KEPERAWATAN MATERNITAS 2
Tentang
“ASKEP DIABETES GESTASIONAL DAN ASKEP KEGAWATAN DAN
PEMBEDAHAN SC”
Dosen Pembimbing :
Ns.Ratna Indah,M.Kep
Disusun Oleh :
Chintya acita salyas (1902027)
Monika liski (1902037)
Nurul Haliza Rachmi (1802065)
Puja yuwingga (1902039)
Siti Nur Haslinda (1802074)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Askep
Diabetes Gestasional Dan Askep Kegawatan Dan Pembedahan SC” ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
matakuliah Keperawatan Maternitas 2. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan
terima kasih kepada dosen kami Ns. Ratna Indah,M.Kep yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1. Diabetes Melitus Gestational
Definisi diabetes mellitus gestational (GDM) menurut World Health
Organization (WHO) dengan sedikit modifikasi yang telah dilakukan oleh American
Diabetes Association (ADA), adalah intoleransi glukosa pada waktu kehamilan, pada
wanita normal atau yang mempunyai gangguan toleransi glukosa setelah terminasi
kehamilan. Estimasi kasus diabetes mellitus berdasarkan prevalensi global pada tahun
1995 adalah kira-kira 135 juta orang manakala projeksinya ke tahun 2025 akan
menunjukkan angka peningkatan yaitu kira-kira 300 juta. Kira-kira 135,000 wanita
hamil yang mengalami GDM setiap tahun yaitu kira-kira 3-5%. Bagi data statistik
bagi kasus GDM di Indonesia, penulis tidak bisa mendapat datanya karena tidak ada
penelitian yang sahih telah dilakukan di negara Indonesia mengenai GDM.
Faktor risiko dapat mempengaruhi insidensi GDM. Menurut data skrining dan
diagnosis GDM yang dikeluarkan oleh ADA, 2008 Standard of Medical Care, pada
wanita ras Hispanik, Afrika, Amerika, Asia Timur dan Asia Selatan mempunyai
risiko mendapat GDM berada di kategori sedang. Mereka perlu melakukan
melakukan tes gula darah pada kehamilan 24-28 minggu. Ditambah lagi, risiko
mendapat GDM pada ibu hamil yang umurnya kurang dari 21 tahun adalah 1%, lebih
dari 25 tahun adalah 14%, umur ibu diantara 21–30 tahun adalah kurang dari 2% dan
pada ibu yang umurnya lebih dari 30 tahun adalah 8 -14% mengikut statistik yang
didapatkan dari buku Diabetology of Pregnancy, oleh M.Porta, F.M. Matschinsky Vol
17 dengan tahun publikasi 2005. Dengan ini, kita bisa merangkupkan wanita di
Negara Asia atau di Negara Indonesia sendiri menpunyai risiko untuk mendapat
GDM dan pada lingkupan usia lebih dari 25 tahun mempunyai risiko tinggi mendapat
GDM.
2. Kegawatan Dan Pembedahan SC
Angka kematian langsung pada operasi sectio caesaria (SC) adalah 5,8 per
100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kesakitan sekitar 27,3% dibandingkan
dengan persalinan normal hanya sekitar 9 per 1000 kejadian. WHO (World Health
Organization) menganjurkan operasi SC hanya sekitar 10 – 15% dari jumlah total
kelahiran. Anjuran WHO tersebut tentunya didasarkan pada analisis resiko – resiko
yang muncul akibat SC. Baik resiko bagi ibu maupun bayi (Nakita, 2009).
Sectio caesaria berarti bahwa bayi dikeluarkan dari uterus yang utuh melalui
operasi pada abdomen. Di Negara – Negara maju, frekuensi operasi SC berkisar
antara 1,5% sampai dengan 7% dari semua persalinan (Sarwono, 1999). Angka sectio
caesaria meningkat dari 5% pada 25 tahun yang lalu menjadi 15%. Peningkatan ini
sebagian disebabkan oleh “mode”, sebagian karena ketakutan timbul perkara jika
tidak dilahirkan bayi yang sempurna, sebagian lagi karena pola kehamilan, wanita
menunda kehamilan anak pertama dan membatasi jumlah anak (Jensen, 2002).
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN MASALAH
BAB II
PEMBAHASAN
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo,2008 :
a. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar pra
operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
c. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
d. Urinalisis / kultur urine
e. Pemeriksaan elektrolit.
Penatalaksanaan
Penatalakanaan yang diberikan pada pasien Post SC menurut (Prawirohardjo, 2007)
diantaranya:
a. Periksa dan catat tanda – tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30
menit pada 4 jam kemudian.
b. Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat
c. Mobilisasi
Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari tempat tidur dengan
dibantu paling sedikit 2 kali. Pada hari kedua penderita sudah dapat berjalan ke kamar
mandi dengan bantuan.
d. Pemulangan
Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan pada hari kelima
setelah operasi
Komplikasi
Kemungkinan komplikasi dilakukannya pembedahan SC menurut Wiknjosastro
(2002):
1. Infeksi puerperal
Komplikasi yang bersifat ringan seperti kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari
dalam masa nifas yang bersifat berat seperti peritonitis, sepsis.
2. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria uterine
ikut terbuka atau karena atonia uteri.
3. Komplikasi lain seperti luka kandung kemih, kurang kuatnya jaringan parut pada
dinding uterus sehingga bisa terjadi ruptur uteri pada kehamilan berikutnya.
B. Diagnosa Keperawatan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna dan menggunakan nutrisi kurang tepat.
Kekurangan volume cairan dan elektrolite berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebihan dan tidak adekuatnya intake cairan
Gangguan psikologis, ansietas berhubungan dengan situasi kritis atau mengancam
pada status kesehatan maternal atau janin.
Intervensi Keperawatan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Makalah
3. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu:
Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung, hipertensi, DM, TBC,
hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
b) Riwayat kesehatan sekarang :
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang keluar pervaginan
secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.
c) Riwayat kesehatan keluarga:
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit
kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien.
4. Pola-pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara
pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan
tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya
b) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari keinginan
untuk menyusui bayinya.
c) Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas
pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas
didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
d) Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing selama
masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang
menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita
takut untuk melakukan BAB.
e) Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya
kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
f) Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang lain.
g) Pola penagulangan stres
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
h) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri perut
akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi kurangnya
pengetahuan merawat bayinya
i) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih menjelang
persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri antara lain dan
body image dan ideal diri
j) Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi dari
seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.
5. Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya
cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
b) Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena adanya proses
menerang yang salah
c) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-
kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang
mengalami perdarahan, sklera kunuing
d) Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah cairan
yang keluar dari telinga.
e) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang ditemukan
pernapasan cuping hidung
f) Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola mamae dan
papila mamae
g) Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri. Fundus
uteri 3 jari dibawa pusat.
h) Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat pengeluaran
mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan menandakan adanya
kelainan letak anak.
i) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur
j) Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus,
karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
k) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat,
pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arief, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta:
Media Aesculapius FKUI.
NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2012-
2014, Editor; Barrarah Barid, dkk. Jakarta: EGC.
Nurarif, Amin Huda & Hardi Kusuma. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 1 & 2. Yogyakarta: Mediaction
Publishing.
Smeltzer, S. dan Bare, B. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8; Volume 1. Jakarta: EGC.
Udjianti, Wajan Juni. 2011. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA,
Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC Edisi 9. Jakarta: EGC.
Bobak, L.J. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4 (Terjemahan). Jakarta:
EGC.
Carpenito, 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 21. Alih Bahasa : Yasmin
Asih, S.Kp. Jakarta : EGC
Cunningham, G.R. 2006. Obstetri Williams, Edisi 21, Alih Bahasa : Andry Hartono
dan Joko Suyono. Jakarta: EGC.
Doengoes, M.E. 2003. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih Bahasa I Made Kariasi,
S.Kp. Ni Made Sumawarti, S.Kp. Jakarta: EGC.
Hutahaean, S. 2009. Asuhan Keperawatan dalam Maternitas dan Ginekologi. Jakarta:
Trans Info Media.
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
NANDA. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan. Alih Bahasa Budi Santoso.
Jakarta: Prima Medika.
Oxorn H dan Forte W.R. 2010. Ilmu Kebidanan: Patologi & Fisiologi Persalinan.
Editor Dr. Mohammad Hakimi, Ph.D. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medika (YEM).
Prawirohardjo, S. 2007. Ilmu Kebidanan. Editor Prof. dr. Hanifa Wiknjosastro,
SpOG. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka