Anda di halaman 1dari 8

BAHAN MATERI FRUKTOSA

Karbohidrat (KH) adalah molekul organik yang jumlahnya paling melimpah di alam. KH
memiliki berbagai fungsi, termasuk menyediakan sebagian besar kebutuhan energi dari makanan
untuk sebagian besar organisme, bertindak sebagai bentuk penyimpanan energi dalam tubuh, dan
berfungsi sebagai komponen membran sel yang memediasi beberapa bentuk komunikasi antar
sel. Karbohidrat juga berfungsi sebagai komponen struktural banyak organisme, termasuk
dinding sel bakteri, eksoskeleton berbagai serangga, dan selulosa fibrosa tanaman. Rumus
empiris untuk banyak karbo - hidrat sederhana adalah (CH2O)n, oleh karena itu disebut "hidrat
dari karbon" (Harvey, 2011).
Menurut Sunita Almatsier, ada tiga jenis heksosa yang penting dalam ilmu gizi, yaitu glukosa,
fruktosa, dan galaktosa. Nah yang akan kita bahas pada kali ini adalah Fruktosa
Fruktosa dinamakan juga levulose atau gula buah adalah gula paling manis. Fruktosa mempunyai
rumus kimia yang sama dengan glukosa, C6H12O6 namun strukturnya berbeda. Susunan atom
dalam fruktosa merangsang jonjot kecapan lidah sehingga menimbulkan rasa manis. Fruktosa
merupakan isomer dari glukosa dan oleh hati diubah menjadi glukosa. Gula ini terdapat dalam
madu Bersama glukosa, dalam buah, nectar bunga dan juga di dalam sayur. Sejumlah kecil
fruktosa akan diubah menjadi glikogen, asam laktat, atau lemak. Intoleransi fruktosa herediter
menyebabkan penimbunan hipoglikemia
Gula yang rasanya manis ada dua macam, yaitu fruktosa (gula buah, madu, gula jagung) dan
sukrosa (gula pasir). Sukrosa adalah disakarida dari glukosa dan fruktosa. Gula yang tidak manis
adalah galaktosa dan laktosa. Laktosa adalah disakarida dari glukosa dan galaktosa. Ketiga
monomer gula sederhana diatas - glukosa, fruktosa dan galaktosa - merupakan monomer gula
yang diserap oleh usus dan masuk ke dalam darah. Ketiganya diserap oleh sel-sel dinding usus
melalui heksosa transporter yang dikenal dengan transmembran transportation. Setelah beredar
mengikuti aliran darah, ketiganya kemudian bisa masuk ke  berbagai jenis sel tergantung jenis
heksosa transporter yang dipunyai oleh setiap sel.

Setidaknya ada 6 jenis heksosa transporter yang sudah dikenal dengan baik, yaitu
1. SGLUT1 - banyak ditemukan di mukosa usus, tubulus ginjal. Transporter ini hanya
memindahkan glukosa dan galaktosa dengan mode kotransport dengan Na+. Transporter ini tidak
memindahkan fruktosa. (ilustrasi dalam kuliah: suguhan bubur encer dengan telur asin untuk
pengembara yang mampir ke kuil Shaolin)
2. GLUT-1 - transporter ini tereksprtesi hampir di semua jenis sel, tetapi paling banyak
ditemukan di sel-sel syaraf di otak, sel darah merah, sel-sel dinding pembuluh darah dan jaringan
fetus (bayi). Transporter ini mempunyai afinitas yang paling tinggi terhadap glukosa, baru
kemudian galaktosa, tetapi  tidak bisa memindahkan fruktosa.
3. GLUT-2 - banyak ditemukan di sel-sel hati, sel-sel beta pankreas, usus halus dan ginjal.
Walaupun ketiga gula sederhana bisa dipindahkan oleh transporter ini, tetapi afinitas terbesarnya
adalah untuk glukosa. Khusus di sel beta pankreas, kapasitas transport terbesar adalah untuk
glukosa dan sekaligus bertindak sebagai "sensor" bagi konsentrasi gula darah yang melewati
jaringan pankreas.
4. GLUT-3 - banyak ditemukan di sel-sel syaraf, plasenta dan testis. Transporter ini hanya bisa
memindahkan glukosa dan galaktosa, tetapi tidak untuk fruktosa. Distribusinya yang melimpah
di sel-sel syaraf menjadikan transporter ini sebagai tranporter glukos yang utama bagia syaraf.
5. GLUT-4 - banyak ditemukan di otot kerangka, otot jantung dan sel-sel adiposa. Afinitas
transporter ini paling tinggi adalah untuk glukosa. Aksi emmasukkan gula ke sel dibantu oleh
insulin.
6. GLUT-5 - banyak ditemukan dalam sel-sel usus halus dan sperma. Transporter ini hanya bisa
memindahkan fruktosa dan tidak untuk galaktosa dan glukosa.

Keseimbangan ketiga gula sederhana tsb kemudian menentukan efektifitas penyerapan yang
dilakukan oleh usus dan distribusinya dalam setiap sel sebagai bahan bakar (glikolisis)
Peluang aplikasi yang muncul:
 pengaturan diet untuk atlit berkebutuhan energi khusus (mis. binaraga, marathon)
 diet penderita diabetes
 diet pemulihan dari bedrest (sakit) >seminggu (ingat istilah kemaruk setelah sakit?)
 mengontrol suplai energi untuk menghambat pertumbuhan sel-sel kanker
 dll

atau bisa pake yang ini intan


A. Pengertian GLUT
Pengaturan kadar glukosa darah secara normal berlangsung atas kerjasama yang harmonis antara
mekanisme sekresi insulin dengan mekanisme aksi insulin di jaringan tubuh (tu. Sel hepar dan
otot serta lemak). Tujuannya adalah agar glukosa dalam darah memasuki sel untuk metabolisme
secara fisologis. Proses metabolisme didalam jaringan tersebut membutuhkan suatu tahap
dimana glukosa. yang bersifat polar harus melewati membrane sel yang non polar (tidak larut
dalam air). Untuk tujuan ini diperlukan suatu “alat angkut” terdiri dari sejenis asam amino yang
dinamai glucose transporter (GLUT). Didalam tubuh, sesuai tempat kerjanya, dikenal berbagai
jenis GLUT (GLUT 1 s/d GLUT 5). Aktivasi serta penempatan (translokasi) GLUT
membutuhkan insulIN
B. GLUT 1(Glucose transporter 1)
GLUT 1 terdapat dimana-mana, merupakan pengangkut utama di dalam otak. Sel endotel
memiliki vesikel pinocytotic. Yang banyak terdapat pada
mitokondria dan specific carriermediated transport proteins merupakan fitur dari
kedua vasculatures. Transportasi ini membentuk mekanisme yang berperan penting dalam
metabolisme komponen dari sawar darah otak dan sawar darah retina dan terdiri dari GLUT1
(untuk transportasi glukosa) dan system transportasi protein asam amino spesifik. Ini merupakan
penanda metabolik sawar endotel yang merupakan specific carriermediated transport
proteins beberapa nutrisi seperti glukosa dan asam amino melintasi tight junctions, serta
degradasi enzimatik molekul-molekul saat melintasi sawar darah otak dan sawar darah retina.
Terdapat postulat bahwa distribusi asimetris membrane plasma protein pada endotel (luminal vs
abluminal) menyebabkan endotelium terpolarisasi, yang menciptakan resistensi listrik untuk
permeabilitas. Aktivitas metabolik normal jaringan neural dipengaruhi transportasi glukosa
secara konstan. Akibat tuntutan metabolik yang tinggi, transport glukosa dari darah melintasi
sawar darah otak ke dalam sel otak dimediasi oleh transport terfasilitasi cepat. Protein transporter
glukosa (GLUT), terutama GLUT1  memastikan pasokan glukosa. Protein GLUT1 banyak
terekspresi pada sawar darah otak. Ekspresi GLUT1 dikendalikan oleh level glukosa darah,
untuk mempertahankan distribusi yang memadai untuk fungsi neuronal yang optimal. Diabetes
mellitus menyebabkan ketidakseimbangan metabolisme glukosa, mengakibatkan perubahan
transport glukosa ke dalam otak. Pardrdige dkk menunjukkan adanya penurunan ekspresi dan
aktivitas GLUT1 pada tikus diabetic yang menimbulkan reduksi transport glukosa pada diabetes
yang tak terkontrol.
C. GLUT 2(Glucose transporter 2)
GLUT2 terdapat pada sel hati, pankreas, usus halus dan ginjal.  terdapat transporter glukosa yang
tidak bergantung-natrium, GLUT 2, yang memfasilitasi transpor gula keluar sel menuju darah
kapiler (kontralumen/tunika serosa). GLUT 2 digunakan untuk glukosa, galakatosa, dan fruktosa
yang selanjutnya diteruskan ke vena porta menuju hati dan sirkulasi sistemik. Ada beberapa
tahapan dalam proses sekresi insulin, setelah adanya rangsangan oleh molekul glukosa. Tahap
pertama adalah proses glukosa melewati membran sel. Glucose transporter 2 (GLUT 2) yang
terdapat dalam sel beta merupakan “kendaraan” pengangkut glukosa dari dalam darah melewati
membrane ke dalam sel. Molekul glukosa akan mengalami proses glikolisis dan fosforilasi di
dalam sel kemudian membebaskan molekul ATP. Molekul ATP yang terbentuk dibutuhkan
untuk proses pengaktifkan penutupan kanal K+ pada membran sel. Penutupan ini berakibat pada
terhambatnya pengeluaran ion K+ dari dalam sel yang menyebabkan terjadinya tahap
depolarisasi membran sel, yang diikuti oleh tahap pembukaan kanal Ca2+. Keadaan inilah yang
memungkinkan masuknya ion Ca2+ sehingga menyebabkan peningkatan kadar ion Ca2+
intrasel. Suasana ini dibutuhkan dalam proses sekresi insulin (Manaf, 2006).
D. GLUT 3 (Glucose transporter 3)
GLUT3 berfungsi pada sel otak, ginjal dan plasenta. GLUT3 terutama ditemukan di neuron.
GLUT3 (untuk transportasi glukosa) dan system transportasi protein asam amino spesifik
E. GLUT 4( Glucose transpirter 4)
 GLUT4 terletak di jaringan adiposa, otot jantung dan otot skeletal. Insulin meningkatkan
transpor glukosa dari darah ke dalam sel target di jaringan perifer (otot,otak, jaringan lemak, hati,
dan lain-lain) melalui transporter glukosa (GLUT4). Jaringan adiposa berfungsi sebagai organ
endokrin yang memproduksi adipokin, seperti leptin dan adinopektin, yang mengatur
homeostasis lipid dan glukosa. Keduanya mempengaruhi metabolisme energi pada jaringan lain
seperti hepar dan otot, serta perilaku yang berkaitan dengan makan melalui efek pada jalur
neuroendokrin. Pada tahap molekuler, TNF-α meningkatkan serin fosforilasi dari IRS-1 dan
menurunkan regulasi ekspresi dari GLUT 4, sehingga memberikan kontribusi pada resistensi
insulin. Adinopektin memiliki efek insulin sensitizing, yang berfungsi meningkatkan
penghambatan produksi glukosa hepatik sekaligus penyerapan glukosa dan pemanfaatan lemak
dan otot. Ekspresi adinopektin ini berkurang pada manusia dan mencit yang mengalami obesitas.
Produksi adinopektin distimulasi oleh PPARγ (Peroxisome Proliferator-Actived Receptor-
Gamma) (Saini, 2010).

GLUT 4 memiliki peran dalam respon peningkatan glukosa darah. Pada jaringan otot skelet, otot
jantung dan sel adiposa, insulin merangsang translokasi GLUT 4 dari vesikel intraseluler ke
permukaan membran plasma dari sel. Peningkatan translokasi ini akan meningkatkan transporter
glukosa pada permukaan sel yang akan meningkatkan kapasitas ambilan glukosa. Di sisi lain,
insulin akan menyebabkan percepatan dari redistribusi GLUT 4 ke membran plasma dari vesikel
intraseluler. Sehingga kondisi puasa dan makan akan mempengaruhi ekspresi dari gen GLUT 4
(Stipanuk, 2000).
Kekurangan insulin atau resistensi insulin maka akan menyebabkan kegagalan fosforilasi
kompleks IRS, penurunan translokasi GLUT-4 dan penurunan oksidasi glukosa sehingga glukosa
tidak dapat masuk ke dalam sel dan akan terjadi kondisi hiperglikemia.  Semakin banyak
ekspresi GLUT-4 maka dapat dikatakan bahwa penggunaan glukosa oleh jaringan semakin baik,
sehingga jumlah glukosa dalam darah menjadi berkurang karena diangkut ke jaringan. Di dalam
jaringan glukosa akan diubah menjadi ATP (energi) yang bermanfaat bagi tubuh.  
F.     GLUT 5(Glucose transporter 5)
GLUT5 bertanggung jawab terhadap absorpsi glukosa dari usus halus. Absorpsi monosokarida
dilakukan di dalam jejunum ke dalam darah sistem vena porta, terutama untuk heksosa (glukosa,
galaktosa, manosa, dan fruktosa) dan sebagai gula pentosa (ribosa). Mekanisme absorpsi
monosakarida yaitu transpor aktif untuk glukosa dan galaktosa serta difusi fasilitasi untuk
fruktosa yang absorpsinya lebih lambat dari glukosa dan galaktosa. Difusi fasilitasi ini
menggunakan bantuan dari transporter fasilitatif bergantung natrium (GLUT 5). Transporter ini
juga dapat digunakan oleh glukosa dan galaktosa jika gradien konsentrasi mendukung.
Normalnya, di dalam darah hanya terdapat sedikit fruktosa di luar fruktosa yang berasal dari
diet. 
Fruktosa dan Hepatic Insulin Resistant
Selama bertahun-tahun fruktosa dianggap sebagai pemanis yang aman dan baik, karena memiliki
Glycemic Index (GI) yang rendah. Fruktosa ditemukan secara alami pada buah-
buahan. Masalahnya terletak di “Takaran Saji”. Konsumsi buah-buahan secara terbatas hanya
berkontribusi sedikit pada jumlah Fruktosa yang bisa diserap oleh tubuh, karena serat tinggi pada
buah-buahan turut membantu menghalangi penyerapan Fruktosa ini ke sirkulasi.
Namun saat konsumsi buah-buahan ini terjadi secara berlebihan dan menjadi dominan dalam
usaha memenuhi kebutuhan kalori perhari (70% – 80% kalori) seperti halnya pada diet Frutarian,
maka Fruktosa dari buah-buahan yang sebelumnya terlindung oleh serat sebagai komponen
protektif ini, tidak lah lagi bisa terkontrol jumlahnya yang masuk kedalam sirkulasi tubuh. Hal
ini diperkuat oleh tidak terpicunya hormon Leptin (Hormon Kenyang) oleh molekul Fruktosa
dari buah-buahan yang rendah kadar seratnya. (Lihat daftar perbandingan serat dan Fruktosa
yang terlampir di gambar pada post ini).
Dalam situasi ini, Fruktosa yang bersumber dari buah-buahan pun tidak ada bedanya dengan
Fruktosa yang berasal dari High Fructose Corn Syrup (HFCS) yang merupakan konsentrasi dari
Fruktosa yang di ekstrak dari jagung, dan digunakan sebagai pemanis komersial yang murah.
Tidak ada BEDA nya molekul Fruktosa dari buah-buahan dengan molekul Fruktosa dari HFCS. 
Yang membedakan hanyalah “Konsentrasi” dari Fruktosanya.
Hanya serat dari buah-buahan yang mampu melindungi penyerapan Fruktosa kedalam tubuh.
Dan serat ini akan tidak fungsional lagi saat sudah terjadi proses peleburan seperti halnya dalam
penggunaan mesin Jus Buah, untuk memeras sari buah-buahan tersebut, dan meningkatkan
konsentrasi Fruktosa yang tidak terlindung serat.
Semua mikronutrisi (Vitamin dan Mineral) yang diperoleh dari buah-buahan, dapat diperoleh
pula dari sayur-sayuran tinggi serat, tanpa di ikuti keberadaan Fruktosa yang tinggi didalamnya.
Dan satu hal yang paling penting adalah, Mikronutrisi merupakan kebutuhan nutrisi yang bersifat
“MIKRO” (hanya berukuran “Mg”) pada manusia, sehingga tidak diperlukan dalam jumlah yang
besar (berkuran “Gram”) seperti halnya pada sumber “Makronutrisi” seperti Karbohidrat, Protein
dan Lemak.
Konsumsi buah-buahan secara berlebih sudah pasti menjadi aspek yang tidak masuk akal
dalam “Basic Nutrisi” untuk manusia, dimana tidak ada ekses “Vitamin dan Mineral”
yang dapat disimpan ditubuh.
Dan mengenai Makronutrisi dari unsur “Karbohidrat”.
Karbohidrat adalah satu-satunya golongan Makronutrisi yang “Tidak Essensial” bagi manusia.
Karena Glukosa yang merupakan hasil akhir dari penyerapan Karbohidrat diusus, merupakan
“substrate” yang bisa di produksi sendiri di tubuh manusia tanpa harus memperolehnya dari
asupan makanan.
Hal terpenting mengenai pengetahuan akan Fruktosa ini adalah bahaya yang tersembunyi
dari konsumsi Fruktosa dalam jumlah “BERLEBIHAN”.
Perbedaan terbesar antara Glukosa dan Fruktosa adalah, Glukosa dapat digunakan oleh semua sel
ditubuh untuk di gunakan sebagai bahan baku (substrate) untuk metabolisme yang menghasilkan
Energi (ATP – Adenosine Tri Phosphate). Sedangkan tidak ada satu sel pun ditubuh yang bisa
menggunakan Fruktosa untuk energi kecuali sel liver (Hepatocytes).
Saat Glukosa membutuhkan hormon insulin untuk penyerapan maksimal kedalam sel-sel
ditubuh, Fruktosa tidak lah membutuhkan hormon Insulin. Semua sel ditubuh tidak menyerap
sirkulasi Fruktosa didarah, dan semua Fruktosa yang berasal dari penyerapan di usus, langsung
diarahkan ke LIVER sebagai satu-satunya organ yang mampu melakukan Metabolisme terhadap
Fruktosa.
Ketika konsumsi Glukosa akan tersebar rata diseluruh tubuh untuk di metabolisme (cth. Otak,
Liver, Jantung, Ginjal, Jaringan Otot dan Jaringan Lemak), maka konsumsi Fruktosa akan seperti
Missil (Roket) yang langsung mengarah ke Liver tanpa terbagi-bagi lagi ditubuh. Saat tiba di
Liver, Fruktosa akan dirubah secara biochemistry menjadi Fructose-1-Phosphate tanpa ada batas.
Tidak ada yang mencegah Ekses/Overload dari Fruktosa untuk masuk kedalam sel-sel di Liver
(Hepatocytes).  Ketika konsumsi terhadap Glukosa mengalami ekses, maka tubuh memiliki
sistem pembatasan alami yang mencegah Overload dari Glukosa terhadap sistem metabolisme
ditubuh. Contohnya adalah dengan meningkatkan fungsi hormon Leptin sebagai hormon yang
memicu “Rasa Kenyang” ke Hypothalamus di otak, dan akhirnya menghentikan asupan Glukosa
ini dari makanan.
Fruktosa tidak memiliki mekanisme ini, sehingga konsumsi berlebih dari makanan yang
mengandung Fruktosa, tidak akan memicu hormon Leptin untuk menghentikan asupannya.
Semakin banyak Fruktosa yang dikonsumsi, maka semakin banyak yang dimetabolisme di Liver.
Semua Fruktosa yang masuk akan terkonsentrasi di Liver dan diubah secara biochemistry
menjadi Acetyl-CoA yang kemudian akan digunakan utk sintesis (pembentukan) Lemak di
Liver.
Artinya, ekses konsumsi Fruktosa akan menyebabkan ekses Lemak (Triglyceride) di Liver yang
disebut dengan “FATTY LIVER”. Karena Fruktosa yang awalnya hanya dimetabolisme untuk
menggantikan Glycogen (cadangan Glukosa) di Liver, telah melampaui batas kebutuhan
Glycogenesis (pembentukan Glycogen), dan dilanjutkan untuk “Fatty Acid Synthesis”
(pembentukan Lemak).
Fatty Liver adalah faktor utama yang menyebabkan terjadinya “Insulin Resistance” di
Liver.
Hormon Insulin dilepaskan secara alami ditubuh ketika makan. Hormon insulin akan
mengarahkan Glukosa untuk disimpan sebagai energi cadangan, yang akan dilepas saat tidak
makan (Post Prandial). Simpanan glukosa sementara ini disebut Glycogen. Namun hanya sedikit
Glycogen yang mampu disimpan di Liver. Kelebihan Glukosa lainnya akan dilanjutkan untuk
dirubah dan disimpan dalam bentuk Lemak. Ini artinya Hormon Insulin merupakan Hormon
Lipogenesis yang merupakan hormon yang memicu produksi Lemak di Liver. Proses dimana
hormon Insulin memicu produksi lemak di Liver disebut “de Novo Lipogenesis” (proses
merubah Glukosa menjadi Lemak). Hormon insulin adalah hormon yang menekan energi dari
makanan (cth. Karbohidrat, Protein atau Lemak) menjadi Lemak (Triglyceride) untuk disimpan
ditubuh. Ketika hormon Insulin rendah, maka prosesnya akan terbalik.
Glycogen akan dipecah menjadi Glukosa kembali (Glycogenolysis) dan Lemak (Triglyceride)
akan dipecah kembali menjadi Free Fatty Acid dan Glycerol, dimana substrate-substrate ini
merupakan bahan baku untuk pembentukan Energi (ATP) ditubuh.
Jika kita bisa menyeimbangkan periode antara jam makan dan jam puasa, maka tidak akan ada
penambahan lemak ditubuh. Terutama pada Fastosis yang mempertahankan kondisi insulin yang
selalu rendah di jam Puasa maupun jam makannya, dengan menggunakan rasio Makronutrisi
yang Tinggi Lemak (75% – 80%), Protein Sedang / Moderat (15% – 20%) dan Karbohidrat yang
sangat rendah (2% – 5%).
Namun apa yang terjadi jika Liver sudah mengalami ekses cadangan lemak (akibat ekses asupan
Fruktosa), ditambah lagi terus menerus dengan asupan Glukosa atau Fruktosa yang membebani
Liver untuk mengubahnya menjadi Lemak kembali ?
Hormon Insulin akan mengalami kesulitan untuk menekan Glukosa masuk ke Liver dan otomatis
sel-sel di Liver akan menjadi “Resistant” terhadap efek hormon insulin ini. Sementara bila
Fruktosa yang kembali dikonsumsi, maka sirkulasi Triglyceride akan meningkat didarah.
Lingkarannya dari fenomena ini, akan selalu memunculkan kebutuhan akan hormon Insulin yang
lebih banyak, untuk mendorong Glukosa masuk kembali ke Liver dikondisi dimana Liver sudah
mengalami Resistansi akibat Fatty Liver. Fenomena ini disebut “Hepatic Insulin Resistance”.
Fruktosa berbeda dari Glukosa karena Fruktosa adalah karbohidrat yang 100% di metabolisme di
Liver. Dengan perbedaan ini, maka tidak perlu banyak ekses Fruktosa untuk memicu Fatty Liver,
seperti hal nya yang terjadi akibat ekses Glukosa dari asupan makanan.
Ini pentingnya melihat bahaya dari konsumsi berlebihan terhadap Fruktosa, entah itu berasal dari
buah-buahan, maupun dari kandungan HFCS (High Fructose Corn Syrup) di makanan-makanan
olahan.
Ekses Fruktosa + Glukosa = Fatty Liver + Insulin Resistance
Fatty Liver + Insulin Resistance = Hyperglycaemia + Hyperinsulinemia
Hyperglycaemia + Hyperinsulinemia = Glycation + Oxidative Stress
Glycation + Oxidative Stress = Mitochondrial Damage
Sumber Rujukan:
Modul Materi Biokimia Gizi
https://groups.google.com/g/biosel_ipb/c/CYOTWap3Z8s?pli=1
https://www.ketofastosis.com/fruktosa-dan-hepatic-insulin-resistant
http://kekecahyaningtyas.com/2015/04/glut.html

Anda mungkin juga menyukai