Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN GASTROENTERITIS AKUT (DIARE)

A. Definisi Diare

Menurut WHO secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi

(buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan

konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah.

B. Klasifikasi Diare

Departemen Kesehatan RI (2000), mengklasifikasikan jenis diare menjadi empat

kelompok yaitu:

1. Diare akut: yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari (umumnya

kurang dari tujuh hari)

2. Disentri; yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya,

3. Diare persisten; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari secara terus

- menerus,

4. Diare dengan masalah lain; anak yang menderita diare (diare akut dan persisten)

mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi atau penyakit

lainnya

C. Etiologi Diare

a. Faktor Infeksi

1. Infeksi enteral: infeksi saluran pencernaan makanan yang meriupakan

penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut:

- Infeksi virus: enterovirus (virus ECHO, coxsaxide, poliomyelitis), adeno-

virus, rotavirus, astrovirus.

- Infeksi parasit: cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongyloides); protozoa

(entamoeba histolytica, giardia lamblia, tri chomonas nominis); jamur

(candida albicans).
2. Infeksi parenteral ialah inf eksi di luar alat pencernaan makanan seperti:

otitis media akut (OMA), transilitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis

dan sebagainya. Keadaan ini terutama pada bayi dan anak berumur 2 tahun.

b. Faktor Malabsorbsi

1. Malabsorbsi karbohidrat:

- Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa)

- Monosakarida (intoleransi glukosa, fraktosa, galaktosa).Pada bayi dan anak

yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).

2. Malabsorbsi lemak

3. Malabsorbsi protein

4. Faktor makanan (makanan basi, beracun, alergi, terhadap makanan)

5. Faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang tapi dapat terjadi pada anak

yang lebih besar.

6. Faktor imunodefisiensi

7. Faktor obat-obatan, antibiotic

8. Faktor penyakit usus, colitis ulcerative, croho disease, enterocilitis.

D. Manifestasi klinis Diare

v Tanda :

- Cengeng

- Anus dan daerah sekitar lecet

- BB menurun

- Turgor berkurang

- Mata dan ubun-ubun besar dan menjadi cekung (pada bayi)

- Selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering

- Nadi cupat dan kecil

- Denyut jantung jadi cepat

- TD menurun
- Kesadaran menurun

- Pucat, nafas cepat

- Buang air besar 4x/hari untuk bayi dan > 3x untuk anak-anak atau

dewasa.

- Suhunya tinggi

v Gejala :

- Tidak nafsu makan

- Lemas

- Dehidrasi

- Gelisah

- Cengeng

- Oliguria

- Anuria

- Rasa haus

E. Patofisiologi Diare

Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan

osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran

air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan

merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Kedua akibat

rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali

air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat

peningkatan isi rongga usus. Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik

akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga

timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul

berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula. Selain itu diare juga dapat

terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati
rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian

mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya

akan menimbulkan diare.

eberapa yang menjadi penyebab kolik abdomen adalah kolik bilier, kolik renal dan kolik

karena sumbatan usus halus (Gilroy, 2009).

1. Kolik bilier

Kolik bilier merupakan gejala tidak nyaman yang dirasakan pasien dan sering tidak

disertai tanda-tanda klinis lain. Nyeri ini merupakan gejala klinis dari penyakit batu empedu

(kolelitiasis/koledokolitiasis). Oleh karena nyeri ini merupakan gejala, maka bebera

F. Pathway Diare

Faktor Infeksi Faktor Malabsorbsi Faktor Faktor Psikologi


Makanan

Entry port Tek. Osmotik Toksik tak Ansietas


dalam usus dapat diserap

Pergeseran air dan


elektrolit ke
Hiperekskresi
rongga usus
cairan & Hiperperistalik
elektrolit

DIARE

Frek. BAB Distensi Abdomen


meningkat

Mual muntah
Kehilangan cairan &
elektrolit berlebih

Nafsu makan menurun

Dehidrasi
BB menurun
Kekurangan Ketidakseimbangan Nutrisi
Volume Cairan
Kurang dari Kebutuhan Tubuh

G. Pemeriksaan Diagnostik Diare

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. :

1. Pemeriksaan tinja

a. Makroskopis dan mikroskopis

b. PH dan kadar gula dalam tinja

c. Bila perlu diadakan uji bakteri untuk mengetahui organisme penyebabnya,

dengan melakukan pembiakan terhadap contoh tinja.

2. Pemeriksaan laboratorium

3. Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui kadar elektrolit dan jumlah sel darah

putih.

4. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, bila memungkinkan

dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup.

5. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

6. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit

secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

H. Komplikasi Diare

a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).

b. Renjatan hipovolemik.

c. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,

perubahan pada elektro kardiagram).

d. Hipoglikemia.
e. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena

kerusakan vili mukosa, usus halus

f. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.

g. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga

mengalami kelaparan

Dari komplikasi Gastroentritis,tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

- Dehidrasi ringan

Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang

elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.

- Dehidrasi Sedang

Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek,

suara serak, penderita jatuh pre syok, nadi cepat dan dalam.

- Dehidrasi Berat

Kehilangan cairan 8 - 10 % dari bedrat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-

tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-

otot kaku sampai sianosis.

I. Penatalaksanaan Medis Diare

1. Pemberian cairan

a. Belum ada dehidrasi

Per oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas tiap defekasi

b. Dehidrasi ringan

1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB per oral (intragastrik)

selanjutnya: 125 ml/kgBB per oral (intragastrik)

c. Dehidrasi sedang
1 jam pertama: 50-100 ml/kgBB per oral/intragastrik (sonde)

selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari ad libitum.

d. Dehidrasi berat

Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun berat badan 3 – 10 kg.

· 1 jam pertama : 12 ml/kgBB/jam = 3 tetes /kgBB/menit (set infus

berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 13 tetes/kgBB/menit (1 set infus 1 ml = 20 tetes).

· 7 jam berikut : 12 ml/kgBB/jam = 3 tetes/kgBB/menit (1 set infus = 15

tetes) atau 4 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).

· 16 jam berikut: 125 ml/kgBB per oral atau intragastrik. Bila anak tidak

mau minum, teruskan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 15

tetes) atau 3 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).

2. Pengobatan dietetik

o Untuk anak (1 tahun dan > 1 tahun dengan BAB<7 kg, jenis makanannya:

o Susu (ASI dan atau formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak

tidak jenuh).

o Makanan ½ padat (bubur), makanan padat (nasi tim).

o Susu khusus sesuai dengan kelainannya misalnya tidak mengandung laktosa/asam

lemak berantai sedang atau jenuh.

3. Obat-obatan

a.       Obat anti – sekresi

b.      Obat spasmolitik

c.       Antibiotik, diberikan jika jelas penyebabnya misal oleh bakteri.

Cairan per oral

o Pasien dehidrasi ringan dan sedang diberi cairan per oral yaitu NaCl dan

NaHCO3, KCl

dan glukosa.

o Pasien diare akut dan koleri umur 6 bulan diberi Natrium 90 mEq/L.
o Pasien umur 6 bulan de ngan dehidrasi ringan/sedang diberi Natrium 50-60

mEq/L.

o Pemberian formula tidak lengkap (mengandung garam dan gula), lengkap (oralit).

4. Cairan parenteral

o Pemberian RL sesuai dengan berat/ringannya penyakit dan juga sesuai umur dan

BBnya.

J. Konsep Teori Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

A. Data Subjektif

1. Biodata

Neonatus : umur 0-28 hari

Bayi : umur 28 hari – 12 bulan

2. Riwayat Antenatal

Riwayat ANC bagi ibu hamil dilakukan minimal 4 kali

- Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika

haidnya terlambat 1 bulan

- Periksa ulang 1x sebulan, sampai usia kehamilan 7 bulan

- Periksa ulang 2x sebulan, sampai usia kehamilan 9 bulan

- Periksa ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan akhir

- Periksa khusus bila ada keluhan

Dalam ANC ibu hamil mendapatkan penyuluhan tentang kebutuhan nutrisi gizi

yang adekuat selama hamil akan mengurangi resiko dan komplikasi pada ibu.

Menjamin pertumbuhan jaringan sehingga bayi baru lahir memiliki berat yang

optimal yaitu 2500 – 4000 gram, apabila jumlah makannya dikurangi maka berat

badan bayi yang dilahirkan menjadi lebih kecil.

3. Riwayat Natal
Bayi normal akan lahir dengan spontan dimana persalinannya dengan bantuan

his dan kekuatan ibu mengejan tidak dengan persalinan buatan seperti vacum

extrasi/forseps lama persalinan kala I premi 12 jam sedankan nutrisi jam keadaan

BBL pada menit pertama setelah kelahiran dapat menilai dengan apgar score diantara

7 – 10.

Apgar Score

Tampilan Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2


Appearance Pucat Badan merah Seluruh tubuh

(warna kulit) extremitas kemerahan

kebiruan
Pulse (denyut Tidak ada < 100 > 100

jantung)
Grimance Tidak ada Perubahan minic Bersin / batuk

(Reflek) menangis aktif


Activity Lumpuh Ekst. sedikit flexi Gerakan aktif

ekst. Flexi
Respitory effort Tidak ada Lambat tidak Menangis

teratur keras /kuat

(Rustam Muchtar,1998:119)

2. Riwayat Post Natal

Bayi lahir akan menangis dalam 30 detik dan bernafas dengan spontan, gerakan

aktif, keadaan umum bayi dimulai 1 menit setelah bayi lahir dengan menggunakan nilai

apgar, bayi lahir normal yaitu bayi yang lahir dari kehamilan 37 – 42 minggu, berat

badan lahir 2500 – 4000 gram.

Denyut jantung pada menit pertama 180 kali per menit. Kemudian menurun

menjadi 120 – 140 kali per menit. Pernapasan pada menit pertama 80 kali per menit,

kemudian menurun 40 kali per menit.

4. Pola Kebiasaan

a. Nutrisi
Dalam waktu 2 jam setelah lahir akan mengalami penurunan kadar untuk

menambah energi pada jam pertama kehidupannya. Bayi normal sudah disusui

segera setelah lahir. Pada hari ketiga bayi sudah harus disusui selama 10 menit

dengan jarak waktu 3 – 4 jam. Volume susu yang diberikan pada bayi untuk 1 – 14

hari yaitu :

Umur Volume
1 hari 60 ml / kg BB
2 hari 90 ml / kg
3 hari 120 ml / kg
4 hari 150 ml / kg
10 hari 180 ml / kg
14 hari 200 ml / kg

(Sarwono P, 1997:254)

b. Pola aktivitas/istirahat

Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama. Bayi tampak semi koma

saat tidur dalam; meringis atau tersenyum adalah bukti tidur dengan gerakan mata

cepat (REM); tidur sehari rata-rata 18-20 jam.

(Suryana, 1996:80)

c. Pola eliminasi

Urin tidak berwarna atau kuning pucat, dengan 6 sampai 10 popok basah per 24

jam pergerakan feses mekonium dalam 24-48 jam kelahiran.

BAB :Tinja yang berbentuk mekoneum berwarna hijau tua akan mulai keluar dalam

24 jam pertama. Pengeluaran ini akan berlangsung sampai hari ke 2 – 3.

BAK :Bila kandung kencing belum kosong pada waktu lahir, kencing akan keluar 24

jam pertama, yang harus dicatat adalah frekuensi kencing berikutnya serta warna.

(Sarwono, 2006: 256)

d. Personal Hygiene

Mata bayi dapat dibersihkan dengan air steril / garam fisiologis, hal ini perlu

dilakukan untuk menghindari infeksi mata. Muka sebaiknya diseka dengan air steril
terutama setelah minum susu. Tali pusat harus dibersihkan dan dikeringkan setiap

selesai mandi yaitu dengan membersihkan pangkal tali pusat yang ada di perut bayi

dan daerah sekitar selanjutnya ditutup dengan kasa bersih / steril. Kain pokok harus

segera diganti setiap basah karena air kencing/tinja.

(Sarwono, 2006: 257-258)

B. Data Objektif

3. Keadaan Umum

Bayi tampak semi koma saat tidur malam.

(Doenges, 2001: 567)

4. TTV

Rata-rata nadi apikal 120-160 dpm pada 4-6 jam, meningkat sampai 120 dpm

pada 12-24 jam setelah kelahiran; dapat berfluktuasi dari 70-100 dpm (tidur) sampai

180 (menangis).

Nadi perifer mungkin lemah ( nadi kuat menunjukkan duktus arteriosus paten);

nadi brakhialis dan radialis lebih mudah dipalpasi daripada nadi femoralis (tidak

adanya nadi femoralis dan dorsalis menunjukkan koarktasi aorta).

Tekanan darah (TD) berentang dari 60-80 mmHg (sistolik) atau 40 sampai 45

mmHg (diastolik), rata-rata tekanan istirahat kira-kira 74/46 mmHg; TD paling

rendah pada usia 3 jam.

(Doenges, 2001: 567)

5. Anthropometri

Berat badan rata-rata 2500 sampai 4000 gram.

Penurunan berat badan di awal 5%-10%.

Lingkar kepala 32-37 cm.

(Doenges, 2001: 567)

6. Pemeriksaan Neurologik

Adanya reflek moro, plantar, genggaman palmar, dan Babinski’s, respon reflek

bilateral/sama (reflek moro unilateral menandakan fraktur klavikula atau cedera


pleksus brakialis); gerakan bergulung sementara mungkin terlihat. Tidak adanya

kegugupan, letargi, hipotonia dan parese.

(Doenges, 2001: 567)

7. Pemeriksaan Fisik

Kepala : Fontanel anterior dan posterior lunak dan datar. Kaput suksedaneum

dan/atau molding mungkin ada selama 3-4 hari; sutura kranial yang

bertumpang tidih dapat terlihat, sedikit obliterasi fontanel anterior

(lebar 2-3 cm) dan fontanel posterior (lebar 0,5 – 1,0 cm)

Mata : Mata dan kelopak mata mungkin edema; hemoragi subkonjungtiva

atau hemoragi retina mungkin terlihat; konjungtivitis kimia dalam 1-2

hari mungkin terjadi setelah penetesan obat tetes oftalmik terapeutik.

Strabismus dan fenomena mata boneka sering ada.

Telinga : Bagian telinga atas sejajar dengan bagian dalam dan luar kantus mata

(telinga tersusun rendah menunjukkan abnormalitas ginjal atau

genetik).

Mulut : Saliva banyak; mutiara Epstein (kista epitel) dan lepuh cekung adalah

normal pada palatum keras atau margin gusi, gigi prekosius mungkin

ada.

Dada : Takipnea sementara dapat terlihat; khususnya setelah kelahiran sesaria

atau presentasi bokong.

Abdomen : Tali pusat di klem dengan aman tanpa rembesan darah; menunjukkan

tanda-tanda pengeringan dalam 1-2 jam kelahiran, mengerut dan

menghitam pada hari ke-2 atau 3.

Genetalia : Genetalia wanita; labia vagina agak kemerahan atau edema, tanda

vagina/himen dapat terlihat; rabas mukosa putih (smegma) atau rabas

berdarah sedikit (pseudomenstruasi) mungkin ada. Genetalia pria;

Testis turun,skrotum tertutup dengan rugae, fimosis biasa terjadi

(lubang preputium sempit, mencegah retraksi foreskin ke glan).


Ekstremitas :Gerakan rentang sendi normal ke segala arah, gerakan menunduk

ringan atau rotasi medial dari ekstremitas bawah, tonus otot baik.

Integumen :Akrosianosis mungkin ada untuk beberapa hari selama periode

transisi (kebiruan yang luas dapat menandakan polisitemia);

kemerahan atau area ekomotik dapat tampak di atas pipi atau di

rahang bawah atau area parietal sebagai akibat dari penggunaan forsep

pada kelahiran.

(Doenges, 2001: 567)

II. Identifikasi Diagnosa Masalah dan Kebutuhan

Diagnosa : Bayi Ny....umur...jenis kelamin..., lahir spontan, keadaan umum...

III. Antisipasi Masalah Potensial

Kemungkinan masalah yang akan timbul dari diagnosa :

1. Hipotermi s/d pembaharu suhu yang mendadak dari intrauteri ke extrauteri

2. Infeksi s/d pemotongan tali pusat

3. Hipoglikemi s/d perubahan metabolisme karbohidrat

4. Resiko aspirasi s/d gumoh

5. Kemungkinan terjadi komplikasi/masalah pada kulit/mata

(Depkes RI, 1995 : 54)

IV. Identifikasi Kebutuhan Segera

Kebutuhan yang harus segera terpenuhi jika timbul masalah potensial.

(Depkes RI, 1995 : 55)

V. Intervensi
Diagnosa : Bayi Ny....umur...hari dengan masa gestasi...minggu, lahir spontan,

keadaan umum...

Masalah I : potensial hiopotermi sehubungan dengan perubahan suhu yang

mendadak dari intrauteri ke extrauteri

Tujuan : bayi tidak hipotermi dan tidak berlanjut pada trauma injury/ cold

injury

Kriteria : - keadaan umum baik, gerak aktif, tangis kuat, warna kulit

kemerahan

- suhu tubuh dalam batas normal antara 36,5 0C- 37,50C

- akral hangat

- tubuh dan ekstremitas kemerahan

Intervensi:

a. Keringkan segera bayi dengan handuk kering dan hangat

Rasional : kulit bayi yang basah mempercepat proses kehilangan panas secara

konveksi.

b. Bungkus bayi dengan kain yang hangat dan kering.

Rasional : Bungkus yang kering dan hangat akan mempertahankan suhu tubuh

bayi.

c. Jangan memandikan bayi sebelum melewati 6 jam setelah lahir.

Rasional : Memandikan bayi secara dini menyebabkan bayi mengalami kehilangan

panas secara konveksi lebih cepat.

d. Dekatkan segera pada ibu serta susukan bayi setelah lahir

Rasional : Tindakan skin to skin bermanfaat menghangatkan tubuh bayi.

e. Letakkan bayi diruang / box yang hangat.

Rasional : Suhu ruangan yang hangat mengurangi proses penguapan tubuh bayi.
f. Sebelum menyentuh bayi, usahakan suhu tubuh/tangan penolong sesuai dengan suhu

badan bayi.

Rasional : Sentuhan dengan kondisi tangan yang dingin mempercepat proses

kehilangan panas secara konduksi.

Masalah II : Potensial terjadi infeksi sehubungan dengan pemotongan tali pusat

Tujuan : Infeksi tidak terjadi

Intervensi :

a. Lakukan perawatan tali pusat dengan mengganti tali pusat

yang basah dengan bungkus tali pusat / kassa yang steril

Rasional : Meminimalkan potensi terjadi infeksi / perdarahan

b. Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat tali pusat

Rasional : Meminimalkan potensi terjadi infeksi / perdarahan

c. Lakukan observasi pada tali pusat selama 48 jam pertama

Rasional : Deteksi dini adanya bahaya komplikasi

d. Beri informasi kepada keluarga tentang tanda-tanda infeksi

tali pusat seperti rubor, dolor, kolor, tumor, fungsiolesa.

Rasional : Informasi yang adekuat dapat meningkatkan pengetahuan keluarga.

e. Ajarkan pada keluarga cara melakukan perawatan tali

pusati pusat

Rasional : Pengetahuan yang adekuat menimbulkan sikap yang kooperatif keluarga

dalam melaksanakan tindakan.

VI. Impelentasi

Langkah pelaksanaaan dalam proses manajemen kebidanan di laksanakan oleh bidan

sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Bidan melaksanakan secara mandiri/rujuk

ke fasilitas yang lebih tinggi, pelaksanaan tindakan selalu di upayakan dalam waktu

yang tepat, efektif dan berkwalitas.

(Depkes RI,1999:11)
VII. Evaluasi

Merupakan langkah akhir dari proses keperawatan yaitu untuk menilai tentang kriteria

hasil yang di capai apakah sesuai dengan tujuan atau tidak sejauh mana tujuan dapat

sesuai dengan kriteria keberhasilan dalam evaluasi ini dituliskan catatan dengan

kriteria waktu yang telah ditentukan .

Catatan perkembangan ini dituliskan dengan bentuk SOAP

S : Subyek

Merupakan informasi yang diperoleh dari keluhan klien (Anamnese)

O : Obyek

Merupakan data yang diperoleh dari pemeriksaan oleh perawat atau tenaga

kesehatan lainnya.

A : Assesment

Merupakan penilaian yang disimpulkan dari informasi subyektif dan obyektif

P : Planning

Merupakan rencana tindakan yang dibuat sesuai dengan masalah klien

berpedoman pada tingkat keberhasilan yang telah di capai.

(Depkes RI, 1999 : 11 )


DAFTAR PUSTAKA

Suharyono, dkk. 1998. Gastroenterologi Anak Praktis. Jakarta: Gaya Baru.

Suntosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. 2005-2006. Definisi dan

Klasifikasi. Yogyakarta: Prima Medika.

Ngastiyah. 2002. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta: Media

Aesculapius.

“Ilustrasi,” Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1989, hal.325.

Depkes, RI. 2009. Pedoman Asuhan Byi Baru Lahir Terpadu. Jakarta: Depkes RI

Dewi, Vivian Nanny lia.2011.AsuhanNeonates BayidanAnakBalita.Jakarta :SalembaMedika

Drew, David dan Philip Jevon, Maregaret Raby; alih bahasa,Dian Ramadhani. 2008. editor edisi

bahasa Indonesia, Sari Isnaeni. – Jakarta : EGC

Hidayat, A.Aziz Alimul, 2006, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan

Proses Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.

KR, JNPK.2008. Asuhanpersalinan normal. Jakarta :TIM

Manuaba, Ida Bagus Gede.2010.ilmu kebidananpenyakitkandungandan KB.Jakarta : EGC

Notoatmodjo Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Prawirohardjo, sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta : PT bina Pustaka

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmubedahkebidanan. Jakarta : PT BinaPustaka

Prawirohardjo, Sarwono.2011. IlmuKebidanan. Jakarta : PT BinaPustaka

Rukiyah, Ai yeyeh, LiaYulianti. 2010. Asuhan Neonates BayidanBalita. Jakarta

:Salembamedika

Saminem.2010. Dokumentasi Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC

Soepardan,Suryani.2009.Konsepkebidanan.Jakarta : EGC
Sulistyawati Ari dan Esti Nugraheni. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta:

Salemba Medika

Universitas Padjadjaran. 2000. Asuhan Bayi Baru Lahir. Bandung. Universitas Padjadjaran

Zulkifli L., Psikologi Perkembangan. Bandung:Remaja Karya CV, 1986

Anda mungkin juga menyukai