Anda di halaman 1dari 5

Nama : Gerry Akbarhananta Putra

NIM : E1A017115
Kelas :E
Resume Perkuliahan Pertemuan 5

Kompensasi adalah pertanggungjawaban masyarakat atau negara untuk melindungi


masyarakat lainnya akibat korban bencana. Bentuk pertanggungjawaban negara dalam
melindungi warga negaranya tertimpa musibah atau tindak pidana.

KOMPENSASI
Berkaitan dengan keseimbangan korban akibat dari perbuatan jahat merupakan
indikasi pertanggungjawaban masyarakat atas tuntutan pembayaran kompensasi yang
berkarakter perdata. Kompensasi diminta oleh korban dalam bentuk permohonan dan
apabila dikabulkan dibayar oleh
masyarakat (negara).

JPU Selain menuntut pidana bagi pelaku, menuntut juga untuk mengganti kerugian.
Mengapa perdata? Karena negara bukanlah pelaku tapi sebagai bentuk
pertanggungjawaban negara. Bentuknya permohonan.
Apabila dikabulkan, maka yang membayar adalah masyarakat atau negara.

Kompensasi menurut Pasal 35 ayat (1) UU No 26 tahun 2000 tentang Pengadilan


HAM
“Ganti kerugian yang dibayar Negara karena pelaku tidak dapat memberikan ganti
kerugian sepenuhnya yang menjadi tanggung jawabnya”
Maka apabila pelaku tidak dapat membayar ganti kerugian, maka akan dibayarkan
oleh negara. Banyak yang tidak mengajukan restitusi, namun langsung mengajukan
kompensasi.

New Zealand 🡪 Negara pertama yg membentuk UU ttg Kompensasi atas Korban


Tindak Pidana, “Criminal Injuris Compensation Act 1963”
* Falsafah 🡪 Kewajiban Masyarakat terhadap orang2 menderita merupakan tanggung
jawab negara, karena negara telah gagal mencegah terjadinya tindak pidana
* Pertimbangan:
🡪 Faktor Pelaku: Kemampuan bertanggung jawab (umur,kesehatan, mental, pengaruh
alkohol)
🡪 Faktor Korban: Victim precipitated crimes
Indonesia cukup tertinggal jauh soal kompensasi dari negara lain, karena negara lain
sudah ada kompensasi sejak 1963, sedangkan indonesia baru ada sejak 2000an.
Filosofinya adalah negara bertanggung jawab atas korban.

Landasan filosofis kompensasi menurut Downer dan Lab

Mengapa negara perlu memberikan kompensasi?


1. Kontrak sosial
Berdasar kontrak sosial (social contract). Dalam hal ini pemerintah memberikan
kompensasi kepada warga negaranya karena mereka telah melaksanakan kewajiban
membayar pajak dan pungutan lainnya. Dengan demikian warga negara berhak
mendapat perlindungan keamanan dan jaminan hidup dari negara. Apabila warga
masyarakat menjadi korban maka merupakan kewajiban dari negara untuk
memberikan kompensasi atas dasar kontrak sosial.
Pajak untuk apa? Salah satunya untuk keamanan kita. Ada kasus dimana rawan begal,
jalan. Mengapa masih ada daerah yang pencahayaan kurang? Sebagai warga negara
sebagian diantaranya sudah membayar kewajiban. Warga negara berhak mendapat
keamanan dan kesejahteraan hidup oleh negara. Kita sudah menjalankan kewajiban
kita dengan membayar pajak, pungutan lainnya, ketika menjadi korban kejahatan juga
menjadi tanggung jawab negara.
2. Menyangkut kesejahteraan sosial (social welfare) yang mempunyai pandangan
bahwa pemerintah mempunyai ketentuan tentang standar hidup minimum sebagai
penilaian bagi mereka yang tidak mampu, tidak berpenghasilan tetap dan warga
negara yang kurang beruntung lainnya. Pada korban akibat tindak pidana digolongkan
ke dalam katagori yang harus mendapatkan bantuan karena kondisi yang serba
kekurangan.
Apabila menganut konsep negara kesejahteraan, korban diposisikan sebagai orang
yang belum memiliki kedudukan yang sejahtera. Karena negara belum memberikan
kesejahteraan, korban harus dibantu dengan kompensasi

Landasan Filosofis penerapan pemberian kompensasi di Indonesia:


1. Menyangkut aspek kemanusian dan keadilan sosial sebagaimana selaras dengan
perumusan Sila ke 2 dan Sila ke 5 Pancasila yakni “Kemanusiaan yang adil dan
beradab” serta “Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia”, sehingga pemerintah
mempunyai kewajiban untuk memberikan bantuan kepada korban tindak pidana yang
mengalami kerugian dan/atau penderitaan. Bagi korban perkosaan kompensasi
sangatlah tepat mengingat kerugian dan/atau penderitaannya cenderung sangat besar
dan berat.’
Bagaimana cara mewujudkan kemanusiaan adil dan beradab, ketika orang menjadi
korban dia harus diberikan keadilan dengan menyembuhkan lukanya dengan
diberikan ganti kerugian

2. Berdasar kontrak sosial (social contract). Dalam hal ini pemerintah memberikan
kompensasi kepada warga negaranya karena mereka telah melaksanakan kewajiban
membayar pajak dan pungutan lainnya. Dengan demikian setiap warga negara berhak
mendapat perlindungan keamanan dan jaminan hidup dari pemerintah. Apabila warga
masyarakat menjadi korban tindak pidana maka pemerintah dianggap telah gagal
dalam memenuhi kewajibannya yakni mencegah atau melindungi warganya dari
kejahatan sehingga pemerintah memiliki tanggungjawab moral untuk memberikan
kompensasi.

Diambil dari disertasi bapak angkasa, bahwa warga menjadi korban kejahatan dapat
disandarkan pada
Undang-undang No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Dalam Pasal 13 Undang-undang tersebut merumuskan tentang tugas pokok
Kepolisian Negara Republik
Indonesia yang meliputi:
(a) memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;
(b) menegakkan hukum;
(c) memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.
Pada ketentuan huruf (c) tersebutlah tampaknya landasan pemberian kompensasi
dapat disandarkan.
Tanggung jawab secara tidak langsung menjadi tanggung jawab negara. Jika kita
menjadi korban, adanya kegagalan bagi para penegak hukum dalam menciptakan
keamanan dan dapat berhak mendapat kerugian
Kompensasi yang diterima korban dapat merupakan pemenuhan atas harapan korban
secara ideal berupa:
1) Pemberian sejumlah uang;
2) Pemberian informasi tentang kemajuan penyelesaian kasusnya;
3) Pengobatan atas luka-luka yang diderita, serta ;
4) Pemulihan emosional melalui perawatan medik bagi korban yang megalami
kegoncangan mental.
Pemberian kompensasi tidak hanya uang, dapat diajukan imateriil. Tidak harus
indikatornya uang.

1) Korban tindak pidana yang kasusnya tidak terungkap;


Contoh nya tindak pidana terorisme, yang pelaku ikut mati.
2) Korban tindak pidana yang pelakunya tidak tertangkap atau melarikan diri;
Pelaku sudah diketahui identitasnya, namun kabur
3) Korban tindak pidana yang pelakunya tidak dapat dipertanggung jawabkan secara
pidana;
Pelaku yang melakukan tindak pidana yang kondisi jiwanya tidak normal. Atau cacat
jiwa / cacat sedang lahir yang mempengaruhi jiwanya.
4) Korban tindak pidana yang pelakunya meninggal dunia;
Banyak terjadi di kasus terorisme
5) Korban tindak pidana yang pelakunya tidak dalam posisi yang mampu untuk
membayar yang disebabkan karena masih muda dan belum berpenghasilan, pelakunya
secara ekonomi sangat tidak mampu;
Banyak pelaku yang melakukan kejahatan karena butuh uang, ketika dijatuhkan
restitusi tidak sanggup

6) Korban sangat menginginkan dan membutuhkan mendapat kompensasi;


7) Korban tidak dalam posisi mendapat pertanggungan dari program asuransi. Dasar
pemikirannya adalah program kompensasi tidak dimaksudkan menjadikan seseorang
lebih diuntungkan.

Di Indonesia hanya ada 2 jenis korban yang dapat kompensasi.


- Korban HAM Berat
- Korban terorisme

Bagaimana dengan korban tindak pidana lain? Tidak mendapat apa apa

Stephen Schafer
Kompensasi lebih bersifat keperdatataan yang timbul dari permintaan korban dan
dibayar oleh
masyarakat/negara/sebagai bentuk pertanggungjawaban masyarakat/negara
Restitusi lebih bersifat pidana yang timbul dari putusan pengadilan pidana dan
dibayar oleh
terpidana/ sebagai bentuk pertanggungjawaban terpidana

5 sistem / model penggantian kompensasi


1. Ganti rugi (damages) yang bersifat keperdataan, diberikan melalui proses perdata.
Sistem ini memisahkan tuntutan ganti rugi korban dari proses pidana.
2. Kompensasi yang bersifat keperdataan diberikan melalui proses pidana.
Dapat diajukan kembali oleh JPU sebelum pidana dijatuhkan.
3. Restitusi yang bersifat perdata dan bercampur dengan sifat pidana, dan diberikan
dalam proses pidana
4. Kompensasi yang bersifat perdata diberikan melalui proses pidana, dan didukung
oleh sumber-sumber penghasilan negara.
5. Kompensasi yang bersifat netral diberikan melalui prosedur khusus.
Biasanya di amerika jarang ada kompensasi bersifat netral. Di Indonesia sangat strict,
yang berhak saja sangat dibatasi. Persyaratannya luar biasa karena adalah uang negara
jadi harus dipertanggungjawabkan.
Korban masa lalu tidak mengajukan kompensasi hingga 25 juni, maka terus tidak bisa
mengajukan kompensasi. UU yang baru

Anda mungkin juga menyukai