalah ini kami susun dengan sangat sederhana namun kami
harapkan semoga makalah ini dapat memberikan pemahaman dan menambah wawasan bagi
yang membacanya
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena kurangnya pemahaman dan
pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan - masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Penyusun

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan perokonomian Indonesia di saat pandemi seperti ini secara tidak langsung
mendorong semakin ketatnya persaingan bisnis di berbagai bidang bisnis. Banyak perusahaan
yang berusaha agar tetap dapat pendapatan dengan cara menurunkan harga agar konsumen mau
membeli produk atau jasa yang dihasilkan atau dengan berusaha tetap bertahan minimal dengan
kembalinya modal, namun jika memungkinkan tentunya perusahaan mengharapkan laba.
Untuk itu perusahaan perlu mengambil sebuah keputusan yang tepat dengan dengan cara
menganalisis berbagai faktor, baik dari segi internal perusahaan maupun segi lingkungan
eksternal perusahaan.
Lalu bagaimana pihak perusahaan, khususnya manajer membuat keputusan yang tepat
dalam setiap permasalahan yang timbul yang berkaitan dengan kondisi saat ini? Bagaimana
seorang manajer bisa merencanakan dengan matang langkah langkah apa saja yang harus
diambil agar keuntungan bisa diraih dalam waktu yang telah ditentukan? Dan bagaimana
seorang manajer menyikapi perubahan-perubahan yang ada di dunia bisnis yang dinamis ini
supaya kerugian bisa dihindari dan diantisipasi ?
Pemahaman mengenai bagaimana biaya – biaya berubah menurut perubahan –
perubahan aktivitas bisnis sangatlah bermanfaat bagi manajer. Jikalau volume penjualan
diharapkan meningkat, maka manajemen mestilah menaksir biaya keluaran yang menanjak.
Semua pertanyaan tersebut bisa dijawab apabila perusahaan melakukan sebuah analisis yang
disebut analisis CVP (Cost, Valume, Profit). Analisis ini membantu sebuah perusahaan untuk
mengetahui hubungan antara variabel – variabel yang ada dalam membentuk sebuah harga,
volume produksi serta keuntungan yang diharapkan serta sebarapa besar dampak perubahan
dari variabel – variabel tersebut terhadap harga jual yang dampaknya dapat memberikan laba.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian analisis CVP (Cost, Valume, Profit) ?
2. Apa saja fungsi dan kegunaan dari analisis CVP (Cost, Valume, Profit) ?
3. Bagaimana konsep - konsep dari analisis CVP (Cost, Valume, Profit) ?
4. Apa dampak yang terjadi dari penerapan analisis CVP (Cost, Valume, Profit) ?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari analisis CVP (Cost, Valume, Profit)
2. Untuk memahami fungsi dan kegunaan analisis CVP (Cost, Valume, Profit)
3. Untuk memahami konsep - konsep dari analisis CVP (Cost, Valume, Profit)
4. Untuk mengetahui dampak dari penggunaan analisis CVP (Cost, Valume, Profit)

2
BAB 2
KAJIAN TEORI

2.1 Arti Penting Analisis CVP (Cost, Volume, Profit)


Dalam mengambil keputusan – keputusan bisnis, manajemen menaruh perhatian besar
pada peluang – peluang laba dari serangkaian alternatif tindakan yang dihadapinya. Oleh
karena itu menyangkut alternatif tindakan yang melibatkan perubahan tingkat kegiatan usaha,
laba tidaklah selalu berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan usaha. Hal ini
diakibatkan oleh pola perilaku biaya. Konsekuensinya kalangan manajer perlu menyadari
bahwa evaluasi – evaluasi yang lebih cermat dapat dilakukan terhadap peluang – peluang
laba dengan cara mempelajari hubungan – hubungan diantara biaya, volume penjualan, dan
laba. Kajian – kajian terhadap faktor – faktor tersebut seyogyanya akan membuahkan
keputusan – keputusan yang lebih tepat.
Analisis CVP (Cost, Valume, Profit) merupakan instrumen perencanaan dan
pengendalian. Proses analisis ini memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan
masalah dengan bertumpukan pada pemahaman terhadap pola – pola perilaku biaya
perusahaan. Analisis CVP (Cost, Valume, Profit) adalah analisis pola – pola perilaku biaya
yang mendasari hubungan – hubungan antara biaya, volume dan laba (Henry Simamora. 1999
: 160). Analisis CVP (Cost, Valume, Profit) kerap pula disebut analisis impas (break even
analysis) karena signifikansi titik impas dalam analisis ini. Dalam analisis CVP (Cost,
Valume, Profit), volume mengacu kepada sebuah pemicu biaya aktivitas, seperti unit
penjualan, yang diasumsikan berkorelasi dengan perubahan – perubahan pendapata, biaya
dan laba. Analisis CVP (Cost, Valume, Profit) bisa menjadi kompleks karena adanya
hubungan yang dipengaruhi oleh faktor – faktor yang seluruhnya atau sebagian di luar
kendali manajemen.
2.2 Asumsi – Asumsi Yang Mendasari Analisis CVP (Cost, Valume, Profit)
Ketidakpastian masa depan, kemungkinan pola – pola perilaku biaya nonlinier dan sifat
dunia bisnis yang senantiasa bergejolak menuntut asumsi – asumsi yang membatasi aplikasi
teknik analisis CVP (Cost, Valume, Profit). Keterbatasan – keterbatasan analisis CVP (Cost,
Valume, Profit) ini sepatutnya dievaluasi secara cermat dalam rangka memastikan bahwa
asumsi – asumsinya realistic untuk seperangkat kondisi operasi dunia nyata.
Analisis CVP (Cost, Valume, Profit) merupakan suatu model statik dari kondisi –
kondisi bisnis kendatipun kondisi – kondisi yang sama di dunia nyata sangatlah dinamik.
3
Oleh karena itu, manajemen mestilah merevisi fakta – fakta yang terdapat dalam analisis
CVP (Cost, Valume, Profit)nya manakala terjadi perubahan kondisi bisnis yang tengah
dipertimbangkan.
Analisis CVP (Cost, Valume, Profit) tergantung pada sejumlah asumsi yang membatasi.
Diantara asumsi – asumsi tersebut adalah :
• Semua biaya diklasifikasikan sebagai biaya variabel ataupun biaya tetap. Lebih jauh
dianggap bahwa biaya – biaya lainnya, seperti biaya campuran dapat dipilah – pilah
menjadi unsur – unsur biaya variabel dan tetap. Jumlah biaya tetap sifatnya konstan
pada saat aktivitas berubah, dan biaya variabel per unit tidak berganti ketika aktivitas
berubah. Efisiensi dan produktivitas proses produksi serta tenaga kerja dianggap
konstan pula.
• Fungsi jumlah biaya adalah linier dalam kisaran relevan. Asumsi ini sahih dalam
kisaran relevan kegiatan usaha normal.
• Fungsi jumlah pendapatan adalah linier dalam kisaran relevan. Harga jual per unit
dianggap konstan dalam kisaran volume produksi. Hal ini menyiratkan pasar yang
murni kompetitif untuk produk atau jasa akhir. Jumlah pendapatan berubah sebanding
dengan perubahan volume penjualan unit produk. Harga jual rata – rata per unit produk
adalah konstan.
• Analisis untuk sebuah produk, atau bauran penjualan dari bermacam – macam produk
adalah konstan dalam kisaran relevan. Apabila produk – produk mempunyai harga jual
dan biaya yang berbeda – beda, perubahan bauran penjualan akan mempengaruhi hasil
analisis CVP (Cost, Valume, Profit).
• Hanya terdapat satu pemicu biaya : volume unit produksi atau rupiah penjualan
• Dalam perusahaan pabrikasi, tingkat persediaan pada awal dan akhir periode adalah
sama. Hal ini menyiratkan bahwa jumlah unit yang diproduksi selama periode berjalan
sama dengan unit yang dijual.
2.3 Konsep Analisis CVP (Cost, Valume, Profit)
2.3.1 Konsep Marjin Kontribusi
Marjin kontribusi adalah perbedaan antara harga jual per unit dan biaya variabel per
unit. Istilah marjin kontribusi kerap pula digunakan untuk mengacu ke jumlah marjin
kontribusi yang merupakan perbedaan antara jumlah penjualan dan junlah biaya variabel.
Marjin kontribusi merupakan jumlah yang tersisi untuk menutup biaya tetap dan memberikan
keuntungan. Marjin kontribusi berfaedah dalam perencanaan laba jangka pendek. Untuk

4
mengilustrasikan konsep marjin kontribusi, berikut ini dipakai format laporan laba rugi
kontribusi dari PT. Istana Dewata.
PT. ISTANA DEWATA
Laporan Laba Rugi Kontribusi
31 Maret 2001
Jumlah Per Unit
Penjualan (800 DVD Player) 200.000.000 250.000
Kurang : biaya variabel 120.000.000 150.000
Marjin Kontribusi 80.000.000 100.000
Kurang : biaya tetap 70.000.000
Laba (rugi) bersih 10.000.000

Dari laporan laba rugi tersebut tampak bahwa marjin kontribusi sebesar 80.000.000
merupakan jumlah yang tersisa untuk menutup biaya tetap agar diperoleh laba bersih.
Apabila marjin kontribusi tidak mencukupi untuk menutup biaya tetap, maka akan timbul
kerugian pada periode tersebut.
Format laporan laba rugi kontribusi juga berguna sebagai alat perencanaan. Format ini
memungkinkan perusahaan memproyeksikan keuntungannya pada setiap tingkat aktivitas
dalam kisaran relevan.
Analisis CVP (Cost, Valume, Profit) diformulasikan dari konsep sederhana perhitungan
profit. Profit dihitung dari pengurangan antara pendapatan total (total revenue) dengan biaya
total (total cost).

Marjin kontribusi dapat pula dinyatakan sebagai suatu persentase dari pendapatan
penjualan. Rasio marjin kontribusi adalah persentase marjin kontribusi dibandingkan jumlah
penjualan. Rumus rasio marjin kontribusi adalah sebagai berikut :
𝑀𝑎𝑟𝑗𝑖𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑚𝑎𝑟𝑗𝑖𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 =
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
Dengan mengetahui rasio marjin kontribusi, manajemen dapat membandingkan
profitabilitas berbagai macam lini produk. Sebagai contoh jika produk R mempunyai rasio
marjin kontribusi sebesar 45% sedangkan produk S mempunyai rasio marjin kontribusi 30%,
manajemen tentu akan lebih memperhatikan produk R karena produk R dapat memberikan
kontribusi lebih dalam menutupi biaya tetap ketimbang produk S.
Rasio marjin kontribusi berguna dalam menetapkan kebijakan bisnis. Misal, apabila
rasio margin kontribusi dari sebuah perusahaan adalah besar dan tingkat produksinya

5
dibawah kapasitas 100 persen, maka dapat diprediksi adanya kenaikan laba operasi dari suatu
kenaikan volume penjualan. Sebuah perusahaan berada dalam posisi seperti itu mungkin
memutuskan untuk mencurahkan lebih banyak upaya promosi penjualannya karena
perubahan besar dalam laba operasi akan dihasilkan dari perubahan volume penjualan.
Sebaliknya, dalam perusahaan dengan rasio marjin kontribusi yang kecil kemungkinan akan
lebih menaruh perhatian pada penurunan biaya dan beban usaha atau menaikkan harga jual
sebelum berusaha mempromosikan produknya secara gencar.
Ketika memakai rasio marjin kontribusi dalam suatu analisis, faktor – faktor selain
volume penjualan haruslah dianggap konstan. Apabila faktor – faktor seperti jumlah biaya
tetap, persentase biaya variabel terhadap penjualan dan harga jual per unit tidak dianggap
konstan maka pengaruh setiap perubahan itu harus diperhitungkan pula.
2.3.2 Konsep Analisis Titik Impas
Titik impas (break even point) adalah volume penjualan di mana jumlah pendapatan
dan jumlah bebannya sama, tidak terdapat laba maupun rugi bersih. Laba bersih akan
diperoleh bilamana volume penjualan berada di atas titik impas, sedangkan rugi bersih akan
diderita seandainya volume penjualan berposisi di bawah titik impas. Tujuan analisis titik
impas adalah untuk mencari tingkat aktivitas di mana pendapatan dari hasil penjualan sama
dengan jumlah semua biaya variabel dan biaya tetapnya. Perusahaan tidak mendulang untuk
ketika hanya mencapai titik impas. Oleh karena itu hanya penjualan, biaya variabel, dan biaya
tetap saja yang dipakai untuk menghitung titik impas.
Walaupun titik impas normalnya bukan merupakan sasaran kinerja yang diharapkan,
namun titik impas ini dapat mengindikasikan tingkat penjualan yang disyaratkan agar
perusahaan terhindar dari kerugian. Dengan demikian, titik impas menunjukkan suatu sasaran
volume penjualan minimal yang harus diraih oleh perusahaan. Mengetahui titik impas
terutama penting manakala sebuah perusahaan memperkenalkan sebuah produk baru atau
memasuki pasar baru. Dalam kedua kondisi tersebut, perusahaan mestilah mengevaluasi
secara hati – hati potensi penjualan dan membandingkannya dengan titik impas. Dengan
demikian manakala perusahaan perusahaan beroperasi pada tingkat keluaran yang dekat
dengan titik impasnya, bahkan perubahan kecil sekalipun dalam aktivitas perusahaan dapat
berarti perbedaan antara laba dan rugi. Demikian pula sebuah perusahaan yang beroperasi
pada tingkat aktivitas yang jauh dari titik impasnya mempunya margin pengaman penjualan
yang tinggi dan akan memanfaatkan informasi ini. Perusahaan akan mengetahui bahwa
mereka mempunya marjin yang relatif besar untuk melakukan manuver bisnis walaupun
terdapat kompetisi dari dalam industrinya.
6
Dalam penerapan analisis titik impas ada beberapa model cara perhitungan untuk
mencari titik impas tersebut, rinciannya adalah sebagai berikut :
1. Titik impas metode persamaan
Titik impas dapat ditentukan secara matematis atau secara grafis dan dapat pula
dinyatakan dalam unit penjualan atau nilai uang penjualan. Titik impas secara
matematis dapat digunakan dengan memakai metode persamaan (equation method)
adalah berdasrkan pada laporan laba rugi dengan format marjin kontribusi seperti
berikut :
➢ Penjualan – jumlah biaya (biaya varibel+biaya tetap) = laba bersih, dimana
laba bersih = 0 dalam kondisi titik impas
maka,
➢ Penjualan = jumlah biaya (biaya varibel+biaya tetap) + laba bersih,
Pada titik impas laba bersihnya tentu saja 0. Oleh karena itu titik impas dihitung dengan
mencari titik dimana penjualannya sama dengan jumlah biaya variabel ditambah biaya
tetapnya. Sebagai contoh dengan menggunakan data dari PT. Istana Dewata tadi maka
perhitungan titik impasnya dalah sebagai berikut :
Titik impas = penjualan per unit = biaya variabel per unit + biaya tetap + laba
Titik impas = 250.000 = 150.000 + 70.000.000 + 0
Titik impas = 250.000 – 150.000 = 70.000.000
Titik impas = 100.000 = 70.000.000
Titik impas = 70.000.000 / 100.000 = 700 unit
Setelah titik impas dalm unit penjualan diketahui, titik impas penjualan dalam rupiah
bisa dicari dengan mengalikan tingkat unit penjualan di titik impas dengan harga jual
per unit.
700 unit x 250.000 = 175.000.000
2. Titik impas metode kontribusi unit
Metode kontribusi unit sebenarnya merupakan variasi metode persamaan. Metode ini
terfokus pada gagasan bahwa setiap unit yang terjual memberikan suatu jumlah marjin
kontribusi tertentu yang akan menutup biaya tetap. Untuk mencari titik impas, jumlah
biaya tetap harus dibagi dengan marjin kontribusi yang dihasilkan oleh setiap unit yang
terjual.
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝
𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑖𝑚𝑝𝑎𝑠 (𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑢𝑛𝑖𝑡) =
𝑀𝑎𝑟𝑗𝑖𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡

7
Jika menggunakan data PT. Istana Dewata maka perhitungan titik impas dengan metode
kontribusi unit adalh sebagai berikut :
Marjin kontribusinya adalah 100.000 dan biaya tetap 70.000.000
70.000.000
𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑖𝑚𝑝𝑎𝑠 = = 700 𝑢𝑛𝑖𝑡
100.000
3. Titik impas metode pendekatan grafik
Grafik kerap dibuat agar para manajer dapat memvisualisasikan titik impas dan
profitabilitas dari bermacam – macam kombinasi pendapatan dan biaya dalam kisaran
volume penjualan tertentu. Pendekatan grafik ini terutama berguna bagi para manajer
dalam mengevaluasi dampak perubahan tingkat volume di masa silam atau volume
penjualan yang diproyeksikan pada masa yang akan datang. Dengan memakai grafik
manajer dapat menghindari perhitungan – perhitungan matematik yang setiap kali
diperlukan pada waktu tingkat penjualan yang berbeda tengah dipertimbangkan.
Pada grafik titik impas, tingkat volume atau aktivitas biasanya diperlihatkan oleh
sumbu / aksis horizontal, dan jumlah rupiah penjualan serta biaya diperlihatkan oleh
sumbu vertical. Garis – garis kemudian ditarik untuk menujukkan biaya tetap, jumlah
biaya, dan jumlah pendapatan. Titik impas terletak pada perpotongan antara garis
pendapatan dan garis biaya. Kerugian terletak pada bidang sebelah kiri titik impas,
sedangkan bidang sebelah kanan adalah keuntungan.

8
2.4 Aplikasi Manajerial Dari Analisis CVP (Cost, Valume, Profit)
Analisis CVP (Cost, Valume, Profit) membantu manajemen dalam memasok informasi
untuk perencanaan dan pengambilan keputusan manajerial. Dengan teknik ini, manajemen
dapat dengan mudah menghitung volume penjualan yang dibutuhkan untuk mencapai laba
tertentu. Manajemen bisa pula menentukan bagaimana perubahan – perubahan harga, volume
penjualan, biaya variabel, atau biaya tetap mempengaruhi laba operasi perusahaan.
2.4.1 Dampak Terhadap Laba Sasaran
Tentunya manajemen perusahaan harus menetukan target penjualan agar dapat meraup
laba yang diinginkan. Besarnya laba yang diharapkan oleh pemodal kerap disebut laba
sasaran (target profit). Bagi entitas biasanya penentuan laba sasaran merupakan bagian
penting dari perencanaan. Laba sasaran ditentukan melalui beberapa cara. Laba sasaran dapat
ditetapkan dalam suatu persentase dari laba tahun silam, sebagai suatu persentase dari jumlah
aktiva pada awal periode akuntansi berjalan atau bisa pula ditetapkan berdasarkan persentase
penjualan. Proyeksi ekonomi untuk produk perusahaan dan antisipasi perubahan – perubahan
jumlah produksi produk, biaya, dan beban dipertimbangkan pula dalam penetapan laba
sasaran.
Sebelum memasukkan rencana – rencana laba ke dalam anggaran, manajemen perlu
menggali informasi pendahuluan mengenai kelayakan rencana – rencana laba mereka.
Analisis CVP (Cost, Valume, Profit) dapat dipakai untuk menentukan banyaknya unit yang
mesti diproduksi atau dijual oleh perusahaan supaya mencapai sasaran labanya. Dengan
mengubah – ubah hubungan di antara biaya, volume, laba, manajemen dapat menentukan
volume penjualan yang sesuai dengan laba yang dikehendaki. Sebagai contoh :
Harga jual per unit 250.000 / unit
Biaya variabel 150.000 / unit
Biaya tetap 70.000.000
Anggaplah manajemen menetapkan bahwa investasi atas suatu produk sebesar
120.000.000 dan harus memberikan imbalan tahunan sebesar 20%. Hal ini berarti perusahaan
mempunyai laba sasaran 24.000.000 (20% x 120.000.000). Untuk menghitung banyaknya
unit yang harus dijual dalam upaya mendapatkan laba tersebut, manajemen harus
menghasilkan laba sebesar 24.000.000 ke dalam persamaan titik impas.
Penjualan x = biaya variabel + biaya tetap + laba bersih
250.000 x = 150.000 x + 70.000.000 + 24.000.000
100.000 x = 94.000.000
X = 940

9
Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa perusahaan harus menjual sebanyak
940 unit agar dapat menghasilkan laba sasaran sebesar 24.000.000. Apabila dinyatakan dalam
rupiah maka besarnya nilai penjualan adalah 235.000.000 (250.000 x 940 unit).
2.4.2 Dampak Terhadap Perubahan Harga Jual
Para manajer secara berkala memutuskan apakah akan mengubah harga jual produk
atau tidak. Konsumen cenderung menolak kenaikan harga dengan cara membeli lebih sedikit
produk. Hal ini dapat mengurangi dampak kenaikan harga. Kadangkala pesaing memaksa
manajemen untuk mempertimbangkan potongan harga. Kenaikan harga jual per unit akan
menurunkan titik impas penjualan. Dengan memakai analisis CVP (Cost, Valume, Profit),
manajemen dapat menentukan besarnya volume penjualan yang mesti berubah setelah
melakukan perubahan harga supaya dapat mencapai laba sasaran yang ditetapkan.
Sebagai contoh perusahaan menaikkan harga jual sebesar 40.000 yang sebelumnya
250.000 sehingga harga jual saat ini adalah 290.000 per unit. Berapa banyaknya unit yang
harus dijual pada harga baru agar mencapai titik impas, dan berapa pula yang harus dijual
untuk memperoleh laba sebesar 24.000.000. Analisisnya adalah sebagai berikut :
Data Semula Kenaikan Harga
Harga jual per unit 250.000 290.000
Biaya Variabel/unit 150.000 150.000
Marjin kontribusi/unit 100.000 140.000

Biaya tetap 70.000.000 70.000.000


Laba sasaran 24.000.000 24.000.000

Penjualan (impas)/unit 70.000.000 70.000.000


100.000 100.000
= 700 unit = 500 unit

Penjualan/unit untuk mencapai laba sasaran 94.000.000 94.000.000


100.000 140.000
= 940 unit = 671 unit
Perhitungan tersebut memperlihatkan bahwa kenaikan harga jual sebesar 40.000 akan
menyebakan titik impas turun dari 700 unit menjadi 500 unit. Jumlah unit yang harus dijual
untuk mencapai laba sasaran sebesar 24.000.000 juga berkurang dari 940 unit menjadi 671
unit.
2.4.3 Dampak Terhadap Perubahan Biaya Varibel
Produk – produk dalam beberapa lingkungan bisnis sedemikian kompettitifnya
sehingga manajer tidak dapat mengubah harga jual. Persaingan sedemikian ketat tidak
memungkinkan menaikkan harga. Dalam kondisi seperti ini, manajer – manajer biasanya
lebih memilih memangkas biaya produk daripada mendongkrak harga jual produknya. Biaya

10
– biaya kerap dapat dipangkas dengan mengalihkan pemakaian bahan baku yang lebih murah
atau alternatif bahan baku lainnya, dengan memasang perlengkapan mesin yang menghemat
tenaga kerja, atau dengan membeli bahan baku secara partai sehingga mendapat potongan
harga. Kenaikan biaya variabel akan menaikkan titik impas, sedangkan penurunan harga
variabel akan menurunkan titik impas penjualan. Untuk memprediksi imbas pemangkasn
biaya ini, manajer dapat memakai analisis CVP (Cost, Valume, Profit).
Diasumsikan bahwa perusahaan mempunyai peluang untuk memotong biaya variabel
sebesar 10.000 per unit karena membeli bahan baku dalam partai besar. Laba sasaran
diasumsikan tidak berubah yaitu 24.000.000. Maka berapakah banyaka unit yang harus dijual
oleh perusahaan agar berad di titik impad dan berapa unit pula yang harus dijualn untuk bisa
mendapatkan laba yang diharapkan.
Data Semula Penurunan Biaya
Harga jual per unit 250.000 250.000
Biaya Variabel/unit 150.000 140.000
Marjin kontribusi/unit 100.000 110.000

Biaya tetap 70.000.000 70.000.000


Laba sasaran 24.000.000 24.000.000

Penjualan (impas)/unit 70.000.000 70.000.000


100.000 110.000
= 700 unit = 636 unit

Penjualan/unit untuk mencapai laba sasaran 94.000.000 94.000.000


100.000 110.000
= 940 unit = 855 unit
Penurunan biaya variabel sebanyak 10.000 per unit mengurangi / menurunkan titik
impas dari 700 unit menjadi 636 unit dan jumlah unit yang harus dijual oleh perusahaan agar
bisa mencapai laba juga berkurang dari 940 unit menjadi 855 unit.
2.4.4 Dampak Terhadap Perubahan Biaya Tetap
Biaya tetap biasanya diharapkan tidak berubah sepanjang tahun, atau paling tidak
sepanjang kisaran yang relevan. Walaupun begitu dalam proses perencanaan tahunan manajer
menilai ulang tingkat biaya tetap diskresioner (discretionary fixed cost) perusahaan.
Sebagai contoh, manajer dapat meningkatkan pos – pos biaya tetap seperti biaya iklan
atau biaya litbang dalam upaya mendongkrak volume penjualan atau mengembangkan
produk – produk baru di masa depan. Atau manajer dapat mengurangi biaya pelatihan dalam
rangka meningkatkan laba operasi tahun berjalan. Setiap kenaikan atau penurunan biaya tetap
mengubah titik impas dan volume penjuala yang diperlukan untuk meraih laba sasaran.

11
Sejumlah faktor kenaikan pajak bumi dan bangunan atau kenaikan gaji akan menyebabkan
kenaikan biaya tetap.
Diasumsikan bahwa perusahaan mempertimbangkan kenaikan biaya iklan sebesar
2.000.000. Berapakah banyaknya unit yang harus dijual oleh perusahaan untuk mencapai titik
impas dan berapa pula yang harus dijual untuk mendapatkan laba yang telah ditetapkan yaitu
24.000.000.
Data Semula Kenaikan Biaya
Harga jual per unit 250.000 250.000
Biaya Variabel/unit 150.000 150.000
Marjin kontribusi/unit 100.000 100.000

Biaya tetap 70.000.000 72.000.000


Laba sasaran 24.000.000 24.000.000

Penjualan (impas)/unit 70.000.000 72.000.000


100.000 100.000
= 700 unit = 720 unit

Penjualan/unit untuk mencapai laba sasaran 94.000.000 96.000.000


100.000 100.000
= 940 unit = 960 unit
Kenaikan biaya tetap sebesar 2.000.000 membuat titik impas menjadi semakin tinggi
yang awalnya 700 unit menjadi 720 unit. Jumlah unit yang harus dijual pun oleh perusahaan
agar bisa mencapai laba sasaran 24.000.000 juga naik dari 940 unit menjadi 960 unit.
2.4.5 Dampak Terhadap Perubahan Simultan Harga dan Biaya
Dalam praktik di lapangan, harga dan biaya kerap berubah secara simultan. Biaya
variabel sering berubah dan perusahaan bereaksi dengan mengganti harga – harga produknya.
Anggaplah bahwa perusahaan mempertimbangkan suatu kenaikan biaya iklan sebesar
2.000.000 dan perusahaan berharap dapat menutup kenaikan biaya iklan itu dengan
menaikkan harga jual sebesar 40.000 per unitnya.
Data Semula Kenaikan Biaya
Harga jual per unit 250.000 290.000
Biaya Variabel/unit 150.000 150.000
Marjin kontribusi/unit 100.000 140.000

Biaya tetap 70.000.000 72.000.000


Laba sasaran 24.000.000 24.000.000

Penjualan (impas)/unit 70.000.000 72.000.000


100.000 140.000
= 700 unit = 514 unit

Penjualan/unit untuk mencapai laba sasaran 94.000.000 96.000.000


100.000 140.000
= 940 unit = 686 unit

12
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Analisis CVP pada Pangkalan Gas LPG 3 Kg


Agar bisa mengambil keputusan yang tepat manajemen memerlukan sebuah informasi
yang akurat. Manajer perlu melakukan evaluasi – evaluasi terhadap evaluasi tersebut lebih
cermat agar bisa digunakan untuk menerapakan strategi – strategi terhadap peluang yang ada
dengan cara mempelajari hubungan antara biaya, volume dan laba. Berikut ini adalah contoh
penerapan analisis CVP (Cost, Valume, Profit) dalam proses bisnis pangkalan gas lpg 3 kg.
Setelah pemerintah melaksanakan program konversi dari minyak tanah ke gas elpiji
dalam sektor rumah tangga setidaknya menimbulkan peluang bagi sebagian orang dalam
memanfaatkan peluang usaha. Peluang ini adalah mendistribusikan gas ke konsumen akhir
yaitu rumah tangga dan usaha mikro. Dampak dari adanya konversi minyak tanah ke gas lpg
3 kg membawa dampak yang positif maupun dampak negatif bagi masyarakat. Salah satu
dampak positif dari konversi ini adalah peluang usaha dalam distribusi gas lpg 3 kg.
Walaupun dengan semakin panjangnya saluran distribusi menyebabkan harga pada tingkat
konsumen rumah tangga semakin tinggi tetapi gas lpg 3 kg semakin mudah untuk di dapat.
Dengan konversi ini kebutuhan akan gas lpg gas 3 saat ini sangat besar pada
masyarakat, ini disebabkan oleh diberhentikannya subsidi pemerintah pada minyak tanah.
Sehingga secara otomatis semua konsumen berpindah memakai gas daripada minyak tanah
karena gas lebih murah. Saat ini hampir 100% masyarakat memakai gas sebagai bahan bakar
kompor, dengan demikian usaha penjualan gas isi 3 kg menjadi peluang yang bagus untuk
diusahakan. Gas isi 3 kg dipilih karena kebanyakan masyarakat kita yang kebanyakan
masyarakat menengah ke bawah memakai gas 3 kg ini. Kalau sudah mencapai target
penjualan yang diinginkan atau setidak-tidaknya usaha ini sudah mulai berjalan dan stabil
baru disediakan gas yang berisi 5 kg dan 12 kg sebagai pelengkap.
Tetapi kondisi di lapangan menunjukkan distribusi yang dilakukan secara resmi oleh
pihak Pertamina dengan ditunjuknya Agen dan Pangkalan resmi dalam mendistribusikan gas
lpg 3 kg belum dapat secara merata mendistribusikan gas lpg 3 kg ini. Selain itu agen maupun
pangkalan pun perlu mengeluarkan beberapa biaya tambahan dalam proses
pendistribusiannya seperti biaya bongkar muat, biaya bensin dll. Kondisi ini menyebabkan
menciptakan harga yang relatif tinggi dibanding HET pada konsumen akhir.

13
Investasi Awal
Masa Nilai Penyusutan Penyusutan
Uraian
Manfaat Perolehan per tahun per bulan
Gudang 5 tahun 5.000.000 1.000.000 83.333
Tabung pemadam kebakaran 2 tahun 500.000 250.000 20.833
Timbangan 20 Kg 2 tahun 250.000 125.000 10.147
Gas Detector 2 tahun 150.000 75.000 6.250
Motor 1 4 tahun 9.000.000 2.250.000 187.500
Motor 2 3 tahun 3.500.000 1.166.667 97.222
Nota 1 rim 250.000
Cap + tinta 100.000
Tabung gas + isi 300 tabung @ 42.000.000
140.000

TOTAL 60.750.000 4.866.667 405.556

Pengeluaran Per Bulan


Bensin motor 180.000
Biaya Konsumsi 200.000
Biaya Pegawai Pembantu 300.000
Biaya admin transfer uang 35.000
Fotocopy Logbook 10.000
Nota 1 rim 250.000
Tinta cap + pulpen 25.000
Total biaya per bulan 1.000.000
Penyusutan per bulan 405.556
TOTAL Biaya Tetap per bulan 1.405.556

Harga Jual per unit = 16.600 (sesuai HET dari Pertamina)


Biaya Variabel = 14.750
Margin Kontribusi = 1.850

Laba Sasaran = 4.500.000

Berapa unit yang harus terjual agar mencapai laba yang diharapkan dalam sebulan ?

𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙+𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝+𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑎𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛


X= 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖

14.750 +1.405.556 +4.500.000


X= 1.850

5.920.306
X= 1.850

X = 3.200

14
Artinya dalam sebulan pangkalan harus menjual sebanyak 3.200 tabung gas agar
mencapai laba yang diharapkan, namun hal ini sangat mustahil karena dalam kenyataannya
pangkalan diberi kuota sebanyak 1.800 tabung. Jika perusahaan hanya menjual 1.800 tabung
maka laba yang dihasilkan tidak sesuai dengan harapan, pangkalan hanya mendapatkan laba
sebesar 2.330.000 dengan perhitungan sebagai berikut :

Penjualan (1.800 x Rp. 16.600) 29.880.000


Biaya variabel (1.800 x Rp. 14.750) 26.550.000
Biaya Tetap 1.405.556
Laba (Penjualan – Total Biaya) 2.330.00

Lalu bagaimana strategi pangkalan agar bisa mencapai laba yang diharapkan?
Strateginya adalah pangkalan menaikkan harga jual menjadi 18.000 atau naik 8,3 % dari harga
jual awal 16.600. Dengan kenaikkan harga jual ini diharapkan mampu memberikan laba yang
diharapkan dan dengan menyesuaikan kuota yang diberikan Pertamina. Berikut
perhitungannya :
Harga jual baru = 8,3 % x 16.600 = 1.377
Harga jual baru = 16.600 + 1.377
Harga jual baru = 17.977 dibulatkan 18.000

Harga Jual per unit = 18.000 (harga jual baru)


Biaya Variabel = 14.750
Margin Kontribusi = 3.250

Laba Sasaran = 4.500.000

Berapa unit yang harus terjual agar mencapai laba yang diharapkan dalam sebulan ?

𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙+𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝+𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑎𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛


X= 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖

14.750 +1.405.000 +4.500.000


X= 3.250

5.920.306
X=
3.250

X = 1.822

Kelebihan 22 unit ini akan ditutup apabila ada orang pribadi yang bukan toko, yang
membeli langsung ke pangkalan. Harga jual yang akan diberikan kepada orang pribadi tersebut
berkisar antara Rp. 20.000 – Rp. 21.000 bukan Rp. 18.000.
Berdasarkan analisis di atas dengan menggunakan analisis CVP (Cost, Valume, Profit)
sangat membantu pangkalan dalam memberikan informasi yang berguna terkait biaya,

15
volume penjualan dan laba. Sehingga dari analisis tersebut pangkalan bisa mengambil
keputusan dengan menaikkan harga jual yang dengan kenaikkan harga jual ini mampu
memberikan laba yang diharapkan.
Analisis CVP (Cost, Valume, Profit) di atas belum menentukan berapa titik impas yang
ada. Dengan adanya perhitungan titik impas membuat pangkalan menjadi tahu pada jumlah
unit berapa pangkalan harus menjual supaya tidak untung maupun tidak rugi. Berikut ini
perhitungan titik impas dengan menggunakan metode perhitungan margin kontribusi.
Metode kontribusi unit sebenarnya merupakan variasi metode persamaan. Metode ini
terfokus pada gagasan bahwa setiap unit yang terjual memberikan suatu jumlah marjin
kontribusi tertentu yang akan menutup biaya tetap. Untuk mencari titik impas, jumlah biaya
tetap harus dibagi dengan marjin kontribusi yang dihasilkan oleh setiap unit yang terjual.
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝
𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑖𝑚𝑝𝑎𝑠 (𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑢𝑛𝑖𝑡) =
𝑀𝑎𝑟𝑗𝑖𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡

𝑅𝑝. 1.405.556
𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑖𝑚𝑝𝑎𝑠 (𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑢𝑛𝑖𝑡) = = 432 𝑢𝑛𝑖𝑡
𝑅𝑝. 3.250
Atau jika di konversikan menjadi rupiah adalah 432 unit x Rp. 18.000 = Rp. 7.784.618.
Penjualan 432 unit x Rp. 18.000 = Rp. 7.784.618
Biaya variabel (432 unit x Rp. 14.750) = Rp. 6.379.062
Biaya tetap = Rp. 1.405.556
Titi impas (Penjualan – Total Biaya) = 7.784.618 – (6.379.062 + 1.405.556)
= 0

16
BAB 4
SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Analisis CVP (Cost, Valume, Profit) sangat membantu manajemen dalam kebutuhan
informasi terkait biaya, volume dan laba, sehingga manajemen mampu mengambil strategi
dan keputusan yang lebih efektif dalam proses bisnisnya. Bila dilihat dari analisis tersebut di
atas, bagaimana harga jual awal yang sudah ditentukan oleh Pertamina ternyata tidak mampu
memberikan laba yang diharapkan dikarenakan pangkalan masih harus mengeluarkan
sejumlah biaya tambahan dalam proses bisnisnya. Oleh karena itu kemudian pangkalan
menerapkan menaikkan harga jual yang semula Rp. 16.600 menjadi Rp. 18.000. Dengan
kenaikan harga jual ini diharapkan mampu memberikan laba yang diharapkan.

4.2 Saran
Adapun saran dari penelitian ini diantaranya adalah :
1. Manajemen harus mampu memisahkan antara biaya variabel dan biaya tetap yang ada.
Karena dalam analisis CVP (cost, volume, profit) data tersebut sangat dibutuhkan.
2. Manajemen harus dapat menetukan asumsi yang tepat dalam menetukan metode
penetuan nilai overhead dalam biaya variabel.
3. manajemen harus bisa menerpakan analisis CVP (cost, volume, profit) terkait strategi
bisnisnya. Karena analisis cost-volume-profit sebagai alat bantu dalam perencanaan laba
dapat memberikan gambaran seberapa besar target penjualan minimum yang seharusnya
dicapai oleh perusahaan agar dapat memperoleh laba yang diinginkan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Garrison, Ray H. Noreen, Eric W & Brewer, Peter C. 2018. Managerial Accounting Sixteenth
Edition. New York : McGraw – Hill Education

Simamora, Henry. 1999. Akuntansi Manajemen. Jakarat : Salemba Empat

Antameng, Desy Pratiwi. Lambey, Linda & Gamaliel Hendrik. 2017. Penerapan cost-volume-
profit dalam Pengambilan Keputusan Untuk Perencanaan Laba Pada Hotel Fajar Roon
Manokwari : ejournal.unsrat.ac.id. Manado : Universitas Sam Ratulangi

18

Anda mungkin juga menyukai