Anda di halaman 1dari 8

Dinamika Teknik Mesin, Vol. 6, No.

2 Desember 2016 Syahrul and Romdhani: Pengaruh variasi kecepatan udara


p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 dan massa bahan terhadap waktu pengeringan pada alat

Dinamika Teknik Mesin 6 (2016) 119-126

Pengaruh variasi kecepatan udara dan massa bahan terhadap


waktu pengeringan jagung pada alat fluidized bed
S. Syahrul*, R. Romdhani, M. Mirmanto
Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mataram, Jl. Majapahit no. 62 Mataram, NTB.
*E-mail : syahrul_husain@yahoo.com

ARTICLE INFO ABSTRACT

Article History: Indonesia is an agricultural country that has many


Received 14 September 2016 agricultural products so that post-harvest handling is
Accepted 22 October 2016 necessary so that the crop is not quickly broken when
Available online 30 December 2016 stored or distributed. One harvests in Indonesia, which
require post-harvest handling such as corn. Based on
SNI, the maximum moisture content of corn feed raw
Keywords: material has a moisture content of 14%. The water
Maize content of the corn used is 20% with a tolerance of ±
Fluidization 0.5%. Variations air speed used is 5 m /s, 6 m /s and 7
Fluidized bed m /s with a variation of the mass of material that is 0.5
Air velocity kg, 1 kg, and 1.5 kg. With the variation of air velocity
Mass of material and mass of the material showed that the higher the
speed of the air, the faster drying time. In addition, the
heavier material is drained, it will take longer. Variations
of air velocity and mass of materials that require the
fastest drying time is the air speed of 7 m /s with a
mass of 0.5 kg. Variations of air velocity and mass of
material that takes the longest drying air is at a speed
of 5 m / s with a mass of 1.5 kg of material.

PENDAHULUAN bertujuan untuk mengurangi kadar air yang


Indonesia merupakan negara agraris tersimpan di dalam bahan.
karena sebagian besar penduduknya Indonesia yang beriklim tropis memiliki dua
bermatapencaharian sebagai petani. Selain itu musim, yaitu musim penghujan dan musim
juga, Indonesia dikatakan negara agraris karena kemarau. Musim kemarau merupakan musim
memiliki luas daratan sepertiga dari luas yang dimanfaatkan oleh petani terutama untuk
keseluruhan wilayahnya. Oleh karena itu, lahan proses pengeringan hasil panen. Petani biasanya
pertanian Indonesia sangat luas dan hasil mengeringkan hasil panen dengan cara
pertaniannya berlimpah dan beragam. Dengan konvensional, yaitu pengeringan yang
kondisi hasil pertanian yang berlimpah dan membutuhkan panas matahari. Pengeringan
beragam tersebut dibutuhkan penanganan pasca konvensional sangat bergantung pada musim,
panen yang tepat agar hasil panen awet dan membutuhkan lahan luas, dan waktu yang lama.
tidak cepat rusak ketika disimpan atau Pada musim penghujan, proses pengeringan
didistribusikan ke masyarakat. Salah satu cara terhambat disebabkan intensitas cahaya
yang dilakukan petani menangani hasil panen matahari sangat sedikit sehingga kualitas hasil
yaitu dengan cara pengeringan. Pengeringan panen bisa menurun dan rusak. Hasil panen
yang rusak membuat para petani merugi karena

https://doi.org/10.29303/dtm.v6i2.15
119
Dinamika Teknik Mesin, Vol. 6, No. 2 Desember 2016 Syahrul and Romdhani: Pengaruh variasi kecepatan udara
p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 dan massa bahan terhadap waktu pengeringan pada alat

harga jualnya lebih murah dibandingkan dengan banyak bahan yang akan dikeringkan, maka
kualitas hasil panen yang kering dan bermutu kebutuhan energi panas untuk mengeringkan
baik. akan semakin besar (Suherman dkk, 2012). Hasil
Hasil panen yang membutuhkan penelitian Hargono dkk (2012), terhadap
pengeringan pasca panen salah satu diantaranya karakterisasi proses pengeringan jagung dengan
yaitu jagung. Jagung adalah penghasil metode mixed-adsorption drying menggunakan
karbohidrat yang bisa dijadikan makanan pokok zeolit pada unggun terfluidisasi memperlihatkan
seperti beberapa daerah di Indonesia. Maka dari bahwa laju pengeringan paling cepat ditandai
itu, pengeringan jagung pasca panen sangat oleh penurunan kadar air yang paling besar yang
0
dibutuhkan untuk keawetannya selama disimpan terjadi pada suhu 50 C.
ataupun didistribusikan. Tingkat keawetan jagung
ditentukan dari jumlah kadar air yang tersimpan Tujuan Penelitian
di dalamnya. Kadar air berlebihan yang 1. Untuk mengetahui pengaruh variasi
tersimpan di dalam biji jagung bisa menyebabkan kecepatan udara dan massa bahan terhadap
kerusakan karena aktivitas mikroba, bakteri, dan waktu pengeringan jagung pada alat fluidized
jamur. Berdasarkan SNI.01-4483-1998, bed.
persyaratan mutu standar jagung bahan baku 2. Untuk mengetahui waktu tercepat dalam
pakan memiliki kadar air 14% (Departemen pengeringan jagung pada alat fluidized bed
pertanian, 1998). Untuk mengatasi kendala dengan memvariasikan kecepatan udara dan
pengeringan konvensional dan mendapatkan massa bahan.
kualitas hasil pasca panen yang cepat dan baik, 3. Untuk mengetahui efisiensi pengeringan
dapat diterapkan teknologi tepat guna yaitu dengan memvariasikan kecepatan udara dan
fluidisasi. Fluidisasi adalah metode pengontakan massa bahan.
butiran-butiran padat dengan fluida baik cair
Proses Pengeringan
maupun gas. Dengan metode ini diharapkan
Bahasa ilmiah pengeringan adalah
butiran-butiran padat memiliki sifat seperti fluida
penghidratan, yang berarti menghilangkan air
dengan viskositas tinggi. Ketika laju aliran
dari suatu bahan. Proses pengeringan atau
kemudian dinaikkan, akan sampai pada suatu
penghidratan berlaku apabila bahan yang
keadaan dimana unggun padatan akan
dikeringkan kehilangan sebahagian atau
tersuspensi di dalam aliran gas yang melaluinya.
keseluruhan air yang dikandungnya. Proses
Pada keadaan ini masing-masing butiran akan
utama yang terjadi pada proses pengeringan
terpisahkan satu sama lain sehingga dapat
adalah penguapan. Penguapan terjadi apabila air
bergerak dengan lebih mudah. Pada kondisi
yang dikandung oleh suatu bahan teruap, yaitu
butiran yang dapat bergerak ini, sifat unggun
apabila panas diberikan kepada bahan tersebut.
akan menyerupai cairan dengan viskositas tinggi,
Panas ini dapat diberikan melalui berbagai
misalnya adanya kecenderungan untuk mengalir,
sumber seperti kayu api, minyak dan gas, dan
mempunyai sifat hidrostatik dan sebagainya.
arang baru ataupun tenaga surya.
Fluidisasi tersebut sangat dipengaruhi oleh
Pengeringan juga dapat berlangsung
faktor-faktor antara lain: laju alir fluida, jenis
dengan cara lain yaitu dengan memecahkan
fluida, ukuran partikel, bentuk partikel, jenis dan
ikatan molekul-molekul air yang terdapat di
densitas partikel, faktor interlock antar partikel,
dalam bahan. Apabila ikatan molekul-molekul air
porositas unggun, distribusi aliran, distribusi
yang terdiri dari unsur dasar oksigen dan
bentuk ukuran partikel, serta diameter kolom
hidrogen dipecahkan, maka molekul tersebut
(Ardani dkk, 2013). Fenomena yang terjadi
akan keluar dari bahan. Akibatnya bahan
manakala laju alir masih cukup rendah adalah
tersebut akan kehilangan air yang dikandungnya.
butiran padat dalam kolom tetap diam karena
Cara ini juga disebut pengeringan atau
fluida hanya mengalir melalui ruang antar partikel
penghidratan. Untuk memecahkan ikatan oksigen
tanpa menyebabkan perubahan susunan partikel
dan hidrogen ini biasanya digunakan gelombang
tersebut. Pada saat kecepatan aliran fluida
mikro. Gelombang mikro merambat dengan
diperbesar sehingga mencapai kecepatan
frekuensi yang tinggi. Apabila gelombang mikro
minimum, yaitu kecepatan saat gaya seret fluida
disesuaikan setara dengan getaran molekul-
terhadap partikel-partikel padatan lebih atau
molekul air maka akan terjadi resonansi yaitu
sama dengan gaya berat partikel-partikel
ikatan molekul-molekul oksigen dan hidrogen
padatan tersebut, partikel yang semula diam
digetarkan dengan kuat pada frekuensi
akan mulai terekspansi (Widayati, 2010).
gelombang mikro yang diberikan sehingga
Semakin banyak berat umpan maka penurunan
ikatannya pecah (Hasibuan, 2005).
kandungan uap air di padatan akan semakin
landai. Hal ini disebabkan dengan semakin

https://doi.org/10.29303/dtm.v6i2.15
120
Dinamika Teknik Mesin, Vol. 6, No. 2 Desember 2016 Syahrul and Romdhani: Pengaruh variasi kecepatan udara
p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 dan massa bahan terhadap waktu pengeringan pada alat

Proses pengeringan merupakan proses dalam sistem. Untuk itu, dilakukan perhitungan
perpindahan panas dari sebuah permukaan terhadap neraca massa dan neraca energi untuk
benda sehingga kandungan air pada permukaan mencapai keseimbangan
benda berkurang. Perpindahan panas dapat Alasan yang mendukung proses
terjadi karena adanya perbedaan temperatur pengeringan dapat menghambat pertumbuhan
yang signifikan antara dua permukaan. mikroorganisme adalah untuk mempertahankan
Perbedaan temperatur ini ditimbulkan oleh mutu produk terhadap perubahan fisik dan
adanya aliran udara panas di atas permukaan kimiawi yang ditentukan oleh perubahan kadar
benda yang akan dikeringkan yang mempunyai air, mengurangi biaya penyimpanan,
temperatur lebih dingin. pengemasan dan transportasi, untuk
Aliran udara panas merupakan fluida kerja bagi mempersiapkan produk kering yang akan
sistim pengeringan. Komponen aliran udara yang dilakukan pada tahap berikutnya,
mempengaruhi proses pengeringan adalah memperpanjang umur simpan dan memperbaiki
kecepatan, temperatur, tekanan, dan kegagalan produk. Produk kering dapat
kelembaban relatif (Mahadi, 2007). Menurut digunakan sebagai bahan tambahan dalam
Daulay (2005), pada proses pengeringan banyak pembuatan produk baru.
faktor yang perlu diperhatikan seperti iklim dan
bahan baku yang mempengaruhi waktu dan 2. Pengeringan dengan udara panas
perolehan pengeringan. Berdasarkan prosesnya, Secara buatan proses pengeringan dapat
dikenal dua macam pengeringan yaitu dilakukan dengan alat pengering untuk
pengeringan secara alami dan secara mekanis. menghemat tenaga manusia, terutama pada
Pengeringan fluidisasi dapat digunakan untuk musim hujan. Terdapat berbagai cara
mengatasi kelemahan dari cara dan alat pengeringan buatan, tetapi prinsipnya sama yaitu
pengering yang ada. Pengering fluidisasi untuk mengurangi kadar air di dalam biji dengan
mempunyai beberapa kelebihan yaitu laju panas pengeringan sekitar 38–43°C sehingga
perpindahan panas dan massa cukup tinggi kadar air turun menjadi 12–13%. Alat pengering
karena kontak antara udara panas pengering dapat digunakan setiap saat dan dapat dilakukan
dengan bahan yang dikeringkan cukup baik, pengaturan suhu sesuai dengan kadar air biji
temperatur dan kadar air seragam, kontruksi jagung yang diinginkan. Cara ini lebih baik
sederhana, dan kapasitas pengering tinggi karena tidak tergantung cuaca dan bahan bakar
(Yahya, 2015). lebih sedikit. Pengeringan buatan dilakukan
selama 32 jam dan pembalikkan biji setiap 3 jam.
Macam-macam Pengeringan Lama pengeringan tergantung dari jenis alat
1. Pengeringan dengan cara alami pengeringnya. Prinsip pengeringannya
Dalam sektor pertanian sistem menggunakan udara pengering sebagai medium
pengeringan yang umum digunakan adalah panas dalam menurunkan kadar air biji hingga 9–
tenaga surya. Pada sistem tenaga surya ini, 11% (Tanggasari, 2014).
bahan diekspos ke sinar surya secara langsung
maupun tidak langsung. Uap air yang terjadi Faktor yang Mempengaruhi Pengeringan
dipindahkan dari tempat pengeringan melalui Faktor-faktor yang mempengaruhi
aliran udara. Proses aliran udara ini terjadi pengeringan ada dua golongan yaitu faktor yang
karena terdapat perbedaan tekanan. Perbedaan berhubungan dengan udara pengering dan faktor
tekanan udara ini dapat terjadi secara konveksi yang berhubungan dengan sifat bahan yang
bebas maupun konveksi paksa. Konveksi bebas dikeringkan. Faktor-faktor yang termasuk
terjadi tanpa bantuan luar, yaitu pengaliran udara golongan pertama adalah suhu, kecepatan
hanya bergantung pada perbedaan tekanan yang volumetrik aliran udara pengering, dan
disebabkan oleh perbedaan densitas udara. kelembaban udara. Faktor-faktor yang termasuk
Sedangkan pada konveksi secara paksa golongan kedua adalah ukuran bahan, kadar air
digunakan kipas untuk memaksa gerakan udara awal, dan tekanan parsial di dalam bahan
(Hasibuan, 2005). (Tanggasari, 2014).
Pengeringan bertujuan untuk Kelembaban adalah suatu istilah yang
memperpanjang umur simpan dengan cara berkenaan dengan kandungan air di dalam
mengurangi kadar air untuk mencegah udara. Udara dikatakan mempunyai kelembaban
tumbuhnya mikroorganisme pembusuk. Dalam yang tinggi apabila uap air yang dikandungnya
proses pengeringan dilakukan pengaturan tinggi, begitu juga sebaliknya. Secara matematis,
terhadap suhu, kelembaban (humidity), dan kelembaban dihubungkan sebagai rasio berat
aliran udara. Perubahan kadar air dalam bahan uap air di dalam suatu volume udara,
pangan disebabkan oleh perubahan energi

https://doi.org/10.29303/dtm.v6i2.15
121
Dinamika Teknik Mesin, Vol. 6, No. 2 Desember 2016 Syahrul and Romdhani: Pengaruh variasi kecepatan udara
p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 dan massa bahan terhadap waktu pengeringan pada alat

dibandingkan dengan berat udara kering (udara mencapai lebar dari diameter kolom
tanpa uap air) di dalam volume yang sama. terbentuk pada partikel-partikel padat. Pada
Komponen yang paling banyak di dalam kondisi ini terjadi penorakan sehingga
udara adalah oksigen, nitrogen, dan uap air. partikel-partikel padat seperti terangkat.
Oksigen dan nitrogen tidak mempengaruhi 6. Fenomena chanelling fluidization yang
kelembaban udara, sedangkan kandungan uap terjadi ketika dalam unggun partikel padatan
air sangat berpengaruh terhadap kelembaban terbentuk saluran-saluran seperti tabung
udara. Udara yang kurang mengandung uap air vertikal.
dikatakan udara kering, sedangkan udara yang 7. Fenomena disperse fluidization yang terjadi
mengandung banyak uap air dikatakan udara saat kecepatan alir fluida melampui
lembab. kecepatan maksimum aliran fluida. Pada
Keadaan suhu, tekanan, dan kandungan fenomena ini sebagian partikel akan terbawa
uap air udara dikenal sebagai kualitas udara. aliran fluida.
Setelah kualitas udara diketahui, barulah kita Sifat dan fenomena fluidisasi tersebut
dapat mengkaji kemampuan udara menguapkan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor : laju alir
air yang berada dalam suatu bahan, karena fluida dan jenis fluida, diameter partikel dan
bahan yang akan dikeringkan selalu berada di bentuk partikel, jenis dan densitas partikel,
dalam udara berkualitas tertentu. Pengalaman porositas unggun, distribusi aliran, bentuk kolom,
sehari-hari kita dapati bahwa sejumlah udara diameter kolom, dan tinggi unggun.
hanya mampu untuk mengeringkan suatu bahan
atau menguapkan air dari suatu bahan apabila Analisa Efisiensi Energi Pengeringan
bahan tersebut tidak seratus persen lembab. Menurut Taufiq (2004), efisiensi
Dengan kata lain, kemampuan udara untuk pengeringan adalah hasil perbandingan antara
menguapkan air dalam suatu bahan pada proses panas yang secara teoritis dibutuhkan dengan
pengeringan adalah maksimum apabila udara penggunaan panas yang sebenarnya dalam
tersebut kering, dan nol apabila udara tersebut pengeringan.
jenuh dengan uap air. Pada keadaan biasa, Jumlah kalor (panas) yang digunakan untuk
udara tidak seratus persen kering atau lembab, pengeringan dapat dihitung dengan
sehingga udara masih mampu melakukan proses menggunakan rumus berikut, Taufiq (2004):
pengeringan apabila bahan-bahan yang
mengandung air diletakkan di dalamnya Q = Q1 + Q 2 + Q 3 (1)
(Hasibuan, 2005).
Dimana Q adalah jumlah panas yang digunakan
Fenomena-fenomena Fluidisasi
untuk pengeringan (kJ), Q1 adalah panas
Menurut Widayati (2010), fenomena-
sensibel jagung (kJ), Q2 adalah Panas sensibel
fenomena yang dapat terjadi pada proses
air (kJ), Q3 adalah panas laten penguapan air
fluidisasi antara lain :
(kJ). Q1 dapat dinyatakan sebagai: (Hargono
1. Fenomena fixed bed yang terjadi ketika laju
dkk., 2012).
alir fluida kurang dari laju minimum yang
dibutuhkan untuk proses awal fluidisasi.
Pada kondisi ini partikel tetap diam. Q1 = mk c p (T p − Ti ) (2)
2. Fenomena minimum or incipient fluidization
yang terjadi ketika laju alir fluida mencapai Dimana Q1 adalah jumlah panas yang digunakan
laju alir minimum yang dibutuhkan untuk untuk pengeringan, mk adalah assa kering bahan
proses fluidisasi. Pada kondisi ini partikel- (kg), cp adalah panas jenis bahan (kJ/kg0C), Tp
partikel padat mulai terekspansi. adalah suhu akhir jagung (K), Ti adalah suhu
3. Fenomena smooth or homogenously awal jagung (K). (Hargono dkk., 2012).
fluidization terjadi ketika kecepatan dan
distribusi aliran fluida merata, densitas dan
Q2 = ma c pa (T p − Ti ) (3)
distribusi partikel dalam unggun sama atau
homogen sehingga ekspansi pada setiap
partikel padatan seragam. Dimana Q2 adalah panas yang digunakan untuk
4. Fenomena bubbling fluidization yang terjadi menaikkan suhu air di dalam bahan, ma adalah
ketika gelembung-gelembung pada unggun massa air (kg), cpa adalah panas jenis air
0
terbentuk akibat densitas dan distribusi (kJ/kg C). (Hargono dkk., 2012).
partikel tidak homogen.
5. Fenomena slugging fluidization yang terjadi Q3 = m w h fg (4)
ketika gelembung-gelembung besar yang

https://doi.org/10.29303/dtm.v6i2.15
122
Dinamika Teknik Mesin, Vol. 6, No. 2 Desember 2016 Syahrul and Romdhani: Pengaruh variasi kecepatan udara
p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 dan massa bahan terhadap waktu pengeringan pada alat

adalah suhu rata-rata udara keluar pengering


0 3
Dimana Q3 adalah jumlah panas yang digunakan ( C), V adalah volume udara (m ).
untuk menguapkan air bahan, mw adalah masaa Efisiensi pengeringan terfluidisasi dapat
air yang diuapkan (kg), hfg adalah panas laten dihitung dengan rumus sebagai berikut, Ardani
penguapan air (kJ/kg). dkk. (2013):
Untuk menghitung debit udara yang masuk
ke dalam alat menggunakan rumus sebagai Q
berikut, Ardani dkk. (2013): η= 100% (8)
q

∀ = UA (5) Kecepatan Minimum Fluidisasi
Menurut Ardani dkk (2013), yang dimaksud
Dimana U adalah Kecepatan aliran udara masuk kecepatan minimum fluidisasi (dengan notasi
(m/s), A adalah luas penampang pengering (m2). Umf) adalah kecepatan superfisial fluida minimum
Untuk menghitung volume udara yang masuk ke dimana fluidisasi mulai terjadi. Persamaan yang
dalam alat menggunakan rumus sebagai berikut, digunakan untuk menghitung kecepatan fluidisasi
Ardani dkk. (2013): minimum adalah, Ardani dkk. (2013):

• 2 dp (ρ s − ρ g )g
(9)
V= ∀ × ∆t (6) U mf = − ε mf
1,75 ρg

Gambar 1. Alat pengering fluidized bed

Dimana ∆t adalah ama pengeringan (s). Untuk Dimana dp adalah diameter partikel (m), ρs
3
menentukan banyaknya kalor yang diberikan adalah masaa jenis partikel (kg/m ), ρg adalah
3
oleh udara panas pada bahan yang dikeringkan massa jenis udara (kg/m ), ε mf adalah porositas
digunakan rumus sebagai berikut, Ardani dkk. unggun (m3). Untuk mencari porositas unggun
(2013): ( ε mf ) dapat digunakan rumus sebagai berikut,
Ardani dkk. (2013):
q = ρ gVc pu (Tm − Tk ) (7)
V p − Vu
Dimana ρg adalah massa jenis udara (kg/m3), cpu ε mf = (10)
0
adalah panas jenis udara (kJ/kg C) Tm adalah Vu
0
suhu rata-rata udara masuk pengering ( C), Tk

https://doi.org/10.29303/dtm.v6i2.15
123
Dinamika Teknik Mesin, Vol. 6, No. 2 Desember 2016 Syahrul and Romdhani: Pengaruh variasi kecepatan udara
p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 dan massa bahan terhadap waktu pengeringan pada alat

Dimana Vu adalah volume unggun, Vp adalah mendapatkan waktu pengeringan yang berbeda.
volume partikel. Waktu pengeringan yang cepat didapatkan pada
kecepatan udara tinggi, sebaliknya waktu
pengeringan yang lama didapatkan pada
kecepatan udara rendah. Dalam penelitian ini
METODE PENELITIAN digunakan variasi kecepatan udara 5 m/s, 6 m/s,
Skema alat penelitian ditunjukan pada dan 7 m/s mendapatkan hasil bahwa pada
gambar 1. kecepatan udara 7 m/s menghasilkan waktu
Prosedur Penelitian pengeringan yang cepat dibandingkan
Sebelum melakukan pengujian, dilakukan pengeringan pada kecepatan udara 5 m/s dan 6
beberapa persiapan yaitu mempersiapkan bahan m/s. Sedangkan waktu pengeringan yang lama
penelitian yaitu jagung yang telah dipipil dan didapatkan pada kecepatan udara 5 m/s. Hal ini
diayak. Setelah biji jagung diayak, kemudian disebabkan karena pada kecepatan rendah,
dilakukan penimbangan sesuai kebutuhan dan bahan di dalam ruang pengering tidak
diukur kadar air biji jagung. Kadar air biji jagung terfluidisasi maksimal sehingga kadar air di
yang digunakan pada penelitian ini adalah 20% dalam bahan tidak berpindah dengan cepat ke
dengan toleransi 0,5%. Apabila kadar air lingkungan. Ketika penguapan kadar air dari
belum sesuai, dilakukan perlakuan seperti bahan ke lingkungan lambat menyebabkan lama
perendaman apabila kadar air belum mencukupi waktu pengeringan menjadi lama. Sedangkan
atau penjemuran apabila kadar air melebihi pada kecepatan udara tinggi, bahan di dalam
standar yang digunakan untuk penelitian. ruang pengering terfluidisasi dengan baik dan
Setelah biji jagung sudah siap dan sesuai tinggi unggun lebih tinggi dibandingkan
standar penelitian, dilakukan proses pengeringan kecepatan rendah. Pada kondisi tersebut,
pada alat fluidized bed dengan dinyalakan blower perpindahan kadar air dari bahan ke udara lebih
dan diatur kecepatan udara yang masuk ke cepat karena lebih mudah berpindah ke
ruang pengering dengan variasi kecepatan udara lingkungan sehingga waktu pengeringan semakin
yang digunakan yaitu 5m/s, 6m/s, dan 7m/s. cepat.
Langkah selanjutnya dinyalakan pemanas pada
temperatur konstan yaitu 500C dengan toleransi
10C dan ditunggu kurang lebih 10 menit
sampai temperatur benar-benar konstan.
Kemudian dimasukkan biji jagung dengan variasi
massa seberat 0,5 kg, 1 kg, dan 1,5 kg. Dalam
melakukan penelitian ini, dilakukan 3 kali
pengulangan pengambilan data pada masing-
masing variasi kecepatan udara dan massa
bahan yang digunakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Setelah dilakukan penelitian pengaruh
variasi kecepatan udara dan massa bahan Gambar 2. Hubungan waktu pengeringan dengan
terhadap waktu pengeringan jagung pada alat kadar air pada massa 0,5 kg
fluidized bed, didapatkan hasil yang berbeda-
beda. Hasil penelitian mendapatkan waktu Pada proses pengeringan, air dari bahan
pengeringan yang bervariasi sesuai dengan basah diuapkan dengan media seperti gas atau
variasi kecepatan dan variasi massa yang udara dengan introduksi panas. Panas yang
dilakukan. Pada massa bahan yang ringan dibawa udara ini akan memanasi permukaan
dengan kecepatan udara yang tinggi didapatkan bahan basah sehingga suhunya naik, dan air
waktu pengeringan paling cepat jika akan teruapkan. Oleh karena itu semakin tinggi
dibandingkan dengan variasi massa bahan yang laju alir udara pengering maka proses
berat dengan kecepatan udara rendah. pengeringan akan berjalan semakin cepat
Gambar 2 menunjukkan trend grafik yang (Widjanarko dkk, 2012). Hasil penelitian ini juga
sama pada massa bahan 1 kg, dan 1,5 kg sesuai dengan pernyataan Mulyono dan
sehingga kecepatan udara berpengaruh terhadap Runanda (2013), yang menyatakan bahwa,
waktu pengeringan jagung. Pengeringan jagung semakin besar volume udara yang mengalir
pada massa yang sama dan temperatur udara maka akan semakin besar kemampuannya
pengering yang sama dengan menggunakan dalam membawa dan menampung air dari
kecepatan aliran udara yang bervariasi akan permukaan bahan dan proses pengeringan pun

https://doi.org/10.29303/dtm.v6i2.15
124
Dinamika Teknik Mesin, Vol. 6, No. 2 Desember 2016 Syahrul and Romdhani: Pengaruh variasi kecepatan udara
p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 dan massa bahan terhadap waktu pengeringan pada alat

menjadi lebih cepat. Sehingga semakin besar semakin rendah dan penurunan kandungan uap
laju alir udara, akan mempercepat proses air di padatan akan semakin landai.
pengeringan. Dan dari hasil penelitian ini bisa
disimpulkan bahwa pada kecepatan udara
pengering 7 m/s mendapatkan waktu paling KESIMPULAN
cepat. 1. Variasi kecepatan udara dan variasi massa
bahan berpengaruh terhadap waktu
pengeringan jagung.
2. Semakin tinggi kecepatan udara, waktu
pengeringan jagung semakin cepat. Dalam
penelitian ini, pada kecepatan udara
pengering 7 m/s menghasilkan waktu
pengeringan paling cepat sedangkan
kecepatan udara 5 m/s mendapatkan waktu
pengeringan paling lama.
3. Semakin berat massa bahan yang
dikeringkan, waktu pengeringan semakin
lama. Dalam penelitian ini, massa jagung 1,5
Gambar 3. Hubungan waktu pengeringan dengan kg membutuhkan waktu pengeringan paling
kadar air pada kecepatan 5 m/s lama jika dibandingkan dengan massa bahan
0,5 kg.
Gambar 3 menghasilkan trend grafik yang 4. Variasi kecepatan udara dan massa bahan
sama pada kecepatan udara 6 m/s dan 7 m/s yang membutuhkan waktu pengeringan
sehingga pada kecepatan yang sama dengan paling cepat yaitu pada kecepatan udara 7
massa bahan yang dikeringkan berbeda-beda, m/s dengan massa bahan 0,5 kg. Waktu yang
waktu yang dibutuhkan untuk pengeringan dibutuhkan untuk mencapai kadar air 13,8%
berbeda. Semakin berat massa bahan yang yaitu 35 menit.
dikeringkan waktu yang dibutuhkan semakin 5. Variasi kecepatan udara dan massa bahan
lama. Pada hasil penelitian ini, massa bahan 0,5 yang membutuhkan waktu pengeringan paling
kg memerlukan waktu paling cepat dalam lama yaitu pada kecepatan udara 5 m/s
pengeringan dibandingkan dengan massa bahan dengan massa bahan 1,5 kg. Untuk mencapai
1 kg dan 1,5 kg. Dan waktu pengeringan paling kadar air 13,7% membutuhkan waktu
lama didapatkan pada massa bahan 1,5 kg. Hal pengeringan selama 70 menit.
ini disebabkan karena semakin berat bahan yang
dikeringkan membuat partikel bahan di dalam DAFTAR SIMBOL
ruang pengering lebih rapat dan tidak terfluidisasi •

dengan maksimal. Keadaan ini menyebabkan ∀ : Debit udara (m3/s)


perpindahan kadar air dari dalam bahan ke ∆t : Lama pengeringan (s)
2
lingkungan menjadi lambat. Sedangkan pada A : Luas penampang pengering (m )
massa bahan yang ringan, bahan di dalam ruang cp : Panas jenis bahan (kJ/kg oC)
pengering lebih mudah terfluidisasi dengan baik cpa : Panas jenis air (kJ/kg oC)
o
sehingga tinggi unggun lebih tinggi dibandingkan cpu : Panas jenis udara (kJ/kg C)

massa bahan yang berat. Pada keadaan ini, dp : Diameter partikel (m)
perpindahan kadar air dari bahan ke lingkungan hfg : Panas laten penguapan (kJ/kg)
lebih cepat dan waktu pengeringan lebih cepat. hp : Tinggi partikel (m)
Hal ini sesuai dengan pernyataan Suherman dkk hu Tinggi unggun (m)
(2012), yang menyatakan bahwa semakin ɳ : Efisiensi pengeringan (%)
banyak berat umpan maka penurunan q : Banyak kalor yang diberikan pada
kandungan uap air di padatan akan semakin bahan (kJ)
landai. Hal ini disebabkan dengan semakin Q :Jumlah panas yang digunakan untuk
banyak bahan yang akan dikeringkan, maka pengeringan (kJ)
kebutuhan energi panas untuk mengeringkan Q1 : Panas sensibel jagung (kJ)
akan semakin besar. Sementara itu, udara Q2 : Panas sensibel air (kJ)
pengering yang diberikan hampir sama, maka Q3 : Panas laten penguapan air (kJ)
o
penurunan suhu di unggun akan semakin tinggi. Ti : Suhu awal jagung ( C)
Sehingga untuk massa bahan yang semakin Tk : Suhu udara keluar pengering (oC)
tinggi maka penurunan suhu udara pengering Tm : Suhu udara masuk pengering (oC)
o
akan lebih besar. Akibatnya laju pengeringan Tp : Suhu akhir jagung ( C)

https://doi.org/10.29303/dtm.v6i2.15
125
Dinamika Teknik Mesin, Vol. 6, No. 2 Desember 2016 Syahrul and Romdhani: Pengaruh variasi kecepatan udara
p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 dan massa bahan terhadap waktu pengeringan pada alat

U : Kecepatan aliran udara (m/s) Yahya M., 2015, Kajian karakteristik pengering
Umf : Fluidisasi minimum (m/s) fluidisasi terintegrasi dengan tungku
3
V : Volume udara (m ) biomassa untuk pengeringan padi, Jurnal
3
mf : Porositas unggun (m ) Teknik Mesin, Vol. 5, No. 2, p. 65-71.
3
g : Massa jenis udara (kg/m )
3
s : Massa jenis partikel (kg/m )

DAFTAR PUSTAKA
Ardani R.K., Pradana R.N., Nurtono T., Winardi
S., 2013, Review pengaruh hidrodinamika
pada fluidized bed dryer, Jurnal Teknik
Pomits, vol. 2, No. 1, p. 2.
Daulay S.B., 2005, Pengeringan padi (metode
dan peralatan), Jurusan Teknologi
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara.
Hargono, Djaeni M., Buchori L., 2012,
Karakterisasi proses pengeringan jagung
dengan metode mixed-adsorption drying
menggunakan zeolite pada unggun
terfluidisasi, Reaktor, Vol. 14, p. 33-38.
Hasibuan R., 2005, Proses pengeringan,
Program Studi Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara.
Mahadi, 2007, Model sistem dan analisa
pengering produk makanan, USU
Repository, Universitas Sumatera Utara.
Mulyono D., Runanda J.C., 2013, Pengeringan
gabah menggunakan zeolit 3a pada alat
unggun terfluidisasi, Jurnal Teknologi
Kimia dan Industri, vol. 2, No. 2, p. 40-45.
Suherman, Purbasari A., Aulia M.P., 2012,
Pengaruh suhu udara dan berat sampel
pada pengeringan tapioka menggunakan
pengering unggun terfluidakan, Jurusan
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro, Semarang.
Tanggasari D., 2014, Sifat teknik dan
karakteristik pengeringan biji jagung (zea
mays l.) pada alat pengering fluidized
beds, Fakultas Teknologi Pangan Dan
Agroindustri Universitas Mataram,
Mataram.
Taufiq M., 2004, Pengaruh temperatur terhadap
laju pengeringan jagung pada pengering
konvensional dan fluidized bed, Fakultas
Teknik Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.
Widayati, 2010, Fenomena dan kecepatan
minimum (umf) fluidisasi, Eksergi, Vol 10,
No. 2, p. 42-46.
Widjanarko A., Ridwan, Djaeni M., Ratnawati,
2012, Penggunaan zeolit sintetis dalam
pengeringan gabah dengan proses
fluidisasi indirect contact, Jurnal Teknologi
Kimia dan Industri, vol. 2, No. 2, p. 103-
110.

https://doi.org/10.29303/dtm.v6i2.15
126

Anda mungkin juga menyukai