Anda di halaman 1dari 3

BAB III

METODOLOGI PEMBUATAN
3.1 Pengumpulan dan Pencincangan Bahan
Daun-daun kering dipisahkan dari sampah anorganik. Kemudian daun-daun tersebut
dicincang menjadi kecil-kecil. Setelah daun-daun tersebut dicincang, kemudian dimasukkan
ke alat penyortir. Alat penyortir akan memisahkan daun-daun yang sudah tercacah halus,
kurang halus, dan tidak halus. Daun yang kurang halus dan tidak halus akan dicincang ulang
dan dimasukkan kembali ke alat penyortir hingga halus.

3.2 Pencampuran dan Pengomposan


Setelah daun yang halus didapatkan, daun tersebut dicampur bakteri, air, dan obat
untuk proses pengomposan daun. Setelah dicampur dengan bahan pengompos, daun-daun
disimpan di dalam wadah tertutup dan ditunggu sekitar 27-30 hari. Selama masa
pengomposan, daun-daun dipantau tingkat kelembapannya. Kelembapan diatur pada 3%
agar bakteri tetap hidup dan proses pengomposan tetap berjalan. Kelembapan diatur
dengan cara menambahkan air dan obat ketika kompos mulai kehilangan kelembapan.
3.3 Pengemasan dan Penyimpanan
Setelah proses pengomposan selesai, kompos dikemas pada kemasan plastik dengan
bobot 10Kg. Setelah dikemas, kompos disimpan pada tempat yang kering dan tidak terpapar
sinar matahari langsung agar kelembapan tidak berkurang secara drastis. Kompos yang
disimpan memiliki batas kadaluarsa. Ketika kompos akan masuk ke masa kadaluarsa, kompos
dikeluarkan dari plastik dan dicampur dengan air dan obat agar bakteri tetap hidup dan
kelembapan kompos terjaga.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pemanfaatan Kompos
Kompos yang sudah jadi akan dijual kepada petani-petani yang membutuhkan pupuk
organik. Petani yang biasa membeli pupuk ini adalah petani tanaman sayur dan buah non-
kayu. Pupuk ini cocok untuk tanaman tersebut karena tanaman tersebut lebih banyak
membutuhkan pupuk daripada tanaman kayu. Selain itu, sebenarnya pupuk kompos ini
cocok digunakan untuk semua jenis tanaman tanpa efek samping negatif.

4.2 Perbedaan Pupuk Kompos dan Pupuk Anorganik


Pupuk kompos tentunya memiliki perbedaan dengan pupuk organik. Contohnya adalah
banyaknya kandungan zat hara. Pada pupuk kompos, zat hara yang terkandung lebih sedikit,
namum lebih lengkap dibandingkan dengan pupuk anorganik. Dengan kandungan zat hara
yang lengkap, pupuk kompos cenderung memperbaiki struktur tanah menjadi lebih baik.
Pada penggunaan awal pupuk kompos, memang efek yang diberikan kurang terlihat. Tetapi,
setelah satu kali masa panen, keuntungan yang diberikan akan sangat terlihat, bahkan bisa
bertahan untuk beberapa kali masa panen. Sedangkan pupuk anorganik menambah zat hara
yang dibutuhkan tanaman dengan spontan, tanpa memperbaiki struktur tanah. Penggunaan
pupuk anorganik berlebih akan membuat tanah menjadi asam dan panas.

Anda mungkin juga menyukai