Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

1. MASALAH UTAMA
Isolasi Sosial (Menarik Diri )

2. PROSES TERJADINNYA MASALAH


a. Definisi
Isolasi Sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnnya
( Damaiyanri, 2014 )
Isolasi Sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi
akibat adannya keperibadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku
maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial ( Depkes RI,
2009 )
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang
karena orang lain menyatakan sikap negatif dan mengancam ( Farida, 2012 ).
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain( Pawlin, 1993 dikutip Budi Keliat,
2007).
Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang di alami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan orang lain sebagai suatu keadaan yang negatif
atau mengancam (Towsend, 2008). Isolasi sosial adalah suatu keadaan dimana
individu mengalami suatu kebutuhan atau mengharapakan untuk melibatkan
orang lain, akan tetapi tidak dapat membuat hubungan tersebut (Carpenito,
2004). Sedangkan menurut Kim (2006) isolasi sosial merupakan kesendirian yang
dialami individu dan dirasakan sebagai beban oleh orang lain dan sebagai keadaan
yang negatif atau mengancam.
Keadaan ketika individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan
atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak
mampu untuk membuat kontak (Carpenito-Moyet, 2007). Kondisi sendirian, yang
dialami individu dan dipersepsikan disebabkan orang lain dan sebagai kondisi yang
negatif dan mengancam (Townsend, 2010).

b. Rentang respon sosial


Rentang Respon Sosial

Respon adaptif Respon maladaptif


Solitut Kesepian Manipulasi
Otonomi Menarik diri Impulsif
Kebersamaan Ketergantungan Narkisme
Saling ketergantungan

Gambar.1.1 Rentang respon sosial, (Stuart and Sundeen, 1998).

Keterangan dari rentang respon sosial :


1. Solitut (Menyendiri) : Solitut atau menyendiri merupakan respon yang dibutuhkan
seorang untuk merenung apa yang telah dilakukan dilingkungan sosialanya dan
suatu cara untuk nmenentukan langkahnya.
2. Otonomi: Kemapuan individu untuk mentukan dan maenyampaikan ide, pikiran,
perasaan dalam hubungan social.
3. Kebersamaan (Mutualisme) : Perilaku saling ketergantungan dalam membina
hubungan interpersonal.
4. Saling ketergantungan (Interdependent) : Suatu kondisi dalam hubungan
interpersonal dimana hubungan tersebut mampu untuk saling memberi dan
menerima.
5. Kesepian : Kondisi dimana seseorang merasa sendiri, sepi, tidak danya perhatian
dengan orang lain atau lingkunganya.
6. Menarik diri : Kondisi dimana seseorang tidak dapat mempertahankan hubungan
dengan orang lain atau lingkunganya.
7. Ketergantungan (Dependent) : Suatu keadaan individu yang tidak menyendiri,
tergantung pada orang lain.
8. Manipulasi : Individu berinteraksi dengan pada diri sendiri atau pada tujuan bukan
berorientasi pada orang lain/ tidak dapat dekat dengan orang lain.
9. Impulsive: Keadaan dimana individu tidak mampu merencanakan sesuatu.
Mempunyai penilaian yang buruk dan tidak dapat diandalkan.
10. Narkisme: Secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian.
Individu akan marah jika orang lain tidak mendukungnya. (Townsend M.C, 2010)

c. Karakteristik Perilaku
Karakteristik perilaku isolasi sosial yang dapat ditemukan antara lain:
Karakteristik Mayor
 Mengeskpresikan perasaan kesepian, dan penolakan.
 Keinginan untuk kontak lebih banyak dengan orang lain tetapi tidak mampu.
 Melaporkan ketidaknyamanan dalam situasi sosial.
 Menggambarkan kurang hubungan yang berarti (Carpenito-Moyet, 2007).

Karakteristik Minor
 Merasakan waktu berjalan lambat
 Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi dan mengambil keputusan
 Perasaan tidak berguna
 Perasaan penolakan
 Kurang aktivitas secara verbal maupun fisik
 Tampak depresif, cemas atau marah
 Kegagalan untuk berinteraksi dengan orang lain didekatnya
 Sedih, afek dangkal
 Tidak komunikatif
 Menarik diri
 Kontak mata buruk
 Larut dalam pikiran dan ingatan sendiri

d. Faktor Predisposisi
a) Biologis
 Riwayat keluarga dengan gangguan jiwa, Diturunkan melalui kromosom
orangtua (kromosom keberapa masih dalam penelitian). Diduga
kromosom no.6 dengan kontribusi genetik tambahan nomor 4, 8, 15 dan
22. Pada anak yang kedua orangtuanya tidak menderita, kemungkinan
terkena penyakit adalah satu persen. Sementara pada anak yang salah satu
orangtuanya menderita kemungkinan terkena adalah 15%. Dan jika kedua
orangtuanya penderita maka resiko terkena adalah 35 persen.
 Kembar indentik berisiko mengalami gangguan sebesar 50%, sedangkan
kembar fraterna berisiko mengalami gangguan 15%
 Riwayat janin saat pranatal dan perinatal trauma, penurunan komsumsi
oksigen pada saat dilahirkan, prematur, preeklamsi, malnutrisi, stres, ibu
perokok, alkhohol, pemakaian obat-obatan, infeksi, hipertensi dan agen
teratogenik. Anak yang dilahirkan dalam kondisi seperti ini pada saat
dewasa (25 tahun) mengalami pembesaran ventrikel otak dan atrofi kortek
otak.
 Nutrisi: Adanya riwayat gangguan nutrisi ditandai dengan penurunan BB,
rambut rontok, anoreksia, bulimia nervosa.
 Keadaan kesehatan secara umum: obesitas, kecacatan fisik, kanker,
inkontinensia sehingga menjadi malu, penyakit menular AIDS,
 Sensitivitas biologi: riwayat peggunaan obat, riwayat terkena infeksi dan
trauma kepala serta radiasi dan riwayat pengobatannya.
Ketidakseimbangan dopamin dengan serotonin neurotransmitter
 Paparan terhadap racun : paparan virus influenza pada trimester 3
kehamilan dan riwayat keracunan CO, asbestos karena mengganggu
fisiologi otak
b) Psikologis
 Adanya riwayat kerusakan struktur dilobus frontal yang menyebabkan
suplay oksigen dan glukosa terganggu di mana lobus tersebut berpengaruh
kepada proses kognitif sehingga anak mempunyai intelegensi dibawah
rata-rata dan menyebabkan kurangnya kemampuan menerima informasi
dari luar.
 Keterampilan komunikasi verbal yang kurang, misalnya tidak mampu
berkomunikasi, komunikasi tertutup (non verbal), gagap, riwayat
kerusakan yang mempunyai fungsi bicara, misalnya trauma kepala dan
berdampak kerusakan pada area broca dan area wernich.
 Moral: Riwayat tinggal di lingkungan yang dapat mempengaruhi moral
individu, misalnua keluarga broken home, ada konflik keluarga ataupun di
masayarakat
 Kepribadian: orang yang mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan
yang tinggi dan menutup diri
 Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:
- Orang tua otoriter, selalu membandingkan, yang mengambil jarak
dengan anaknya, penilaian negatif yang terus menerus
- Anak yang diasuh oleh orang tua yang suka cemas, terlalu melindungi,
dingin dan tidak berperasaan
- Penolakan atau tindak kekerasan dalam rentang hidup klien
- Konflik orang tua, disfungsi sistem keluarga
- Kematian orang terdekat, adanya perceraian
- Takut penolakan sekunder akibat obesitas, penyakit terminal, sangat
miskin dan pengangguran.
- Riwayat ketidakpuasan yang berhubungan dengan penyalahgunaan
obat, perilaku yang tidak matang, pikiran delusi, penyalahgunaan
alkhohol
 Konsep diri: Ideal diri yang tidak realistis, harga diri rendah, identitas diri
tidak jelas, krisis peran, gambaran diri negatif
 Motivasi: adanya riwayat kegagalan dan kurangnya pernghargaan
 Pertahanan psikologis, ambang toleransi terhadap stres yang rendah,
riwayat gangguan perkembangan sebelumnya
 Self kontrol: tidak mampu melawan terhadap dorongan untuk menyendiri
c) Sosialbudaya
 Usia: Ada riwayat tugas perkembangan yang tidak selesai
 Gender: Riwaya ketidakjelasan identitas dan kegagalan peran gender
 Pendidikan: pendidikan yang rendah dan riwayat putus sekolah atau gagal
sekolah
 Pendapatan: penghasilan rendah
 Pekerjaan: stressfull dan berisiko tinggi
 Status sosial: Tuna wisma, kehidupan terisolasi (kehilangan kontak sosial,
misalnya pada lansia)
 Latar belakang budaya: tuntutan sosial budaya tertentu adanya stigma
masyarakat, budaya yang berbeda (bahasa tidak dikenal)
 Agama dan keyakinan: Riwayat tidak bisa menjalankan aktivitas
keagamaan secara rutin
 Keikutsertaan dalam politik: Riwayat kegagalan berpolitik
 Pengalaman sosial: perubahan dalam kehidupan, misalnya bencana,
kerusuhan. Kesulitan dalam mendapatkan oekerjaan dan ketidakutuhan
keluarga
 Peran sosial: isolasi sosial: khususnya usia lanjut, stigma negatif dari
masyarakat, praduga negatif dan stereotipi, perilaku sosial tidak diterima
oleh masyarakat.

e. Faktor Presipitasi
Nature
1) Biologi:
 Dalam enam bulan terakhir mengalami penyakit infeksi otak
(enchepalitis) atau trauma kepala yang mengakibatkan lesi daerah frontal,
temporal dan limbic sehingg terjadi ketidakseimbangann dopamin dan
serotonin neurotransmitter
 Dalam enam bulan terakhir terjadi gangguan nutrisi ditandai dengan
penurunan BB, rambut rontok, anoreksia, bulimia nervosa yang
berdampak pada pemenuhan glukosa di otak yang dapat mempengaruhi
fisiologi otak terutama bagian fungsi kognitif
 Sensitivitas biologi: putus obat atau mengalami obesitas, kecatatan fisik,
kanker dan pengobatannya yang dapat menyebabkan perubahan
penampilan fisik
 Paparan terhadap racun, misalnya CO dan asbestosos yang dapat
mempengaruhi metabolisme di otak sehingga mempengaruhi fisiologis
otak
2) Psikologis
 Dalam enam bulan terakhir terjadi trauma atau kerusakan struktur di lobus
frontal dan terjadi suplay oksigen dan glukosa terganggu sehingga
mempengaruhi kemampuan dalam memahami informasi
 Keterampilan verbal, tidak mampu komunikasi, gagap, mengalami
kerusakan yang mempengaruhi fungsi bicara
 Dalam enam bulan terakhir tinggal di lingkungan yang dapat
mempengaruhi moral: lingkungan keluarga yang broken home, konflik
atau tinggal dalam lingkungan dengan perilaku sosial yang tidak
diharapkan
 Konsep diri: Harga diri, perubahan penampilan fisik
 Self kontrol: tidak mampu melawan dorongan untuk menyendiri
 Kepribadian: mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan yang tinggi,
menutup diri
3) Sosial budaya
 Usia: Dalam enam bulan terakhir alami ketidaksesuaian tugas
perkembangan dengan usia, atau terjadi perlambatan dalam penyelesaian
tugas perkembangan
 Gender: enam bulan terakhir alami ketidakjelasan identitas dan kegagalan
peran gender (model peran negatif)
 Pendidikan: dalam enam bulan terakhir mengalami putus sekolah dan
gagal sekolah
 Pekerjaan : pekerjaan stressfull dan beresiko atau tidak bekerja (PHK)
 Pendapatan: penghasilan rendah atau dalam enam bulan terakhir tidak
mempunyai pendapatan atau terjadi perubahan status kesejahteraan
 Status sosial: Tuna wisma dan kehidupan isolasi, tidak mempunyai sistem
pendukung
 Agama dan keyakinan: tidak bisa menjalankan aktivitas keagamaan secara
rutin. Terdapat nilai-nilai sosial di masyarakat yang tidak diharapkan
 Kegagalan dalam bepolitik: kegagalan dalam berpolitik
 Kejadian sosial saat ini: perubahan dalam kehidupan: perang, bencana,
kerusuhan, tekanan dalam pekerjaan, kesulitan mendapatkan pekerjaan,
sumber-sumber personal yang tidak adekuat akibat perang, bencana
 Peran sosial: Dalam enam bulan terakhir isolasi sosial, diskriminasi dan
praduga negatif, ketidakmampuan untuk mempercayai orang lain
Origin
Internal: Kegagalan persepsi individu terhadap sesuatu yang diyakini dalam
hubungan sosial
Eksternal: Kurangnya dukungan sosial dan dukungan masyarakat pada klien untuk
melakukan hubungan sosial

Time
 Waktu terjadinya stressor pada waktu yang tidak tepat
 Stressor terjadi secara tiba-tiba atau bisa juga secara bertahap
 Stressor terjadi berulang kali dan antara satu stressor dengan stressor yang lain
saling berdekatan
Number
 Sumber stress lebih dari satu (banyak)
 Stress dirasakan sebagai masalah yang berat

f. Penilaian Terhadap Stresor


Kognitif
1) Mengatakan tidak berguna, mengatakan ada penolakan dengan lingkungan
2) Ketidakmampuan konsentrasi dan pengambilan keputusan
3) Kehilangan rasa tertarik untuk melakukan sesuatu dan mengatakan merasakan
waktu berjalan lambat
4) Mengatakan keinginan kontak lebih banyak dengan orang lain tetapi tidak
mampu
5) Melaporkan ketidakamanan dalam situasi sosial
6) Melaporkan tidak adanya hubungan yang berarti (tidak mempunyai teman
akrab)
7) Mengatakan nilai yang diterima oleh masyarakat tetapi tidak mampu
menerima nilai dari kultur dominan
8) Ketidakmampuan membuat tujuan hidup
9) Mengatakan ketidakmampuan untuk memenuhi pengharapan orang lain

Afektif
1) Merasa sedih dan afek dangkal/datar
2) Merasa tertekan, depresi, cemas atau marah
3) Merasa kesepian yang dibebankan pada orang lain dan perasaan ditolak oleh
lingkungan
4) Merasa tidak aman ditengah-tengah orang lain
5) Merasa tidak mempedulikan orang lain

Fisiologis
1) Ketidakseimbangan neurotransmitter dopamin dan serotonin
2) Peningkatan efinefrin dan non efinefrin
3) Peningkaan denyut nadi, TD, pernafasan jika terjadi kecemasan
4) Gangguan tidur

Perilaku
1) Kontak mata buruk atau tidak ada kontak mata
2) Negativism, kurang aktivitas baik fisik dan verbal
3) Banyak melamun, larut dengan pikiran dan ingatan sendiri
4) Penampilan tidak sesuai dan perilaku aneh dan tidak dapat diterima oleh
masyarakat
5) Dipenuhi dengan pikiran-pikiran sendiri, repetitif (perilaku yang ulang-ulang)
6) Melakukan pekerjaan tidak tuntas adanya ketifak sesuaian atau minat imatur
dan aktivitas untuk usia dan tahap perkembangan

Sosial
1) Menarik diri
2) Sulit berinteraksi dan tidak berkomunikasi
3) Kegagalan untuk berinteraksi dengan orang lain didekatnya
4) Mencari kesempatan untuk sendiri atau berada dalam suasana subkultur
5) Penunjukkan bermusuhan dalam suara dan perilaku
6) Ketidakmampuan dalam berpartisipasi dalam sosial
7) Acuh terhadap lingkungan
8) Curiga terhadap orang lain
9) Tidak tertarik terhadap segala aktivitas yang sifatnya menghibur

g. Sumber Koping
Personal ability
1) Tidak komunikatif dan cenderung menarik diri
2) Kesehatan umum klien, terdapat kecacatan
3) Ketidakmampuan mengambil keputusan dan memecahkan masalah
4) Kemampuan berhubungan dengan orang lain tidak adekuat
5) Pengetahuan tentang masalah isolasi rendah
6) Integritas ego yang tidak adekuat

Sosial Support
1) Tidak adanya orang terdekat yang mendukung keluarga, teman, kelompok
2) Hubungan antara individu, keluarga dan masyarakat tidak adekuat
3) Komitmen degan jaringan sosial tidak adekuat

Material asset
1) Adanya perubahan status kesejahteraan
2) Ketidakmampuan mengelola kekayaan
3) Tidak punya uang untuk berobat, tidak ada tabungan
4) Tidak memiliki kekayaan dalam bentuk barang berharga

Positif belief
1) Distres spiritual
2) Tidak memilki motivasi untuk sembuh
3) Penilaian negatif tentang pelayanan kesehatan
4) Tidak menganggap apa yang dialami merupakan sebuah masalah

h. Mekanisme Koping
 Konstruktif: -
 Destruktif: Regresi, proyeksi, Denial, Withdrawl, introyeksi, represi, Disosiasi

i. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


Karena isolasi sosial adalah status subjektif, semua pengaruh yang membuat
perasan seseorang menjadi kesepian harus divalidasi karena penyebabnya
bervariasi dan individu menunjukkan kesepiannya dalam cara yang berbeda-beda
(Carpenito-Moyet, 2007). Keadaan isolasi sosial dapat diakibatkan dari berbagai
situasi, dan masalah kesehatan yang berhubungan dengan kehilangan hubungan
yang telah terbentuk atau kegagalan untuk mempertahankan hubungan ini
(Carpenito-Moyet, 2007). Penyebab dari isolasi sosial adalah harga diri rendah
yaitu perasaan negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa
gagal mencapai keinginan yang ditandai dengan adanya perasaan malu
terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan
sosial, merendahkan martabat, percaya diri kurang dan juga dapat mencederai diri,
(Carpenito, 2000).
j. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial

k. Rencana Tindakan Keperawatan


1. Tindakan keperawatan untuk klien.
a. Tujuan:
 Pasien mampu mengenal penyebab isolasi sosial, keuntungan memiliki
teman, kerugian tidak memiliki teman.
 Pasien mampu berkenalan dengan perawat atau pasien lain
 Pasien mampu bercakap-cakap dalam melakukan kegiatan harian.
 Pasien mampu berbicara sosial : meminta sesuatu, berbelanja dan
sebagainya.

b. Tindakan keperawatan
 Mengkaji dan mendiskusikan isolasi sosial: penyebab isolasi sosial,
siapa yang serumah, siapa yang dekat dengan klien, siapa yang tidak
dekat dengan klien, keuntungan punya teman dan becakap-cakap,
kerugian tidak punya teman dan tidak bercakap cakap; dan melatih
berkenalan.
 Melatih pasien berkenalan dengan 2 orang saat melakukan kegiatan
harian.
 Melatih pasien berkenalan dengan 4 orang dalam melakukan kegiatan
harian berkelompok.
 Melatih cara bicara sosial seperti belanja ke warung.

2. Tindakan keperawatan untuk keluarga


a. Tujuan
 Keluarga mampu menjelaskan isolasi sosial: pengertian, tanda dan
gejala, dan proses terjadinya masalah.
 Keluarga mampu mengenal masalah dalam merawat pasien isolasi
sosial, dan melatih keluarga dalam membimbing pasien berkenalan dan
bercakap-cakap saat melakukan kegiatan harian.
 Keluarga mampu merawat dengan melatih bicara sosial
 Keluarga mampu mengenal tanda dan gejala kekambuhan yang
memerlukan rujukan dan melakukan follow up ke fasilitas pelayanan
kesehatan secara teratur.
b. Tindakan Keperawatan
 Diskusikan masalah yg dirasakan dalam merawat pasien menjelaskan
pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya isolasi sosial (gunakan
booklet), memberi kesempatan keluarga untuk memutuskan perawatan
pasien, menjelaskan cara merawat isolasi sosial dan melatih dua cara
merawat : berkenalan dan melakukan kegiatan harian.
 Jelaskan kegiatan rumah tangga yang dapat melibatkan pasien berbicara
(makan, sholat bersama), dan latih cara membimbing pasien berbicara
dan memberi pujian.
 Jelaskan cara melatih pasien bercakap-cakap dalam melakukan kegiatan
sosial berbelanja, dan melatih keluarga mendampingi pasien berbelanja
 Jelaskan tanda-tanda kambuh, follow up ke PKM/ RSJ, dan rujukan.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito-Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Carpenito, L. J.C (2004). Hanndbook of nursing diagnosis ed.10. USA: Lippincott Williams
& Wilkins
Damaiyati, Mukhripah & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika
Aditama
Keliat, B. A & Akemat. (2007). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC

Kim, M.J. Mc Farland, G.K, dan McLane, A.M. (2006). Diagnosa Keperawatan. Edisi 7.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Stuart & Sundeen. (1991). Principles and practice of psychiatric nursing. Mosby Year Book:
Missouri

Stuart, Gail W. (2009). Principles & Practice of Psychiatric Nursing ed.8. Philadelphia:
Elsevier Mosby

Townsend, Mary C. (2008). Essentials of psychiatric mental health nursing ed.8. F. A. Davis
Company: Philadelphia

Townsent, M.C. (2010). Buku saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri Rencana Asuhan &
Medikasi Psikotropik. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai