Anda di halaman 1dari 41

TUGAS DARING 3

MATA KULIAH MEKANIKA TANAH

OLEH

NAMA : ANGERIO GERADUS TAHU

NIM : 1901110018

KELAS :B

PRODI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2020
Bahan Tugas Mandiri Daring 3 MK. Mekanika Tanah (06 April
2020)
Untuk pertemuan minggu ini, anda diminta untuk membaca (literasi) tentang beberapa
prosedur pengujuan di lab untuk beberapa uji sebagai berikut:

 Shieve analysis
 Density test
 Compacting test
 Sondir test

Soal:

1. Anda diminta untuk menyajikan secara detail prosedur test tersebut di atas sesuai
standar uji yang baku.
2. Apa manfaat test tersebut jika dikaitkan dengan pembangunan gedung/jalan/dll
(bangunan sipil)? Kemukakan pendapat anda.

Syarat:

1. Kerjakan secara mandiri, hindari COPY PASTE


2. Diketik rapi 1 ½ spasi, huruf times new roman pada kertas A4.
3. Sumber silahkan dicari di internet dengan mencantumkan Referensi/Daftar Bacaan
pada bagian akhir.
4. Pada email bagian SUBJECT dan Nama file gunakan nama: DARING3
MEKTAN_NAMA MAHASISWA
5. Dikumpul selambatnya hari Selasa, 14 April 2020
6. File dikirim ke email: yapmessakh@gmail.com.
7. Yang mengumpulkan tugas, nilainya diambil dan sebagai absensi kehadiran minggu
ini.
ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR

(shieve analysis)
1. Tujuan Umum Dan sasaran prosedur test Shieve analysis
Praktikum ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk dapat menentukan
gradasi agregat dengan grafik semilogaritma. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk
menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus dan agregat kasar dengan
menggunakan saringan.

2. Prosedur Praktikum
 Peralatan – peralatan praktikum prosuder test
1. Timbangan Kapasitas 25 Kg
2. Satu set saringan
3. Oven
4. Talam-talam
5. Kuas, sikat kuningan, sendok dan alat-alat lainnya
6. Mesin pengguncang saringan
 Sampel
Contoh agregat dikeringkan di udara, dicampur rata, kemudian contoh agregat
diambil
sebagian untuk diayak.
a. Agregat Halus
Sejumlah contoh agregat halus mula-mula diambil sebagian sebanding dengan
angka kehalusannya.
 Angka kehalusan lebih dari 2,5 diambil contoh agregat 400-800 gram.
 Angka kehalusan di antara 1,5 - 2,5 diambil contoh agregat 200-400
gram.
 Angka kehalusan kurang dari 1,5 diambil contoh agregat 100-200
gram.
b. Agregat Kasar
Jumlah contoh agregat untuk diayak kurang dari 0,4 kali lebih besar butir
terbesar dalam mm dijadikan kg.
Misal : Besar butir maksimum = 50 mm (20kg)
Jadi contoh agregat yang diambil = 0,4 x 20 = 5 kg
3. Prosedur Pengujian
a. Analisa ayak agregat halus
1. Agregat halus dikeringkan dalam oven dengan suhu (110 + 5)0C sampai berat
tetap.
2. Timbang agregat halus sebanyak 5000 gram.
3. Saring benda uji sebanyak itu dengan menggunakan ayakan 4 mm ke atas.
4. Dari benda uji yang tembus ayakan 4 mm, timbang sebanyak 500 gram.
5. Ayak agregat 500 gram tersebut dengan ayakan lebih kecil 4 mm yang
berkelipatan dua, sedangkan ayakan paling besar ditempatkan paling atas.
Pengayakan ini dilakukan dengan meletakkan susunan ayakan pada mesin
pengguncang dan agregat diguncang selama 15 menit.
6. Bersihkan masing-masing ayakan, dimulai dari ayakan teratas dengan kuas cat
yang lemas. Perhatian, penyikatan jangan terlalu keras, sekedar menurunkan
debu yangmungkin masih melekat pada ayakan.
7. Timbang berat total agregat yang tertahan di masing-masing ayakan terhadap
berat total di mana :
 Prosentase total berat benda uji yang tertahan di atas ayakan 4 mm ke atas
dihitung berdasarkan berat 5000 gram.
 Prosentase berat benda uji yang tertahan 2 mm ke bawah, dihitung
berdasarkan berat 500 gram.
b. Analisa ayak agregat kasar
1. Timbang benda uji seberat 0,4 x besar butir terbesar dijadikan kg.
2. Ayak benda uji tersebut dengan menggunakan susunan ayakan 4 mm ke atas.
Pengayakan ini dilakukan dengan meletakkan susunan ayakan pada mesin
pengguncang dan diguncang selama 15 menit dengan menggunakan tangan
Harus diperhatikan, jika yang tembus dari ayakan 4 mm lebih atau sama dengan
500 gram, maka yang tembus harus diayak lagi yaitu dengan menggunakan
ayakan agregat halus dari 4 mm ke bawah.
3. Timbang berat agregat yang tertahan di atas masing-masing lubang ayakan.
4. Hitung prosentase berat benda yang tertahan di atas masing-masing lubang
ayakan terhadap berat total.

4. Perhitungan dan Pelaporan


Prosentase berat benda uji yang tertahan di atas saringan :

A
A= x 100 %
B
Di mana :
A = berat benda uji yang tertahan di atas saringan mm
B = berat benda uji total
Catatan :
 Pemeriksaan analisa ayakan ini dapat dilakukan hanya 1 kali percobaan
 Data hasil pemeriksaan yang dilaporkan adalah berat sampel tertahan di atas
masingmasing saringan (ditulis dalam bilangan desimal satu angka di belakang
koma).
 Laporan meliputi:
1. Prosentase lolos kumulatif pada masing-masing ukuran saringan
2. Gambar grafik akumulatif
ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS

ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR


Percobaan Density Test
Dengan Drive Cylinder Methode

a. Tujuan Percobaan
Untuk menentukan Density tanah di lapangan dengan cara Drive Cylinder untuk
tanah yang relatif Undisturbed dengan cara memasukkan Cylinder baja tipis ke
dalam tanah melalui Driving Head khusus.
 Untuk test di permukaan tanah (kedalaman yang dangkal), kurang dari 1
meter
 Untuk test yang kedalamannya lebih besar
Metode ini tidak dimaksudkan untuk sampel-sample tanah yang sangat keras,
yang tidak dapat ditusuk dengan Cylinder baja dan tidak untuk tanah-tanah yang
memiliki tingkat plastisitas rendah yang tidak bisa diambil dengan Cylinder.
Metode ini dilakukan di lapangan pada lubang-lubang bor atau test pit (galian)
pada kedalaman-kedalaman tertentu yang diinginkan.

b. Alat Dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam pengambilan sample di lapangan adalah :


 Drive cylinder , diameter ± 2 – 2,5 (50 – 140 mm)
Ada dua jenis cylinder , yaitu :
Cylinder yang diberi nomer-nomer yang berbeda dan dengan cepat
dapat mudah diketahui sebelum ditimbang s

Cylinder yang memakai drat digunakan untuk kedalaman yang lebih


dari 1 meter

Menurut Hvorslev untuk Drive Cylinder harus memiliki harga


area ratio sekitar 10 – 15 %, yang dihitung dengan persamaan :
D2−D2
A . R= e 2 1 x 100
D1
Keterangan :
A.R = Area ratio (%)
De = Diameter luar maksimum dari drive cylinder
Di = Diameter dalam maksimum dari drive cylinder

 Drive Head
Untuk kedalaman kurang dari 1 meter Sliting Weight untuk menusukkan ke
dalam tanah lebih dari 1 meter, digunakan Hummer dengan Extension Drive
Rood untuk memasukkan Cylinder ke dalam tanah.
 Straightedge
Terbuat dari baja dengan satu sisi tajam untuk memotong ujung sample pada
permukaan Cylinder.
 Shovel
Seperti sekop, untuk menggali cylinder keluar setelah ditusukkan pada kedalaman
yang dangkal.
 Anker tipe Iwan atau tipe Auger lainnya untuk membuat lubang sampai
kedalaman yang akan ditusuk dengan Cylinder.
 Neraca kapasitas 1 kg dengan ketelitian 1.0 gram dan kapasitas 500 gram
dengan ketelitian 0.10 gram.
 Alat pengering (Dry Oven)
 Alat-alat bantu lainnya : sikat, katrol untuk Hummer, kaleng dengan
tutupnya untuk kadar air test dan sebuah sendok besar.

c. Langkah Kerja
 Timbang dan ukur volume Cylinder
Sebelum test dimulai, tentukan dulu berat masing-masing Cylinder sampai
ketelitian 1 gram, dan volume Cylinder dengan ketelitian 0,01 inchi (0,254).
 Untuk kedalaman test kurang dari 1 meter
Bersihkan semua partikel yang melekat pada tanah yang akan ditest
Buat lubang bor atau galian dengan skop pada tanah yang akan
dijadikan sampel
Ukur kedalaman permukaan tanah yang akan dites
Pasang Drive Rod pada Cylinder
Cylinder ditekan dengan menginjak Drop Hummer
Buka Drive Head, gali Cylinder dengan sekop
Bersihkan kotoran yang melekat pada sampel, usahakan tanah tidak
mengalami guncangan atau hal-hal lain yang mengakibatkan kondisi
tanah menjadi terganggu
Timbang sampel dan Cylinder, keluarkan sampel dari dalam
Cylinder, ambil ± 100 gram dari tengah-tengah sampel untuk tes
kadar air
 Untuk pengambilan sampel pada kedalaman lebih dari 1 meter
Buat lubang bor sampai pada lapisan yang akan dites
Bersihkan dasar lubang bor dari material yang jatuh dari mata bor
dengan alat pembersih
Sambungan Cylinder dengan Drive Head, masukkan Cylinder ke
dalam lubang bor, tumbukkan Hummer pada Cylinder melalui Drive
Head
Hati-hati menumbuk agar tanah tidak tertekan
Sampel dipisahkan dari dasarnya dengan menggerakkan Rod dan
Cylinder
Buka Drive Head, gali Cylinder dengan sekop
Bersihkan kotoran yang melekat pada sampel, usahakan tanah tidak
mengalami guncangan atau hal-hal lain yang mengakibatkan kondisi
tanah menjadi terganggu
Timbang sampel dan Cylinder, keluarkan sampel dari dalam
Cylinder, ambil ± 100 gram dari tengah-tengah sampel untuk tes
kadar air
d. Perhitungan
Perhitungan Kadar Air tanah :

W 1−W 2
w= x 100
W 2−W 3

Dimana :
W = Berat container + tanah basah
W2 = Berat container + tanah kering
W3 = Berat container
W = Kadar air

Perhitungan Berat Isi tanah :

Berat isi Tanah


Y m= x ¿)
Volume Cylinder

Perhitungan Dry Unit Weight :


Ym
Y m= x ¿)
1+ w

Dimana :
Ym = Berat isi tanah basah
Yd = Berat isi tanah kering

Flowchart Percobaan
Density Test (Drive Clynder Method)
PROSEDUR TEST PRAKTIKUM LAB MEKANIKA TANAH
(SONDIR TEST)
1. TUJUAN
Untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah keras dan sifat daya dukung maupun daya
lekat setiap kedalaman. Dimana perlawanan penetrasi konus adalah perlawanan tanah
terhadap ukuran konus yang dinyatakan dalam gaya per satuan luas (Kg/cm2). Hambatan
lekat (HL) adalah perlawanan geser tanah terhadap selubung konus yang dinyatakan
dalam gaya per satuan panjang (kg/cm).
2. RUANG LINGKUP
SOP ini membahas tentang tata cara peminjaman peralatan sondir, pengecekan kondisi
alat sebelum digunakan dan pengecekan alat setelah digunakan, serta tata cara
penyimpanan kembali alat sondir
3. URAIAN UMUM
Uji sondir atau dikenal dengan uji penetrasi kerucut statis banyak digunakan di
Indonesia. Pengujian ini merupakan suatu pengujian yang digunakan untuk menghitung
kapasitas dukung tanah. Nilai-nilai tahanan kerucut statis atau hambatan konus (qc) yang
diperoleh dari pengujian dapat langsung dikorelasikan dengan kapasitas dukung tanah
(Hardiyatmo, 1992). Pada uji sondir, terjadi perubahan yang kompleks dari tegangan
tanah saat penetrasi sehingga hal ini mempersulit interpretasi secara teoritis. Dengan
demikian meskipun secara teoritis interpretasi hasil uji sondir telah ada, dalam
prakteknya uji sondir tetap bersifat empiris (Rahardjo, 2008).\

 Keuntungan uji sondir Test (Rahardjo, 2008) :


Cukup ekonomis dan cepat.
Dapat dilakukan ulang dengan hasil yang relatif hampir sama.
Korelasi empirik yang terbukti semakin andal.
Perkembangan yang semakin meningkat khususnya dengan adanya
penambahan sensor pada sondir listrik.
 Kekurangan uji sondir :
Tidak didapat sampel tanah.
Kedalaman penetrasi terbatas.
Tidak dapat menembus kerikil atau lapis pasir yang padat.
Dalam melaksanakan pengujian sondir ini diperlukan Standard Operasional Procedure
(SOP) untuk memastikan keterlaksanaan proses praktikum bisa berjalan sebagaimana
mestinya dan dapat dipertanggungjawabkan.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses pengujian sondir
ini, antara lain :
tata cara peminjaman peralatan sondir,
pengecekan kondisi alat sebelum digunakan,
pengecekan alat setelah digunakan,
serta tata cara penyimpanan kembali alat sondir
4. DEFINISI ALAT
Cone Penetration Test (CPT) atau lebih sering disebut sondir test adalah salah satu
survey lapangan yang berguna untuk memperkirakan letak lapisan tanah keras. Dari tes
ini didapatkan nilai perlawanan penetrasi konus. Perlawanan penetrasi konus adalah
perlawanan tanah terhadap ujung konus yang dinyatakan dalam gaya per satuan luas.
Sedangkan hambatan lekat adalah perlawanan geser tanah terhadap selubung bikonus
dalam gaya per satuan panjang. Nilai perlawanan penetrasi konus dan hambatan lekat
dapat diketahui dari bacaan pada manometer Komponen utama sondir adalah konus yang
dimasukkan kedalam tanah dengan cara ditekan. Tekanan pada ujung konus pada saat
konus bergerak kebawah karena ditekan, dibaca pada manometer setiap kedalaman 20
cm. Tekanan dari atas pada konus disalurkan melalui batang baja yang berada didalam
pipa sondir (yang dapat bergerak bebas, tidak tertahan pipa sondir). Demikian juga
tekanan yang diderita konus saat ditekan kedalam tanah, diteruskan melalui batang baja
didalam pipa sondir tersebut ke atas, ke manometer.

 Adapun peralatan yang harus dipersiapkan sebelum melakukan praktik sondir ini,
antara lain :
1) set peralatan sondir, yang terdiri dari :
a) Alat uji sondir manual 2,5 ton dengan maksimum kedalam 30 meter.
b) Manometer 60 kg/cm2.
c) Manometer 250 kg.cm/2.
d) Batang dalam minimal 20 batang.
e) Batang luar minimal 20 batang.
f) Conus Biconus.
g) Donut Tekan.
h) Donut Tarik.

i) Angkur dan penguncinya minimal 4 buah.


j) Besi Canal minimal 4 buah.

k) Tongkat Pemutar minimal 2 buah.


l) Besi T atau Plus untuk memutar angkur minimal 1 buah.

m) Kunci Inggris.
n) Cangkul.
o) Linggis.

2) Peralatan tambahan
a) Oli Hidrolik
b) Kunci Inggris
c) Cangkul
d) Linggis
e) Oli bekas
5. LANGKAH PELAKSANAAN SOP
Sebelum melaksanakan proses praktik uji sondir, praktikum diwajibkan untuk mematuhi
Standar Operational Procedure (SOP) yang telah ditetapkan oleh laboratorium Mekanika
Tanah Departemen Pendidikan Teknik Sipil FPTK UPI.
 Tahap pertama dalam pelaksanaan Standar Operational Procedure (SOP) adalah
Tata cara peminjaman peralatan praktikum sondir, meliputi :
a) Meminta form peminjaman alat kepada petugas PLP.
b) Menuliskan jenis-jenis alat yang akan dipinjam di form peminjaman alat
yang telah disediakan di laboratorium Mekanika Tanah Departemen
Pendidikan Teknik Sipil FPTK UPI.
c) Menyerahkan kembali form yang telah ditanda tangani oleh peminjam
kepada petugas PLP.
d) Menerima peralatan yang diminta sesuai dengan form peminjaman.

 Tahap kedua dalam pelaksanaan Standar Operational Procedure (SOP) adalah


pengecekan kondisi alat sebelum digunakan, meliputi : Jika ada peralatan yang
rusak saat diterima, peminjam diminta untuk melaporkan kondisi alat tersebut
kepada petugas PLP. Adapun pemeriksaan kondisi peralatan sondir, meliputi :
1. Periksa kondisi fisik peralatan secara kasat mata.
2. Periksa kondisi manometer yang ada pada alat sondir tersebut, apakah
kedua manometer tersebut dimulai pada posisi 0 kg/cm2

Gambar Manometer

3. Periksa kondisi oli yang ada pada tabung tekan alat sondir.

Tabung oli

Jika kondisi tuas yang ada didalam tabung oli terasa rata, maka itu
berarti oli tekan yang berada dalam tabung oli telah habis. Adapun
cara mengatasinya dengan cara :
Buka tutup tabung oli,
Tarik tuas tabung tekan menggunakan kunci berikut :
Isi oli pada pada tabung tekan oli,
Tutup kembali tabung tekan oli tersebut.
4. Sesuaikan semua jenis ulir batang luar tekan dengan conus biconus
dan donut tarik.

5. Pastikan terdapat garis putih pada batang luar sejarak 20 cm.

6. Periksa kelengkapan conus biconus dan rakit conus biconus tersebut


hingga siap digunakan.
Conus biconus sebelum dirakit

Conus biconus setelah dirakit

7. Periksa kondisi batang dalam, apakah batang dalam tersebut dapat


masuk ke batang luar dengan lancar.

Jik
a kondisi batang dalam kurang lancar pada saat dimasukkan ke batang
luar, maka coba lumasi batang dalam dengan oli. Akan tetapi, jika
masih tidak lancar, maka mintalah kepada petugas PLP untuk
mengganti batang tersebut dengan batang yang lain,
 Tahap ketiga dalam pelaksanaan Standar Operational Procedure (SOP) adalah
pengecekan
kondisi alat setelah digunakan, meliputi :
1. Bersihkan kembali seluruh peralatan sondir dari tanah menggunakan bantuan
sikat kawat dan air.
2. Kemudian jemur seluruh peralatan di udara terbuka.
3. Lalu lumuri kembali bagian batang dalam dan batang luar dengan oli agar
tidak berkarat.
4. Setiap bagian ulir dari peralatan sondir harus bersih dari kotoran/tanah dan
telah dilumuri dengan oli kembali.
5. Lepaskan bagian-bagian part dari conus dan biconus, seperti pada waktu
penerimaannya
 Tahap ke-empat dalam pelaksanaan Standar Operational Procedure (SOP) adalah
tata cara penyimpanan kembali alat sondir, meliputi :
1. Hubungi petugas PLP untuk menyerahkan kembali peralatan sondir
tersebut.
2. Mintalah tanda terima dari petugas PLP bahwa alat telah dikembalikan
dengan kondisi baik.
3. Jika terdapat kerusakan pada alat sondir, maka petugas PLP berhak untuk
meminta pertanggungjawaban dari praktikan untuk
memperbaiki/mengganti alat tersebut (sesuai dengan keterangan yang
ditanda tangani pada form peminjaman alat).
4. Petugas PLP menyimpan kembali peralatan sondir di tempat yang telah
ditentukan.
LAPORAN PROSEDUR TEST PRAKTIKUM
MEKANIKA TANAH (Compacting test)

A. MAKSUD DAN TUJUAN


Mencari nilai kerapatan kering (γdry) maksimum pada kadar air optimum (Wopt) dari
suatu sampel tanah yang dipadatkan

B. ALAT DAN BAHAN


 Mould, lengkap dengan collar dan base plate
 Hammer seberat 5.5 lbs dengan tinggi jatuh 12 inch
 Hydraulic extruder
 Pelat baja pemotong
 Gelas ukur
 Wadah untuk mencampur tanah dengan air
 Pelat besi/penggaris untuk mengukur tinggi tanah
 Timbangan
 Oven
 Sampel tanah lolos saringan No. 4 ASTM sebanyak 5 kantong @ 2 kg
 Jangka sorong
C. TEORI
Compacting (pemadatan tanah) adalah suatu proses dimana pori-pori tanah diperkecil
dan kandungan udara dikeluarkan secara mekanis. Suatu pemadatan tanah adalah juga
merupakan usaha(energi) yang dilakukan pada massa tanah. Suatu pemadatan
(Compactive Effort = CE) yang dilakukan tersebut adalah fungsi dari variabel-variabel
berikut:

dengan :

CE = Compactive Effort (lb/ft2)

W = berat hammer (lb)

H = tinggi jatuh (inch)

L = jumlah layer

B = jumlah pukulan per-layer

V = volume tanah (ft3)

Pemadatan tanah yang dilakukan di laboratorium pada umumnya terdiri dari dua
macam, yaitu:

1. Standard Proctor - AASHTO T 99 (ASTM D 698)


2. Modified Proctor - AASHTO T 180 (ASTM D 1557)

Perbedaan mengenai dua metode tersebut dirangkum pada tabel di bawah ini:

Ta
bel C.1 Perbandingan dua metode compacting

Kepadatan tanah bergantung pada kadar airnya. Untuk membuat suatu hubungan
tersebut dibuat beberapa contoh tanah minimal empat contoh dengan kadar air yang
berbeda-beda, dengan perbedaan kurang lebih 4% antara setiap sampel. Dari percobaan
tersebut kemudian dibuat grafik yang menggambarkan hubungan antara kepadatan dan
kadar air, sehingga dari grafik tersebut diperoleh γdry maksimum pada kadar air
optimumnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa suatu tanah yang dipadatkan
dengan kadar air tanah lebih dari Wopt akan diperoleh nilai kepadatan yang lebih kecil
dari γdry maksimum.

Rumus-rumus yang digunakan:

1. Menentukan kadar air :

………....(1)

…………(2)

…….....(3)

Di mana :
W = kadar air (%)

wwater = berat air (gram)

wdry = berat tanah kering (gram)

wwet = berat tanah basah (gram)

2. Menentukan perubahan volume air :

…………(4)

Di mana :

Vadd = volume air yang ditambahkan (ml)

Wx = kadar air yang akan dibuat (%)

Wo = kadar air awal (%)

w = berat sampel tanah (gram)

3. Menghitung nilai γwet dan γdry :

………….(5)

………..(6)

Di mana :

γwet = berat isi tanah dalam keadaan basah (gr/cm 3)

wwet = berat tanah basah (gr)

V = volume sampel tanah yang telah dipadatkan (cm3)

γdry = kerapatan kering (gr/cm3)


wdry = berat tanah kering (gr)

W = kadar air (%)

4. Mencari Zero Air Void Line (ZAV- line) :


ZAV-line adalah garis yang menggambarkan hubungan antara berat isi kering dengan
kadar air dalam kondisi derajat kejenuhan (Sr) 100 %.

…………..(7)

Di mana :

Gs = nilai specific grafity

γw = berat jenis air (gr/cm3)

W = kadar air tanah (%)

Sr = derajat kejenuhan

5. Mencari nilai Compaction Effort (CE) :

………….(8)

Di mana :

C.E. = Compactive Effort (lb/ft2)

W = berat hammer (lb), yang digunakan pada percobaan ini adalah 5.5 lb

H = tinggi jatuh (inch), pada percobaan ini adalah 12 inch

L = jumlah layer, pada percobaan ini adalah 3 lapisan


B = jumlah pukulan per-layer, pada percobaan ini adalah 25 kali

V = volume tanah (ft3)

A. PROSEDUR PERCOBAAN
 Persiapan Percobaan

1. Sampel tanah yang akan dipadatkan dicampur dengan rata dalam satu wadah
sehingga nilai kadar air awal dapat dianggap sama.
2. Sebagian sampel yang dianggap mewakili nilai kadar air seluruhnya ditimbang, lalu
dimasukkan ke dalam oven selama ±24 jam sampai berat tetap.
3. Sisa sampel tanah yang lain dimasukkan ke dalam lima kantong yang masing-
masing kantong diisi sampel tanah 2 kg yang lolos saringan No. 4 ASTM.
4. Sehari kemudian sampel tanah dikeluarkan dari oven dan ditimbang beratnya.
Dengan demikian dapat diketahui nilai kadar air awal sampel tanah.
5. Setelah kadar air diketahui, dapat ditentukan volume air yang harus ditambahkan ke
dalam masing-masing kantong sampel tanah agar mencapai kadar air tertentu.
6. Sampel tanah dicampur dengan air yang sudah dihitung volumenya, kemudian
dibiarkan selama 18-24 jam agar campuran air merata.

 Proses (Jalannya) Percobaan

1. Semua alat dan bahan dipersiapkan.


2. Dimensi mould diukur untuk mengetahui volume tanah hasil pemadatan.
3. Sebelum digunakan, dinding mould diolesi dengan pelumas (oli) agar setelah
dipadatkan tanah tidak lengket menempel di dinding mould.
4. Mould diletakkan pada base plate dan kertas lingkaran diletakkan di bagian dasar
agar tanah tidak menempel di base plate.
5. Kedudukan mould dikunci terhadap base plate agar tidak bergerak saat proses
pemadatan.
6. Tanah dimasukkan ke dalam mould tingginya diperkirakan dengan menggunakan
penggaris atau pelat besi sehingga setelah dipadatkan tingginya mencapai 1/3 tinggi
mould. Kemudian setiap lapisan ditumbuk sebanyak 25 kali secara merata dengan
hammer 5.5 lb dan tinggi jatuh 12 inch.
7. Pada lapisan tanah ketiga, collar dipasang pada mould agar tinggi tanah setelah
dipadatkan melebihi tinggi mould.
8. Setelah pemadatan lapisan ketiga selesai, collar dibuka. Kelebihan tanah diratakan
dengan pelat pemotong.
9. Berat mould + tanah ditimbang dengan timbangan.
10. Sampel tanah dikeluarkan dari mould dengan bantuan extruder.
11. Sampel tanah tersebut dibelah menjadi tiga bagian. Kemudian mengambil bagian
tengah tiap lapisan untuk kemudian diletakkan pada can, menimbang beratnya, lalu
memasukkannya ke dalam oven untuk mengetahui kadar air setelah pemadatan.

A. HASIL PRAKTIKUM
Data hasil praktikum

Tabel C.2 Dimensi Mould


Tabel C.3 Data setelah compating test

B. PERHITUNGAN
1. Menghitung Volume mold
π−d 2 x tinggi
V= +…
4

V = 3,14x (10,13967)2 x (11,52967)/4


V = 931, 097 cm3
2. Kadar air sebelum pemadatan = 26,76 %
3. Menghitung penambahan volume air untuk compaction
Perhitungan dilakukan pada tahap persiapan praktikum compaction

Kondisi awal sample tanah adalah wo

= 26,76 %

= 2000 gram

Volume air yang ditambahkan ditentukan dengan persamaan :

W x −W o
V add = +…
1+ W o

Dari perhitungan, berikut adalah besar volume yang harus ditambahkan untuk
mencapai kadar air yang diinginkan.
Tabel C.4 Data penambahan volume

4. Menghitung kadar air setelah compaction


Tanah yang sudah mengalami compacting dikeluarkan dari mold dengan bantuan
extruder. Diambil tanah bagian tengah dari layer atas, tengah dan bawah. Sampel
tanah pada ketiga lapisan ini dianggap sama kadar airnya sehingga untuk
menghitungan kadar air cukup dengan satu can.

W water
W= x 100 %
W dry ❑

Tabel C.5. Kada air setelah compaction

5. Menentukan kerapatan kering (γd)

γwet = (wt can + wet soil – wt can)/ 931, 097


Tabel C.6. Berat isi kering tanah hasil compaction

6. Menghitung Garis Zero Air Void :


Sr = 100%
SG1+ SG2
SG =
2

2,771 + 2,767
SG =
2
= 2,769

γ water = 1 gr/cm3
Tabe
l C.7 Zero Air Void

7. Menghitung Nilai Compactive Effort (CE) :

1 feet = 0,3048 m

1m = 3,281 feet

Vol = 931,097 cm3 = 931,097 x 10-6 m3 = 0,033 ft3

5,5 lb x 12 inc x 3 x 25
CE =
0,033
= 150000 lb/ft2
8. Grafik Pemadatan Tanah
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan di atas, diperoleh nilai γdry dan ZAV
sebagai berikut :

1,4

1,35
dry density gr/cm3

1,3
Series1
Series2
1,25

1,2

1,15
35 37 39 41 43 45 47
water content %

Keterangan :

series 1 = dry density vs water content

series 2 = ZAV vs water content

Dari grafik tersebut dapat diperkirakan besar dry density maksimum adalah 1,24 gr/cm3 pada
kadar air optimum sebesar 40 %. Nilai ini bias jadi kurang presisi karena hanya berdasarkan
estimasi. Untuk itu perhitungan nilai dry density maksimum dan kadar air optimum dilakukan
dengan persamaan kuadrat.

Berikut adalah perhitungan dengan persamaan kuadrat :


Tabel C.4 hubungan kadar air dan berat isi dalam bentuk persamaan kuadrat

Dari persamaan 1 dan 2 :

1,169 = 1346,89a + 36,7b +c

1,237 = 1528,81a + 39,1b +c


-
0,068 = 181,92a + 2,4b (4)

Dari persamaan 2 dan 3 :

1,237 = 1528,81a + 39,1b +c

1,234 = 1730a + 41,6b + c0,003


-

= -201,19a – 2,5b (5)

Persamaan (4) dikalikan dengan 2,5 dan (5) dengan 2,4 :

0,17 = 454,8a + 6b

0,0072 = - 482,856a – 6b
-
0,1772 = -201,19a

a = -0,0063

b = 0,506

c = -8,916

y = - 0,0063 x2 + 0,506 x – 8,916

x optimum = -b/2a

x = -0,506/2(-0,0063)

x = 40,159 % kadar air optimum = 40,159 %

y maksimum = -0,0063 (40,159)2 + 0,506 (40,159) – 8,916

y = 1,2441 gr/cm3 dry density maximum = 1,2441 gr/cm3

9. menentukan derajat saturasi

SG.γ water
γ dry maks =
1 + w SG/Sr

2,769.1
1,2441 =
1 + 0,40159.2,769/Sr

1 + 0,40159.2,769/Sr = 2,2257

0,40159.2,769/Sr = 1,2257

Sr = 0,9072 = 90,72 %
C. ANALISIS
1. Analisis percobaan
Compacting test adalah proses pemadatan tanah untuk memperoleh besar
berat isi tanah kering maksimum dan kadar air optimum. Berat isi maksimum dapat
diartikan sebagai nilai paling besar yang dapat dicapai oleh suatu pemadatan tanah
tertentu sedangkan kadar air optimum adalah kadar air yang paling baik yang
disarankan untuk mencapai berat isi maksimum tersebut.

Compacting test dilakukan terhadap 5 sampel masing-masing 2000 gram.


Tanah yang digunakan adalah tanah lolos saringan no. 4 ASTM dengan kadar air
awal 26,76 %. Dalam percobaan ini, yang menjadi variable bebas adalah kadar air
asumsi tanah yaitu 37,5 ; 40 ; 42,5 ; 45 ; dan 47,5 %. Untuk mencapai kadar air
asumsi dari kadar air awal itu perlu adanya penambahan air. Persamaan yang
digunakan adalah persamaan (4).

Pencampuran harus dilakukan secara merata agar kadar air tanah menjadi
homogen. Kadar air yang tidak homogen akan berpengaruh pada nilai dry density
maksimum yang tidak akurat. Akan tetapi kemungkinan kadar air yang tidak
homogen juga diantisipasi dengan cara memeram sample tanah di dalam plastik
selama kurang lebih 18 jam.

Setelah 18 jam compaction dapat dilaksanakan. Metode yang digunakan


adalah Standard Proctor AASHTO T 99 (ASTM D 698). Setelah semua peralatan
yang diperlukan sudah siap, compaction pertama dilakukan terhadap sampel yang
berkadar air 37,5 % sampai yang terakhir 42,5 %.

Banyak lapisan yang diizinkan pada metode ini adalah 3 layer. Maka
praktikan harus benar-benar memastikan akan memperoleh 3 layer pemadatan. Untuk
memastikannya, pada pemadatan tiap lapis, tanah ditumbuk sebanyak 10 kali terlebih
dahulu. Lalu sebuah penggaris pengukur tinggi tanah dimasukkan ke dalam mold.
Penggaris logam ini memiliki ruas yang masing-masing berjarak sepertiga tinggi
mold. Dengan bantuan penggaris ini, praktikan dapat mengira-ngira seberapa banyak
tanah yang harus ditambahkan agar padatan dapat mencapai tinggi yang diharapkan
setelah mengalami 15 tumbukan berikutnya. Jika hasilnya lebih tinggi, praktikan
wajib mengerok padatan tanah tersebut. Lapis ketiga/teratas juga harus tepat satu
permukaan dengan mold agar volume padatan sama dengan volume mold.

Pada tahap ini praktikan mengalami kesulitan mencapai permukaan yang


tepat rata dengan mold. Diantara lima sampel compaction, ada yang menghasilkan
padatan yang cekung, ada pula yang cembung, dan berlubang-lubang di beberapa
bagian. Permukaan cekung dihasilkan dari pemadatan sampel ketiga yang berkadar
air asumsi 42,5 %. Untuk menutup permukaan cekung itu praktikan menambahkan
tanah dengan jumlah yang cukup signifikan. Jika penambahan tanah terlalu
signifikan, proses compaction dapat dikatakan menyalahi prosedur Standard Proctor
AASHTO T 99 (ASTM D 698). Berbeda dengan ketika mengerok permukaan tanah
yang cembung, seperti yang terjadi pada sampel kedua yang berkadar air asumsi 40
%, sebanyak apa pun tanah yang dikerok, tidak akan menyalahi prosedur asal hasil
akhir pengerokkan rata dengan mold.

Selesai dengan proses pemadatan, percobaan dilanjutkan dengan menimbang


mold beserta padatan tanah tersebut. Tanah kemudian dikeluarkan dari mold dengan
bantuan mesin extruder. Praktikan mengambil bagian tengah dari tiap lapisan padatan
tanah supaya kadar airnya dapat diasumsikan telah mewakili kadar air padatan tanah
seluruhnya karena dikhawatirkan kadar airnya tidak merata. Kadar air dari tiga
sampel pertama setelah compaction ini digunakan untuk menghitung dry dencity
setelah compaction.

Compaction terhadap sampel keempat dan kelima dilakukan oleh kelompok


lain. Terlepas dari prosedur compaction yang dilakukan terhadap sampel keempat
dan kelima, kedua sampel ini mengalami prosedur yang kurang tepat untuk
menentukan kadar air setelah compaction. Kedua sampel tersebut tidak langsung
dioven, melainkan sempat didiamkan di laboratorium selama sehari. Sehingga kedua
sampel ini sudah mengalami kekeringan akibat suhu ruangan selama sehari.
Kemudian kedua sampel ini baru dioven. Kadar airnya dihitung pada hari berikutnya.

2. Analisis hasil
Dari serangkaian proses compacting test ini, praktikan memperoleh data kadar air
setelah compaction ( pemadatan).

No w asumsi (%) w setelah compaction (%)

1 37,5 36,704

2 40 39,07

3 42,5 41,573

4 45 42,84

5 47,5 45,51

Tabel C.8 Perbandingan kadar air asumsi dan kadar air setelah compacting

Dari tabel hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tanah mengalami


pengurangan kadar air setelah mengalami compaction. Penurunan kadar air tiap
sampel berturut-turut adalah 0,796 ; 0,93 ; 0,927 ; 2,16 ; dan 1,99 %. Penurunan
drastis pada sampel keempat dan kelima disebabkan karena sebelumnya kedua
sampel ini mengalami kekeringan pada suhu ruang yang terlebihdulu mengurangi
kadar air.

Ketidaksempurnaan prosedur perhitungan kadar air setelah compaction yang


terjadi pada dua sampel terakhir ini tidak berpengaruh besar pada grafik compaction
karena dari tiga sampel pertama sudah dapat ditemukan koordinat puncak kurva
sehingga sudah dapat diperoleh dry dencity maksimum dan kadar air optimum.

Selain itu, dari kadar air hasil compaction, dapat diperoleh besar berat isi
kering tanah hasil compaction. Dengan melihat sebaran data pada tabel, tidak
terdapat hubungan linier antara kadar air dengan berat isi tanah kering. Keduanya
dihubungkan ZAV-line, yaitu garis yang menggambarkan hubungan antara berat isi
kering dengan kadar air dalam kondisi derajat kejenuhan (Sr) 100%.

no W (%) γdry (gr/cm3)

1 36,704 1,169
2 39,07 1,237

3 41,573 1,234

4 42,84 1,227

5 45,51 1,183

Tabel C.8 Perbandingan kadar air dan berat isi tanah setelah compaction

3. Analisis grafik
Grafik yang diperoleh menunjukkan hubungan antara dry dencity dengan kadar air
dan ZAV line. Pada grafik series 1 terdapat ketidaksesuaian pola dari sample
keempat dan kelima. Kedua sample ini menghasilkan angka yang kurang presisi
akibat kesalahan prosedur pengukuran kadar air.

1,4

1,35
dry density gr/cm3

1,3
Series1
Series2
1,25

1,2

1,15
35 37 39 41 43 45 47
water content %

Jika dilihat dengan metode estimasi, puncak kurva terdapat pada koordinat (40;1,24).
Setelah dibuktikan dengan perhitungan persamaan kuadrat, angka estimasi itu
mendekati akurasi yaitu (40,159 ; 1,2441). Baik dengan metode estimasi atau
persamaan kuadrat menggunakan data dari tiga sample pertama sehingga kesalahan
dari sample keempat dan ketiga tidak akan berpengaruh besar.
Garis ZAV tidak memotong kurva. Hal ini menunjukkan bahwa compaction yang
dilakukan kurang sempurna yang artinya masih terdapat udara di dalam padatan.
Akan tetapi, pada kenyataannya memang tidak mungkin menghilangkan pori dari
dalam tanah sampai benar-benar 0 %.

4. Analisis kesalahan

Kesalahan dari hasil percobaan ini adalah adanya perbedaan kadar air yang diperoleh
dari compaction dengan kadar air asumsi atau yang diharapkan. Bahkan sampai ada
penurunan yang signifikan pada sample keempat dan kelima,

Kesalahan ini dapat terjadi karena pada waktu persiapan sampel, pencampuran tanah
dengan air kurang merata ditambah lagi dengan adanya kesalahan prosedur
perhitungan kadar air.

D. KESIMPULAN
1. Kadar air optimum hasil compaction sebesar 40,159 % dan berat isi kering tanah
maksimum sebesar 1,2441 gr/cm3
2. Garis ZAV tidak memotong kurva menunjukkan derajat saturasi padatan masih
tinggi yaitu 90,72 %
3. Besar berat isi kering tanah akan lebih besar dan derajat saturasi akan lebih kecil
jika dilakukan dengan metode Modified Proctor - AASHTO T 180 (ASTM D
1557)
2. Apa manfaat test tersebut jika dikaitkan dengan pembangunan gedung/jalan/dll (bangunan
sipil)? Kemukakan pendapat anda.

 Pendapat saya tentang manfaat Test yang sudah saya baca Jika dikaitkan dengan
pembangunan gedung/jalan/dll (bangunan sipil) yaitu dengan mempelajari
beberapa prosedur test tersebut kita dapat mengetahui mana tanah yang cocok
daln laya dalam pembangunan kontruksi di dunia sipil dan kita dapat mengetahui
lapisan lapisan tanah keras dan sifat daya dukung sebuah tanah maupun daya
lekat setiap kedalaman dalam melakukan pembangunan gedung,jalan dan
kontruksi lainnya.

SUMBER YANG DI AMBIL


 http://sipil.ub.ac.id/lab.mektan/wp-content/uploads/2013/11/MANUAL-
PROSEDUR-SIPIL-MEKTAN-1-REV.-2018.pdf
 https://docplayer.info/35045227-Abstrak-universitas-kristen-maranatha.html
 http://sipil.upi.edu/wp content/uploads/2016/11/SOP%20Praktikum
%20Mekanika%20Tanah%20-%20SONDIR.pdf

Anda mungkin juga menyukai