Anda di halaman 1dari 85

JURUSAN TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS ANDALAS

PERENCANAAN
PERKERASAN JALAN RAYA

oleh :
Purnawan, PhD & Titi Kurniati, MT ( Kuliah ke 1 )
Materi kuliah

 Perkerasan jalan raya & perencanaannya


 Material aspal
 Material agregat Purnawan
 Struktur perkerasan jalan raya
 Perencanaan campuran perkerasan jalan

 Perencanaan tebal perkerasan lentur


Titi K
 Perencanaan tebal perkerasan kaku
Pustaka

 ------------, 1983, Asphalt Technology And


Contruction Practices, The Asphalt Institute,
Maryland
 Paper, spesifikasi perkerasan aspal dan
publikasi elektronik
Kontrak perkuliahan
 Penilaian :
Kuis/tugas = 40 %
UTS = 60 %
 Kuis/tugas hanya diterima pada waktu
yang telah ditetapkan untuk mahasiswa
yang hadir kuliah
 Tidak ada UTS susulan, kecuali sakit
berat/keras
 Selama kuliah HP mhs harus dimatikan
Perkerasan Jalan Raya
Pengertian perkerasan jalan raya :
 Adanya peningkatan beban roda kendaraan
 Memperkuat lapis permukaan tanah
 Timbul berbagai jenis perkerasan sesuai dengan
kebutuhan penanganan

Jenis perkerasan jalan raya :


 Perkerasan lentur
 Perkerasan kaku
 Perkerasan komposit
 Perkerasan interblok
Lapis perkerasan lentur :
 Lapis permukaan
 Lapis pondasi atas
 Lapis pondasi bawah
 Tanah dasar

Lapis perkerasan kaku :


 Lapis permukaan
 Lapis pondasi
 Tanah dasar
Lapis perkerasan komposit :
 Lapis permukaan lentur/kaku
 Lapis pondasi kaku/lentur
 Tanah dasar

Lapis perkerasan interblok :


 Lapis permukaan interblok
 Lapis pondasi
 Tanah dasar
Perkerasan Interblok
Fungsi lapisan perkerasan
Fungsi lapis permukaan :
 Struktural
Mendukung & menyebarkan beban
kendaraan (beban vertikan & horisontal)

 Non-Struktural
- Lapis kedap air
- Menyediakan permukaan yang rata
- Membentuk permukaan yang tidak licin
- Sebagai lapis aus
Fungsi lapis pondasi atas :
- Lapis pendukung bagi lapisan permukaan
- Pemikul beban vertikal & horisontal
- Lapis peresapan bagi lapis pondasi bawah

Fungsi lapis pondasi bawah :


- Penyebar beban roda
- Lapis peresapan
- Lapis pencegah masuknya tanah dasar
ke lapis pondasi
Tanah dasar (‘subgrade’) :
- Permukaan tanah dari galian atau
timbunan yang dipadatkan
- Merupakan permukaan dasar untuk
perletakan bagian-bagian perkerasan
lainnya
Distribusi beban kendaraan
Perencanaan perkerasan
Perencanaan perkerasan dikelompokkan menjadi 2
bagian :

 Disain struktur perkerasan (‘structural pavement


design’) adalah tahap penentuan tebal perkerasan
dan bagian-bagiannya.

 Disain campuran utuk pengaspalan (‘paving


mixture design’) adalah tahap penentuan jenis dan
kualitas bahan yan akan digunakan untuk lapis
perkerasan, serta pembuatan campuran untuk lapis
perkerasan.
Aspek yang harus diperhatikan dalam
perencanaan perkerasan

 Beban lalu lintas : meliputi jumlah volume lalu


lintas dan beban gandar kendaraan.

 Umur rencana : merupakan lama waktu perkerasan


jalan berfungsi sejak dibuka sampai saat
memerlukan perbaikkan.

 Kondisi awal dan kondisi akhir perkerasan :


kondisi permukaan pada awal pembukaan jalan
dan kondisi permukaan perkerasan pada saat akhir
umur rencana.
Aspek yang harus diperhatikan dalam
perencanaan perkerasan

Beban yang bekerja pada perkerasan :

 Beban lalu lintas


- beban arah vertikal : beban roda (statis &
dinamis).
- beban arah horisontal : gaya rem & gaya traksi

 Faktor regional
- suhu, jumlah kendaraan berat, kondisi kemiringan
jalan, curah hujan

Umur rencana
umumnya berkisar antara 5 th, 10 th, 15 th dan 20 th.
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS ANDALAS

PERENCANAAN
PERKERASAN JALAN RAYA

oleh :
Purnawan, PhD ( Kuliah ke 2 )
Perkerasan aspal
untuk lalu lintas kendaraan

Konsep dasar :
 Mempunyai tebal yang cukup dan kekuatan
internal untuk menahan beban lalu lintas
 Mencegah penetrasi atau akumulasi internal
dari kelembaban
 Mempunyai permukaan yang halus, tahanan
geser dan tahan dalam pemakaian, perubahan
bentuk dan kerusakan oleh cuaca atau bahan
kimia
Bahan aspal

 Aspal bahan organik (hydrocarbon) yang komplek


yang diperoleh secara langsung atau melaui
proses tertentu

 Aspal dapat berbentuk cair, semi padat dan padat


pada suhu 20 C

 Aspal mempunyai sifat :


- Lengket
- Viscoelastis pada suhu kamar
- Berwarna coklat sampai hitam
Cara memperoleh aspal :
 Aspal alam (native asphalt)
 Aspal buatan (refinery asphalt)

Aspal Keras atau Aspal Panas


Aspal Minyak
(AC, asphalt cement)
(petrolueum asphalt)
Asphaltic Base Crude Oli
Parafin Base Crude Oli Aspal Cair (cut back)
Mixed Base Crude Oli Rapid Curing (AC+benzene)
Medium Curing (AC+kerosene)
Slow Curing (AC+minyak berat)

ASPAL
Aspal Emulsi (AC+air+asam/basa)
Cathionic/Anionic Rapid Setting
Aspal Alam
Cathionic/Anionic Medium Setting
(Native Asphalt)
Cathionic/Anionic Slow Setting
Lake Asphalt (Trinidad Lake)
Rock Asphalt (Perancis,
Swiss, Pulau Buton)
Aspal alam
 Tidak dapat langsung digunakan
 Nilai penetrasi yang rendah, titik lembek
yang tinggi, dan kemampuan mulur atau
kekenyalan yang rendah
 Perlu bahan tambah sebagai modifier atau
peremaja, bahan pelunak, bahan pelarut
 Asbuton diolah menjadi butiran yang lebih
kecil dan dicampur dengan modifier
Pemakaian aspal alam

 Lapis Asbuton Agregat (Lasbutag)


 Lapis Tipis Asbuton Pasir (Latasbusir)
 Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir)/Hot
Rolled Sheet (HRS)
 Lapis Aspal Beton (Laston)
 Hot Rolled Asphalt (HRA).
Proses terjadinya aspal
Proses terjadinya asbuton dan juga aspal alam
lainnya berawal dari adanya minyak bumi yang
kemudian terdestilasi secara alamiah karena
adanya intrusi magma. Bagian-bagian yang
ringan dari minyak bumi telah menguap
sementara residu yang berupa aspal/bitumen ini
terdesak, melalui patahan dan rekahan. Pada
proses asbuton, residu tersebut mengisi
lapisan batuan, masuk ke inti mineral
globigerines limestones yang ada di sekitarnya
membentuk formasi cincin dengan ikatan yang
sangat kuat/stabil.
Aspal buatan
Aspal buatan merupakan residu dari proses
destilasi minyak bumi. Karena destilasinya tidak
secara alamiah, sering disebut sebagai aspal
minyak.

Aspal jenis ini keras pada suhu ruang maka sering


disebut sebagai aspal keras dan untuk
mengolahnya perlu pemanasan terlebih dahulu,
maka sering juga disebut sebagai aspal panas.

Bahan baku minyak bumi yang baik untuk


pembuatan aspal adalah minyak bumi yang banyak
mengandung asphaltene dan hanya sedikit
mengandung parafin.
Bagan alir
pengolahan
minyak bumi :
Nilai Penetrasi

Berdasarkan Nilai Penetrasi 40-50 60-70 85-100 120-150 200-300

min max min max min max min max min max

Penetrasi (25 C, 100 gr, 5 detik) 40 50 60 70 85 100 120 150 200 300

Titik Nyala (Cleveland Open), C 232 - 232 - 232 - 218 - 177 -

Daktilitas (25 C, 5 cm per menit) 100 - 100 - 100 - 100 - 100 -

Kelarutan pada trichloroethele, % 99 - 99 - 99 - 99 - 99 -

Kehilangan berat, % - 0.8 - 0.8 - 1.0 - 1.3 - 1.5

Penetrasi setelah kehilangan berat 58 - 54 - 50 - 46 - 40 -

Daktilitas setelah kehilangan berat - - 50 - 75 - 100 - 100 -

Nilai Viskositas
Berdasarkan Nilai Viskositas
AC-2.5 AC-5 AC-10 AC-20 AC-30 AC-40

Viskositas, 60 C (140 F), poises 250 50 500 100 1000 200 2000 - 400 3000 600 4000 800

Viskositas, 135 C (275 F),Cs, Min 125 175 250 300 350 400

Penetrasi (25 C, 100 gr, 5 detik) 220 140 80 60 50 40

Titik Nyala ( C) 163 177 219 232 232 232

Kelarutan pada trichloroethene, % 99.0 99.0 99.0 99.0 99.0 99.0

Kehilangan Berat, % - 1.0 0.5 0.5 0.5 0.5

Sumber : AASHTO 1990


Unsur bahan aspal

Bahan aspal mengandung :


- Karbon : 82 - 88%
- Hidrogen : 8 - 11%
- Sulfur : 0 - 6%
- Oksigen : 0 - 1.5%
- Nitrogen : 0 - 1%
Komposisi kimia bahan aspal

Bitumen dapat dibagi menjadi 2 jenis ikatan


kimia yang disebut :
1. Asphalthene
2. Maltene
- resin
- aromatik
- saturate
Asphalthene

Jika kadar asphalthene meningkat akan


menyebabkan aspal menjadi semakin keras
dengan penetrasi rendah, titik lembek yang tinggi
serta viskositas yang tinggi.

Asphaltene 5 - 24 % dari komposisi aspal dan


mempengaruhi sifat rheologi aspal.

Asphaltene mempunyai berat molekul antara 1000


- 100.000 sma dengan ukuran partikel 5-30 nm.
Resin

Resin berwarna coklat tua, berbentuk padat atau


semi padat dan dapat larut dalam n-heptane.

Proporsi antara resin dan asphaltene menentukan


sifat aspal sol atau gel. Pada saat aspal bersifat
sol, molekul-molekul asphaltene bergerak bebas
dan pada saat gel molekul-molekul asphaltene
akan mengikat resin yang dipisahkan dari aspal.

Resin mempunyai berat molekul antara 500-


50.000 sma dan besar partikel antara 1-5 nm.
Skema sifat Aspal pada keadaan Sol dan GEL
(Shell Bitumen Handbook 1991)
Aromat

Aromat mempunyai berat molekul yang ringan


dimana 40-65% bagian dari aspal terdiri dari
partikel ini.

Aromat merupakan sebuah rangkaian rantai


karbon non polar dengan sistem cincin yang
dominan. Aromat juga mempunyai
kemampuan larut yang tinggi dalam
hidrokarbon.
Saturat

Berat molekul rata-rata hampir sama dengan


aromat.

Aspal terdiri 5-20% dari partikel ini.


Struktur Hidrokarbon Asphaltene Struktur Hidrokarbon Aromat

Struktur Hidrokarbon Saturate


Sifat teknis aspal

Kekakuan :
Aspal adalah material visko-elastis. Deformasi yang
disebabkan oleh suatu tegangan adalah fungsi dari
temperatur dan waktu pembebanan.

Pada temperatur yang tinggi atau pembebanan yang


lama, aspal akan berperilaku seperti cairan viskos.
Sebaliknya pada temperatur rendah dan pembebanan
yang sebentar aspal berperilaku sebagai zat padat
yang elastis. Pada suhu dan pembebanan
pertengahan, perilakunya menjadi visko-elastis
Pengaruh Temperatur dan Waktu Pembebanan
Terhadap Kekakuan Aspal Pen 100
(Shell Bitumen Handbook 1991)

E= /
Sifat teknis aspal

Kuat tarik :
Sifat tarik aspal, sama seperti modulus kekakuan,
bergantung pada temperatur dan waktu pembebanan.

Putus terjadi pada kondisi tegangan yang tinggi.


Tegangan yang tinggi biasanya terjadi pada
temperatur rendah atau kekakuan tinggi, pada kondisi
ini regangan menjadi minimum saat terjadi putus.
Sebaliknya pada suhu yang lebih tinggi atau kekakuan
rendah, tidak akan terjadi putus pada pembebanan
yang sama, tapi akan terjadi deformasi.
Sifat teknis aspal

Kekakuan fatigue :
Kekakuan aspal dapat berkurang dengan
pembebanan yang berulang (fatigue).

Kekakuan fatigue merupakan fungsi dari modulus


elastisitas.

Kekuatan berkurang selaras dengan bertambahnya


jumlah pembebanan. Efek pengulangan beban
berkurang dan pada angka modulus kekakuan
maksimum (S=E=2,7*109pa) kekakuan fatigue tidak
tergantung pada jumlah pengulangan beban
Kuat Fatigue sebagai fungsi dari Modulus Kekakuan
(Shell Bitumen Handbook 1991)
Sifat teknis aspal

Pengerasan aspal :
Kecenderungan aspal untuk mengeras di
bawah pengaruh udara :
- Oksidasi
- Kehilangan bahan yang mudah
menguap
- Pengerasan fisik
- Pengerasan bahan leleh
Sifat teknis aspal

Kepekaan terhadap suhu :


Aspal menunjukkan sifat termoplastik, artinya
aspal menjadi lebih lunak ketika dipanaskan
dan bertambah keras bila didinginkan.

Contoh persaman akibat pengaruh temperatur


yang ada adalah persamaan Pfeiffer dan Van
Doormaal:
P = nilai penetrasi
T = temperatur ( C)
Log P= AT + K A = kepekaan terhadap temperatur dari logaritma penetrasi
K = konstanta (0,015 – 0,06)
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS ANDALAS

PERENCANAAN
PERKERASAN JALAN RAYA

oleh :
Purnawan, PhD ( Kuliah ke 3 )
Bahan Aggregat

 Agregat merupakan bahan yang keras dan kaku


digunakan sebagai bahan campuran, yang berupa
butiran atau pecahan, yang termasuk di dalamnya
antara lain : pasir, kerikil, agregat pecah, terak
dapur tinggi, abu (debu) agregat

 Agregat merupakan bahan utama yang menahan


beban perkerasan jalan, kualitas perkerasan
sangat dipengaruhi oleh mutu agregat.

 Kadar agregat dalam campuran bahan perkerasan


jalan berkisar 90-95 % dari berat total, atau 75-95 %
dari volume total.
Golongan batuan untuk aggregat

Ada 3 golongan umum batuan yang umumnya


digunakan untuk agregat yaitu :
 Batuan beku (igneous rock), contoh batuan ekstrusif :
pyolite, andesite dan basalt dengan sifat utamanya
berbutir halus, contoh batuan intrusif : granit, diorit
dan gabro dengan sifat utama berbutir kasar, keras
dan kaku.
 Batuan endapan (sedimentary rock), contoh batuan
endapan : batuan kapur, batuan silika (quartsite),
batuan pasir.
 Batuan methamorphik, contoh batuan methamorphik :
lain batuan kapur yang berubah meniadi marmer dan
batuan pasir yang berubah menjadi kwarsa.
Siklus Batuan
Agregat buatan

Kerak dapur, yaitu hasil sampingan


pembakaran biji logam. Agregat ini ringan,
tahan terhadap cuaca. Umumnya digunakan
untuk penutup geladak jembatan, penutup
atap, dan sebagai tulangan pada perkerasan
aspal.

Batu bata/klinker, yaitu hasil pembakaran


tanah liat juga dapat digunakan sebagai
tulangan perkerasan jalan
Sumber agregat
Menurut cara mempersiapkannya antara lain :

a. Pit Bank agregat (pitrun)


Kerikil dan pasir adalah agregat yang umum
dijumpai dan merupakan bahan pit atau bankrun
yang khas. Kerikil merupakan butiran agregat
berukuran > 0,25 inchi, pasir berukuran 0,0029 <
pasir < 0,25 inchi dan ukuran lanau (silt atau fine
sand) dan lempung adalah  < 0.0029 inchi.
Agregat yang tersingkap mengalami erosi
degradasi akibat proses-proses alam secara fisik
ataupun kimiawi.
Sumber agregate
Menurut cara mempersiapkannya antara lain :

b. Agregat sebagai hasil proses tertentu


Agregat sebagai hasil suatu pengolahan tertentu
meliputi kerikil atau agregat lainnya telah dipecah
(crushed) dan disaring. Untuk meningkatkan
mutu agregat baik ukuran butiran, gradasi
butiran maupun bentuk serta susunan
permukaan dari bulat ke bersudut, biasanya
diolah dengan mesin pemecah batu (stone
crusher).
Sumber agregate
Menurut cara mempersiapkannya antara lain :

c. Agregat buatan (Synthetic or Artificial


aggregate)
Merupakan agregat hasil modifikasi (perubahan)
baik fisik maupun kimia. Agregat demikian
merupakan hasil tambahan (by product) pada
proses pemurnian biji-biji, atau khusus
dihasilkan atau akhirnya dipergunakan sebagai
batu pecah.
Sumber agregate
Terak dapur tinggi adalah merupakan agregat
buatan yang merupakan hasil tambahan pada
peleburan besi dari dapur temperatur tinggi,
dimana terak adalah bahan-logam (non methalic)
yang mengapung pada besi cair dan disadap
pada waktu-waktu tertentu, kemudian ukurannya
diperkecil dengan jalan dipadamkan oleh air atau
dipecahkan setelah didinginkan udara.
Sumber agregate
Kerak (terak) merupakan bahan baru sebagai
bahan perkerasan jalan. Keistimewaan bahan ini
adalah mempunyai berat yang ringan dan
mempunyai daya tahan yang luar biasa terhadap
cuaca.
Sumber agregate

Batu bata adalah agregat yang dapat digunakan


sebagai bahan perkerasan jalan, terutama
sebagai bagian pondasi jalan. Jembatan batu
yang baik untuk perkerasan jalan adalah batu
bata proses/tekanan tertentu (biasa disebut
klinker).
Jenis agregat untuk perkerasan

1. Agregat kasar adalah agregat yang tertahan


saringan No. 4 (4.75 mm) menurut AASHTO
No. 8 (2.36 mm) menurut Bina Marga

2. Agregat halus adalah agregat yang lolos


saringan No. 4 (4.75 mm) menurut AASHTO
No. 8 (2.36 mm) menurut Bina Marga

3. Bahan pengisi (filler) adalah agregat yang lolos


saringan No. 200 (0.075 mm)
Spesifikasi umum agregat

Item Nilai
Abrasi, dengan alat Los Angeles Abrasion Machine Maks. 40% – 50%
(AASHTO T 96-77, 1982)

Pelapukan, Soundness Test, (AASTHO T 104-86, 1990) Maks. 12% (sodium sulfat)
Maks. 18% (magnesium
sulfat)

Kelekatan terhadap aspal, (AASHTO T 182-86, 1990) Minimum 95%

Sumber : AASHTO (1990)


Kriteria aggregate kasar

 AASHTO sangat menyarankan menggunakan agregat


dari batu pecah.

 Agregat yang tertahan saringan No. 4 (4,75 mm)


minimal harus memiliki dua bidang pecah. Sedang
untuk terak (slag) minimum dengan BJ 0,96 – 1,12
kg/m3.

 British Standard Institution (BSI) mengeluarkan


spesifikasi agregat kasar, yang sama dengan AASHTO.
Tambahan dari BSI adalah Aggregate Impact Value (AIV)
dan Aggregate Crushing Value (ACV) untuk agregat
kasar harus memiliki nilai AIV dan ACV maksimum 30%.
Kriteria aggregate kasar

 Bina Marga mengeluarkan spesifikasi agregat


kasar yang digunakan sebagai bahan
perkerasan.

 Spesifikasi tersebut berbeda untuk tiap jenis


campuran yang direncanakan.

 Spesifikasi yang dikembangkan oleh Bina Marga


merupakan penyesuaian dari standar AASHTO
dan BSI, sehingga parameter yang digunakan
tidak berbeda. Bentuk pengujian yang telah
dibakukan dibuat dalam SNI (Standar Nasional
Indonesia) dan beberapa masih merupakan SK
SNI.
Kriteria aggregate kasar

 Kriteria utama sebagai syarat agregat kasar adalah


daya tahannya terhadap keausan/abrasi (Los
Angeles Abrasion Test, SNI 03-2417-1991) dan sifat
kelekatannya pada aspal (SNI 03-2439-1991).
Kekuatan agregat terhadap abrasi maksimal 40%
dan kelekatan terhadap aspal minimum 95%.

 Selain itu Bina Marga menetapkan persyaratan lain


yaitu nilai Indeks Kepipihan tidak boleh lebih dari
10%. Seluruh persyaratan agregat ini berlaku
untuk agregat kasar yang digunakan sebagai
bahan konstruksi lapis pondasi dan permukaan.
Spesifikasi agregat kasar Bina Marga untuk lapis
perkerasan Lapen, Laston, dan Lasbutag

LASTON LASTON
Item LAPEN LASBUTAG LASTON
ATAS BAWAH

Abrasi, Los Angeles Abrasion Test; Maks. Maks.


500 putaran (SNI 03-2417-1991) Maks. 40% Maks. 40% Maks. 40%
40% 40%

Indeks Kepipihan (SK SNI M-29- Maks.


1993-03) - - Maks. 25% Maks. 25%
25%

Kelekatan pada Aspal (SNI 03-2439- Min.


1991) Min. 95% Min. 95% Min. 95% Min. 95%
95%

Bagian agregat yang lunak(SNI 03- Maks.


3416-1994) - - Maks. 5% Maks. 5%
5%

Penyerapan Air (SNI 1969-1990-F) - - Maks. 3% Maks. 3% Maks. 3%

Berat Jenis Semu (Apparent) (SNI


1969-1990-F) - - - Min 2,5 Min 2,5

Sumber : Bina Marga (1983)


Persyaratan aggregate halus

 Agregat halus adalah agregat yang lolos saringan


No. 8 minimum sebanyak 80%.

 Agregat jenis secara umum harus terdiri atas butir


batu pecah atau pasir alam dan bersih dari
kotoran, sampah, bersudut dan bebas dari
gumpalan lempung.

 Jika berasal dari agregat buatan biasa disebut


dengan pasir buatan atau pasir terak.
Persyaratan aggregate halus

Persyaratan yang lebih spesifik adalah sebagai berikut :

 Penyerapan Air (SNI 1970-1990 F) ≤ 3%


 Berat Jenis Semu (SNI 1970-1990 F), minimum 2,5
 Harus bersifat nonplastis, menurut pengujian Atterberg
(SNI 1966-90 F)
 Memiliki nilai setara pasir (sand equivalent) minimum
50%
 Ketahanan terhadap pelapukan maksimum 15% berat
dengan sodium sulfat dan maksimum 20% berat
dengan magnesium sulfat
 Bebas dari gumpalan lempung maksimum 0,25%
Persyaratan bahan pengisi (filler)

Bahan pengisi (filler) adalah bagian dari


agregat halus yang minimum 75% lolos
saringan No.200 (=0,075).
Sifat agregat
sebagai bahan perkerasan
 Gradasi Agregat
- gradasi seragam (uniform graded)
- gradasi rapat (dense graded)
- gradasi buruk (poor/y graded)
 Ukuran Minimum & Maksimum Agregat
 Kekerasan Agregat
 Kebersihan Agregat
 Daya Tahan Agregat (beban & cuaca)
 Bentuk butir dan Tekstur Agregat
- kubus, bulat dan pipih
 Daya Serap Agregat
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS ANDALAS

PERENCANAAN
PERKERASAN JALAN RAYA

oleh :
Purnawan, PhD ( Kuliah ke 4 )
Jenis Perkerasan Jalan Aspal di Indonesia

Laston ( Lapisan Aspal Beton) atau AC (Asphalt


Concrete) digunakan untuk jalan-jalan dengan
beban lalu lintas berat. Laston terdiri atas :
- AC-WC (Asphalt Concrete - Wearing Coarse)
- AC-BC (Asphalt Concrete - Binder Coarse)
- AC-base (Asphalt Concrete - Base)

Lataston (Lapis Tipis Aspal Beton).


Lataston dikenal dengan nama :
- HRS (Hot Rolled Sheet ) terdiri atas HRS-WC dan
HRS-Base.
Jenis Perkerasan Jalan Aspal di Indonesia

Latasir (Lapisan Tipis Aspal Pasir) atau HRSS (Hot Rolled Sand Sheet)
digunakan untuk jalan lalu lintas ringan, terdiri atas: HRSS-A dan
HRSS-B.

AC (Asphalt Concrete), digunakan untuk jalan-jalan dengan beban lalu


lintas berat.

AC-WC (Asphalt Concrete Wearing Course), digunakan untuk jalan-


jalan dengan beban lalu lintas menengah dan berat.

SMA (Split Mastic Asphalt), digunakan untuk jalan-jalan dengan beban


lalu lintas berat.

HSMA (High Stiffness Modulus Asphalt), digunakan untuk jalan beban


lalu lintas berat dan mempergunakan aspal penetrasi rendah 30/45.

Lapisan perata adalah beton aspal yang digunakan sebagai lapisan


perata dan pembentuk penampang melintang pada permukaan jalan
lama.
Lapis perkerasan lentur :
 Lapis permukaan
 Lapis pondasi atas
 Lapis pondasi bawah
 Tanah dasar

Lapis perkerasan kaku :


 Lapis permukaan
 Lapis pondasi
 Tanah dasar
Tanah Dasar (‘Subgrade’)

Tanah dasar merupakan permukaan tanah yang telah


dipadatkan dan merupakan dasar untuk perletakan
bagian-bagian perkerasan.

Tanah dasar dapat dibentuk dari :


- Permukaan tanah asli atau galian
- Permukaan tanah hasil timbunan

Jika tanah dasar jelek maka perlu perbaikan tanah :


- Jenis tanah
- Pemadatan (kadar air, jenis tanah, mesin pemadat)
- Ukuran daya dukung (CBR, k-value, R-value)
Tanah Dasar (‘Subgrade’)

Teknik perbaikan tanah dasar :


- Perbaikan secara fisik (pemadatan, pembebanan)
- Perbaikan secara kimia (dengan bahan tambah)
- Perbaikan secara stabilisasi (dengan semen, kapur)
- Perkuatan tanah (geotextile, cerucuk dll)
Lapis pondasi bawah (‘Subbase Course’)

Lapis pondasi bawah berfungsi untuk


mendukung lalu lintas dan mendukung
lapisan diatasnya serta menyebarkan beban
lalu lintas tersebut ke lapisan dibawahnya.

Untuk itu lapis pondasi bawah harus


mempunyai struktur yang lebih seragam
dari lapis tanah dasar yang tahan terhadap
beban berulang dan pengaruh air.
Lapis pondasi bawah (‘Subbase Course’)

Bahan lapis pondasi bawah terdiri dari :


1. Crushed stone
2. Soil aggregate material
3. Crusher run (crushed pitrun)
4. Crushed stone dust
5. Natural sand
6. Tanah pilihan (tanah timbunan)

Mutu dan gradasi bahan mempunyai pengaruh


yang besar terhadap masa pelayanan
perkerasan.
Lapis pondasi bawah (‘Subbase Course’)

Persyaratan bahan :
1. Keausan agregat kasar maksimum 40%
2. Bahan yang mudah hancur maksimum 5%
3. Toleransi gradasi sebagai berikut :
Saringan : Grading A Grading B
2” 100 100
1” - 75 - 100
3/8” 30 - 63 40 - 75
No.4 25 - 55 30 - 60
No.10 15 - 40 20 - 45
No.40 8 - 20 15 - 30
No.200 2-8 5 - 20
4. Bahan lolos sar No.200 < 2/3 bahan yg lolos sar No.40
5. Bahan lolos sar No.40 : - LL <= 35%, PI <= 10% utk Flek Pav
- LL <= 25%, PI <= 6% utk Rigid Pav
Lapis pondasi atas (‘Base Course’)

Lapis pondasi atas berfungsi untuk


mendukung lalu lintas dan mendukung
lapisan diatasnya serta menyebarkan beban
lalu lintas tersebut ke lapisan dibawahnya.

Berdasarkan agregat lapis pondasi atas


dapat dibagi menjadi :
1. Continous grading (soil aggregate)
2. Segresi grading (macadam base)
Lapis pondasi atas (‘Base Course’)

Persyaratan bahan :
1. Keausan agregat kasar maksimum 40%
2. Kadar lempung maksimal 5%
3. Bahan lolos sar No.40 : - LL <= 25%, PI <= 6%
- bila PI > 6% lakukan stabiisasi
Lapis pondasi atas (‘Base Course’)

Macadam Base Course :


Merupakan lapisan konstrusi perkerasan yang
menggunakan agregat pecah/kerikil pecah, yang
kepadatannya diperoleh dari pemadatan dan
ikatan antara butiran agregat pengunci/penutup.

Konstruksi Macadam dapat digolongkan ke dalam


seresi method, dimana agregat kasar, agregat
pengunci dan penutup gradasinya dibuat secara
terpisah satu sama lainnya
Lapis pondasi atas (‘Base Course’)

Persyaratan bahan Macadam Base Course :


1. Keausan agregat kasar maksimum 40%
2. Agregat kasar, pengunci dan penutup harus
mempunyai gradasi sesuai dengan persyaratan
3. Mutu agregat pengunci dan penutup minimal
sama dengan agregat kasar yang digunakan,
harus bersih dari kotoran.
Lapis pondasi atas (‘Base Course’)

Persyaratan bahan gradasi agregat Macadam :

1. Toleransi gradasi agregat kasar sebagai berikut :


Saringan : Grading A Grading B
4” 100 -
3.5” 90 - 100 -
3” - 100
2.5” 25 - 60 90 - 100
2” - 35 - 70
1.5” 0 - 15 0 - 15
1” - -
3/4” 0 - 5 0-5
Lapis pondasi atas (‘Base Course’)

Persyaratan bahan gradasi agregat Macadam :

1. Toleransi gradasi agregat pengunci sebagai berikut :


Saringan : Grading A Grading B
1” 100 -
3/4” 90 - 100 -
1/2” 0 - 15 100
3/8” 0-5 90 - 100
No.4 - 35 - 70
No.8 - 0 - 15
No.16 - -
No.50 - 0-5
Lapis pondasi atas (‘Base Course’)

Persyaratan bahan gradasi agregat Macadam :

1. Toleransi gradasi agregat penutup sebagai berikut :


Saringan : Persen lolos
3/8” 100
No.4 85 - 100
No.100 10 - 30
Lapis pondasi atas (‘Base Course’)

Lapis Makadam basah :

- Agregat batu pecah


- Bahan pengikat tanah liat
- Diberi lapisan pasir 2.5 – 8 cm jika tdk ada lapis pondasi bawah
- Diberi air pada saat pemadatan

Lapis Makadam kering :

- Agregat batu pecah


- Bahan pengikat tanah liat
- Diberi lapisan pasir 2.5 – 8 cm jika tdk ada lapis pondasi bawah
- Tidaj diberi air pada saat pemadatan
Lapis penetrasi Makadam

- Sebagai lapis permukaan pada jalan dg lalu lintas ringan


- Sebagai lapis pondasi atas pada jalan dg lalu lintas berat
- Umumnya digunakan batu pecah gradasi terbuka (ukuran
tunggal), dapat juga menggunakan gradasi rapat.
- Pelaksanaan :
Batu pecah ukuran 5 – 10 cm ditebarkan diikuti taburan
batu pengunci dg ukuran seragam dipadatkan, kemudian
aspal cair disemprotkan diikuti dg taburan batu pengunci
dan dipadatkan lagi. Pekerjaan ini dilakukan 2-3 kali
kemudian diikuti dg penaburan agregat dg ukuran seragam
(chipping) sambil digilas.

Anda mungkin juga menyukai