Anda di halaman 1dari 7

Nama : Muhammad Rezhi Novrianto

NIM : 1818189

Kelas : 3C

Tanggal : Rabu, 25 November 2020

LAPORAN PRAKTIKUM PETROKIMIA

I. Judul:
Analisis Bensin Secara Kromatografi Gas

II. Tujuan:
Dapat mengidentifikasi senyawa BTX (Benzene,Toluene,Xylene) pada sampel
bensin secara kromatografi gas

III. Prinsip:

Senyawa BTX diidentifikasi secara kromatografi gas yang merupakan teknik


pemisahan komponen berdasarkan perbedaan distribusi komponen dalam dua fasa
yaitu gas dan padatan. Perbedaan distribusi setiap komponen diperngaruhi oleh titik
didihnya. Pemisahan akan terjadi dalam kolom dana akan diterukan ke detector
kemudian dicatat sebagai kromatogram. Senyawa BTX diidentifikasi dengan
membandingkan waktu retensi dengan standarnya.

IV. Dasar teori:


Bensin atau gasoline ( istilah di Amerika Utara ) atau biasa petrol
(Persemakmuran Britania) adalah salah satu jenis bahan bakar minyak yang
dimaksudkan untuk kendaraan bermotor roda dua, tiga, dan empat. Secara
sederhana, bensin tersusun dari hidrokarbon rantai lurus, mulai dari C7 (heptana)
sampai dengan C11. Dengan kata lain, bensin terbuat dari molekul yang hanya
terdiri dari hidrogen dan karbon yang terikat antara satu dengan yang lainnya
sehingga membentuk rantai.
Teknik analisis yang umum dilakukan untuk menentukan senyawa BTX adalah
kromatografi terutama kromatografi gas dengan flame ionization detector (FID)
(Yamada et al., 2004) dan detektor mass spectroscopy (MS) (Bahrami et al., 2011).
Senyawa BTX dilaporkan dapat dianalisis dengan HPLC menggunakan detektor
fluoresensi, fasa diamnya adalah β-siklodekstrin dan sampel dipreparasi dengan
cara ekstraksi cair menggunakan pelarut metilen klorida dan etil asetat (Campos-
Candel et al., 2009). Kromatografi gas memiliki kelebihan penting dibandingkan
metode yang lainnya. Kromatografi gas mampu dengan cepat menganalisis
senyawa BTX dalam matriks sampel yang kompleks dan dapat melakukan analisis
kualitatif dan kuantitatif yang tepat dari berbagai komponen secara cepat (González
and Herrador, 2007).
Kromatografi Gas adalah proses pemisahan campuran menjadi komponen-
komponennya dengan menggunakan gas sebagai fase bergerak yang melewati
suatu lapisan serapan (sorben) yang diam. Seluruh bentuk kromatografi terdiri dari
fase diam dan fase gerak. Sebagaiman dalam dalam fase gas-cair, Kromatografi gas
fase gerak dan fase diamnya diantaranya :
- Fase gerak adalah gas dan zat terlarut terpisah sebagai uap. Pemisahan tercapai
dengan partisi sampel antara fase gas bergerak
- Fase diam berupa cairan dengan titik didih tinggi (tidak mudah menguap) yang
terikat pada zat padat penunjangnya.

Ada beberapa kelebihan kromatografi gas, diantaranya kita dapat menggunakan


kolom lebih panjang untuk menghasilkan efisiensi pemisahan yang tinggi. Gas
dan uap mempunyai viskositas yang rendah, demikian juga kesetimbangan partisi
antara gas dan cairan berlangsung cepat, sehingga analisis relatif cepat dan
sensitifitasnya tinggi. Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak bersifat
reaktif terhadap fase diam dan zat-zat terlarut. Kelemahannya adalah teknik ini
terbatas untuk zat yang mudah menguap.
Kromatografi gas terdiri dari beberapa alat diantaranya :

1. Fase Mobil (Gas Pembawa).

Fase mobil ( gas pembawa ) dipasok dari tanki melalui pengaturan pengurangan
tekanan. Kemudian membawa cuplikan langsung ke dalam kolom. Jika hal ini
terjadi, cuplikan tidak menyebar sebelum proses pemisahan. Cara ini cocok untuk
cuplikan yang mudah menyerap. Gas pembawa ini harus bersifat inert dan harus
sangat murni. Seringkali gas pembawa ini harus disaring untuk menahan debu uap
air dan oksigen. Gas yang sering digunakan adalah N2, H2 He dan Ar.

2. Sampel Injeksi Sampel

Sampel dimasukkan ke dalam aliran gas, jika sampel berupa cairan harus
diencerkan terlebih dahulu dalam bentuk larutan. Injeksi sampel dapat
diambil dengan karet silicon ke dalam oven, banyak sampel + 0,1-10 ml.

3. Kolom

Fungsi kolom merupakan ”jantung” kromatografi gas dimana terjadi pemisahan


komponen-komponen cuplikan kolom terbuat dari baja tahan karat, nikel, kaca.
Merupakan jantung kromatografi, dimana pemisahan komponen cuplikan terjadi
yang berwujud puncak-puncak yang disebut kromatogram. Faktor yang berkaitan
dengan keterpisahan puncak kromatografi adalah keefisienan kolom dan
keefisienan pelarut.

Ada dua tipe kolom

a) Kolom Partisi, berisi bahan padat inert menyangga lapisan tipis cairan,
disebut Chromatography Gas Cair (GLC).

b) Kolom Adsorbsi, berisi partikel penyerap yang umumnya digunakan untuk


analisa gas permanen dan hydrokarbon rendah, biasa disebut
Chromatography Gas Padat (GSC)
4. Detektor

Fungsi detektor untuk memonitor gas pembawa yang keluar dari kolom dan
merespon perubahan komposisi yang terelusi. Merupakan suatu gawai yang
menunjukan dan mengukur banyaknya komponen yang terpisah dalam gas
pembawa. Suhu detektor harus panas agar cuplikan tak mengembun. Pelebaran
puncak dan menghilangnya puncak komponen merupakan ciri khas terjadinya
pengembunan. Seluruh detektor ditutup dalam oven yang lebih panas dibanding
dengan temperatur kolom. Hal itu menghentikan kondensasi dalam detektor (pada
FID)

5. Pencatat ( Recorder )

Fungsi recorder sebagai alat untuk mencetak hasil percobaan pada sebuah kertas
yang hasilnya disebut kromatogram (kumpulan puncak grafik).

V. Cara kerja:
a. Preparasi sampel

Siapkan wadah / Wadah / botol kaca Tambahkan


botol kaca dibilas dengan etanol sampel lalu tutup
lalu dikeringkan rapat botol

b. Persiapan Larutan Sampel

Siapkan wadah Tambahkan Wadah ditutup


kering larutan standar rapat

c. Analisis

Siapkan sampel Ambil dengan Injeksikan ke Baca alat


dan standar syringe alat kromatografi
VI. Data pengamatan:
a. Pengondisian Alat
Nama alat: Gas Chromatography
Merk alat: Shimadzu
Tipe alat: GC 2010
Fase gerak: Nitrogen
Fase diam: 5% - 95% Diphenyl Polysiloxane
Tipe kolom: RTX-5 (dipersil 5% - 95% dimethyl siloxane)
Panjang kolom: 30 meter
Diameter dalam kolom: 0,25 mm
Detektor: FID
Suhu injektor: 260℃
Suhu kolom awal: 33℃
Suhu kolom akhir: 260℃ Kenaikan suhu: 10℃
Kolom flow: 0,95 mL/min
Volume injeksi: 1µL
Suhu detektor: 280℃
b. Tabel Pengamatan Fisik

Bahan Wujud Warna Bau


Standar benzena Cairan Tidak berwarna Bau khas benzene
sampel pertalite cairan Hijau kebiruan Bau khas bensin
pertalite

c. Tabel Analisis Kromatografi Gas


Uraian Waktu Retensi Luas Area Total Area
Standar benzene 4,603 291302827 219658006
Sampel pertalite 4,615 3628918 211135565
VII. Perhitungan:
a. Kadar Benzena Dibandingkan dengan Standar

𝐋𝐮𝐚𝐬 𝐚𝐫𝐞𝐚 𝐬𝐚𝐦𝐩𝐞𝐥


Kadar Benzena = 𝐋𝐮𝐚𝐬 𝐚𝐫𝐞𝐚 𝐒𝐭𝐚𝐧𝐝𝐚𝐫 x 100%
𝟑𝟔𝟐𝟖𝟗𝟏𝟖
= 𝟐𝟗𝟏𝟑𝟎𝟐𝟖𝟐𝟕 x 100%

= 1,24 %

b. Kadar Benzena Pada Sampel


𝐋𝐮𝐚𝐬 𝐚𝐫𝐞𝐚 𝐬𝐚𝐦𝐩𝐞𝐥
Kadar Benzena = 𝐋𝐮𝐚𝐬 𝐚𝐫𝐞𝐚 𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐬𝐚𝐦𝐩𝐞𝐥 x 100%

𝟑𝟔𝟐𝟖𝟗𝟏𝟖
= 𝟐𝟏𝟏𝟏𝟑𝟓𝟓𝟔𝟓 x 100%

= 1,72 %

VIII. Pembahasan:
Pada percobaan analisis bensin secara kromatografi gas menggunakan sampel
bensin jenis pertalite. Benzene adalah cairan yang mudah terbakar dan memberi aroma
khas serta merupakan zar aditi yang di campurkan dalam bensin. Benzene memiliki
bilangan oktana tang tinggi dan mengandung turunan aromatic seperti xylene dan
toluene hingga mencapai 25%.

Untuk analisis kromatografi gas, standard dicari waktu retensi yang mempunyai
luas area paling besar serta pik yang paling tinggi. Kemudian waktu retensi
dibandingkan pada sampel, sampel dengan waktu retensi yang berdekatan
mengindikasikan adanya kesamaan senyawa. Setelah didapatkan waktu retensi yang
berdekatan, dihitung kadar benzene yang terkandung dengan membaggi luas area
sampel dengan luas area totalnya. Luas area total didapat dengan menjumlahkan
seluruh luas area yang terdapat pada analisis.

Pada hasil percobaan didapatkan kadar benzene pada sampel pertalite sebesar
1,72%. Berdasarkan keberterimaan MSDS Data Fisik Dan Kimiawi Pertamax PT
Pertamina tahun 2007 batasan makasimal kadar benzene sebesar 5,0%.maka nilai
kosentarasi benzene berada dibawah standar baku muku sehingga kadar masuk dalam
kategori aman digunakan. Jika kosentrasi sangat besar akan mendapatkan efek toksik
yang mengakibatkan depresi system susunan syaraf dan dapat mengakibatkan
kematian.

IX. Kesimpulan:
Pada percobaan analisis bensin menggunakan kromatografi gas didapat kadar
benzene dibandingkan dengan standar sebesar 1,24% dan kadar benzene pada sampel
sebesar 1,72% memenuhi syarat keberterimaan MSDS Data Fisik Dan Kimiawi
Pertamax PT Pertamina tahun 2007 batasan makasimal kadar benzene sebesar 5,0%.

X. Daftar pustaka:
- Ismail, krisnandi. 2013. Kromatografi Gas.Bogor: KEMENPERIN SMAKBO
- PT Pertamina (Persero). 2007. “Material Safety Data Sheet (MSDS)”. Pertamax
- Hendayana,Sumar. 1994.Kimia Analitik Instrumen . Semarang : IKIP
Semarang

XI. Lampiran foto:

Anda mungkin juga menyukai