Anda di halaman 1dari 30

HUBUNGAN ASUPAN SERAT DAN STATUS OBESITAS DENGAN TEKANAN DARAH

PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS III TABANAN

OLEH :

NI PUTU EKA CINTYA DEWI

18101110006

STIKES ADVAITA MEDIKA TABANAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NERS

2020/2021
BAB I

PENDAHLUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada saat ini perkembangan penyakit degenerative semakin meningkat. Salah

satunya yaitu hipertensi. Penyakit tidak menular seperti hipertensi atau penyakit darah

tinggi primer merupakan penyakit yang sering terjadi di masyarakat sehingga perlu

dilakukan tindakan intervensi dalam kegiatan Program PPTM ( Penanggulangan Penyakit

Tidak Menular) dengan memperbanyak skrining, penyuluhan kesehatan serta penyiapan

logistiknya terutama obat PTM ( Penyakit Tidak Menular) (Nur Syahrini, 2012).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih

dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg, hipertensi merupakan salah satu

Penyakit Tidak Menular (PTM) yang menjadi ancaman dan masalah serius di negara

berkembang maupun negara maju. Negara ekonomi berkembang memiliki penderita

hipertensi terbanyak sebesar 40% sedangkan negara maju hanya 35%. World Health

Organization mengatakan penderita hipertensi pada tahun 2000 sebanyak 26,4% (929 juta

jiwa) dan diperkirakan akan mengalami peningkatan menjadi 29,2% (1,56 milyar) pada

tahun 2025 (WHO,2013).

American Heart Associaton (2017) menetapkan pedoman terbaru mengenai klasifikasi

hipertensi dikatakan hipertensi apabila tekanan darah sistolik ≥ 130 mmHg dan tekanan

darah diastolik ≥ 80 mmHg. Penurunan 10 poin ini menyebabkan 103 juta jiwa penduduk

Amerika Serikat mengalami hipertensi dan harus menjalani perubahan gaya hidup hal ini

dilakukan untuk mengurangi risiko penyakit jantung dan stroke, selama ini dikatakan

hipertensi apabila memiliki tekanan darah ≥ 140/90 mmHg (Whitecoathunter, 2017).

Kriteria terbaru ini membuat angka prevalensi hipertensi akan terus meningkat di seluruh
dunia.

Di kawasan Asia Tenggara sekitar sepertiga dari populasi orang dewasa memiliki

tekanan darah tinggi, penderita hipertensi di Indonesia menduduki urutan ke-6 (WHO,

2015). Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan bahwa prevalensi

hipertensi yang di dapat berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah sebesar 25,8%

(Riskesdas, 2013). Kemenkes RI (2018) mengatakan hasil Riskesdas 2018 prevalensi kasus

hipertensi dari hasil pengukuran tekanan darah mengalami peningkatan menjadi 34,1%.

Data Surveilan Terpadu Penyakit (STP) mengenai kasus hipertensi di Provinsi Bali

pada tahun 2016 yaitu 7,0% dan yang dilakukan pengukuran tekanan darah sebesar 22,69%

(Dinkes Provinsi Bali, 2016). Pada tahun 2017 prevalensi yang mengalami hipertensi

meningkat yaitu 13,7% orang dan yang dilakukan pengukuran tekanan darah sebanyak

36,81% (Dinkes Provinsi Bali, 2017).

Di Kabupaten Tabanan menduduki urutan ke-2 dengan prevalensi hipertensi sebanyak

6,0% dan prevalensi yang melakukan pengukuran tekanan darah sebanyak 41,93% (Dinkes

Provinsi Bali, 2016). Tahun 2017 dengan urutan ke-3 kasus hipertensi dengan prevalensi

hipertensi 8,9% dan prevalensi yang melakukan pengukuran tekanan darah 39,94 %

(Dinkes Provinsi Bali, 2017).

Data Penyakit Tidak Menular berbasis puskesmas di Kabupaten Tabanan mencatat

bahwa kasus hipertensi masih tinggi di UPTD Puskesmas Tabanan III dengan prevalensi

sebesar 6,7% pada tahun 2017 (Dinkes Kabupaten Tabanan, 2017). Tahun 2018 prevalensi

kasus hipertensi di UPTD Puskesmas Tabanan III sebesar 9,6%, hal ini menandakan kasus

hipertensi di UPTD Puskesmas Tabanan III meningkat dari tahun sebelumnya.

Salah satu program kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan khususnya pada wilayah

kerja Puskesmas Tabanan III, adalah sosialisasi program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

(GERMAS), yang berguna untuk mencegah terjadinya penyakit yang salah satunya yaitu

hipertensi. Program tersebut sedang digalakkan di Kabupaten Tabanan dengan


meningkatkan partisipasi masyarakat untuk ikut serta mensukseskan program tersebut

melalui kegiatan Penyuluhan di Posyandu dan Rumah Sakit, Konseling Gizi dan sosialisasi

konsumsi serat dan senam Lansia.

Kegiatan sosialisasi konsumsi serat dan senam lansia yang diadakan di puskesmas

bertujuan untuk mengurangi terjadinya Obesitas. Obesitas adalah penumpukan lemak yang

berlebihan atau abnormal yang dapat menggangu kesehatan (WHO,2017).

Seseorang dengan kelebihan gizi atau obesitas, terutama obesitas sentral meningkatkan

risiko timbulnya tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan diabetes. Pada penderita

dengan kelebihan berat badan berisiko lebih besar menderita hipertensi dibandingkan

dengan orang yang kurus. Hasil penelitian (Sulastri & Ramadhani, 2012) menyebutkan

bahwa lebih banyak penderita hipertensi yang mengalami obesitas maupun obesitas sentral.

Obesitas sentral berkaitan dengan pola makan yang salah, dimana lebih menyukai makanan

siap saji yang mengandung lemak dan garam tinggi dengan kandungan serat yang rendah

(Dian M, 2013).

Serat adalah bagian dari makanan yang berasal dari tumbuhan yang tidak dapat dicerna

oleh tubuh. Serat makanan merupakan komponen pangan non gizi. Walaupun tidak

dikategorikan sebagai zat gizi, serat makanan telah terbukti mempunyai peranan yang

sangat penting dalam pencegahan timbulnya berbagai penyakit (Astawan, Made,

Wresdiyati, 2004). Makanan yang mengandung serat, relatif lebih tinggi memberikan rasa

kenyang karena mengandung karbohidrat kompleks yang menghentikan nafsu makan

sehingga mengurangi frekuensi makan. Makanan dengan kandungan serat yang tinggi

biasanya rendah kalori, rendah lemak, dan rendah gula yang dapat membantu mengurangi

terjadinya obesitas.

Berdasarkan hasil riset Puslitbang Gizi Depkes RI tahun 2001 dalam (Astawan, Made,

Wresdiyati, 2004), rata – rata konsumsi serat penduduk Indonesia adalah 10,5 gram per

hari. Ini menunjukkan bahwa penduduk Indonesia baru memenuhi sekitar 1/3 dari
kebutuhan ideal rata – rata konsumsi serat yaitu 25 – 35 gram per hari. Sumbangan

konsumsi buah dan sayur masyarakat Indonesia juga sangat rendah yaitu 2,7 gram per hari.

Padahal para pakar menyarankan untuk mengonsumsi buah dan sayur untuk memenuhi

kebutuhan serat pada tubuh. Sejalan dengan data Riskesdas Bali tahun 2007 menunjukkan

sebesar 96,5% penduduk umur 10 tahun ke atas, kurang mengonsumsi buah dan sayur. Dari

seluruh Kabupaten yang ada di Bali, hampir seluruh Kabupaten memiliki persentase

konsumsi serat yang rendah.

Dari data tersebut, dapat dikatakan bahwa konsumsi serat masyarakat Indonesia

tergolong rendah. Asupan serat yang terlampau rendah dalam waktu yang lama akan

mempengaruhi kesehatan. Asupan serat yang rendah disebabkan oleh

kurangnya pengetahuan gizi masyarakat khususnya tentang manfaat serat sehingga akan

mempengaruhi masyarakat dalam memilih makanan yang sesuai anjuran. Semakin rendah

pengetahuan gizi khususnya tentang serat, maka semakin rendah konsumsi serat dan

berdampak menyebabkan Obesitas yang beresiko menyebabkan berbagai penyakit

degeneratif salah satunya hipertensi. Hasil penelitian dari (Kholifah et al., 2014)

menyebutkan bahwa asupan serat tidak berhubungan langsung dengan tekanan darah.

Rendahnya asupan serat dapat menyebabkan obesitas atau kelebihan berat badan

seseorang. Jika seseorang mengalami obesitas maka lebih beresiko mengalami hipertensi.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian dan membahas

tentang hubungan asupan serat dan status obesitas dengan tekanan darah pada penderita

hipertensi di Puskesmas Tabanan III.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti merumuskan masalah yaitu :

1. “Apakah ada hubungan antara asupan serat dengan tekanan darah penderita

hipertensi di Puskemas Tabanan III”.


2. “Apakah ada hubungan antara status obesitas dengan tekanan darah penderita

hipertensi di Puskemas Tabanan III”.

1.3 TUJUAN

1. Tujuan Umum

Menganalisis hubungan antara asupan serat dan status obesitas dengan tekanan darah

penderita hipertensi di Puskesmas Tabanan III.

2. Tujuan Khusus:

a. Menentukan asupan serat yang dikonsumsi oleh penderita hipertensi di Puskesmas

Tabanan III

b. Menilai status obesitas penderita hipertensi di Puskesmas Tabanan III

c. Menilai tekanan darah penderita hipertensi di Puskesmas Tabanan III

d. Menganalisis hubungan antara asupan serat dengan tekanan darah penderita hipertensi

di Puskesmas Tabanan III

e. Menganalisis hubungan antara status obesitas dengan tekanan darah penderita

hipertensi di Puskesmas Tabanan III

1.4 MANFAAT

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan pengalaman

peneliti dalam mempelajari dan mengkaji hubungan antara asupan serat, status

obesitas dengan tekanan darah.

2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang asupan serat
dan status obesitas dengan tekanan darah penderita hipertensi di Puskesmas
Tabanan III.
b. Bagi Responden atau Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan responden atau
masyarakat masyarakat berkaitan dengan manfaat serat untuk mencegah obesitas
yang berhubungan dengan tekanan darah.
c. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai landasan ilmiah untuk
penelitian selanjutnya.
d. Bagi Institusi Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk upaya
mencari solusi untuk pemecahan masalah kesehatan yang sedang terjadi dalam hal
ini mengenai tingginya angka penyakit hipertensi.
1.5 Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Robo Marliana, ddk Tahun 2019, yang

berjudul “Hubungan Obesitas Dengan Hipertensi Pada Pralansia di Puskesma Sukamulya

Tahun 2019”. di ketahui bahwa sebagian besar responden yang mengalami hipertensi berat

masuk dalam kategori obesitas sebanyak 18 dari 35 responden (24,7%) dan sebagian kecil

responden yang mengalami hipertensi berat masuk dalam kategori badan kurus sebanyak 2

responden dari 35 responden yang mengalami hipertensi berat(11,8%). Dari hasil analisa

data dengan menggunakan uji chi-square diketahui nila signifikan 0,031 lebih rendah dari

0,05 artinya Ho di tolak dan H1 di terima. Hal ini berarti ada hubungan antara variabel

indeks masa tubuh dengan hipertensi pada pralansia usia 45-55 tahun dimana semakin

tinggi indeks masa tubuh maka akan menyebabkan hipertensi. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara indeks massa tubuh dengan

hipertensi pada pra lansia usia 45-55 tahun di puskesmas sukamuliya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ika Apriani Panjaitan Tahun 2017, yang

berjudul “Hubungan Asupan Serat, Asupan Natrium, Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian

Hipertensi Pada Lansia Di Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2017 “,

diketahui bahwa hubungan asupan serat dengan kejadian hipertensi memperlihatkan bahwa

dari 27 responden dengan asupan serat kurang, 19 orang (70.4%) mengalami hipertensi dan

8 orang(29.6%) tidak mengalami hipertensi. Selanjutnya, dari 51 responden dengan


asupan serat cukup, hanya 16 orang (33.4%) mengalami hipertensi dan 35 orang (68.6%%)

tidak mengalami hipertensi. Dengan demikian, mayoritas responden yang tidak mengalami

hipertensi adalah dengan asupan serat cukup yakni sebanyak 35 orang (68.6%).

Hasil uji chi-square memperlihatkan bahwa pada table contingency 2x2, tidak ada

yang memiliki nilai harapan (expected value E) kurang dari 5, sehingga nilai p-value yang

dipergunakan adalah nilai contingency correction thitung= 9.334 dengan p-value = 0.002,

lebih kecil dari 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa asupan serat memiliki hubungan

signifikan dengan kejadian hipertensi dimana semakin kurang asupan serat, semakin tinggi

kejadian hipertensi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan takanan

diastolic lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah manusia secara alami berfluktuasi

sepanjang hari. Tekanan darah tinggi menjadi masalah hanya bila tekanan tersebut

persisten. Tekanan darah tersebut membuat system sirkulasi dan organ yang mendapat

suplai darah ( termasuk jantung dan otak) menjadi tegang (Manuntun 2018).

Hipertensi adalah suatu peningkatakan tekanan darah di dalam arteri. Secara umum,

Hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi

di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, gagal ginjal,

sereangan jantung dan kerusakan ginal (Dinkes 2017).

Hipertensi adalah suatu kondisi meningkatnya tekanan darah berada diatas angka

normal yaitu 140/90 mmHg. Hipertensi tidak hanya terjadi pada laki-laki, namun juga

pada perempuan dan usia 50 tahun memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami

hipertensi ( Buford, 2016).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami tekanan darah diatas

normal yang ditunjukkan oleh angka sistolik (bagian atas) dan angka bawah (diastolic)

pada pemeriksaan tensi darah yang tekanan darah normal adalah Namun, secara umum

ditetapkan tekanan darah normal untuk orang dewasa (>18 tahun) adalah 120/80

mmHg. Menurut WHO, batasan-batasan nilai stole yaitu (Suiraoka,2016) :

a. Nilai stole <140 mmHg dan diastole <90 mmHg disebut

normatensi

b. Sistole berkisar 140-159 mmHg dan diastole antara 91-94 mmHg disebut
perbatasan (border line)

c. Nilai stole > 95 mmHg disebut hipertensi.

Kepekaan terhadap hipertensi akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia

seseorang, hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis serta pembuluh darah adalah

merupakan faktor penyebab hipertensi diusia tua, seseorang yang berusia diatas 60 tahun

atau dikatakan usia lanjut 50-60 %

Faktor resiko Hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, genetik

(faktor resiko yang tidak dapat diubah dikontrol), kebiasaan merokok, konsumsi garam,

konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan konsumsi minum-minuman

beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stres, kurang makanan yang berserat

(Sutanto,2016).

2. Klasifikasi Hipertensi

Ada pun klasifikasi hipertensi terbagi menjadi dua golongan berdasarkan penyebabnya

yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder (Sutanto,2016) :

1). Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial

Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun

dikaitkan dengan kombinasi faktor stress, genetik, lingkungan dan gaya

hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan terjadi pada

sekitar 90% penderita hipertensi.

2). Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial

Hipertensi yang diketahui penyebabnya, pada sekitar 5-10% penderita hipertensi,

penyebabnya adalah penyakit ginjal, pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalahkelainan

hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB), Selain hipertensi yang diatas

dikenal juga keadaan yang disebut dengan krisis hipertensi, hipertensi berdasarkan krisis

hipertensi berikut adalah hipertensi darurat dan hipertensi urgensi yaitu uraian nya

a. Hipertensi Darurat
Hipertensi darurat adalah dimana tekanan darah melebihi 180/120 mmHg disertai

ancaman gangguan fungsi organ, seperti otak (stroke, ensefalopati hipertensi), jantung (

gagal jantung kiri akut penyakit jantung koroner akut), paru (bendungan di paru),

ekslampsia. Tekanan darah tidak dapat ebih rendah dari 180/120 mmHg dengan gejala

gangguan organ di atas yang sudah nyata timbul, jika tekanan darah tidak segera

diturunkan dapat mengakibatkan komplikasi yang menetap.

b. Hipertensi Urgensi

Hipertensi urgensi ialah tekanan darah yang tinggi melebihi 180/120 mmHg tetapi

belum ada gejala seperti diatas. tekanan darah tidak harus diturunkan dengan cepat

(dalam hitungan menit), tetapi dapat dalam hitungan jam sampai dengan obat oral,

gejalaya berupa mual, muntah, pusing atau sakit kepala, penglihatan kabur, mimisan,

sesak napas, gangguan cemas berat, tetapi tidak ada kerusakan organ, pasien dengan

hipertensi urgensi dapat juga diberikan tetapi oral yang bekerja dengan cepat, seperti

kaptopril, labetalol dan lain – lain.

Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. 2016), klasifikasi

hipertensi klinis berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik yaitu :

Tabel 2.1 Klasifikasi derajat hipertensi secara klinis

No Kategori Sistolik Diastolik


(mmHg) (mmHg
)
1. Optimal <120 <80
2. Normal 120-129 80-84
3. High Normal 130-139 85-89
4. Hipertensi
5. Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
6. Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
7. Grade 3 (berat) 180-209 100-119
8. Grade 4 (sangat berat) ≥210 ≥210
Sumber : Tambayong dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. (2016).
Menurut World Health Organization (dalam Noorhidayah,
S.A.2016) klasifikasi hipertensi adalah :

a) Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau


sama dengan 140 mmHg dan diastolik kurang atau

sama dengan 90 mmHg.

b) Tekanan darah perbatasan (border line) yaitu bila

sistolik 141-149 mmHg da n diastolik 91-94 mmHg.

c) Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik

lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan

diastolik lebih besar atau sama dengan 95 mmHg.

3. Tanda dan Gejala Hipertensi

Menurut Tambayong ( dalam Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016 tanda dan gejala

hipertensi di bedakan menjadi :

1) Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan

tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.

Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika terkena

darah tidak teratur.

2) Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi

nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala

terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan

medis.

Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :

a) Mengeluh sakit kepala, pusing

b) Lemas, kelelahan

c) Sesak nafas

d) Gelisah
e) Mual

f) Muntah

g) Epistaksis

h) Kesadaran menurun.

4. Faktor yang mempengaruhi Hipertensi

Menurut Aulia, R. (2017), faktor risiko hipertensi dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:

1. Faktor yang tidak dapat diubah

Faktor yang tidak dapat berubaha adalah :

a) Riwayat Keluarga

Seseorang yang memiliki keluarga seperti, ayah, ibu, kakak

kandung/saudara kandung, kakek dan nenek dengan hipertensi lebih

berisiko untuk terkena hipertensi.

b) Usia

Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya usia.

Pada laki-laki meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan

pada wanita meningkat pada usia lebih dari 55 tahun.

c) Jenis Kelamin

Dewasa ini hipertensi banyak ditemukan pada pria daripada wanita.

Ras/etnik

d) Hipertensi menyerang segala ras dan etnik namun di luar negeri

hipertensi banyak ditemukan pada ras Afrika Amerika daripada

Kaukasia atau Amerika Hispanik.

2. Faktor yang dapat diubah

Kebiasaan gaya hidup tidak sehat dapat meningkatkan hipertensi antara lain

yaitu :

a) Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor penyebab hipertensi karena dalam

rokok terdapat kandungan nikotin. Nikotin terserap oleh pembuluh darah

kecil dalam paru-paru dan diedarkan ke otak. Di dalam otak, nikotin

memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin atau

adrenalin yang akan menyemptkan pembuluh darah dan memaksa jantung

bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih tinggi

b) Kurang aktifitas fisik

Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot

rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Kurangnya aktifitas fisik

merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kronis dan secara

keseluruhan diperkirakan dapat menyebabkan kematian secara global

(Iswahyuni, S., 2017).

c) Konsumsi Alkohol

Alkohol memiliki efek yang hampir sama dengan karbon monoksida, yaitu

dapat meningkatkan keasaman darah. Darah menjadi lebih kental dan

jantung dipaksa memompa darah lebih kuat lagi agar darah sampai ke

jaringan mencukupi. Maka dapat disimpulkan bahwa konsumsi alkohol

dapat meningkatkan tekanan darah.

d) Kebiasaan minum kopi

Kopi seringkali dikaitkan dengan penyakit jantung koroner, termasuk

peningkatan tekanan darah dan kadar kolesterol darah karena kopi

mempunyai kandungan polifenol, kalium, dan kafein. Salah satu zat yang

dikatakan meningkatkan tekanan darah adalah kafein. Kafein didalam

tubuh manusia bekerja dengan cara memicu produksi hormon adrenalin

yang berasal dari reseptor adinosa didalam sel saraf yang mengakibatkan

peningkatan tekanan darah, pengaruh dari konsumsi kafein dapat dirasakan


dalam 5-30 menit dan bertahan hingga 12 jam (Indriyani dalam Bistara

D.N., & Kartini Y., 2018).

e) Kebiasaan konsumsi makanan banyak mengandung garam

Garam merupakan bumbu dapur yang biasa digunakan untuk memasak.

Konsumsi garam secara berlebih dapat meningkatkan tekanan darah.

Menurut Sarlina, Palimbong, S., Kurniasari, M.D., Kiha, R.R. (2018),

natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler tubuh

yang berfungsi menjaga keseimbangan cairan. Natrium yang berlebih

dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh sehingga menyebabkan

edema atau asites, dan hipertensi.

f) Kebiasaan konsumsi makanan lemak

Menurut Jauhari (dalam Manawan A.A., Rattu A.J.M., Punuh M.I, 2016),

lemak didalam makanan atau hidangan memberikan kecenderungan

meningkatkan kholesterol darah, terutama lemak hewani yang

mengandung lemak jenuh. Kolesterol yang tinggi bertalian dengan

peningkatan prevalensi penyakit hipertensi.

g) Kurangnya asupan serat

Serat berhubungan dengan obesitas. Jika asupan serat rendah maka, seseorang

beresiko mengalami obesitas. Serat mempunyai kaitan dengan asam empedu.

Apabila serat pangan kurang, maka tidak mampu mengurangi kadar kolesterol

sehingga tidak mampu mengikat garam empedu, dan tidak dapat mencegah

penyerapan kolesterol dalam usus sehingga mengakibatkan asam empedu

lebih sedikit dikeluarkan feses. Kondisi ini akan mengakibatkan semakin

banyak kolesterol dalam darah yang mengakibatkan hipertensi.

h) Obesitas

Faktro risiko penyebab hipertensi yang diketahui dengan baik adalah obesitas.
Secara fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan akumulasi

lemak berlebih dan jaringan adiposa. Kondisi obesitas berhubungan dengan

peningkatan volume intravaskular dan curah jantung. Daya pompa jantung dan

sirkulasi volume darah penderita hipertensi dengan obesitas lebih tinggi

dibandingkan dengan penderita hipertensi dengan berata badan normal.

5. Komplikasi Hipertensi

Komplikasi akan terjadi jika tekanan darah terus menerus lebih tinggi dari normal, bila

tekanan darah tidak dikontrol dengan baik, maka akan timbul kerusakan pada pembuluh

arteri dan organ-organ yang memerlukan pasokan darah, adapun beberapa komplikasi

jangka panjang apabila tekanan darah terus- menerus tinggi adalah (Suiraoka, 2016) :

a. Jantung dan Aorta

Ketika jantung berpengaruh terhadap tekanan darah tinggi maka terjadi penebalan

otot jantung kiri, kondisi ini akan memperkecil rongga jantung untuk memompa

sehingga jantung akan semangkin membutuhkan energi yang besar, adanya

gangguan pembuluh darah jantung sendiri akan menimbulkan kekurangan

oksigen dari otot jantung dan menyebabkan nyeri, jika kondisi seperti ini

dibiarkan secara terus-menerus, akan menyebabkan kegagalan jantung untuk

memompa dan menimbulkan kematian, Aorta adalah bagian terbesar dari arteri

dalam tubuh yang paling elastis.Setelah bertahun-tahun terkena darah tinggi,

maka aorta menjadi kurang elastis dan dindingnya dipenuhi lapisan lemak serta

melar dan bengkak, gumpalan darah dapat terbentuk di dinding aorta dan dapat

menjadi embolus, yang menyangkut pada arteri yang mensuplai ginjal atau

bagian tubuh lainnya.Aorta yang bengkak dapat meledak jika tekanan darah

terlalu tinggi.

b. Otak

Perdarahan pada otak akibat efek dari tekanan darah tinggi dapat menyebabkan
kelumpuhan, arteri yang memasok darah keotak dapat pecah dan merusak

sebagian otak, bagian otak yang rusak dapat menyebabkan kelumpuhan.hal ini

disebut dengan stroke.

c. Mata

Penderita tekanan darah tinggi biasanya terkena keruskanan retina, kerusakan

pembuluh pada mata, dan kerusakan peredaran darah pada mata.didalam retina,

terdapat pembuluh-pembulu darah tipis yang akan melebar saa terjadi hipertensi

dan dapat pecah hingga menyebabkan gangguan penglihatan.

d. Ginjal

Hipertensi juga membahayakan organ ginjal. Hipertensi yang berkepanjangan

akan menyebabkan keruskan pembuluh darah ginjal sehingga fungsi ginjal

sebagai pembuang zat-zat beracun bagi tubuh tidak berjalan dengan baik.

e. Angina

Angina adalah perasaan tersumbat pada dada, rasa sakit terkadang turun

menuju lengan dan rahang, salah satu penyebab dari angina adalah karena

mengerasnya dan menyempitnya arteri koroner akibat telah lama terkena

tekanan darah tinggi.angina muncul akibat berlebihnya kebutuhan akan darah

untuk otot jantung.

B. Status Obesitas dan Penentuan Status Obesitas

1. Pengertian Status Obesitas

Obesitas merupakan salah satu bentuk malnutrisi. Obesitas adalah kelebihan berat

badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan, akibat

ketidakseimbangan jumlah asupan yang masuk ke tubuh dibandingkan dengan

pengeluaran energi oleh tubuh. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan

berat badan adalah sekitar 25 – 30% pada wanita dan 18 – 23% pada pria. Wanita dengan
lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap

mengalami obesitas.

2. Jenis Obesitas

Jumlah lemak normal pada wanita adalah sekitar 15 – 28% dari berat badannya,

dan untuk pria jumlah lemak yang normal adalah 10 – 18%dari berat badannya. Adapun

tipe – tipe dari obesitas, antara lain:

a. Tipe Obesitas Berdasarkan Bentuk Tubuh

1) Obesitas Tipe Buah Apel

Pada pria obesitas umumnya menyimpan lemak di bawah kulit dinding

perut dan di rongga perut sehingga perut tampak gemuk dan mempunyai bentuk

tubuh seperti buah apel (apple type). Disebabkan karena lemak banyak berkumpul

dirongga perut, obesitas tipe buah disebut juga obesitas sentral, karena banyak

terdapat pada laki – laki yang disebut juga sebagai obesitas tipe android.

2) Obesitas Tipe Buah Pear

Kelebihan lemak pada wanita disimpan dibawah kuliah bagian daerah

pinggul dan paha, sehingga tubuh berbentuk seperti buah pear (pear type).

Disebabkan karena lemak berkumpul di pinggir tubuh yaitu di pinggul dan paha,

obesitas tipe buah pear disebut juga sebagai obesitas perifer dan karena banyak

terdapat pada wanita disebut juga sebagai obesitas tipe perempuan atau obesitas

tipe gynoid.

b. Tipe Obesitas Berdasarkan Keadaan Sel Lemak

1) Obesitas Tipe Hyperplastik

Obesitas terjadi karena jumlah sel lemak yang banyak dibandingkan

keadaan normal, tetapi ukuran sel – selnya tidak bertambah besar.Obesitas ini

biasa terjadi pada masa anak – anak.


2) Obesitas Tipe Hypertropik

Obesitas terjadi karena ukuran sel lemak menjadi lebih besar

dibandingkan keadaan normal, tetapi jumlah sel tidak bertambah banyak dari

normal. Obesitas tipe ini terjadi pada usia dewasa. Upaya untuk menurunkan berat

badan lebih mudah dibandingkan tipe hyperplastik.

3) Obesitas Tipe Hyperplastik dan Hypertropik

Obesitas terjadi karena jumlah dan ukuran sel lemak melebihi normal.

Pembentukan sel lemak baru terjadi segera setelah derajat hypertropi mencapai

maksimal dengan perantaraan suatu sinyal yang dikeluarkan oleh sel lemak yang

mengalami hypertropik, obesitas ini dimulai pada anak – anak dan berlangsung

terus sampai dewasa, upaya untuk menurunkan berat badan paling sulit dan risiko

tinggi untuk terjadi komplikasi penyakit (Hardian, 2009).

3. Penyebab Obesitas

Penyebab obesitas ada yang bersifat endogenus dan ada yang bersifat

exogenous.Endogenus adalah adanya gangguan metabolic di dalam tubuh, sedangkan

exogenous adalah kelebihan konsumsi energy, salah satunya adalah lemak hewani.

a. Faktor Makanan

Jika seseorang mengonsumsi makanan dengan kelebihan energi dan tidak

sesuai dengan kebutuhan tubuh, maka kelebihan energi tersebut akan

disimpan sebagai cadangan energi terutama sebagai lemak di dalam tubuh.

Hal tersebut jika dilakukan secara terus menerus dalam jangka panjang akan

menyebabkan seseorang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.

b. Karakteristik

Kurangnya olahraga dapat memberikan kontribusi pada kegemukan yang

diderita oleh seseorang. Jika keadaan ini dibiarkan secara terus menerus,

maka pada usia 45 – 60 tahun rentan terkena penyakit. Jenis obesitas android
banyak terjadi pada pria dan wanita yang telah mengalami

menopause.Timbunan lemak berada pada bagian atas tubuh.Lebih berisiko

terkena penyakit yang berhubungan dengan metabolisme glukosa dan lemak

seperti Diabetes Mellitus, jantung coroner, stroke, dan hipertensi.

c. Aktivitas Fisik

Kegemukan disebabkan oleh ketidak seimbangan energi yang masuk

dibanding yang keluar.Energi diperoleh dari makanan sedangkan

pengeluarannya melalui aktivitas tubuh dan olah raga.Energi terbanyak (60 –

70%) dipakai oleh tubuh untuk kehidupan dasar seperti bernafas, jantung

berdenyut, dan fungsi dasar sel. Besarnya kebutuhan energi dasar ini

ditentukan oleh genetik atau keturunan.Namun aktivitas fisik dan olah raga

dapat meningkatkan jumlah penggunaan energi keseluruhan.

d. Faktor Keturunan

Penelitian pada manusia dan hewan menunjukkan bahwa obesitas terjadi

karena faktor interaksi gen dan lingkungan. Gen yang ditemukan diduga

dapat memengaruhi jumlah dan besar sel lemak, distribusi lemak, dan besar

penggunaan energi untuk metabolisme saat tubuh istirahat. Beberapa pakar

berpendapat faktor keturunan hanya berpengaruh terhadap bakat seseorang

untuk menjadi gemuk. Obesitas pada orang dengan keturunan obesitas, akan

cepat manifest bila mengalami kelebihan asupan energi. Obesitas juga cepat

manifest bila keturunan penderita obesitas kurang melakukan aktivitas. Jadi

kelebihan asupan makanan dan kurang aktivitas yang menjadi pola

kebiasaan hidup tetap merupakan faktor utama penyebab obesitas.

e. Faktor Hormon
Menurunnya hormon tyroid dalam tubuh akibat menurunnya fungsi kelenjar

tyroid akan memengaruhi metabolisme dimana kemampuan menggunakan

energi akan berkurang.

f. Gaya Hidup (Life Style) yang Kurang Tepat

Kemajuan sosial ekonomi, teknologi, dan informasi yang global telah

menyebabkan perubahan gaya hidup yang meliputi pola piker dan sikap,

yang terlihat dari pola kebiasaan makan dan beraktivitas fisik. Dari berbagai

kemajuan tersebut, maka kebanyakan orang lebih sering menghabiskan

waktunya di luar rumah, sehingga lebih sering makan di luar rumah dengan

mengonsumsi makanan siap saji yang berkalori tinggi. Dengan adanya

kemajuan teknologi di zaman sekarang ini, manusia dimudahkan dalam

berbagai kegiatannya contohnya adanya lift atau escalator sebagai pengganti

tangga, sehingga orang – orang lebih memilih menggunakan lift agar lebih

mudah dan cepat. Pola kurang aktif ini menyebabkan kurangnya penggunaan

energi dalam tubuh (Hardian, 2009).

4. Cara Penilaian Obesitas

Banyak metode yang dapat dilakukan untuk menentukan kriteria kegemukan pada

seseorang diantaranya adalah Indeks Massa Tubuh (IMT), tebal lemak bawah kulit atau

melalui ditribusi penyimpanan lemak tubuh, dan dengan menghitung rasio lingkar pinggang

terhadap lingkar panggul.

a. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Dalam laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985 dinyatakan bahwa batasan

berat badan (BB) normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai IMT

(FK UI, 2003).Penentuan status obesitas dapat dilakukan dengan pengukuran

antropometri, yaitu dengan indikator IMT/U. Penentuan IMT dapat

ditentukan dengan rumus:


IMT = Berat badan (dalam kg) : Tinggi badan (dalam m)²

Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan WHO, yang membedakan batas

ambang untuk laki – laki dan perempuan. Batas ambang normal laki – laki adalah 20,1 – 25,0 dan

untuk perempuan adalah 18,7 – 23,8. Untuk kepentingan pemantauan dan tingkat defisiensi energi

maupun tingkat kegemukan, lebih lanjut WHO menyarankan menggunakan satu batas ambang

antara laki – laki dan perempuan. Ketentuan yang digunakan adalah menggunakan ambang batas

laki – laki untuk kategori kurus tingkat berat dan menggunakan ambang batas pada perempuan

untuk kategori gemuk tingkat berat (Supariasa, 2012).

Tabel 2

Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut WHO

Kategori IMT (kg/m2)


Berat badan kurang <18,5
Normal 18,5 – 24,9
Berat badan lebih >25
Pra Obesitas 25,0 – 29,9
Obesitas tingkat 1 30,0 – 34,9
Obesitas tingkat 2 35,0 – 39,0
Obesitas tingkat 3 >40

Namun IMT tidak mencerminkan distribusi timbunan lemak di dalam tubuh. Untuk

menilai timbunan lemak perut dapat digunakan rasio lingkar pinggang dan pinggul (RLPP)

atau mengukur lingkar pinggang (LP) saja karena lebih praktis.Cara ini mudah, dengan

menggunakan pita meteran (seperti yang digunakan oleh penjahit) diukur bagian – bagian

tubuh untuk mengetahui banyaknya lemak tubuh (Semiardji, 2009).

b. Rasio Lingkar Pinggang terhadap Lingkar Panggul (RLPP)

Rasio Lingkar Pinggang terhadap Lingkar Panggul (RLPP)

merupakan suatu metode sederhana untuk menjelaskan distribusi


penumpukan lemak di bawah kulit dan jaringan adipose intra abdominal

(FKUI, 2003). Prosedur untuk mendapatkan Waist to Hip Ratio (WHR) yaitu

dengan mengukur lingkar pinggang ditambah dengan mengukur lingkar

panggul.Cara pengukuran lingkar pinggang (waist circumference) diukur

dengan lingkar yang melalui pusat atau pusar, sedangkan lingkar pinggul

diukur melingkar melalui bokong. Selanjutnya apabila sudah didapat ukuran

lingkar pinggang dan ukuran lingkar pinggul WHR dikalkulasikan dengan

membagi ukuran lingkar pinggang dengan lingkar pinggul (Triarsari, 2008).

5. Pengaruh Obesitas Terhadap Hipertensi

Kegemukan atau obesitas adalah faktor resiko yang dapat meningkatkan penyakit

jantung. Fakta menyebutkan bahwa beberapa orang yang memiliki kelebihan berat badan

atau obesitas memiliki resiko hipertensi lebih besar daripada yang lainnya. Orang yang

gemuk, jantungnya bekerja lebih keras dalam memompa darah. Hal ini terjadi karena

biasanya pembuluh darah orang yang obesitas terjepit kulit yang berlemak. Keadaan ini

dapat menyebabkan naiknya tekanan darah. Orang dengan kelebihan berat badan atau

obesitas, tubuhnya bekerja keras untuk membakar kelebihan energi yang masuk.

Pembakaran energi ini memerlukan supai oksigen dalam darah yang cukup. Semakin

banyak energi yang dibakar, maka semakin banyak pula pasukan oksigen dalam darah.

Banyaknya pasokan darah tentu menajdikan jantung bekerja lebih keras. Dampaknya

tekanan darah orang yang obesitas cenderung tinggi.

C. Asupan Serat

1. Pengertian Serat

Serat pangan adalah makanan berbentuk karbohidrat kompleks yang terdapat pada

dinding sel tanaman pangan manusia. Serat pangan memiliki fungsi yang sangat penting

bagi pemeliharaan, pencegahan penyakit dalam terapi gizi (Wresdiyati, 2004). Serat dapat

digolongkan menjadi dua jenis yaitu serat alami dan serat sintetis (serat buatan
manusia). Serat sintetis dapat diproduksi secara murah dalam jumlah yang besar. Namun,

serat alami memiliki berbagai kelebihan khususnya dalam hal kenyamanan.

Serat alami meliputi serat yang diproduksi oleh tumbuh-tumbuhan, hewan, dan

proses geologis. Serat jenis ini bersifat dapat mengalami pelapukan. Serat alami dapat

digolongkan ke dalam:

a. Serat tumbuhan/serat pangan; biasanya tersusun atas selulosa,

hemiselulosa, dan kadang-kadang mengandung pula lignin. Contoh

dari serat jenis ini yaitu katun dan kain ramie. Serat tumbuhan

digunakan sebagai bahan pembuat kertas dan tekstil. Serat tumbuhan

juga penting bagi nutrisi manusia.

b. Serat kayu, serat yang berasal dari batang tumbuhan berkayu.

c. Serat hewan, umumnya tersusun atas protein tertentu. Contoh dari

serat hewan yang dimanfaatkan oleh manusia adalah serat ulat

(sutra) dan bulu domba (wol).

d. Serat mineral, umumnya dibuat dari asbestos. Saat ini asbestos

adalah satu-satunya mineral yang secara alami terdapat dalam

bentuk serat panjang.

Kebutuhan serat pada manusia yaitu 25-40 gram per hari agar dapat memenuhi

kebutuhan serat yang dibutuhkan tubuh. Berdasarkan Dietary Approaches to Stop

Hypertension (DASH), anjuran konsumsi serat untuk penderita hipertensi yaitu >30

gram/hari (Hartono, 2012). Pada diet DASH, energi yang dikonsumsi berkisar 2.000

kkal/hari. Energi ini berasal dari berbagai jenis makanan yaitu karbohidrat (6 sampai 8

porsi/hari), sayuran (4 sampai 5 porsi/hari), buah-buahan (4 sampai 5 porsi/hari), susu dan

produk susu rendah atau tanpa lemak (2 sampai 3 porsi/hari), daging, unggas dan ikan

(maksimal 6 porsi/hari), kacang-kacangan, biji-bijian dan polong-polongan (4 sampai 5

porsi/minggu), lemak dan minyak (2 sampai 3 porsi/hari), manisan terutama yang rendah
atau tanpa lemak (maksimal 5 porsi/minggu), dan sodium (maksimal 2,300 mg/hari).

2. Manfaat serat

Mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung serat sangat disarankan oleh

pakar kesehatan dunia.Serat bisa meningkatkan kesehatan tubuh secara menyeluruh

karena bisa membantu organ-organ tubuh agar bekerja lebih normal.Sebaliknya, bila

kekurangan serat maka masalah pencernaan bisa mengakibatkan resiko penyakit

tertentu.Berikut ini adalah manfaat serat untuk tubuh.

a. Menurunkan Resiko Penyakit Jantung

Makanan yang banyak mengandung serat akan membantu tubuh dalam mengelola

kesehatan jantung. Hubungan ini ditunjukkan dengan manfaat serat yang akan

membantu sistem kerja pencernaan. Pencernaan yang baik akan membuat tubuh bisa

mendapatkan berat badan yang ideal. Selain itu berat badan yang ideal akan

menjauhkan diri dari resiko obesitas. Sehingga serat akan membantu menurunkan resiko

penyakit jantung dan stroke.

b. Menjaga Kesehatan Kulit

Serat yang terdapat pada buah dan sayuran ternyata juga sangat baik untuk menjaga

kesehatan kulit.Serat bisa memindahkan berbagai jenis racun, bakteri dan jamur yang

berasal dari makanan dan masuk dalam sistem pencernaan. Berbagai jenis racun dan bakteri

lain bisa menurunkan kesehatan kulit seperti menjadi pemicu jerawat dan kulit kusam.

Sehingga konsumsi serat akan membantu tubuh dalam menjaga kesehatan kulit.

c. Mencegah Polip Usus

Penyakit polip usus disebabkan karena usus mengalami peradangan.Peradangan ini

dipicu oleh berbagai jenis makanan yang menumpuk pada usus karena tidak bisa keluar

menjadi feses. Bakteri dan jamur yang berasal dari makanan akan membuat usus

terkontaminasi sehingga menimbulkan reaksi peradangan. Peradangan yang terus terjadi

dan tidak mendapatkan pengobatan maka akan menjadi polip. Dengan makan serat
maka semua jenis zat makanan yang menumpuk pada usus bisa keluar menjadi feses.

d. Mencegah Wasir

Wasir adalah penyakit yang disebabkan karena pembengkakan pembuluh darah yang

berada di area dubur. Hal ini dipicu oleh proses buang air besar yang tidak lancar selain itu

mengejan terlalu kuat juga bisa menyebabkan peradangan di sekitar dubur. Jika makan serat

secara teratur maka usus akan bekerja dengan baik untuk mengolah makanan sehingga

proses buang air besar menjadi lebih lancar.

e. Menurunkan Resiko Diabetes Tipe 2

Diabates tipe 2 disebabkan karena tubuh tidak mampu memproduksi insulin sesuai

dengan kebutuhan tubuh.Penyakit ini sering terjadi pada orang yang masuk dalam

golongan obesitas. Konsumsi serat yang teratur membuat tubuh membutuhkan proses

yang lebih lama sehingga membuat perut bisa menjadi lebih kenyang. Diet dengan

berbagai jenis makanan yang mengandung tinggi serat juga bisa mengurangi asupan

kalori sehingga bisa membuat tubuh memiliki kadar gula darah yang normal.

f. Menurunkan Resiko Kanker

Beberapa jenis kanker seperti kanker usus dan kanker yang menyerang saluran

pencernaan lain disebabkan karena tubuh kekurangan serat. Mengkonsumsi makanan

yang mengandung serat bisa meningkatkan sistem kerja pencernaan sehingga mengurangi

potensi penyakit kanker usus besar, kanker indung telur, kanker rahim dan kanker payudara.

g. Membantu Tubuh Mendapatkan Energi

Tubuh kita membutuhkan energi untuk mendapatkan tenaga dan melakukan berbagai

jenis aktifitas.Serat adalah salah satu jenis bentuk karbohidrat yang mudah diserap oleh

tubuh dan organ saluran pencernaan. Konsumsi serat secara teratur dapat meningkatkan

penyerapan energi . Serat bisa menghasilkan energi dengan cara yang lebih ringan

sehingga bisa membantu menurunkan berat badan.

3. Akibat Jika Tubuh Kekurangan Serat


Ketika asupan serat yang masuk ke dalam tubuh anda tidak cukup, pastilah tubuh akan

merespon melalui fungsi – fungsi organ yang menjadi tidak optimal. Berikut ini adalah gejala-

gejala dan penyakti yang kemungkinan timbul apabila anda kekurangan asupan serat dalam

satu hari :

a. Sembelit

Sembelit merupakan suatu kondisi dimana anda akan mengalami kesulitan dalam

melakukan buang air besar. Sembelit akan mengakibatkan rasa tidak nyaman di bagian

lambung dan perut anda, seolah perut anda terasa penuh.

b. Kadar gula darah yang tidak stabil

Salah satu pemicu dari munculnya penyakit diabetes adalah kekurangan serat. Selain

itu, kekurangan asupan serat dalam satu hari dapat menimbulkan efek tidak stabilnya

gula darah dalam tubuh, yang artinya, akan berpengaruh kepada kesehatan tubuh secara

umum.

c. Penyakit Pembuluh Darah

Selain penyakit penyakit diatas penyakit yang berkaitan dengan pembuluh darah juga

dapat terjadi ketika kita kekurangan serat, penyakit ini antara lain jantung, stroke dan

juga penyakit ginjal.

d. Kenaikan berat badan

Serat memiliki fungsi utama dalam mengikat lemak sehingga mudah dicerna dan

dibuang dari tubuh. Ketika anda mengalami kondisi kekurangan serat, maka dapat

dipastikan, lemak dalam tubuh anda akan sulit keluar, dan mengendap sehingga anda

akan mengalami kegemukan.

4. Makanan yang Banyak Mengandung Serat


a. Buah Pepaya

Pepaya sangat dikenal dikalagan masyarakat, pepaya juga merupakan salah satu buah

yang kaya akan serat dan dapat melancarkan buang air besar seain itu pepaya juga
dikenal atau sering digunakan untuk merawat kulit agar kulit menjadi lebih sehat dan

kenyal. Sebab pepaya juga merupakan buah yang kaya akan serat.

b. Buah Pisang

Buah juga merupakan salah satu buah yang terkenal di masyarakat selain rasanya yang

enak, pisang juga dapat digunakan untuk dikonsumsi.Sebab buah pisang juga

mrupakan salah satu buah yang memiliki banyak serat.

c. Buah Apel

Siapa yang tidak kenal dengan buah apel ini, banyak sekali warna dan jenis buah apel,

namun sama saja manfaatnya, bah apel juga memiliki kandungan serat yang banyak

sehingga bah apel juga dapat menjadi salah satu alternatif untuk makanan yang dapat

dikonsumsi, dalam penyeimbanagn serat.

d. Brokoli

Brokoli bisa kita temui dalam makanan atau sayur sayuran, brokoli juga merupakan

sayuran yang memiliki kaya akan serat, jadi brokoli juga sayuran yang dapat

direkomendasikan untuk dikonsumsi.

e. Beras Merah

Serat larut banyak ditemukan didalam beras merah, untuk itu beras merah juga dapat

dikonsumsi sebagai salah satu makanan yang dapat dikonsumsi untuk mengatasi penyaki

yang dapat disebabkan karena kurangnya serat.

f. Gandum Utuh

Selain digunakan sebagai makanan pokok di eropa dan juga amerika gandum utuh

memiliki serat yang tinggi, serat yang terdapat pada gandum utuh ini dapat diserap

secara perlahan sehingga kita tidak akan mudah merasa lapar. Dan tubuh kita juga

menjadi lebih sehat.

g. Kubis
Kubis dikemas dengan aneka nutrisi penting termasuk serat dan antioksidan

penting.Satu cangkir kubis yang sudah dimasak menyediakan sekitar seperempat dari

kebutuhan serat harian anda. Kubis bisa ditambahkan dalam banyak olahan makanan

seperti bkso, sup dan soto ayam, sehingga anda tidak perlu khawatir untuk

mendapatkan serat darinya.

h. Jagung

Jagung merupakan makanan sumber serat yang sangat baik karena disisi lain juga

rendah gula. Jagung menjadi makanan yang dianjurkan untuk penderita diabetes

sebagai pengganti nasi putih.Kandungan serta yang tinggi dari jagung bisa membantu

mengontrol gula darah pada penderita diabetes dan mengurangi risiko peyakit diabetes

bagi orang normal.Dalam 12 ons jagung mengandung sekitar 4 gram serat (16% DV),

171 kalori.

D. Hubungan asupan serat dan status obesitas dengan tekanan darah

Mekanisme serat untuk menurunkan hipertensi berkaitan dengan asam empedu.

Serat pangan mampu mengurangi kadar kolesterol yang bersirkulasi dalam plasma

darah, sebab serat pangan bisa mengikat garam empedu, mencegah penyerapan

kolesterol di dalam usus, dan meningkatkan pengeluaran asam empedu lewat feses,

sehingga dapat meningkatkan konversi kolesterol plasma menjadi asam empedu. Pada

penderita dengan kelebihan berat badan berisiko lebih besar menderita hipertensi

dibandingkan dengan orang yang kurus. Obesitas adalah faktor resiko yang dikaitkan

denganhipertensi.

Anda mungkin juga menyukai