NIM : 1818189
Kelas : 3C
I. Judul:
Analisis Bensin Secara Kromatografi Gas
II. Tujuan:
Dapat mengidentifikasi senyawa BTX (Benzene,Toluene,Xylene) pada sampel
bensin secara kromatografi gas
III. Prinsip:
Fase mobil ( gas pembawa ) dipasok dari tanki melalui pengaturan pengurangan
tekanan. Kemudian membawa cuplikan langsung ke dalam kolom. Jika hal ini
terjadi, cuplikan tidak menyebar sebelum proses pemisahan. Cara ini cocok untuk
cuplikan yang mudah menyerap. Gas pembawa ini harus bersifat inert dan harus
sangat murni. Seringkali gas pembawa ini harus disaring untuk menahan debu uap
air dan oksigen. Gas yang sering digunakan adalah N2, H2 He dan Ar.
Sampel dimasukkan ke dalam aliran gas, jika sampel berupa cairan harus
diencerkan terlebih dahulu dalam bentuk larutan. Injeksi sampel dapat
diambil dengan karet silicon ke dalam oven, banyak sampel + 0,1-10 ml.
3. Kolom
a) Kolom Partisi, berisi bahan padat inert menyangga lapisan tipis cairan,
disebut Chromatography Gas Cair (GLC).
Fungsi detektor untuk memonitor gas pembawa yang keluar dari kolom dan
merespon perubahan komposisi yang terelusi. Merupakan suatu gawai yang
menunjukan dan mengukur banyaknya komponen yang terpisah dalam gas
pembawa. Suhu detektor harus panas agar cuplikan tak mengembun. Pelebaran
puncak dan menghilangnya puncak komponen merupakan ciri khas terjadinya
pengembunan. Seluruh detektor ditutup dalam oven yang lebih panas dibanding
dengan temperatur kolom. Hal itu menghentikan kondensasi dalam detektor (pada
FID)
5. Pencatat ( Recorder )
Fungsi recorder sebagai alat untuk mencetak hasil percobaan pada sebuah kertas
yang hasilnya disebut kromatogram (kumpulan puncak grafik).
V. Cara kerja:
a. Preparasi sampel
c. Analisis
= 1,24 %
𝟑𝟔𝟐𝟖𝟗𝟏𝟖
= 𝟐𝟏𝟏𝟏𝟑𝟓𝟓𝟔𝟓 x 100%
= 1,72 %
VIII. Pembahasan:
Pada percobaan analisis bensin secara kromatografi gas menggunakan sampel
bensin jenis pertalite. Benzene adalah cairan yang mudah terbakar dan memberi aroma
khas serta merupakan zar aditi yang di campurkan dalam bensin. Benzene memiliki
bilangan oktana tang tinggi dan mengandung turunan aromatic seperti xylene dan
toluene hingga mencapai 25%.
Untuk analisis kromatografi gas, standard dicari waktu retensi yang mempunyai
luas area paling besar serta pik yang paling tinggi. Kemudian waktu retensi
dibandingkan pada sampel, sampel dengan waktu retensi yang berdekatan
mengindikasikan adanya kesamaan senyawa. Setelah didapatkan waktu retensi yang
berdekatan, dihitung kadar benzene yang terkandung dengan membaggi luas area
sampel dengan luas area totalnya. Luas area total didapat dengan menjumlahkan
seluruh luas area yang terdapat pada analisis.
Pada hasil percobaan didapatkan kadar benzene pada sampel pertalite sebesar
1,72%. Berdasarkan keberterimaan MSDS Data Fisik Dan Kimiawi Pertamax PT
Pertamina tahun 2007 batasan makasimal kadar benzene sebesar 5,0%.maka nilai
kosentarasi benzene berada dibawah standar baku muku sehingga kadar masuk dalam
kategori aman digunakan. Jika kosentrasi sangat besar akan mendapatkan efek toksik
yang mengakibatkan depresi system susunan syaraf dan dapat mengakibatkan
kematian.
IX. Kesimpulan:
Pada percobaan analisis bensin menggunakan kromatografi gas didapat kadar
benzene dibandingkan dengan standar sebesar 1,24% dan kadar benzene pada sampel
sebesar 1,72% memenuhi syarat keberterimaan MSDS Data Fisik Dan Kimiawi
Pertamax PT Pertamina tahun 2007 batasan makasimal kadar benzene sebesar 5,0%.
X. Daftar pustaka:
- Ismail, krisnandi. 2013. Kromatografi Gas.Bogor: KEMENPERIN SMAKBO
- PT Pertamina (Persero). 2007. “Material Safety Data Sheet (MSDS)”. Pertamax
- Hendayana,Sumar. 1994.Kimia Analitik Instrumen . Semarang : IKIP
Semarang