DISUSUN OLEH :
202003121
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Program Studi Profesi Ners Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto oleh :
Nim : 202003121
Hari :
Tanggal :
Mahasiswa
Mengetahui,
Pembimbing Akademik,
BAB 1
PENDAHULUAN
(Arief Adriyanto, M.Kep., Sp.Kep. Kom)
BAB I
PENDAHULUAN
perubahan tersebut secara berbeda, ada yang laju penurunannya cepat dan
dramatis, serta ada juga perubahannya lebih tidak bermakna. Pada lanjut
macam penyakit seperti peningkatan kadar asam urat (Anwar & Yulia,
2020). Asam urat (Gout) merupakan salah satu penyakit yang banyak
penyakit asam urat hanya diderita pada usia lanjut, akan tetapi apabila
saat remaja atau muda pun akan menderita penyakit ini. Asam urat terjadi
2015).
26,3% dari total penduduk. Peningkatan kejadian gout arthritis tidak hanya
Timur sebesar 17%. Hasil Riskesdas jawa timur 2018, Proporsi tingkat
penyakit utama pada tahun 2016. Keterangan verbal dari pihak Dinkes
salah satu faktor risiko serangan asam urat, sekitar 18 persen penderita
asam uratmemiliki riwayat penyakit yang sama pada salah satu anggota
metabolisme yang berlebihan dari purin merupakan salah satu hasil residu
urat. Menurut asumsi peneliti bahwa lansia yang memiliki asupan purin
tinggi lebih beresiko mengalami kadar asam urat tinggi atau terjadinya
urat dalam tubuh. Obesitas dan indeks massa tubuh berkontribusi secara
signifikan dengan resiko arthritis gout. Resiko arthritis gout sangat rendah
untuk pria dengan indeks massa tubuh antara 21 dan 22 tetapi meningkat
tiga kali lipat untuk pria yang indeks massa tubuh 35 atau lebih besar
(Widyanto, 2014).
Asrori, & Nurhayati, 2019). Dalam tubuh seseorang pasti akan ditemui zat
purin, ada yang normal dan ada pula yang berlebih. Apabila kadar purin
jika terjadi peningkatan asam urat serta ditandai linu pada sendi, terasa
sakit, nyeri, merah dan bengkak keadaan ini dikenal dengan gout. Gout
Penyebab utamanya adalah tingginya kadar asam urat dalam darah yang
bisa dipicuh oleh bermacam faktor. Rasa nyeri hebat pada persendian yang
segera diatasi, penyakit ini juga bisa menyebabkan kelainan bentuk tulang
badan, dan cukup minum air putih (Songgigilan, Rumengan, & Kundre,
2019).
hal tersebut merupakan hal yang sering dialami oleh penderita gout
seperti cara mengontrol nyeri asam urat yang kambuh, perawat juga dapat
1.2 Tujuan
Kabupaten Lamongan.
Lamongan.
LANDASAN TIORI
tahun tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh
menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan, yaitu
menjadi:
terjadi kemunduran daya tahan tubuh. Dimasa ini lansia juga harus
mendekati akhir siklus kehidupan manusia di dunia. Tahap ini dimulai dari
60 tahun sampai akhir kehidupan. Lansia merupakan istilah tahap akhir dan
proses penuaan. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua (tahap
penuaan). Masa tua merupakan masa hidup yang terakhir, dimana pada
Tipe ini di dasarkan pada orang lanjut usia yang memiliki banyak
b. Tipe Mandiri
Tipe mandiri yaitu mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru,
selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi
undangan.
Tipe tidak puas terjadi karena konflik lahir batin menentang proses
d. Tipe Pasrah
e. Tipe Bingung
2.2.1 Pengertian
ulang. Penyakit ini paling sering menyerang pria usia pertengahan sampai
usia lanjut dan wanita pasca menopuse. (Nurarif dan kusuma, 2016).
Arthritis pirai (Gout) adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena
deposisi kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi. Gout terjadi akibat
disebabkan karena penumpukan purin dan eksresi asam urat kurang dari
kalsium pirofosfat dihidrat (CCPD), dan pada tahap yang lebih lanjut
terjadi degenarasi tulang rawan sendi (Nurarif dan Kusuma, 2016). Gejala
1) Gout primer renal terjadi karena ekseresi asam urat ditubuli distal
Menurut Price & Wilson tahun 2006, dalam Nurarif dan Kusuma
(2016) terdapat empat stadium perjalanan klinis gout yang tidak di obati:
dan nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari kaki dan sendi
metatarsofalengeal.
serangan gout berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak di
diobati
d. Stadium keempat adalah tahap gout kronik dengan timbunan asam urat
2.2.4 Patofisiologi
c. Fagositosis
leukositik lisosom.
d. Kerusakan lisosom
e. Kerusakan sel
2.2.5 Penatalaksanaan
2.2.6 Pathway
Meskipun penyakit asam urat jarang menimbulkan komplikasi, namun tetap patut di waspadai.
b. Kerusakan sendi permanen akibat radang yang terus berlangsung serta tofi di dalam sendi yang
merusak tulang rawan dan tulang sendi itu sendiri. Kerusakan permanen ini biasanya terjadi pada kasus
2.3.1 Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat pekerjaan, agama, suku
b. Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan sakit pada persendian, bengkak, dan terasa kaku.
mukosa.
Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk dengan stres pada sendi,
kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris limitimasi
fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan,
malaise. Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit: kontraktor/kelainan pada sendi dan
otot.
f. Kardiovaskuler
g. Integritas ego
faktor-faktor hubungan.
h. Hygiene
i. Neurosensory
Fase akut nyeri (kemungkinan tidak disertai dengan pembengkakan jaringan lunak
pada sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pagi hari) serta kaji nyeri dengan
Provokasi (penyebab), Qualitas (nyerinya seperti apa), Reqion (di daerah mana yang
nyeri), Scala (skala nyeri 1-10), Time (kapan nyeri terasa bertambah berat). (nyerinya
seperti apa), Reqion (di daerah mana yang nyeri), Scala (skala nyeri 1-10), Time (kapan
k. Interaksi sosial
Kerusakan interaksi dengan keluarga atau orang lain, perubahan peran: isolasi.
Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya, saat klien sakit tindakan yang dilakukan
Pola persepsi diri perlu dikaji, meliputi; harga diri, ideal diri, identitas diri, gambaran
diri.
q. Fungsional klien
aktivitas di toilet, mandi, berjal di jalan datar, naik turun tangga, berpakaian,
sebaliknya
4 Personal toilet (cuci muka, menyisir rambut, 0 5
menggosok gigi)
5 Keluar masuk toilet (mencuci pakaian, 5 10
menyeka tubuh)
6 Mandi 5 15
7 Berjalan di tempat datar 0 5
8 Naik turun tangga 5 10
9 Menggunakan pakaian 5 10
10 Kontrol bowel (BAB) 5 10
11 Kontrol bladder (BAK) 5 10
Total Skor
Skor INTERPRETASI
A Kemandirian dalam hal makan, minum, kontinen (BAB/BAK),
fungsi tersebut.
C Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan
SPMSQ (Short Portable Mental Status Questionaire) adalah penilaian fungsi intelektual lansia.
Analisis hasil:
4) MMSE (Mini Mental State Exam): menguji aspek kognitif dari fungsi mental, orientasi, registrasi,
maksimum
Orientasi Tahun, musim, tanggal, lahir,
telah dicapai
Perhatian dan Pilihlah kata dengan 7 huruf,
(9) point)
Skor 25
Analisis hasil:
c. Gangguan konsep diri, citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh pada
d. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peradangan kronik adanya kristal asam urat
2.3.3 Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian
berkurang dingin
petama kali
2. Gangguan Setelah dilakukan Monitoring vital sign
4. Memperagakan ambulasi
memenuhi kebutuhan
ADLS pasien.
kesehatannya
4. Gangguan perfusi Setelah dilakukan 1. Anjurkan pasien
fase implementasi ini merupakan fase kerja aktual dari proses keperawatan. Rangkaian
rencana yang telah disusun harus diwujudkan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan,
pelaksanaan dapat dilakukan oleh perawat yang bertugas merawat klien tersebut atau
perawat lain dengan cara didelegasikan pada saat pelaksanaan kegiatan maka perawat
harus menyesuaikan rencana yang telah dibuat sesuai dengan kondisi klien maka
validasi kembali tentang keadaan klien perlu dilakukan sebelumnya. (Amin Huda
Menurut Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma (2015). Evaluasi merupakan
tahap akhir dari proses keperawatan untuk mngukur keberhasilan dari rencana
perawatan dalam memenuhi kebutuhan klien, bila masalah tidak dapat dipecahkan atau
timbul masalah baru amak perawat harus bersama untuk mengurangi atau mengatasi
Songgigilan, A., Rumengan, I., & Kundre, R. (2019). Hubungan Pola Makan Dan
Tingkat Pengetahuan Dengan Kadar Asam Urat Dalam Darah Pada
Penderita Gout Arthritis Di Puskesmas Ranotana Weru. E-Journal
Keperawatan (e-Kp), Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado, 7(1).
Sujarwati, Y. N. (2017). Asuhan Keperawatan Gangguan Personal Hygiene Pada
Lansia Dengan Peningkatan Kadar Asam Urat Di Panti Werdha Mojopahit
Mojokerto. Jurnal Hospital Majapahit, Politeknik Kesehatan Majapahit
Mojokerto, 9(1), 43-53.
Sukarmin . (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kadar Asam Urat
Dalam Darah Pasien Gout Di Desa Kedungwinong Sukolilo Pati .
University Research Coloquium, Kudus, 95-100.
Sumedi, T. (2015). Asuhan Keperawatan Gerontik (1 ed.). Yogyakarta: ANDI.
Sunaryo, Wijayanti, R, Kuhu, M.M, Sumedi. T, Widayanti, E. D, Sukrillah, &
Kuswati, A. (2015). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: CV:
ANDI OFFSET.
Syarifah, A. (2018). Hubungan Pengetahuan Dan Budaya Dengan Kadar Asam
Urat Pada Lansia. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal
Pekanbaru, 8(2), 92-98.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik (1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan (1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Tri, P.M. (2015). Buku Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah: Studi Kasus.
Jombang.
Uliyah, M, & Hidayat, A. (2014). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia (2 ed.).
Jakarta: Salemba Medika.
WHO. (2017). WHO (World Health Organization) methods and data sources
global burden of diasese estimates 2000-2015.
Widyanto, F. W. (2014). Artritis Gout dan Perkembangannya. E-journal
Keperawatan (e-kep), Kabupaten Blitar, 10(2), 145-152.
Zakiyah, A. (2015). Konsep Nyeri Dan Penatalaksanaan Dalam Praktik Keperawatan
3.1 IDENTITAS
Nama : Ny .J
Alamat : Maindu-Lamongan
Status : (√) Menikah (2) Tidak menikah (3) Janda (4) Duda
Budha
Tingkat pendidikan ;
Sumber pendapatan :
( ) Ada, ………………….
( ) Tidak …………………..
Gatal
( ) Diare ( ) Jantung berdebar (√) Nyeri sendi ( ) Penglihatan kabur
1.Kepala :
Kebersihan : bersih
Keluhan : tidak
2. Mata
Konjungtiva : tidak
Sklera : tidak
Strabismus : tidak
Penglihatan : tidak
Peradangan : tidak
Keluhan : tidak
3. Hidung
Bentuk : simetris
Peradangan : tidak
Penciuman: tidak
Kebersihan : baik
Mukosa : lembab
Peradangan/stomatitis : tidak
5. Telinga
Kebersihan : ya
Peradangan : tidak
Pendengaran : tidak
6. Leher
JVD : tidak
7. Dada
Retraksi : tidak
Wheezing : tidak
Ronchi : tidak
8. Abdomen
Bentuk : flat
Kembung: tidak
Supel : tidak
Massa : tidak
9. Genetalia
Kebersihan baik
Haemoroid : tidak
Hernia : tidak
10. Ekstremitas
Kekuatan otot
1 : lumpuh
2 : ada kontraksi
Postur tubuh:kifois
Tremor : tidak
Skala otot: 5 5
4 3
11. Integumen
Kebersihan : baik
Warna : tidak
Kelembaban : lembab
Kebiasaan merokok
(4) Lain-lain
Makanan tambahan
(1) Dihabiskan
Frekwensi minum
Jenis Minuman
Frekwensi BAB
Konsisitensi
Gangguan BAB
(2) Konstipasi
(3) Diare
Frekwensi BAK
(1) 1 – 3 kali sehari (√)
Warna urine
Gangguan BAK
(2) Berkebun(√)
Mandi
(1) 1 kali sehari
Memakai sabun
(√) ya ( ) tidak
Sikat gigi
(√) ya ( ) tidak
Nilai
No Jenis aktifitas
Bantuan Mandiri
1. Makan 5 10
2. Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan sebaliknya, 5-10 15
termasuk duduk di tempat tidur.
3. Kebersihan diri, mencuci muka, menyisir, mencukur dan 0 5
mengosok gigi.
4. Aktivitas toilet. 5 10
5. Mandi. 0 5
6. Berjalan di jalan yang datar (jika tidak mampu berjalan 10 15
lakukan dengan kursi roda).
7. Naik turun tangga. 5 10
8. Berpakaian termasuk mengenakan sepatu. 5 10
9. Mengontrol defekasi 5 10
10. Mengontrol berkemih 5 10
Total 100
Interpretasi :
0-20 : Ketergantungan
Tidak bangun dari duduk dengan satu kali gerakan, tetapi mendorong tubuhnya ke atas
dengan tangan atau bergerak ke bagian depan kursiterlebih dahulu, tidak stabil pada saat
3 kali)
Menggerakan kaki, memegang obyek untuk dukungan, kaki tidak menyentuh sisi-sisinya
Mata Tertutup
Sama seperti di atas (periksa kepercayaan pasien tentang input penglihatan untuk
keseimbangannya)
Perputaran leher
Menggerakan kaki, menggenggam obyek untuk dukungan, kaki tidak menyentuh sisi-
Tidak mampu untuk menggapai sesuatu dengan bahu fleksi sepenuhnya sementara berdiri
pada ujung-ujung jari kaki, tidak stabil, memegang sesuatu untuk dukungan
Membungkuk
Tidak mampu untuk membungkuk, untuk mengambil obyek-obyek kecil (misal : pulpen)
dari lantai, memegang suatu obyek untuk bisa berdiri lagi, memerlukan usaha-usaha
Minta klien untuk berjalan pada tempat yang ditentukan ragu-ragu, tersandung,
memegang obyek untuk dukungan.
Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau menyeret kaki), mengangkat
Setelah langkah-langkah awal, tidak konsisten memulai mengangkat satu kaki sementara
Panjangnya langkah yang tidak sama (sisi yang patologis biasanya memiliki langkah yang
lebih panjang : masalah dapat terdapat pada pinggul, lutut, pergelangan kaki atau otot
sekitarnya).
Penyimpangan jalur pada saat berjalan (lebih baik diobservasi dari belakang
klien) Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dri sisi ke sisi. (√)
Berbalik
Berhenti sebelum mulai berbalik, jalan sempoyongan memegang obyek untuk dukungan.
3.8 PENGKAJIAN LINGKUNGAN
3.9 PEMUKIMAN
Luas bangunan : 4 x 10 m2
Bentuk bangunan :
Jenis bangunan :
Atap rumah
Dinding
Lantai
Ventilasi
Pencahayaan
(√)baik ( ) kurang
3.10 SANITASI
Kebersihan lingkungan
(√) air rebus sendiri ( ) Beli (aqua) ( ) air biasa tanpa rebus
Pengelolaan jamban
Jenis jamban :
Petugas sampah
( ) dikelola dinas
Polusi udara
(√)tidak ( ) ya, (*) dengan racun (*) dengan alat (*) lainnya, ……………….
3.11 FASILITAS :
Transportasi
licin
Komunikasi
bulan terakhir ini adalah penyakit nyeri sendi atau rematik fisik
jauh.
Do:
N : 90 x/mnt
S : 36,6 0C
RR : 22 x/mnt
sedikit )
- Skala otot: 5 5
4 3
2. Ds: Agen Nyeri Akut
Q: Kesemutan
pinggul kiri.
S: 3
Do:
N : 90 x/mnt
S : 36,6 0C
RR : 22 x/mnt
meluruskan kakinya.
No Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Mobilitas fisik b/d Penurunan kekuatan otot.
2. Nyeri akut b\d Agen pencedera fisiologis.
BAB III