PENDAHULUAN
Alkohol (etil alkohol) sudah dikenal orang sejak awal peradaban manusia.
Etanol dengan rumus molekul C2H5OH adalah zat organik beroksigen (oksigenat)
yang termasuk dalam kelompok alkohol dan memiliki banyak kegunaan di dalam
berbagai bidang kegiatan peradaban modern manusia. Aneka penggunaan tersebut
lazim digolongkan ke dalam tiga kelas yaitu, bahan minuman (beralkohol), bahan
bakar (energi), dan penggunaan oleh industri (sebagai pelarut ataupun bahan
mentah pembuatan zat kimia lain). Proses pemisahan alkohol dari bahan-bahan
yang terfermentasi pertama kali diketahui oleh orang Mesir, kemudian keahlian
tersebut diteruskan kepada orang Arab yang dengan tekun mempelajarinya dan
menyempurnakan seni distilasi tersebut sekitar abad ke-7 dan ke-12 Masehi.
Alkohol sintetik mulai diproduksi secara besar-besaran pada pertengahan
abad ke-19, tetapi karena biaya produksinya masih sangat mahal, bahan ini tidak
dapat bersaing dengan alkohol hasil distilasi proses fermentasi. Menjelang perang
dunia ke-2 Amerika Serikat berhasil menemukan cara pengolahan alkohol sintetik
dari etilen.
Bioetanol merupakan salah satu jenis biofuel (bahan bakar cair dari
pengolahan tumbuhan) yang dikenal sebagai energi alternatif yang dapat
diperbarui dan ramah terhadap lingkungan. Indonesia sebagai Negara yang
memiliki beragam kekayaan alam sangat berpotensi dalam memproduksi
Bioetanol. Namun, dalam pengembanganya bioetanol dihasilkan dari biomassa
yang dapat digunakan sebagai bahan pangan, seperti tebu, jagung, ubi kayu, dll.
Hal ini akan berdampak buruk bagi penyediaan pangan dan dapat terjadi
persaingan frontal antara pangan dan energi (Hartoyo, 2010).
Terdapat tiga jenis hasil pertanian yang dapat digunakan sebagai bahan
baku industri etanol adalah gula, pati-patian dan selulosa. Gula (tebu, molasses
dan buah) dapat dikonversi secara langsung menjadi etanol. Pati-patian (biji-bijian
dan umbi-umbian) harus dikonversi terlebih dahulu menjadi gula fermentasi
dengan bantuan enzim. Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak
larut dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan
bahan utama yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa
(sebagai produk fotosintesis) dalam jangka panjang. Pati tersusun dari dua macam
karbohidrat, amilosa dan amilopektin, dalam komposisi yang berbeda-beda.
Amilosa memberikan sifat keras, sedangkan amilopektin menyebabkan sifat
lengket. Amilosa memberikan warna ungu pekat pada tes iodin sedangkan
amilopektin tidak bereaksi. Pati digunakan juga sebagai bahan untuk memekatkan
makanan cair seperti sup dan sebagainya. Dalam industri, pati dipakai sebagai
komponen perekat, campuran kertas, tekstil dan pada industri kosmetika. Selulosa
(kayu, bahan sisa pertanian, limbah sisa industri pulp) juga perlu dikonversi
menjadi gula dengan menggunakan asam-asam mineral (Purwati, 2006).
Indonesia memiliki sekitar 14 industri Etanol dengan total produksi
sebesar 762.000 liter/hari, namun tidak semua produk etanol yang dihasilkan
memenuhi kriteria mixture dengan bahan bakar minyak premium, yaitu bioetanol
unhydrous 99,5%. Berdasarkan hasil penelitian dari BPPT kelayakan bioetanol
sebagai subtitusi premium adalah 10% etanol dicampur dengan 90% gasoline
(Mahendra, 2008).
Dengan demikian, pembangunan pabrik bioetanol akan memberikan
kontribusi dalam penghematan bahan bakar minyak dan mengurangi beban
pemerintah dalam mensubsidi bahan bakar minyak.
Ubi kayu beracun mempunyai komposisi kandungan kimia (per 100 gram)
seperti yang tertera pada Tabel 1.1 berikut ini:
1.2.2 Produk
Etanol adalah cairan tak berwarna yang mudah menguap dengan aroma
yang khas. Etanol (CH3-CH2-OH) juga dikenal sebagai alkohol yang merupakan
suatu senyawa organik mengandung gugus hidoksil (-OH) (Tarigan, 2009). Pada
tabel 1.3 dibawah ini dapat dilihat sifat-sifat fisika dan kimia etanol.
Bila direaksikan dengan asam karboksilat akan membentuk ester dan air
14.
CH3CH2OH + CH3COOH → CH3COOCH2CH3 + H2O
15. Dehidrogenerasi etanol menghasilkan asetaldehid
Mudah terbakar di udara sehingga menghasilkan lidah api (flame) yang
16.
berwarna biru muda dan transparan dan membentuk H2O dan CO2
(Sumber: Perry, 1999).
2009 21,2
2010 22,47
2011 25,5
2012 28,24
2013 29,2
2014 32,46
y = 2.2637x - 4526.9
Untuk tahun (x) 2022 diperoleh kebuttuhan premium sebesar 50,30 juta KL.
Dengan demikian dapat ditentukan kapasitas produksi bioetanol 99,5% guna
mensubstitusi 10% penggunaan premium adalah sebagai berikut:
Konsumsi premium 2022 = 50,30 juta kiloliter/tahun
Kapasitas Produksi
No Nama Pabrik Lokasi Feedstock
(KL/Tahun)
1 BPPT Lampung Cassava 2.000
2 PT. Molindo Raya Malang Molases 40.000
PT. Molindo Raya – PTPN
3 Kediri Molases 40.000
X
PT. Indo Lampung
4 Lampung Molases 20.000
Disillery
5 PT. Medco Etanol Lampung Cassava 60.000
6 PT. RNI – Biochoi Pasuruan Cassava 40.000
7 PT. Etanol Indonesia Banten Cassava 35.000
8 Sampoerna group Ponorogo Cassava 73.486
9 PT. Indo Acidatama Lampung Molases 50.000
PT. Aneka Kimia
10 Molases 5.000
Nusantara
11 PT. Basis Indah Molases 1.600
PT. Bukit Manikam Bukit
12 Molases 51.282
Persada
13 PT. Madu Baru Molases 6.720
14 PTPN XI Molases 6.000
15 PT. Rhodia Manyar Molases 11.000
16 Kanematsu Corporation Cassava 90.909
Total Kapasitas Produksi (KL/Tahun) 532.997
Sumber: Fathony, 2010.
1. Penyediaan Bahan Baku, bahan baku pembuatan bioetanol adalah ubi kayu
beracun. Bahan baku ubi kayu beracun ini diperoleh dari kebun warga daerah
Biha dan dari kebun milik perusahaan sendiri, oleh karena itu, pabrik ini akan
dibangun di daerah Pesisir Selatan yang berada di Provinsi Lampung.
3. Dekat dengan sumber air yaitu Sungai (Way) Biha yang memilki debit air
cukup besar sebagai penunjang utilitas pabrik.
5. Kawasan Lampung dan sekitarnya saat ini sarat dengan lembaga pendidikan
formal sehingga memiliki potensi tenaga ahli maupun non ahli baik dari segi
kualitas maupun kuantitas.