TINJAUAN PUSTAKA
12
13
dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap, dan mengandung butir pigmen
(melanosomes) (Djuanda, 2003).
atasnya dan merupakan sel-sel induk. Bentuknya silindris (tabung) dengan inti
yang lonjong. Di dalamnya terdapat butir-butir yang halus disebut butir melanin
warna. Sel tersebut disusun seperti pagar (palisade) di bagian bawah sel tersebut
terdapat suatu membran yang disebut membran basalis. Sel-sel basalis dengan
membran basalis merupakan batas terbawah dari epidermis dengan dermis.
Ternyata batas ini tidak datar tetapi bergelombang. Pada waktu korium menonjol
pada epidermis tonjolan ini disebut papila kori (papila kulit), dan epidermis
menonjol ke arah korium. Tonjolan ini disebut Rete Ridges atau Rete Pegg
(prosessus interpapilaris).
Lapisan Malpighi atau lapisan spinosum/akantosum, lapisan ini merupakan
lapisan yang paling tebal dan dapat mencapai 0,2 mm terdiri dari 5-8 lapisan. Sel–
selnya disebut spinosum karena jika kita lihat di bawah mikroskop sel–selnya
terdiri dari sel yang bentuknya poligonal (banyak sudut) dan mempunyai tanduk
(spina). Disebut akantosum karena sel–selnya berduri. Ternyata spina atau tanduk
tersebut adalah hubungan antara sel yang lain disebut Interceluler Bridges atau
jembatan interseluler.
Lapisan granular atau stratum granulosum, stratum ini terdiri dari sel–sel
pipih seperti kumparan. Sel–sel tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar
dengan permukaan kulit. Dalam sitoplasma terdapat butir–butir yang disebut
keratohiolin yang merupakan fase dalam pembentukan keratin oleh karena
banyaknya butir–butir stratum granulosum. Stratum korneum, selnya sudah mati,
tidak mempunyai inti sel (inti selnya sudah mati) dan mengandung zat keratin.
Epidermis juga mengandung kelenjar ekrin, kelenjar apokrin, kelenjar sebaseus,
rambut dan kuku. Kelenjar keringat ada dua jenis, ekrin dan apokrin. Fungsinya
mengatur suhu tubuh, menyebabkan panas dilepaskan dengan cara penguapan.
Kelenjar ekrin terdapat di semua daerah di kulit, tetapi tidak terdapat pada selaput
lendir. Seluruhnya berjumlah antara 2 sampai 5 juta, yang terbanyak di telapak
tangan. Sekretnya cairan jernih, kira–kira 99% mengandung klorida, asam laktat,
nitrogen, dan zat lain. Kelenjar apokrin adalah kelenjar keringat besar yang
bermuara ke folikel rambut. Tardapat di ketiak, daerah anogenital, puting susu,
dan areola. Kelenjar sebaseus terdapat di seluruh tubuh, kecuali di tapak tangan,
tapak kaki, dan punggung kaki. Terdapat banyak kulit kepala, mukakening, dan
15
dagu. Sekretnya berupa sebum dan mengandung asam lemak, kolesterol, dan zat
lain.
Rambut terdapat diseluruh tubuh, rambut tumbuh dari folikel rambut di
dalamnya epidermis. Folikel rambut dibatasi oleh epidermis sebelah atas, dasrnya
terdapat papil tempat rambut tumbuh. Akar berada di dalam folikel pada ujung
paling dalam dan bagian sebelah luar disebut batang rambut. Pada folikel rambut
terdapat otot polos kecil sebagai penegak rambut. Rambut terdiri dari rambut
panjang di kepala, pubis dan jenggot, rambut pendek dilubang hidung, liang
telinga dan alis, rambut bulu lanugo diseluruh tubuh, dan rambut seksual di pubis
dan aksila (ketiak).
Kuku merupakan lempeng yang terbuat dari sel tanduk yang menutuoi
permukan dorsal ujung jari tangan dan kaki. Lempeng kuku terdiri dari 3 bagian
yaitu pinggir bebas, badan, dan akar yang melekat pada kulit dan dikelilingi oleh
lipatan kulit lateral dan proksimal. Fungsi kuku menjadi penting waktu mengutip
benda–benda kecil.
3.1.2 Lapisan Dermis
Lapisan yang terletak dibawah lapisan epidermis adalah lapisan dermis
yang jauh lebih tebal daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis
dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis
besar dibagi menjadi 2 bagian yakni pars papilare yaitu bagian yang menonjol ke
epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah, dan pars retikulare
yaitu bagian bawahnya yang menonjol kea rah subkutan, bagian ini terdiri atas
serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen, elastin dan retikulin. Dasar
lapisan ini terdiri atas cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat, di
bagian ini terdapat pula fibroblast, membentuk ikatan yang mengandung
hidrksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifat lentur dengan bertambah
umur menjadi kurang larut sehingga makin stabil. Retikulin mirip kolagen muda.
Serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk amorf dan mudah
mengembang serta lebih elastis (Djuanda, 2003).
3.1.3 Lapisan Subkutis
Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis yang terdiri atas jaringan ikat
longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat,
16
besar, dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel
ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh trabekula
yang fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adipose, berfungsi sebagai
cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh
darah, dan getah bening. Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama bergantung
pada lokasinya. Di abdomen dapat mencapai ketebalan 3 cm, di daerah kelopak
mata dan penis sangat sedikit. Lapisan lemak ini juga merupakan bantalan
(Djuanda, 2003).
Vaskularisasi di kulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak di
bagian atas dermis (pleksus superficial) dan yang terletak di subkutis (pleksus
profunda). Pleksus yang di dermis bagian atas mengadakan anastomosis di papil
dermis, pleksus yang di subkutis dan di pars retikulare juga mengadakan
anastomosis, di bagian ini pembuluh darah berukuran lebih besar. Bergandengan
dengan pembuluh darah terdapat saluran getah bening (Djuanda, 2003).
3.1.4 Fisiologi Kulit
Kulit merupakan organ paling luas permukaannya yang membungkus
seluruh bagian luar tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya
bahan kimia, cahaya matahari mengandung sinar ultraviolet dan melindungi
terhadap mikroorganisme serta menjaga keseimbangan tubuh terhadap
lingkungan. Kulit merupakan indikator bagi seseorang untuk memperoleh kesan
umum dengan melihat perubahan yang terjadi pada kulit. Misalnya menjadi pucat,
kekuning–kuningan, kemerah–merahan atau suhu kulit meningkat,
memperlihatkan adanya kelainan yang terjadi pada tubuh gangguan kulit karena
penyakit tertentu.
Gangguan psikis juga dapat menyebabkan kelainan atau perubahan pada
kulit. Misalnya karena stress, ketakutan atau dalam keadaaan marah, akan terjadi
perubahan pada kulit wajah. Perubahan struktur kulit dapat menentukan apakah
seseorang telah lanjut usia atau masih muda. Wanita atau pria juga dapat
membedakan penampilan kulit. Warna kulit juga dapat menentukan ras atau suku
bangsa misalnya kulit hitam suku bangsa negro, kulit kuning bangsa mongol, kulit
putih dari eropa dan lain-lain.
17
Perasaan pada kulit adalah perasaan reseptornya yang berada pada kulit.
Pada organ sensorik kulit terdapat 4 perasaan yaitu rasa raba/tekan, dingin, panas,
dan sakit. Kulit mengandung berbagai jenis ujung sensorik termasuk ujung saraf
telanjang atau tidak bermielin. Pelebaran ujung saraf sensorik terminal dan ujung
yang berselubung ditemukan pada jaringan ikat fibrosa dalam. Saraf sensorik
berakhir sekitar folikel rambut, tetapi tidak ada ujung yang melebaratau
berselubung untuk persarafan kulit.
Penyebaran kulit pada berbagai bagian tubuh berbeda-beda dan dapat
dilihat dari keempat jenis perasaan yang dapat ditimbulkan dari daerah-daerah
tersebut. Pada pemeriksaan histologi, kulit hanya mengandung saraf telanjang
yang berfungsi sebagai mekanoreseptor yang memberikan respon terhadap
rangsangan raba. Ujung saraf sekitar folikel rambut menerima rasa raba dan
gerakan rambut menimbulkan perasaan (raba taktil). Walaupun reseptor sensorik
kulit kurang menunjukkan ciri khas, tetapi secara fisiologis fungsinya spesifik.
Satu jenis rangsangan dilayani oleh ujung saraf tertentu dan hanya satu jenis
perasaan kulit yang disadari.
Rasa mekanik, rasa suhu dan rasa nyeri berbeda dengan alat indra yang
lain. Reseptornya tergabungdalam satu organ tertentu. Masing–masing reseptor
modalitas rasa ini berdiri sendiri secara terpisah dan tersebar hampir diseluruh
bagian tubuh. Serat aferennya tidak membentuk berkas saraf khusus tetapi
tersebar pada banyak saraf perifer dan jaringan saraf di pusat. Dengan demikian
modalitas rasa ini tidak membentuk alat indra tertentu yang khas.
Rasa mekanik mempunyai beberapa modalitas (kualitas) yaitu rasa tekan,
rasa raba, dan rasa geli yang berbeda di setiap bagian tubuh tetentu. Dengan
menggunakan aestesiometer dapat diketahui bagian kulit yang paling peka
terhadap rangsangan. Pada permukaan kulit yang peka, titik tekan lebih padat
dibandingkan dengan kulit lain. Titik rasa tekan tersebut merupakan manifestasi
adanya reseptor tekan pada bagian kulit di bawahnya.
Rasa suhu mempunyai dua submodalitas yaitu rasa dingin dan rasa panas.
Reseptor dingin/panas berfungsi mengindrai rasa dingin/rasa panas dan refleks
pengaturan suhu tubuh. Reseptor ini dibantu oleh reseptor yang terdapat di dalam
sistem saraf pusat. Dengan pengukuran waktu reaksi, dapat dinyatakan bahwa
18
kecepatan hantaran rasa panas. Dengan anastesi blok rasa dingin/panas dapat
diblok sehingga objektif maupun subjektif rasa dingin dan panas dapat
dipisahkan.
Rasa propriosepsi berasal dari dalam tubuh sendiri atau disebut juga rasa
dalam. Reseptor tidak terdapat pada kulit tetapi dibagian lebih dalam yaitu di
dalam otot, tendo, dan sendi. Informasi propriosepsi dihantarkan ke medulla
spinalis melalui kolom dorsal masuk ke serebelum. Sebagian berjalan ke
laminikus medial dan thalamus ke korteks. Impuls berasal dari komparan otot,
organ sensorik di dalam, dan sekitar sendi. Neuron dalam korteks sensoris
berespons terhadap gerakan–gerakan tertentu.
Rasa nyeri timbul oleh rangsangan yang merusak. Rasa nyeri ini terutama
berfungsi untuk pelindungi, mencegah kerusakan lebih lanjut dari jaringan yang
terkena. Modalitas rasa nyeri dibagi atas submodalitas nyeri somatik dan nyeri
visera. Nyeri somatik dibagi menjadi submodalitas nyeri permukaan dan nyeri
dalam. Zat kimia pada kadar tertentu dapat menimbulkan nyeri (misalnya :
asetilkoin, serotonin, histamine yang juga menimbulkan rasa gatal). Rasa nyeri
terdiri dari nyeri proyeksi. nyeri alih, hiperalgesia, hipalgesia dan nyeri kronis.
Rasa gatal merupakan bentuk khusus rasa nyeri yang timbul pada kondisi
perangsangan tertentu. Perangsangan yang berurutan dengan rangsangan makin
kuat. Suatu saat rasa gatal yang timbul diganti dengan rasa nyeri. Bila
rangsangannya mencapai intensitas yang tinggi, rasa gatal yang dialami dapat
hilang. Bila jaras spinotalamatik yang sedang dilewati rasa gatal. Rasa nyeri
dengan cara tertentu jika titik gatal sama dengan titik nyeri. Reseptor gatal terletak
pada bagian kulit permukaan sedangkan reseptor nyeri terdapat lebih dalam dari
kulit (Djuanda, 2003).
3.2 Definisi Luka Bakar
Luka Bakar (Combustio) adalah kerusakan pada jaringan kulit baik secara
langsung maupun tidak langsung dan tidak menutup kemungkinan sampai ke
organ dalam, kerusakan ini bisa disebabkan oleh kontak langsung dengan sumber
panas yaitu api, air atau uap panas, bahan kimia, radiasi maupun arus listrik (Bare
& Smeltzer 2001).
19
3.3 Etiologi
A. Termal
Luka bakar karena panas paling sering terjadi akibat tersiram air panas
yang akan membentuk luka lepuh, hingga terjadi denaturasi protein, pembentukan
oksigen radikal bebas, dan akhirnya kematian sel dengan pembentukan bekas luka
bakar (Hettiaratchy & Dziewulski 2004, Hendry 2015 & Karimi et al 2015).
Gambar 3.2 Luka bakar melepuh (kiri) dan luka bakar akibat kontak langsung
dengan benda panas (kanan) pada anak (Hettiaratchy & Dziewulski 2004).
B. Luka bakar listrik
Luka bakar listrik terjadi akibat aliran listrik yang diubah menjadi panas
dan menjalar ke jaringan tubuh yang merupakan konduktor yang buruk. Jumlah
panas yang dihasilkan, dan tingkat kerusakan jaringan, sama dengan 0,24
dikalikan dengan tegangan dan resistan. Listrik untuk keperluan domestic
biasanya bertegangan rendah dan cenderung menyebabkan luka bakar kecil.
Aliran listrik yang lebih besar dari 1000 Volt dapat menyebabkan kerusakan otot,
rabdomiolosis, dan gagal ginjal.
20
Gambar 3.3 Perbedaan luka bakar karena tegangan tinggi dan flash
(Hettiaratchy & Dziewulski 2004)
Gambar 3.4 Luka bakar kimia akibat asam sulfat (Hettiaratchy &
Dziewulski 2004).
21
Gambar 3.5 Zona luka bakar menurut Jackson (Hettiaratchy & Dziewulski
2004, Hendry 2015 & Karimi et al 2015)
Gambar 3.6 Ada nekrosis di sentral dikelilingi oleh zona stasis dan zona
hyperemia (Hettiaratchy & Dziewulski 2004).
Proses mendasar yang terjadi pada luka bakar dapat berupa reaksi
inflamasi lokal dan sistemik, dengan hasil akhir terjadinya perpindahan cairan ke
ruang intersitisial. Efek sistemik luka bakar akan jelas terlihat bila luas luka bakar
mencapai > 20%. Beberapa keadaan yang perlu diperhatikan pada luka bakar
adalah inflamasi, edema, kehilangan cairan dan elektrolit, infeksi. Pada luka bakar
terjadi pelepasan mediator inflamasi seperti histamin, serotonin, prostaglandin,
tromboksan, komplemen dan sitokin lainnya sebagai respons tubuh terhadap
adanya trauma mekanis. Hal itu menyebabkan permeabilitas kapiler meningkat
sehingga terjadi ekstravasasi cairan dan protein ke ruang interstisial sehingga
terjadi edema. Pada luka bakar yang luas terjadi pelepasan vasoaktif ke sirkulasi
sehingga terjadi peningkatan permeabilitas kapiler sistemik. Selain itu terjadi
penurunan aktivitas potensial transmembran sel sehingga terjadi perpindahan
23
sodium dan air dari ekstrasel ke intrasel yang menyebabkan pembengkakan sel
(Hettiaratchy & Dziewulski 2004, Hendry 2015 & Karimi et al 2015).
Salah satu fungsi kulit adalah menapis masuknya kuman ke dalam
sirkulasi. Dengan hilangnya kulit (epidermis dan dermis) maka proses inhibisi
kuman ke sirkulasi terganggu. Kuman dapat langsung kontak ke sirkulasi
sehingga proses infeksi mudah terjadi. Infeksi secara luas akan menimbulkan
sepsis yang dapat menyebabkan kematian. Selain itu infeksi dapat terjadi akibat
translokasi bakteri dan peningkatan permeabilitas dari gastrointestinal
(Hansbrough 2010, Krishnamoorthy, Ramaiah & Bhananker 2012 & Hendry
2015).
3.5 Klasifikasi
a. Kedalaman Luka Bakar
Klasifikasi luka bakar berdasarkan kedalamannya dibagi dalam 4 derajat,
dengan pembagian sebagai berikut: (Tabel 2.1).
Gambar 3.7 Klasifikasi kedalaman luka bakar sesuai lapisan anatomi kulit
(Hettiaratchy & Dziewulski 2004).
24
Gambar 3.8 (a) the rule of nines. (b) skema estimasi area permukaan tubuh pada
dewasa (Yasti et al 2015)
25
Gambar 3.12 Klasifikasi luka bakar (Tanto, Liwang & Hanifati 2014)
3.7 Penatalaksanaan
a) Pertolongan Pertama Pada Luka Bakar Minor
1. Hentikan proses luka bakar. Jauhkan semua sumber luka bakar. Pakaian
sebaiknya dilepaskan karena dapat menahan panas. Apabila pada trauma
listrik maka hubungan listrik harus diputuskan.
2. Dinginkan luka bakar. Efektif pada 20 menit pertama. Irigasi dengan air
15°C selama 20 menit. Hal tersebut dapat melepas bahan berbahaya,
mengurangi nyeri dan mengurangi edema dengan menstabilkan sel mast
dan pelepasan histamin. Jangan menggunkan air es karena vasokontriksi
dapat menyebabkan progresi luka bakar. Namun, mendinginkan area luka
bakar yang luas dapat menyebabkan hipotermia, terutama pada anak-anak.
Luka bakar akibat bahan kimia dapat diirigasi air sebanyak-banyaknya.
28
2. Gunakan penutup
Idealnya dalam 24 jam perlu dilakukan dressing ulang. Pertama kali
dressing diganti setelah 48 jam kemudian setiap 3-5 hari berikutnya. Bila
luka yang diberikan dressing terasa nyeri, berbau, terkontaminasi, keluar
cairan berlebihan, atau tanda-tanda infeksi seperti demam, segera ganti
dressing. Bila luka tidak sembuh dalam 3 minggu, segera rujuk ke bedah
plastik yang menangani luka bakar. Bekas luka bakar akan kering dan
sensitif. Dalam masa penyembuhan dapat terasa gatal. Sebaiknya berikan
krim pelembab dan hindari paparan dari sinar matahari langsung.
3. Luka bakar di wajah
Sebaiknya rujuk ke spesialis bedah plastik. Namun, bila hanya Sunburn,
maka luka sebaiknya dibersihkan 2 kali sehari dengan solusio klorohksidin
terdilusi. Sebaiknya dilapisi krim seperti paraffin cair setiap 1-4 jam untuk
meminimalkan pembentukan krusta. Pasien sebaiknya tidur dengan 2
bantal dalam 48 jam pertama untuk mencegah edem wajah (Tanto, Liwang
& Hanifati 2014).
b) Tatalaksana Awal Luka Bakar Mayor
Luka bakar yang mencapai 25% atau lebih dari total permukaan tubuh.
Namun luka bakar sudah lebih dari 10% sebaiknya diperlakukan sama
dengan luka bakar mayor (Tanto, Liwang & Hanifati 2014).
Anamnesis
Dari anamnesis dapat diketahui:
- Bahan yang menyebakan luka bakar (api, air panas, listrik, atau kimia).
- Bagaimana kontaknya dengan pasien.
- Pertolongan pertama yang telah dilakukan dan tatalaksana lanjutan
yang telah diberikan.
- Adakah kejadian lain yang menyertai (jatuh, tabrakan, atau ledakan).
- Adakah resiko trauma inhalasi (terutama pada kejadian ruangan
tertutup).
- Kapan terjadi dan berapa lama pejanannya.
- Sudahkah resusitasi cairan dimulai (Tanto, Liwang & Hanifati 2014).
30
Survey Primer :
1. Airway
Sama halnya dengan bantuan hidup lanjut, sebaiknya servical tetap
dilindungi kecuali tidak terdapat jejas servical. Inhalasi gas panas dapat
menyebabkan edema pita suara beberapa saat kemudian. Oleh karena itu, jaga
jalan nafas tetap paten. Bila diperlukan maka dapat dilakukan intubasi.
Tanda-tanda trauma inhalasi, yaitu:
- Riwayat luka bakar karena api atau luka bakar di ruangan tertutup.
- Luka bakar yang luas dan dalam area wajah, leher, atau upper torso.
- Bulu hidung yang terbakar.
- Adanya sputum berkarbon atau partikel karbon di orofaring.
2. Breating
Seluruh pasien luka bakar sebaiknya mendapat oksigen 100% dengan non-
rebreathing mask.
- Luka bakar yang mengelilingi dada atau sangat luas dan dalam di area
dada dapat membatasi pergerakan dada dan membuat ventilasi
inadekuat. Dibutuhkan tindakan eskarotomi.
- Jejas yang mempenetrasi menyebabkan tension pneumothorax,
kontusio paru, dan trauma alveolar yang menyebabkan adult
respiratory distress syndrome.
- Sekalipun telah dingin, hasil kombustio dapat masuk ke dalam paru-
paru dan dapat mengiritasi paru yang menyebabkan inflamasi,
bronkospasme, bronkokhorea. Silia pneumosit yang rusak dapat
berlanjut menjadi atelektasis atau pneumonia. Dapat diberikan
nebulizer atau ventilasi tekanan positif dengan positive end-expiratory
pressure (PEEP).
- Afinitas ikatan karbonmonoksida dengan deoksihemoglobin 40 kali
lebih kuat dibandingkan dengan afinitas oksigen. Karbonmonoksida
juga berikatan dengan protein intraseluler terutama melalui jalur
sitokrom oksidase. Kedua proses tersebut menyebabkan hipoksia
31
kanker yang telah bermetastase, penyakit ginjal dan hati dapat mempengaruhi
mortalitas pada pasien luka bakar (Brunicardi et al., 2010).
3.9 Komplikasi
Beberapa komplikasi yang terjadi, yaitu (Brunicardi et al, 2010; Pruthi et al,
2015) :
1. Hipovolemi, Hipotermia, Gangguan pernapasan
2. Infeksi
3. Scarring, Kontraktur