Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEPERAWATAN MATERNITAS 2

Tentang
“ASKEP DIABETES GESTASIONAL DAN ASKEP KEGAWATAN DAN
PEMBEDAHAN SC”

Dosen Pembimbing :
Ns.Ratna Indah,M.Kep

Disusun Oleh :
Chintya acita salyas (1902027)
Monika liski (1902037)
Nurul Haliza Rachmi (1802065)
Puja yuwingga (1902039)
Siti Nur Haslinda (1802074)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES SYEDZA SAINTIKA
PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Askep
Diabetes Gestasional Dan Askep Kegawatan Dan Pembedahan SC” ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
matakuliah Keperawatan Maternitas 2. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan
terima kasih kepada dosen kami Ns. Ratna Indah,M.Kep yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Padang, 15 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
1. Diabetes Melitus Gestational
Definisi diabetes mellitus gestational (GDM) menurut World Health
Organization (WHO) dengan sedikit modifikasi yang telah dilakukan oleh American
Diabetes Association (ADA), adalah intoleransi glukosa pada waktu kehamilan, pada
wanita normal atau yang mempunyai gangguan toleransi glukosa setelah terminasi
kehamilan. Estimasi kasus diabetes mellitus berdasarkan prevalensi global pada tahun
1995 adalah kira-kira 135 juta orang manakala projeksinya ke tahun 2025 akan
menunjukkan angka peningkatan yaitu kira-kira 300 juta. Kira-kira 135,000 wanita
hamil yang mengalami GDM setiap tahun yaitu kira-kira 3-5%. Bagi data statistik
bagi kasus GDM di Indonesia, penulis tidak bisa mendapat datanya karena tidak ada
penelitian yang sahih telah dilakukan di negara Indonesia mengenai GDM.

Faktor risiko dapat mempengaruhi insidensi GDM. Menurut data skrining dan
diagnosis GDM yang dikeluarkan oleh ADA, 2008 Standard of Medical Care, pada
wanita ras Hispanik, Afrika, Amerika, Asia Timur dan Asia Selatan mempunyai
risiko mendapat GDM berada di kategori sedang. Mereka perlu melakukan
melakukan tes gula darah pada kehamilan 24-28 minggu. Ditambah lagi, risiko
mendapat GDM pada ibu hamil yang umurnya kurang dari 21 tahun adalah 1%, lebih
dari 25 tahun adalah 14%, umur ibu diantara 21–30 tahun adalah kurang dari 2% dan
pada ibu yang umurnya lebih dari 30 tahun adalah 8 -14% mengikut statistik yang
didapatkan dari buku Diabetology of Pregnancy, oleh M.Porta, F.M. Matschinsky Vol
17 dengan tahun publikasi 2005. Dengan ini, kita bisa merangkupkan wanita di
Negara Asia atau di Negara Indonesia sendiri menpunyai risiko untuk mendapat
GDM dan pada lingkupan usia lebih dari 25 tahun mempunyai risiko tinggi mendapat
GDM.
2. Kegawatan Dan Pembedahan SC
Angka kematian langsung pada operasi sectio caesaria (SC) adalah 5,8 per
100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kesakitan sekitar 27,3% dibandingkan
dengan persalinan normal hanya sekitar 9 per 1000 kejadian. WHO (World Health
Organization) menganjurkan operasi SC hanya sekitar 10 – 15% dari jumlah total
kelahiran. Anjuran WHO tersebut tentunya didasarkan pada analisis resiko – resiko
yang muncul akibat SC. Baik resiko bagi ibu maupun bayi (Nakita, 2009).
Sectio caesaria berarti bahwa bayi dikeluarkan dari uterus yang utuh melalui
operasi pada abdomen. Di Negara – Negara maju, frekuensi operasi SC berkisar
antara 1,5% sampai dengan 7% dari semua persalinan (Sarwono, 1999). Angka sectio
caesaria meningkat dari 5% pada 25 tahun yang lalu menjadi 15%. Peningkatan ini
sebagian disebabkan oleh “mode”, sebagian karena ketakutan timbul perkara jika
tidak dilahirkan bayi yang sempurna, sebagian lagi karena pola kehamilan, wanita
menunda kehamilan anak pertama dan membatasi jumlah anak (Jensen, 2002).
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN MASALAH
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DIABETES MELITUS GESTASIONAL


1. Pengertian
Diabetes Melitus gestasional (DMG) adalah intoleransi karbohidrat ringan
(toleransi karbohidrat terganggu) maupun berat, terjadi atau diketahui pertama kali
saat kehamilan berlangsung.
Diabetes Melitus gestasional (DMG) adalah intoleransi karbohidrat dengan
berbagai tingkat keparahan, yang awitannya atau pertama kali dikenali selama masa
kehamilan (ADA, 1990). Diabetes Melitus gestasional adalah intoleransi karbohidrat
dengan keparahan bervariasi dan awitan ataum pertama kali diketahui saat hamil.
Jadi diabetes mellitus gestasional adalah adalah difisiensi insulin ataupun retensi
insulin pada ibu hamil sehingga mengakibatkan terjadinya intoleransi karbohidrat
ringan maupun berat yang baru diketahui selama mengalami kehamilan.
2. Epidemiologi
Kebanyakan kasus, diabetes gestasional akan menghilang segera setelah bayi
dilahirkan. Bagaimanapun juga, wanita-wanita yang menderita diabetes gestasional
mempunyai resiko tinggi untuk mengalami diabetes gestasional lagi pada kehamilan
berikutnya, dan juga 17 % - 63 % dari mereka akan mengalami perubahan dan
berkembang menjadi diabetes tipe 2 dalam 5 hingga 16 tahun.
3. Etiologi
Diabetes mellitus dapat merupakan kelainan herediter dengan cara insufisiensi
atau berkurangnya insulin dalam sirkulasi darah, berkurangnya glikogenesis, dan
konsentrasi gula darah tinggi. Diabetes dalam kehamilan menimbulkan banyak
kesulitan, penyakit ini akan menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan
hormonal pada penderita. Beberapa hormon tertentu mengalami peningkatan jumlah.
Misalnya hormon kortisol, estrogen, dan human placental lactogen (HPL).
Peningkatan jumlah semua hormon tersebut saat hamil ternyata mempunyai
pengaruh terhadap fungsi insulin dalam mengatur kadar gula darah. Kondisi ini
menyebabkan suatu kondisi yang kebal terhadap insulin yang disebut sebagai "insulin
resistance".
Faktor Predisposisi
a) Umur sudah mulai tua
b) Multiparitas
c) Penderita gemuk (obesitas)
d) riwayat melahirkan anak lebih besar dari 4000 g
e) Riwayat kehamilan : Sering meninggal dalam rahim, Sering mengalami lahir
mati, Sering mengalami keguguran
f) Hipertensi
g) Suku bangsa tertentu (Afrika, Latin, Asia, dan Amerika),
h) Mempunyai riwayat diabetes mellitus gestasional pada kehamilan
sebelumnya
i) Faktor autoimun setelah infeksi mumps, rubella dan coxsakie B4.
j) Meningkatnya hormon antiinsulin seperti GH, glukogen, ACTH, kortisol,
dan epineprin.
k) Obat-obatan.
4. Klasifikasi
1) Resiko rendah
Pemeriksaan glukosa`darah tidak diperlukan secara rutin apabila semua
karakeristik berikut ditemukan :
a) Berasal dari kelompok ethnic yang prevalensi diabetes mellitus
gestasionalnya rendah
b) Tidak ada anggota keluarga dekat ( first-degree relative) yang mengidap
diabetes
c) Usia kurang dari 25 tahun
d) Berat sebelum hamil normal
e) Tidak ada riwayat kelainan metabolisme glukosa
f) Tidak memiliki riwayat obstri yang buruk
2) Resiko rata-rata
Pemeriksaan glukosa darah pada minggu ke 24-28 dengan menggunakan
salah satu dari berikut :
a) Resiko rata-rata, Wanita keturunan hispanik, Afrika, Pribumi Amerika,
Asia Selatan atau timut
b) Resiko tinggi, wanita yang jelas kegemukan,jelas meiliki riwayak diabetes
tipe II pada anggota keluarga, riawayat diabetes gestasional atau
glukosuria,
3) Resiko Tinggi
Lakukan pemeriksaan sesegera mungkin: apabila diabetes gestasional tidak
terdiagnosis, pemeriksaan glukosa darah harus diulang pada minggu ke 24-28 atau
setiap saat pasie memperlihatkan gejala atau tanda yang mengarah ke hiperglikemia.
(Metzger & Coustan.1998).
5. Manifestasi Klinis
GDM, kebanyakan tidak memperlihatkan gejala, namun beberapa wanita
dengan GDM memperlihatkan gejala-gejala klasik seperti :
a) Polidipsi
b) Polifagi
c) Poliuri
d) Kelemahan yang berlebihan
6. Patofisiologi
Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu
keadaan di mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan
kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber
energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap
tinggi).
Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga
ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi
berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga
mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia,
hiperbilirubinemia.
Metabolisme karbohifrat wanita hamil dan tidak hamil yang ditandai
hipoglikemia puasa, hipoglikemia postprandial yang memanjang dan hiperinsulinemia
terutama pada trimester III efek kehamilan yang memperberat diabetes mellitus yang
didertia ibu hamil ataupun menimbulkan Diabetes mellitus grstasional disebut
diabetagonik.
Terdapat hipertrofi, hyperplasia dan hipesekresi sel b pancreas, konsentrasi
asam lemak bebas, trigliserida, da kolesterol pada wanita hamil puasa yang kebih
tinggi.
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang diperlukan adalah pemeriksaan kadar gula darah atau
skrining glukosa darah, ultrasonografi untuk mendeteksi adanya kelainan bawaan dan
makrosomia, Hemoglobin glikosida (HbA1c) yang menunjukkan kontrol diabetik
(HbA1c lebih besar dari 8,5% khususnya sebelum kehamilan, membuat janin beresiko
anomali kongenital, Pemeriksaan kadar keton urin untuk menentukan status gisi,
Budaya urin untuk mengidentifikasi ISK asimtomatik, protein dan kliren kreatinin (24
jam) untuk memastikan tingkat fungsi ginjal, khusus pada diabetes durasi lama,
tes`toleransi glukosa (GTT), kultur vagina mungkin positif untuk candida albicans,
Contraction stress test ( CST), Oxytocin challenge test (OCT) menunujukkan hasil
positif jika trjadi insufisiensi plasenta, Kriteria profil biofisik (BPP).
8. Penatalaksanaan
1) Mengatur diet.
Diet yang dianjurkan pada bumil DMG adalah 30-35 kal/kg BB, 150-200 gr
karbohidrat, 125 gr protein, 60-80 gr lemak dan pembatasan konsumsi natrium.
Penambahan berat badan bumil DMG tidak lebih 1,3-1,6 kg/bln. Dan konsumsi
kalsium dan vitamin D secara adekuat. Makanan disajikan menarik dan mudah
diterima. 
2) Terapi Insulin
Daya tahan terhadap insulin meningkat dengan makin tuanya kehamilan,
yang dibebaskan oleh kegiatan antiinsulin plasenta. Penderita yang sebelum
kehamilan sudah memerlukan insulin diberi insulin dosis yang sama dengan dosis
diluar kehamilan sampai ada tanda-tanda bahwa dosis perlu ditambah atau dikurangi.
Perubahan-perubahan dalam kehamilan memudahkan terjadinya hiperglikemia dan
asidosis tapi juga menimbulkan reaksi hipoglikemik. Maka dosis insulin perlu
ditambah/dirubah menurut keperluan secara hati-hati dengan pedoman pada 140
mg/dl. (Prawirohardjo, 2002)
3) Olah Raga
Kecuali kontraindikasi, aktivitas fisik yang sesuai direkomendasikan untuk
memperbaiki sensitivitas insulin dan kemungkinan memperbaiki toleransi glukosa.
Olah raga juga dapat membantu menaikkan berat badan yang hilang dan memelihara
berat badan yang ideal ketika dikombinasi dengan pembatasan intake kalori.
B. KONSEP KEGAWATAN DAN PEMBEDAHAN SC
1. Pengertian
Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau suatu histerektomia
untuk janin dari dalam rahim (Mochtar, 1998). Sedangkan Wiknjosastro (2010),
mengatakan bahwa Sectio caesaria (SC) adalah membuka perut dengan sayatan pada
dinding perut dan uterus yang dilakukan secara vertical atau mediana, dari kulit
sampai fasia (Wiknjosastro, 2010). Pendapat lain mengatakan bahwa SC adalah
pembedahan untuk mengeluarkan anak dari rongga rahim dengan mengiris dinding
perut dan dinding rahim (Angraini, 2008).
SC adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi pada dinding
abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga janin dilahirkan melalui perut dan
dinding perut serta dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat
(Harnawatiaj, 2008). Prawirohardjo (2005), berpendapat bahwa SC adalah
pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding
uterus.
2. Etiologi
Manuaba (2002), indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri
iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin
adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio
caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:
1) CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu
tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak
dapat melahirkan secara alami.
3. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan
bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan
lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus
lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin.
Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio
Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan
pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi
aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan
pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri
sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu,
dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen
sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan
saraf-saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan
prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses
pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang
bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi.
4. Manifestasi Klinis
Persalinan dengan Sectio Caesaria, memerlukan perawatan yang lebih
koprehensif yaitu: perawatan post operatif dan perawatan post partum. Manifestasi
klinis sectio caesarea menurut Doenges (2001),antara lain :
a) Nyeri akibat ada luka pembedahan
b) Adanya luka insisi pada bagian abdomen
c) Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
d) Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak
banyak)
e) Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800ml
f) Emosi labil/perubahan emosional dengan mengekspresikan ketidakmampuan
menghadapi situasi baru
g) Biasanya terpasang kateter urinarius
h) Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
i) Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
j) Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
k) Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka bisanya kurang paham
prosedur

Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo,2008 :
a. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar pra
operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
c. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
d. Urinalisis / kultur urine
e. Pemeriksaan elektrolit.

Penatalaksanaan
Penatalakanaan yang diberikan pada pasien Post SC menurut (Prawirohardjo, 2007)
diantaranya:
a. Periksa dan catat tanda – tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30
menit pada 4 jam kemudian.
b. Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat
c. Mobilisasi
Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari tempat tidur dengan
dibantu paling sedikit 2 kali. Pada hari kedua penderita sudah dapat berjalan ke kamar
mandi dengan bantuan.
d. Pemulangan
Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan pada hari kelima
setelah operasi

Komplikasi
Kemungkinan komplikasi dilakukannya pembedahan SC menurut Wiknjosastro
(2002):
1. Infeksi puerperal
Komplikasi yang bersifat ringan seperti kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari
dalam masa nifas yang bersifat berat seperti peritonitis, sepsis.
2. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria uterine
ikut terbuka atau karena atonia uteri.
3. Komplikasi lain seperti luka kandung kemih, kurang kuatnya jaringan parut pada
dinding uterus sehingga bisa terjadi ruptur uteri pada kehamilan berikutnya.

Asuhan Keperawatan DM Gestasional


Pengkajian
Identitas
Usia perlu diketahui kapan ibu dan berapa tahun ibu menderita Diabetes mellitus,
karena semakin lama ibu menderita DM semakin berat komplikasi yang muncul.
Keluhan Utama
Ibu hamil dengan DM sering mengeluh mual, muntah, penambahan berat badan
berlebihan atau tidak adekuat, polipdipsi, poliphagi, poliuti, nyeri tekan abdomen dan
retinopati
Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama.
Mual, muntah, penambahan berat badan berlebihan atau tidak adekuat, polipdipsi,
poliphagi, poluri, nyeri tekan abdomen dan retinopati.
b. Riwayat kesehatan keluarga.
Riwayat diabetes mellitus dalam keluarga.
c. Riwayat kehamilan
Diabetes mellitus gestasional, hipertensi karena kehamilan, infertilitas, bayi low
gestasional age, riwayat kematian janin, lahir mati tanpa sebab jelas, anomali
congenital, aborsi spontan, polihidramnion, makrosomia, pernah keracunan selama
kehamilan.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Sirkulasi
 Nadi pedalis dan pengisian kapiler ekstrimitas menurun atau lambat pada diabetes
yang lama.
 Edema pada pergelangan kaki atau tungkai.
 Peningkatan tekanan darah.
 Nadi cepat, pucat, diaforesis atau hipoglikemi.
b. Eliminasi
Riwayat pielonefritis, infeksi saluran kencing berulang, nefropati dan poliuri.
c. Nutrisi dan Cairan
 Polidipsi.
 Poliuri.
 Mual dan muntah.
 Obesitas.
 Nyeri tekan abdomen.
 Hipoglikemi.
 Glukosuria.
 Ketonuria.
d. Keamanan
 Kulit : Sensasi kulit lengan, paha, pantat dan perut dapat berubah karena ada
bekas injeksi insulin yang sering
 Riwayat gejala-gejala infeksi dan/budaya positif terhadap infeksi, khususnya
perkemihan atau vagina.
e. Mata
Kerusakan penglihatan atau retinopati.
f. Seksualitas
 Uterus: tinggi fundus uteri mungkin lebih tinggi atau lebih rendah dari normal
terhadap usia gestasi.
 Riwayat neonatus besa terhadap usia gestasi (LGA), Hidramnion,anomaly
congenital, lahir mati tidak jelas
g. Psikososial
 Resiko meningkatnya komplikasi karena faktor sosioekonomi rendah.
 Sistem pendukung kurang dapat mempengaruhi kontrol emosi.
 Cemas, peka rangsang dan peningkatan ketegangan.

B. Diagnosa Keperawatan
 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna dan menggunakan nutrisi kurang tepat.
 Kekurangan volume cairan dan elektrolite berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebihan dan tidak adekuatnya intake cairan
 Gangguan psikologis, ansietas berhubungan dengan situasi kritis atau mengancam
pada status kesehatan maternal atau janin.

Intervensi Keperawatan

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Rumusan Masalah
Tujuan Makalah

Asuhan Keperawatan Teoritis


A.    Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi
distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali
pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa.
1.      Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status perkawinan,
pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register  , dan diagnosa
keperawatan.
2.      Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut
bergerak.

3. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu:
Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung, hipertensi, DM, TBC,
hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
b) Riwayat kesehatan sekarang :
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang keluar pervaginan
secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.
c) Riwayat kesehatan keluarga:
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit
kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien.
4. Pola-pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara
pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan
tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya
b) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari keinginan
untuk menyusui bayinya.
c) Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas
pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas
didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
d) Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing selama
masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang
menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita
takut untuk melakukan BAB.
e) Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya
kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
f) Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang lain.
g) Pola penagulangan stres
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
h) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri perut
akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi kurangnya
pengetahuan merawat bayinya
i) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih menjelang
persalinan dampak psikologis klien terjadi  perubahan konsep diri antara lain dan
body image dan ideal diri
j) Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi dari
seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.
5. Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya
cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
b) Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena adanya proses
menerang yang salah
c)  Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-
kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang
mengalami perdarahan, sklera kunuing
d) Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah cairan
yang keluar dari telinga.
e) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang ditemukan
pernapasan cuping hidung
f) Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola mamae dan
papila mamae
g) Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri. Fundus
uteri 3 jari dibawa pusat.

h) Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat pengeluaran
mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan menandakan adanya
kelainan letak anak.
i) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur
j) Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus,
karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
k) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat,
pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Nyeri berhubungan dengan
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arief, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta:
Media Aesculapius FKUI.
NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2012-
2014, Editor; Barrarah Barid, dkk. Jakarta: EGC.
Nurarif, Amin Huda & Hardi Kusuma. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 1 & 2. Yogyakarta: Mediaction
Publishing.
Smeltzer, S. dan Bare, B. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8; Volume 1. Jakarta: EGC.
Udjianti, Wajan Juni. 2011. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA,
Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC Edisi 9. Jakarta: EGC.
Bobak, L.J. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4 (Terjemahan). Jakarta:
EGC.
Carpenito, 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 21. Alih Bahasa : Yasmin
Asih, S.Kp. Jakarta : EGC
Cunningham, G.R. 2006. Obstetri Williams, Edisi 21, Alih Bahasa : Andry Hartono
dan Joko Suyono. Jakarta: EGC.
Doengoes, M.E. 2003. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih Bahasa I Made Kariasi,
S.Kp. Ni Made Sumawarti, S.Kp. Jakarta: EGC.
Hutahaean, S. 2009. Asuhan Keperawatan dalam Maternitas dan Ginekologi. Jakarta:
Trans Info Media.
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
NANDA. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan. Alih Bahasa Budi Santoso.
Jakarta: Prima Medika.
Oxorn H dan Forte W.R. 2010. Ilmu Kebidanan: Patologi & Fisiologi Persalinan.
Editor Dr. Mohammad Hakimi, Ph.D. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medika (YEM).
Prawirohardjo, S. 2007. Ilmu Kebidanan. Editor Prof. dr. Hanifa Wiknjosastro,
SpOG. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai