Anda di halaman 1dari 9

USULAN PENELITIAN

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN SELF CARE


ACTIVITY PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2
WILAYAH KERJA PUSEKESMAS KERAMBITAN II

Oleh :
Ni Putu Eka Cintya Dewi
NIM :18101110006

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ADVAITAMEDIKA TABANAN
2021
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit kronis yang tidak ditularkan
dari orang ke orang. PTM merupakan penyebab utama kematian di dunia, sekitar
71% dari semua kematian tahunan. PTM meliputi : asma, kanker, stroke, gagal ginjal
kronis, penyakit sendi, diabetes mellitus (DM), jantung koroner, hipertensi dan
obesitas (Riskesdas, 2018).

Diabetes melitus adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif
menggunakan insulin yang dihasilkan (WHO 2016). Diabetes melitus adalah masalah
kesehatan masyarakat yang penting, menjadi salah satu dari empat penyakit tidak
menular prioritas yang menjadi target tindak lanjut oleh para pemimpin dunia(WHO
2016). Jumlah kasus dan prevalensi diabetes terus meningkat selama beberapa dekade
terakhir dimana 70% dari total kematian di dunia adalah diabetes melitus tipe 2(WHO
2016). World Health Organization (WHO) pada tahun 2016, memperkirakan 1,6 juta
kematian secara langsung disebabkan oleh DM. Hampir setengah dari semua
kematian yang disebabkan oleh glukosa darah tinggi terjadi sebelum usia 70 tahun.
WHO memperkirakan bahwa diabetes adalah penyebab utama ketujuh kematian pada
tahun 2016 (WHO, 2016).

International Diabetes Federation (IDF) mengkonfirmasi pada tahun 2017 sekitar


±425 juta orang di seluruh dunia atau 8,8% penduduk dewasa dengan rentang usia
20-79 tahun, diperkirakan menderita diabetes mellitus dengan 79% penderita tinggal
di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Sedangkan di Indonesia menempati
peringkat keenam seluruh dunia dengan ±10,3 juta penduduk terdiagnosa diabetes
melitus (IDF 2017). Saat ini Indonesia sebagai negara yang mempunyai jumlah kasus
diabetes melitus terbanyak naik 2 peringkat dari tahun 2013 (PERKENI 2015). WHO
memperkirakan bahwa pada tahun 2030 jumlah kasus diabetes melitusdi Indonesia
akan meningkat menjadi 21 juta jiwa (WHO 2016). Data Riskesdas tahun 2018
menunjukkan prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia meningkat menjadi
8,5% dibandingkan 6,9% di tahun 2013 untuk usia diatas 15 tahun (Riskesdas 2018).

Sebagian besar penyandang diabetes melitusdi Indonesia adalah kelompok


diabetes melitus tipe 2 yaitu lebih dari 90% seluruh populasi diabetes melitus,
sedangkan penyandang diabetes melitus tipe 1 lebih sedikit jumlahnya (PERKENI
2015). Provinsi Bali memiliki peningkatan prevalensi penderita diabetes
melitussecara nasional dari 1,3% pada tahun 2013 menjadi 2,1% pada tahun 2018,
sedangkan laporan Surveilan Terpadu Penyakit (STP) Provinsi Bali, menjabarkan
bahwa diabetes mellitus berada pada posisi ketiga dalam 10 besar penyakit tidak
menular dengan jumlah kasus baru sebanyak 12.553 kasus (Dinas Kesehatan Provinsi
Bali 2019).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan tahun 2020


penyakit diabetes mellitus menempati peringkat sepuluh dalam rekap sepuluh besar
penyakit yang ada di Kabupaten Tabanan, dimana jumlah penderita diabetes mellitus
sebanyak 3.080 kasus. Prevalensi penderita diabetes mellitus terbanyak yaitu di
Puskesmas Kerambitan II sebanyak 904 kasus, kedua di Puskesmas Slemadeg Timur
I yaitu sebanyak 699 kasus dan terbanyak ketiga yaitu di Puskesmas Tabanan III
sebanyak 528 kasus sedangkan pravalensi penderita diabetes melitus terendah yaitu di
Puskesmas Pupuan I sebanyak 4 kasus.

Masalah yang sering terjadi pada penderita diabetes mellitus yaitu tidak
terkendalinya kadar gula darah yang mengakibatkan komplikasi. Komplikasi yang
sering dijumpai pada penderita diabetes melitus yaitu penyakit kardiovaskuler,
neuropati, nefropati dan penyakit mata(WHO 2016). Upaya pengendalian gula darah
menjadi tanggung jawab pasien melalui tindakan self-care activity diabetes
mellitus.Self care aktivity diabetes mellitus merupakan tindakan membantu
mengendalikan gula darah yang menghasilkan kondisi kesehatan yang lebih baik
( Karimin et al., 2017). Peningkatan kadar gula darah dapat dicegah dengan
melakukan self care aktivity dengan terdiri dari pengaturan diet, olah raga, terapi
obat, perawatan kaki, dan pemantauan gula darah (Chaidir et al., 2017). Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa self care pada sebagaian besar pasien DM masih
kurang optimal. Penelitian yang dilakukan oleh Maghfirah et al., (2015) menunjukkan
bahwa sekitar 75% self care yang masih kurang optimal. Kemudian penelitian yang
dilakukan Putri & Hastuti (2016) menunjukkan sekitar 68% memiliki perawatan diri
yang masih rendah, dan penelitian yang dilakukan Triwidyastuti et al., (2015) bahwa
sekitar 50% pasien DM dengan self care yang kurang baik.

Rendahnya self care yang dilakukan oleh penderita DM akan berdampak


negative terhadap status kesehatan pasien yaitu tidak terkontrolnya gula darah dan
meningkatnya komplikasi. Namun sebaliknya jika self care dilakukan dengan baik,
juga akan berefek positif bagi pasien DM. Salah satu factor yang berpengaruh
terhadap self care adalah dukungan keluarga. Semakin baik dukungan keluarga yang
diberikan maka akan semakin baik self care pada pasien DM, sehingga dapat
meningkatkan tingkah laku dan pola hidup yang sehat. Penelitian yang dilakukan
Oktavianti et al.,(2018) menunjukkan bahwa semakin baik dukungan keluarga yang
diterima, maka semakin adekuat self care pasien diabetes mellitus tipe 2.

Ketidakpatuhan penderita dalam perawatan diri dapat dipengaruhi oleh


beberapa factor salah satunya adalah dukungan keluarga berdasarkan hasil penelitian
Argi Virgona Bangun et al., (2020) menunjukan bahwa responden yang mempunyai
dukungan keluarga baik, sebagian besar memiliki kepatuhan diet DM tipe 2 dalam
kategori patuh yaitu sejumlah 17 responden(73,9%), responden yang mempunyai
dukungan keluarga buruk, sebagian besar memiliki kepatuhan diet DM tipe 2 dalam
katerogi tidak patuh sebanyak 15 responden (60,0%).

Penelitian yang dilakukan oleh Al-Kahfi et al., (2016) menyatakan bahwa


responden yang mendapatkan dukungan dari keluarga sebagian besar baik dalam
mencegah kaki diabetic berjumlah 60 orang (70,6%), sedangkan responden yang
tidak mendapatkan dukungan keluarga sebagian besar tidak baik dalam mencegah
kaki diabetik yaitu sebanyak 16 orang (18,8%). Hasil penelitian Bertalina (2016)
mendeskripsikan bahwa responden dengan lama menderita <5 tahun yang patuh
dalam menjalankan pengontrolan diet sebanyak 5 responden (33%), dan yang tidak
patuh sebanyak 10 responden (66,7%) sedangkan ≥ 5 tahun yang patuh terhadap
pengontrolan diet sebanyak 7 responden (41,7%) dan yang tidak patuh 8 responden
(53,3%). Bertalina juga mengatakan sebanyak 16,7% responden yang memiliki
motivasi yang kurang baik yang patuh terhadap diet, sedangkan sebanyak 83,3%
responden memiliki motivasi yang baik dan patuh terhadap diet.

Keikutsertaan anggota keluarga dalam memotivasi untuk mengkonsumsi obat


secara teratur, penyediaan makanan yang sesuai dengan diet, mengingatkan untuk
melakukan latihan fisik, mengontrol kadar gula darah secara rutin, dan melakukan
perawatan kaki merupakan bentuk peran aktif bagi penatalaksanaan DM. Berdasarkan
latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
“Hubungan Dukungan Keluarga dengan Self Care Activity pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Kerambitan II”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas peneliti ingin mengetahui “Apakah ada
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Self Care Activity pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Kerambitan II”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan Dukungan Keluarga dengan Self Care Activity pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Kerambitan II”.
1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi dukungan keluarga pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di


wilayah kerja Puskesmas Kerambitan II.

2. Mengidentifikasi self care activity pada penderita diabetes melitus tipe 2 di


wilayah kerja Puskesmas Kerambitan II.

3. Menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan self care activity pada


penderita diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Kerambitan II.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pengembangan ilmu


keperawatan khususnya mengenai hubungan dukungan keluarga dengan self care
activity pada penderita diabetes melitus tipe 2.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Puskesmas

Diharapkan dapat memberikan acuan untuk meningkatkan program self care


activity diabetes melitus dalam rangka meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan
penderita diabetes melitus.

2. Bagi Peneliti

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan dapat


digunakan sebagai refrensi dalam penelitian lebih lanjut.

3. Responden

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan klien dan


membantu keluarga dalam mencegah komplikasi DM tipe 2 melalui self care activity.
1.5 Keaslian Penelitian

1.5.1 Ni Wayan Yantik Marlinda et al (2019), yang berjudul “ HUBUNGAN


DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERAWATAN DIRI (SELF CARE
ACTIVITY) PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS II DENPASAR BARAT”. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan perawatan diri (self
care activity) pada pasien diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja puskesmas II
denpasar barat. Metode dalam penelitian ini menggunakan desain analitik
korelatif dengan pendekatan cross sectional study. Populasi pada penelitian ini
sebanyak 131 pasien diabetes melitus tipe 2 dengan jumlah sempel 99
responden. Teknik pengambilan sempel menggunakan metode non-probability
yang diambil secara consecutive sampling. Alat pengumpulan data
menggunakan kuesioner. Data dianalisis menggunakan uji Spearman’s Rho.
Hasil dalam penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden
memiliki dukungan keluarga dalam kategori cukup sebanyak 59 orang (59,6%),
dan self care activity dalam kategori baik sebanyak 77 orang (77,8%).
Berdasarkan analisa statistik menggunakan uji Spearman’s Rho didapatkan
hasil ada hubungan antara dukungan keluarga dengan perawatan diri pada
pasien diabetes melitus tipe 2 dengan nilai p-value=0,001, dengan kekuatan
kolerasi yang rendah (0,370) dan arah kolerasi positif. Penelitian ini
menunjukkan semakin baik dukungan keluarga maka semakin baik pula
perawatan diri yang bisa dilakukan oleh pasien diabetes melitus tipe 2.

1.5.2 Argi Virgona Bangun et al (2020), yang berjudul “ HUBUNGAN ANTARA


DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET PADA
PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2”. penelitian ini bertujuan untuk
menguji hubungan antara dukungan keluarga dan kepatuhan diet pada pasien
diabetes di wilayah kerja pusat kesehatan masyarakat di Cimahi Utara Jawa
Barat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif cross-sectional dilakukan
di Puskesmas Cimahi Utara. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah total sampling sebanyak 48 responden. Data diambil
dengan menggunakan kuesioner terjemahan dari versi Bahasa Inggris yakni
Hensarling Diabetes Family Support Scale (HDFSS) dan Perceived Dietary
Adherence Quetioneraire (PDAQ). Kedua kuesioner ini telah diuji validitas dan
reliabilitasnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 56,3%
responden menganut program diet. Selain itu, 47,9% responden memiliki
dukungan keluarga yang layak. Dengan menggunakan uji Chi-square, hasilnya
mengungkapkan, ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dan
kepatuhan diet (p = 0,038; p> α). Dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga
merupakan faktor penting dalam kepatuhan pasien DM terhadap program diet.
Oleh karena itu, melibatkan anggota keluarga, terutama pasangannya, dalam
perilaku perawatan diri seperti menyiapkan makanan dapat menjadi sangat
penting dalam memberikan perawatan kesehatan dan mencegah komplikasi
pada pasien dengan diabetes.

1.5.3 Ana M Sarwuna (2020), yang berjudul “ HUBUNGAN SELF EFFICACY


DENGAN SELF CARE ACTIVITY PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI
RUANG POLI INTERNA RSUD LABUANG BAJI MAKASAR”. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui hubungan self efficacy dengan self care
activitypada pasien diabetes melitus. Desain Peneltian penelitian ini adalah
survey analitik dengan pendekatan cros sectional. Pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling dengan jumlah 35 responden. Hasil
penelitian ini menunjukan nilai p value = 0,002 (p < α; 0,05). Dengan self
efficacy baik sebanyak 20 responden (57,1%), dan self efficacy kurang baik
sebanyak 15 responden (42,9%). Self care activity baik sebanyak 23 responden
(65,75) dan self care activity kurang baik sebanyak 12 responden (43,3%).
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada hubungan self efficacy dengan self
care activity pada pasien diabetes melitus di ruang poli interna RSUD Labuang
Baji Makassar. Dianjurkan kepada pasien diabetes melitus untuk lebih
memperhatian kesehatannya serta melaksanakan semua komponen self care
secara disiplin.

Anda mungkin juga menyukai