Anda di halaman 1dari 7

VII-1

BAB VII
INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA

Instrumentasi dalam suatu pabrik adalah sebagai pengontrol jalannya


proses sehingga dapat dikendalikan untuk menghasilkan efisiensi yang tinggi dan
mutu yang optimum. Keadaan ini harus diimbangi dengan pemeliharaan dan
keselamatan kerja yang merupakan kondisi yang harus dimiliki sedemikian rupa
sehingga kemungkinan kecelakaan dapat dicegah pada pengoperasian pabrik.
Instrumentasi biasanya dihubungkan dengan alat-alat kontrol, sedangkan
keselamatan kerja dihubungkan dengan peralatan dan karyawan.

7.1 Instrumentasi
Instrumentasi adalah suatu alat yang dipakai di dalam suatu sistem kontrol
untuk mengatur jalannya suatu proses agar hasil yang diperoleh sesuai dengan
yang diharapkan. Sedangkan sistem kontrol adalah proses pengaturan atau
pengendalian terhadap satu atau beberapa besaran (variabel), sehingga berada
pada suatu harga yang telah ditetapkan (Marlin, 1995).

7.1.1 Tujuan Sistem Pengontrolan


Tujuan dari sistem pengontrolan dalam menjalankan operasi pada suatu
pabrik menurut Manurung (2000) adalah sebagai berikut :
1. Keamanan (Safety) Keamanan dalam operasi suatu pabrik kimia merupakan
kebutuhan primer untuk orang-orang yang bekerja di pabrik tersebut dan bagi
kelangsungan perusahaan. Untuk menjaga keamanan tersebut, berbagai kondisi
operasi pabrik seperti tekanan operasi, temperatur, konsentrasi bahan kimia dan
lain-lain harus dijaga tetap dalam batasan-batasan tertentu yang diizinkan.
2. Spesifikasi produk (Production specification) Suatu pabrik harus menghasilkan
produk dalam jumlah dan kualitas tertentu yang diinginkan, dengan demikian
dibutuhkan suatu sistem pengendali untuk menjaga tingkat produksi dan
kualitas produk yang diinginkan.

VII-1
VII-2

a. Peraturan Lingkungan (Environmental regulations)


Terdapat berbagai peraturan lingkungan yang memberikan syarat-syarat
tertentu bagi berbagai buangan pabrik kimia agar tidak mencemari lingkungan
sekitar
b. Kendala-kendala operasi (Operational constraints)
Peralatan-peralatan yang digunakan dalam operasi pabrik kimia
memiliki kendala-kendala operasional tertentu yang harus dipenuhi, sebagai
contoh pada kolom distilasi harus dijaga agar tidak terjadi flooding.
c. Ekonomi (Economics)
Operasi kimia ditujukan untuk memberikan keuntungan yang
maksimum, sehingga pabrik harus dijalankan pada kondisi yang menyebabkan
biaya bahan baku menjadi minimum dan laba yang diperoleh menjadi maksi
mum.

7.1.2 Pengelompokan Sistem Kontrol


Menurut Marlin (1995) secara umum sistem pengontrolan dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
a. Manual dan otomatik
Pengontrolan secara manual adalah pengontrolan yang dilakukan oleh
manusia yang bertindak sebagai operator, sedangkan pengontrolan secara otomatis
adalah pengontrolan yang dilakukan oleh peralatan yang bekerja secara otomatis.
b. Feed-back dan feed-forward
Feed-back control system adalah sistem pengontrolan di mana besaran
keluaran memberikan efek terhadap besaran masukan sehingga besaran yang
dikontrol dapat dibandingkan terhadap harga yang diinginkan melalui alat
pencatatan (indikator atau recorder). Sedangkan feed-forward control system
adalah sistem kontrol dimana keluaran tidak memberi efek terhadap besaran
masukan, sehingga variabel yang dikontrol tidak dapat dibandingkan terhadap
harga yang diinginkan.
VII-3

c. Analog dan digital


Sistem kontrol analog merupakan pengontrol yang tersusun dari piranti
dan rangkaian analog. Dalam sistem kontrol analog, setiap perubahan, baik pada
rujukan maupun pada umpan balik, dapat terindera secara segera, dan langsung
penguat menyesuaikan outputnya (kepada aktuator). Sementara untuk sistem
control digital, pengkontrol menggunakan rangkaian digital yang rangkaian
tersebut merupakan komputer yang berbasis mikroprossesor atau mikrokontroller.
Komputer tersebut melaksanakan program yang berulang berkali-kali (setiap
perulangan disebut iterasi atau scan).
d. Menurut sumber penggerak, yaitu elektris, pneumatis dan mekanis.
Dalam kaitannya dalam bidang control, sistem pneumatic dapat dijumpai
pada berbagai industri contohnya pertambangan, konstruksi, manufacturing, dll.

7.1.3 Elemen-elemen Sistem Kontrol


Setiap sistem kontrol menurut Marlin (1995), terdiri dari unit yang
membentuknya yang disebut elemen sistem yang selanjutnya elemen-elemen ini
terdiri dari komponen-komponen diantaranya :
a. set point;
b. variable controller;
c. manipulated variable;
d. controller;
e. system;
f. feedback element;
g. forward gain.
Sistem pengendalian proses merupakan faktor yang sangat menentukan
dalam menjamin tingkat keberhasilan proses. Dengan unit pengendali yang kuat
maka proses dapat dijalankan pada kondisi optimalnya dengan cara
merejeksi/menolak segala macam gangguan seperti fluktuasi laju aliran umpan,
suhu, aliran pendingin, ataupun gangguan lain yang tidak terprediksi.
Marlin menyebutkan bahwa pengendalian proses memberikan kontribusi
yang penting dalam safety, perlindungan lingkungan (menekan polusi/emisi bahan
VII-4

berbahaya), perlindungan peralatan terutama dari over capacity/over heated,


operasi pabrik yang lancar, menjamin kualitas produk, menjaga operasional pabrik
pada keuntungan maksimumnya, dan berguna dalam monitoring dan diagnosa
proses (Marlin, 1995).

7.1.4 Instrumentasi Alat pada Pabrik Bioetanol


Jenis-jenis instrumentasi yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Temperature controller (TC)
Temperatur controller adalah instrumen pengatur suhu atau pengukur
sinyal dalam bentuk panas menjadi sinyal mekanis atau listrik. Pengaturan
temperatur dilakukan dengan mengatur laju alir pemanas maupun laju alir
pendingin.

b. Level Indicator (LI)


Alat untuk melihat ketinggian larutan di dalam Tangki.

c. Flow controller (FC)


Flow controller adalah instrumensasi untuk mengukur kecepatan aliran
fluida dalam pipa atau unit proses lainnya. Pengukuran aliran fluida dalam pipa
biasanya diatur dengan mengubah output dari alat yang menyebabkan fluida
mengalir dalam sistem pipa.

d. Level controller (LC)


Level controller adalah instrumentasi yang dipakai untuk mengukur
ketinggian permukaan cairan dalam suatu peralatan dengan mengatur laju fluida
masuk atau keluar.

7.2 Teknik Keselamatan Kerja


Keselamatan kerja adalah suatu usaha untuk mencegah terjadinya
kecelakaan, cacat ataupun kematian. Keselamatan kerja dan keamanan pabrik
merupakan faktor yang perlu diperhatikan secara serius. Dalam hubungan ini
bahaya yang ditimbulkan bisa berasal dari mesin, sifat zat dan keadaan tempat
kerja. Apabila keselamatan kerja dan keamanan pabrik tidak mendapat perhatian
VII-5

dan tidak terjamin maka kenyamanan kerja tidak akan pernah terwujud sehingga
akan menyebabkan proses produksi kurang berjalan lancar. Untuk menghadapi
permasalahan ini maka ada dua metode penanggulangan yaitu penanggulangan
secara preventif dan curative.

7.2.1 Penanggulangan Preventif


Penanggulangan ini diarahkan pada penanggulangan sebelum bahaya atau
masalah itu terjadi. Untuk menanggulangi permasalahan ini harus ditinjau terlebih
dahulu bahaya yang mungkin muncul dalam pabrik, bahaya-bahaya tersebut
diantaranya :
a. chemical hazards (bahaya yang ditimbulkan oleh bahan kimia);
b. mechanical hazards (bahaya yang disebabkan oleh mesin);
c. electrical hazards (bahaya yang disebabkan oleh listrik); dan
d. construction hazards (bahaya yang disebabkan oleh konstruksi).

Usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam rangka penyelamatan preventif


antara lain sebagai berikut :
a. Pencegahan terhadap kebakaran dan peledakan, preventifnya berupa :
1) Penyediaan alat deteksi dan sistem alarm yang sensitif terhadap kebakaran
pada daerah rawan api; dan
2) Penyediaan peralatan pemadam kebakaran.

b. Peralatan perlindungan diri


Selama berada dilokasi pabrik disediakan peralatan dan perlengkapan
perlindungan diri bagi karyawan berupa :
1) Pakaian kerja, masker, sarung tangan bagi karyawan yang bekerja
berhubungan dengan bahan kimia, misalnya pekerja di laboratorium;
2) Helm, sepatu safety dan perlindungan mata bagi karyawan yang bekerja
dibagian alat-alat berat; dan
3) Penutup telinga untuk karyawan bagian ketel.
VII-6

c. Keselamatan kerja terhadap listrik


Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk menjaga keselamatan kerja
terhadap listrik, antara lain :
1) Setiap instalasi dan peralatan listrik harus diamankan dengan sekring
pemutus arus listrik otomatis dan dirancangkan secara terpadu dengan tata
letak pabrik untuk menjaga keselamatan kerja dan kemudahan jika harus
dilakukan perbaikan;
2) Memasang papan tanda larangan yang jelas pada daerah sumber tegangan
tinggi;
3) Penempatan dan pemasangan motor-motor listrik tidak boleh menganggu
lalu lintas perkerja;
4) Isolasi kawat hantaran listrik harus disesuaikan dengan keperluan;
5) Setiap peralatan atau bangunan yang menjulang tinggi harus dilengkapi
dengan penangkal petir yang dibumikan;
6) Kabel-kabel listrik yang letaknya berdekatan dengan alat-alat yang bekerja
pada suhu tinggi harus diisolasi secara khusus.

d. Keselamatan kerja terhadap sifat zat, preventifnya berupa :


1) Disediakan alat-alat yang dapat mencegah masuknya atau terhirupnya zat-
zat kimia seperti masker penutup mulut; dan
2) Disediakan tabung oksigen sebagai alat pensuplai oksigen bila keadaan
darurat sewaktu terjadi kebocoran alat proses yang mengeluarkan uap
berbahaya yang dapat mengganggu pernafasan.

Faktor yang penting sebagai usaha mencapai keselamatan kerja adalah


dengan menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran karyawan akan pentingnya
usaha mencapai keselamatan kerja. Usaha-usaha yang dapat dilakukan antara lain:
1) Melakukan pelatihan berkala bagi karyawan;
2) Membuat peraturan tata cara kerja dengan pengawasan yang baik dan memberi
sanksi bagi karyawan yang tidak disiplin; dan
3) Membekali karyawan dengan keterampilan menggunakan peralatan-peralatan
dengan benar dan cara-cara mengatasi keselamatan kerja.
VII-7

7.2.2 Penanggulangan Curative


Pencegahan secara curative dilakukan apabila bahaya sudah terjadi.
Seperti penanganan bahaya kebakaran diatasi dengan penyediaan sarana pemadam
kebakaran, disamping itu bangunan-bangunan yang penting harus dilengkapi
dengan fasilitas jalan yang memadai. Apabila kebakaran terjadi yang dianggap
peka terhadap kebakaran dilengkapi dengan parit-parit yang dialiri air bekas dari
proses yang dianggap tidak menyebabkan polusi. Selain itu pada ruang-ruang
kantor yang menyimpan arsip-arsip harus disediakan racun api (fire stop). Pada
pabrik juga disediakan sarana pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) dan
poliklinik sebagai langkah awal untuk menolong korban sebelum disalurkan ke
rumah sakit. Keselamatan kerja dalam proses produksi dapat ditingkatkan dengan
mengambil langkah-langkah sebagai berikut :
1) Tidak boleh merokok dan minum minuman beralkohol;
2) Setiap ruang gerak harus aman dan tidak licin;
3) Jarak antara mesin-mesin dan peralatan lainnya harus cukup luas;
4) Disediakan fasilitas pengungsian bila terjadi kebakaran (assembly point);
5) Setiap proses yang berbahaya dan sensitif harus diisolasi pelaksanaannya;
6) Tanda-tanda gambar pengaman harus dipasang pada setiap tempat yang
berbahaya.

Anda mungkin juga menyukai