Anda di halaman 1dari 23

Skenario PBL 1

Pasien laki-laki berusia tiga puluh tahun mendatangi RSGMP UMY mengeluh giginya sakit jika
minum es krim. Ia merasakan sakit saat menggosok gigi dan pada malam hari. Pemeriksaan
obyektif menemukan karies pada 11, 21 dan abrasi pada 43, 44. Dokter gigi menyarankan untuk
tidak menekan saat menggosok gigi terutama gigi anterior rahang atas dan rahang bawah.

Pemeriksaan obyektif menunjukkan:


11 dan 21: rongga pada cervikal dengan kedalaman dentin
Sondation: + (sedikit nyeri sekitar 1 detik)
Perkusi: -
Palpasi: -
Tes vitalitas (tes termal): + (nyeri ringan sekitar 4 detik)
Pemeriksaan obyektif menunjukkan:
43 dan 44: abrasi serviks dengan kedalaman dentin
Sondation: + (sedikit nyeri sekitar 1 detik)
Perkusi: -
Palpasi: -
Tes vitalitas (tes termal): + (nyeri ringan sekitar 4 detik)
KLARIFIKASI ISTILAH
- Abrasi serviks: Istilah abrasi berasal dari kata kerja latin abrasum yaitu
menggambarkan patologi gigi yang terdiri dari keausan jaringan keras gigi, melalui
proses gesekan mekanik gesekan dan kontak berulang-ulang dengan gigi lainnya.

RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan pasien?
11 & 21: kavitas di servikal dengan kedalaman dentin (kavitas kelas 5)
- Sondasi: +  kavitas dentin telah terekspos dimana dentin terdapat tubulus dentinalis
sehingga pasien merasakan ngilu yang tajam saat sondasi
- Perkusi: - Tidak ada peradangan pada ligament periodontal
- Palpasi: -  Tidak ada pembengkakan
- Thermal test: +  masih vital
43&44: Terdapat abrasi servikal dengan kedalaman dentin
- Sondasi: + Pasien merasa ngilu tajam saat sondasi (rangsangan taktil)
- Perkusi: -  tdk ada peradangan
- Palpasi: -  tdk ada pembengkakan
- Thermal: +  masih vital

2. Macam-macam klasifikasi karies


 Menurut ICDAS:
0: gigi sehat
1: perubahan awal pada email, terlihat lesi putih saat dikeringkan
2: perubahan pada email tampak jelas, tampak lesi putih walau gigi dalam keadaan basah
3: karies email, tanpa keterlibatan dentin (karies superfisial)
4: terdapat bayangan pd dentin, tp belum ada kavitas pd dentin
5: kavitas tampak jelas dengan kedalaman dentin
6: karies media sudah meluas melibatkan pulpa
 ICDAS II:
Terdapat dua kategori
a. Karies mahkota
Karies mahkota diidentifikasi dengan 2 digit kode:
o Digit pertama mengidentifikasi perawatan yang pernah dilakukan terhadap
gigi tersebut. Dinilai dengan kode 0-9
o Digit kedua mengidentifikasi perluasan lesi. Dinilai dengan kode 0-6
b. Karies akar

 Menurut GV Black:
Kelas I: Pit fissure, bagian oklusal pada gigi posterior, dan bagian foramen caecum pada
gigi anterior
Kelas II: Proksimal gigi posterior
Kelas III: Proksimal gigi anterior dan blm mencapai incisal edge
Kelas IV: Proksimal gigi anterior dan sdh mencapai incisal edge
Kelas V: Pada bagian 1/3 servikal permukaan bukal/labial (facial), lingual gigi anterior
dan posterior
Kelas VI: Pada ujung cups atau incisal edge

 Menurut Mount & Hume:


Berdasarkan lokasi:
a. Site 1: karies terletak pada pit dan fissure.
b. Site 2: karies terletak di area kontak gigi (proksimal), baik anterior maupun
posterior.
c. Site 3: karies terletak di daerah servikal, termasuk enamel/permukaan akar yang
terbuka.
Berdasarkan size (ukuran).
a. Size 0: lesi dini.
b. Size 1: kavitas minimal, belum melibatkan dentin.
c. Size 2: Adanya keterlibatan dentin.
d. Size 3: kavitas yang berukuran lebih besar
e. Size 4: sudah terjadi kehilangan sebagian besar struktur gigi
 Berdasarkan struktur jaringan yg terkena
1. Karies superficialis: baru mengenai enamel, blm mengenai dentin
2. Karies media: sudah mengenai dentin, namun blm melebihi setengah dentin, biasanya
terasa sakit apabila terkena rangsangan dingin, asam, dan manis
3. Karies profunda: mengenai lebih dari setengah dentin, dan kadang sdh mengenai pulpa,
terasa sakit saat makan dan sakit secara tiba-tiba, apabila tdk dirawat gigi akan mati dan
memerlukan perawatan yg lbh kompleks. Dibagi menjadi 3 stadium: Stadium 1: karies
telah melewati setengah dentin, radang pulpa blm dijumpai
Stadium 2: masih dijumpai lapisan tipis yg membatasi karies dgn pulpa, biasanya telah
terjadi radang pulpa
Stadium 3: pulpa telah terbuka, telah terjadi peradangan pulpa
 Berdasarkan waktu terjadinya:
1. Karies primer: tjd pada lokasi yg blm pernah tjd karies sebelumnya
2. Karies sekunder: tjd pada lokasi yg pernah memiliki riwayat karies
 Lesi karies menurut kavitas dan non kavitas (Pitts & Fyffe, 1988):
o D1 = lesi pada email, tidak berlubang
o D2 = lesi pada email, berlubang
o D3 = lesi pada dentin, berlubang
o D4 = lesi pada dentin, lubang mencapai pulpa
 Berdasarkan progresivitas
a. Karies akut: berkembang dan memburuk dgn cepat
b. Karies kronis: berjalan lambat, menunjukan warna kecoklatan sampai hitam
c. Karies terhenti: lesi tdk berkembang lagi, disebabkan oleh perkembangan
lingkungan
 Berdasarkan lokasi
a. Pada permukaan licin atau rata: karies pd permukaan ini bs dicegah dgn menggosok
gigi
b. Pada pit dan fisur: karies gigi posterior yaitu pd permukaan oklusal dan bukal
c. Akar gigi: berawal sbg jaringan yg menyerupai tulang yg membungkus permukaan
akar
 Berdasarkan lokasi:
- Simple caries (satu permukaan)
- Compound caries (Dua permukaan gigi)
- Complete caries (3 atau lebih permukaan gigi)
3. Apa definisi abrasi?
- Kehilangan patologis struktur gigi yg disebabkan oleh penggunaan mekanis yg
abnormal dan berulang. Contoh: teknik menggosok gigi yang kurang tepat,
penggunaan bulu sikat yang kasar, frekuensi, durasi, bahan pasta gigi yang abrasive.
- Keausan abnormal dari gigi geligi akibat gaya friksi atau gesekan langsung antara
gigi dgn objek eksternal spt tekanan penyikatan gigi dr arah horizontal ygg terlalu
kuat disepanjang servikal gigi.
- Kondisi dimana gigi terkikis scr mekanis shg enamel terkikis, bahkan apabila sampai
mengenai dentin, dpt menyebabkan gigi mjd sensitive
- Kondisi abnormal pada lapisan gigi yaitu, email yg hilang dan terkikis atau terkadang
hingga lapisan yang lbh dari email atau dentin.
- Abrasi adalah kerusakan yang dapat mengikis lapisan luar gigi, terkadang juga
memengaruhi bagian-bagian yang lebih dalam dari gigi (Tarigan, 2014).
- Abrasi merupakan hilangnya struktur gigi akibat dari keausan mekanis yang abnormal
secara klinis dapat dilihat membentuk irisan atau parit berbentuk “V” pada daerah
servikal gigi (Kalangie dkk, 2016).
- Abrasi gigi merupakan hilangnya substansi gigi melalui proses mekanis yang
abnormal (Ghom dan Mhaske, 2008 dalam Kalangie dkk, 2016).
- Klasifikasi Abrasi:
Menurut kedalaman dan keparahan:
a. Ringantdk diketahui oleh penderita krn blm menimbulkan keluhan dan kelainan
yg tdk begitu jelas, atau hanya kehilangan lapisan tipis dari enamel
b. Sedangjarang menimbulkan keluhan krn bersifat kronis, iritasi pd tubulus
dentin menyebabkan terbentuknya dentin sekunder
c. Berat/Parahjika tdk segera dirawat akan tjd perforasi kamar pulpa dan gigi
mudah patah pada bagian serviksnya
- Indeks keausan gigi:
Abrasi gigi dinilai menggunakan sebagian dari indeks keausan gigi Smith dan Knight.
o skor 0 ( tidak ada perubahan kontur/enamel)
o skor 1 (minimal kehilangan kontur/enamel)
o skor 2 (cacat ˂1 mm/ dentin hanya terlihat/ dentin terkena)
o skor 3 ( cacat sedalam 1-2 mm/ paparan dentin lebih besar dari 1/3
permukaan)
o skor 4 ( cacat ˃2 mm / pajanan pulpa, dan atau pajanan dentin sekunder)
4. Bagaimana cara menyikat gigi yang benar?
- Teknik sikat gigi:
1. Horizontal
o cara yang paling umum digunakan
o permukaan gigi disikat dgn gerakan kanan-kiri, permukaan bukal dan lingual
bukal disikat dgn gerakan depan-belakang.
o merupakan cara yang sesuai dengan bentuk anatomis permukaan oklusal.
o Metode ini lebih dapat masuk ke sulkus interdental dibanding dengan metode
lain
2. Vertikal
o utk menyikat gigi anterior kedua rahang tertutup lalu disikat dgn gerakan atas-
bawah, utk permukaan gigi belakang dilakukan dgn mulut terbuka
o metode yang sederhana dan dapat membersihkan plak tp tdk dpt menjangkau
semua permukaan gigi
3. Roll
o ujung bulu sikat diletakkan dengan posisi mengarah ke akar gigi sehingga
sebagian bulu sikat menekan gusi, kemudian digerakan perlahan shg kepala sikat
bergerak membentuk lengkungan melallui permukaan gigi
o sikat harus digunakan seperti sapu, bukan seperti sikat untuk menggosok
o Metode roll mengutamakan gerakan memutar pada permukaan interproksimal
tetapi bagian sulkus tidak terbersihkan secara sempurna
o Dapat membersihkan plak dengan baik dan dapat menjaga kesehatan gusi dengan
baik
o dapat diterapkan pada anak umur 6-12 tahun
4. Charter:
o bulu sikat diarahkan 45 ke arah oklusal, gerakan dgn menyikat dlm arah vertical
dari oklusal ke gingiva
5. Scrub
o gerakan arah horizontal
6. Bass
o bulu sikat dpt membersihkan sulkus gingiva, gerakan vertical dari gingiva ke
oklusal
7. Fones
o gigi beroklusi, sikat digerakan berputar
8. Stillman
o mampu memberi stimulasi pada gusi dgn gerakan vibrasi atau memijat
o Caranya mirip dgn bass, perbedaannya pd lokasi bulu sikat, yaitu hanya sebagian
bulu sikat yg terdapt pd sulkus dan sebagian lain trdpt di gusi shg memberikan
efek pijatan pada gusi
9. Kombinasi
o Menggabungkan teknik horizontal, vertical, sirkuler, dan menyikat lidah dari
pangkal ke ujung lidah
10. Fisiologi
o menggunakan bulu lunak, tangkai dipegang horizontal, dan bulu sikat tegak
lurus dgn permukaan gigi dan digerakan spt fisiologi jalannya makanan yaitu
gerakan dari mahkota ke arah gusi
- Durasi menyikat gigi (ADA): 2-4 menit 2X sehari
- Ukuran kepala sikat (anin): American Dental Association menganjurkan ukuran
maksimal kepala sikat gigi orang dewasa 29 x 10 mm, anak-anak 20 x 7 mm dan balita
18 x 7 mm
- Penggunaan sikat gigi maksimal 3 bulan, setelah itu harus diganti
- Memperhatikan kekakuan bulu sikat lembut, medium, keras

5. Apa diagnosis untuk kasus tersebut?


11&21: karies dentin, karies kelas 5 menurut GV Black
43&44: abrasi servikal
Hipersensitivitas dentin

6. Apa etiologi dari kasus tersebut?


a. Resesi gingiva: mengakibatkan kavitas pd servikal gigi, shg banyak makanan yg
tertinggal
b. Usia: semakin tua, gingiva akan semakin merenggang
Abrasi disebabkan oleh tekanan sikat gigi yang telalu kuat, menggigit pensil, tusuk gigi yg
berlebihan, gigi tiruan lepasan yg menggunakan cengkram
Etiologi abrasi
Beberapa penyebabnya adalah:
a. Abrasi gigi yang disebabkan oleh penyikatan gigi dengan arah horizontal yang diikuti
tekanan yang berlebihan dengan menggunakan pasta gigi yang abrasif
b. Kebiasaan buruk seperti menggigit pensil menyebabkan ausnya tepi insisal
c. Kebiasaan menggunakan tusuk gigi yang berlebihan diantara gigi.
Pemakaian tusuk gigi yang berlebihan: bentuk yang tidak sesuai dari tusuk gigi terhadap
anatomis gigi dan gusi akan menyebabkan luka dan pendarahan bagi gusi
d. Penggunaan gigi tiruan lepasan yang menggunakan cengkeram.
Pemakaian GTL dengan cengkram: cengkraman atau kawat pada gigi tiruan yang terlalu
menekan gigi akan menimbulkan gesekan yang terus menerus pada saat mengunyah
makanan sehingga menyebabkan trauma langsung dan menjadikan gigi terkikis lalu
menimbulkan abrasi
- abrasi disebabkan krn asam dr makanan, GERD, bruxism
- Penyebab utama: karies. Krn karies meyebabkan demineralisasi yg nantinya akan
mengakibatkan adanya struktur gigi yg hilang dan menyebabkan rasa ngilu pada gigi

7. Bagaimana gambaran klinis dari scenario tersebut?


Abrasi
- sering ditemukan pada gigi premolar dan kaninus
- terlihat pada sepertiga bagian serviks gigi atau akar gigi dari aspek fasial gigi
- dapat dibedakan menjadi dua bentuk kerusakan yaitu
o berbentuk parit (ditch) atau irisan (wedge)
o berbentuk V

8. Mengapa pasien mengeluhkan sakit saat memakan es krim dan gosok gigi di malam
hari?
- Kondisi tsb krn pasien mengalami hipersensitivitas dentin, kondisi tsb digambarkan
sbg rasa sakit yg berlangsung pendek dan tajam yg tjd scr tiba-tiba akibat adanya
rangsangan thd dentin yg terbuka.
- Sakit saat gosok gigi disebabkan oleh kesalahan pada teknik menggosok gigi
o Kesalahan teknik menyikat gigi  resesi gingiva  abrasi servikal 
hipersensitivitas dentin  nyeri
- karena pasien mengeluhkan adanya rasa sakit saat menyikat gigi jua, itu dapat
diartikan bahwa gigi pasien merupakan gigi yg sensitif. jd apabila terkena bag. gigi
yg sensitif akan timbul rasa nyeri yg tajam
9. Mekanisme nyeri (hipersensitivitas dentin)
a. Teori hidrodinamik
Kehilangan email atau sementum tubulus dentinalis terbuka Ada rangsangan
(semburan udara dari spuit udara / air, menggores dentin dengan ujung explorer,
pendinginan, pengeburan, atau adanya larutan hipertonik spt permen) pergerakan
cairan di dalam tubulus mengaktifkan saraf Aδ (A-delta) stimulus diteruskan ke otak
dan dipersepsikan sebagai nyeri/ngilu.
- Rangsangan dpt berupa perubahan temperature (cth: makan es krim), tekanan udara
(cth: semburan udara dari spuit udara/ air, tekanan osmotik, kimiawi (asam), adanya
larutan hipertonik spt permen, atau mekanik (menyikat gigi dgn kasar)
- Saraf A:
o menginervasi dentin
o dikelompokkan menurut diameter dan kecepatan konduksi menjadi serat
Aβ dan Aδ.
o Serat Aδ memediasi nyeri akut dan tajam dan teraktivasi oleh kejadian
hidromekanis di tubulus dentin
- Saraf C
o menginervasi tubuh pulpa
o Serabut C memediasi nyeri yang tumpul, dan rasa sakit dapat menyebar ke
seluruh wajah dan rahang
o hanya diaktifkan oleh rangsangan yang mencapai pulpa
o dapat diaktifkan dengan pemanasan atau pendinginan yang intens pada
mahkota gigi
 Mekanisme nyeri akibat rangsangan dingin:
Rangsangan dinginkontraksi tubulus dentinalisaspirasi sel-sel odontoblas dan
aktivasi sarafnyeri
Rangsangan dingin merupakan rangsangan yang paling sering menyebabkan
hipersensitifitas dentin. dimana rangsangan dingin menyebabkan gerakan cairan ke luar
dan menghasilkan respon saraf lebih cepat dan besar bila dibandingkan dg rangsangan
panas yang menyebabkan gerakan cairan ke arah dlm. oleh karena itu, perubahan tekanan
sepanjang dentin akan mengubah reseptor nyeri pd daerah pulpodentinal.

b. Teori transducer
- Odontoblas turut berperan dalam mekanisme nyeri dan bertindak sbg reseptor sel.
 Menurut Bushari et al, mekanisme hipersensitif dentin dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Lokalisasi dari lesi karna exposure dentin akibat kehilangan enamel atau resensi gingiva
2) fase lesi inisial karna terbukanya tubular dentin.
Dr penelitian menjelaskan bahwa kebanyakan pasta gigi mengandung material adhesive
atau detergen yg dapat menyebabkan terbukanya tubular dentin. Nyeri yg dirasakan dpt tjd
karena fluid movement di tubular dentin akibat lesi karna terbukanya enamel atau sementum
terutama di daerah servical pada gigi. Fluid movement di tubular dentin yg disebabkan
stimulasi dari perubhan tekanan pada dentin dan aktivasi myelinated A delta fibers sekitar
odontoblas atau syaraf di tubular dentin yg dpt mengenali rasa nyeri.
Stimulus yg menyebabkan fluid movement di tubular dentin dapat dikarenakan
perubahan temprature, tekanan udara, tekanan osmotic, kimiawi (asam),atau mekanik
(menyikat gigi dgn kasar). stimulasi dingin paling sering menyebabkan hypersensitif dentin,
rasa nyeri pada setiap org berbeda-beda.
 Tiga mekanisme utama sensitivitas dentin yaitu Direct Innervation (DI) Theory, Odontoblast
Receptor (OR) Theory, dan Fluid Movement/Hydrodynamic Theory.
1. Mengenai teori pertama; DI, itu telah dilaporkan bahwa ujung saraf memasuki dentin
melalui pulpa dan meluas ke DEJ dan rangsangan mekanis secara langsung menyebarkan
rasa sakit. Namun, hanya ada sedikit bukti buktikan teori ini; pertama karena hanya ada
sedikit bukti yang dapat mendukung keberadaan syaraf di permukaan dentin; dimana
dentin memiliki sensitivitas paling tinggi; dan kedua karena pleksus Rashkov tidak
menjadi matang sampai erupsi gigi sempurna. Namun, gigi yang baru tumbuh juga bisa
sensitif.
2. Dalam teori OR, odontoblas bertindak sebagai reseptor nyeri dan mengirimkan sinyal ke
saraf pulpa. Tapi ini teori juga telah ditolak sejak matriks seluler odontoblas tidak mampu
menggairahkan dan menghasilkan impuls saraf. Selain itu, belum ada sinopsisnya
ditemukan di antara odontoblas dan saraf pulpa.
3. Teori Hidrodinamik untuk dentin sensitif adalah pertama kali diusulkan oleh Brannstorm.
Teori ini adalah teori yang paling diterima secara luas untuk DH. Teorinya diusulkan
berdasarkan pergerakan cairan di dalam tubulus dentinalis. Teori menyatakan bahwa
tubulus terbuka di antara permukaan dentin yang terbuka lingkungan dan pulpa. Diyakini
bahwa DH dibuat sebagai hasil dari pergerakan cairan di dalam tubulus dentin, yang
selanjutnya disebabkan oleh perubahan termal dan fisik, atau sebagai hasil pembentukan
rangsangan osmotik di dekat dentin yang terbuka. Pergerakan cairan menstimulasi
baroreseptor dan menyebabkan pelepasan saraf. Prosesnya adalah disebut teori nyeri
hidrodinamik. Proses ini mirip dengan mengaktifkan serat saraf di sekitar rambut dengan
menyentuh atau menekan rambut. Pergerakan cairan bisa menuju bagian dalam pulpa
atau bagian luar dentin. Pendinginan, pengeringan, penguapan, dan rangsangan kimiawi
hipertonik menyebabkan cairan dentinal mengalir jauh dari kompleks dentin-pulpa dan
menyebabkan peningkatan nyeri.

 Ketika tjd kehilangan email atau sementum maka tubulus dentinalis terbuka ke rongga mulut,
adanya rangsang tertentu menyebabkan pergerakan cairan di dalam tubulus scr tdk langsung
akan merangsang akhiran saraf di dalam pulpa yg akan diteruskan ke otak dan diperspsi sbg
ngilu, nyeri, atau sakit

 Hidrodinamik: DH dimulai dr dentin yg terpapar melalui rangsangan, cairan tubulus bergerak


menuju resptor saraf perifer pd pulpa yg kemudian melakukan pengiriman rangsangan ke
otak, yg akhirnya timbul persepsi rasa sakit
 Cara mendiagnosis DH: menggunakan aliran udara (exploratory probe) pd dentin yg terpapar
dgn gerakan dr arah mesial ke distal, serta memeriksa seluruh gigi pada area dimana pasien
mengeluhkan rasa sakit

10. Mekanisme karies


(khulia)
- Faktor karies: host, mikroorganisme, substrat, waktu
- Mekanisme terjadinya karies dimulai dengan adanya substrat dan mikroorganime
(Streptococcus mutans yang merupakan flora normal rongga mulut berubah menjadi
patogen oportunistik). Mikroorganisme ini terakumulasi di permukaan gigi dalam
bentuk plak dan akan mengubah substrat menjadi asam melalui proses fermentasi.
Asam hasil proses fermentasi tersebut dapat mengakibatkan demineralisasi, yaitu
larutnya jaringan keras gigi. Apabila proses demineralisasi ini berlangsung terlalu
lama, maka sejumlah mineral pembentuk jaringan keras gigi akan hilang dan
membentuk lubang pada permukaan gigi.
(rafa)
Oral hygine buruk sisa makanan menempel pd email menumpuk jd plak sbg media
pertumbuhan bakteri membentuk asam laktat merusak permukaan email
(demineralisasi) gigi keropos dan rapuh karies

(difa)
Bakteri S. mutans menempel pada glikoprotein pelikel -> S. mutans menghasilkan enzim
GTf (Glukosil transferase) yg meningkatkan kolonisasi bakteri -> terjadi penumpukan plak
pada permukaan gigi -> fermentasi karbohidrat dan sukrosa -> terjadi metabolism oleh
bakteri S. mutans -> terbentuk asam laktat -> pH rongga mulut rendah -> ion H+ melarutkan
kristal apatit (Hydroxyapatite) dan calcium phosphate -> Demineralissi _ white spot lesion ->
Karies gigi

11. Perawatan apa yg dapat dilakukan pada pasien?


a. (ian) tumpatan dengan GIC atau GIC modifikasi resin. pada kasus abrasi dan
karies pada servikal (kelas V) dapat dilakukan penumpatan / penambalan dengan
GIC atau GIC modifikasi resin karena keduanya terikat pada dentin dan
mengandung fluoride atau melepas fluoride
b. (hana) tumpatan pada karies yang ditemukan pada email dan dentin, ekstraksi pd
gigi yang berlubang dgn kerusakan parah shg tdk dpt direstorasi, pulp capping
dgn memberikan kalsium hidroksida utk mempertebal lapisan dentin, endodontik
utk mengatasi dan mengobati karies yg mengalami infeksi
c. Aplikasi dentin adhesive dan sealent utk menutup tubulus dentin yg terbuka dan
memberikan perlindungan perngganti dari jaringan keras di atasnya yg hilang.
Dentine adhesive mengangung ion fluoride dan agen anti mikroba utk mengurangi
pembentukan plak pada gigi
d. (firly) Smart dentine replacementresin komposit flowable utk menggantikan
dentin, sbg basis restorasi kelas 1 dan 2. Dpt diaplikasikan pd kavitas dgn
kedalam 4 mm
e. (hana) KIE yaitu mengedukasi pasien agar menyikat gigi dgn tekanan yg tdk
terlalu keras dgn teknik yg benar dan memilih sikat gigi dgn bulu sikat yg lembut.
(ella) Memilih pasta gigi dengan kalsium nitrat dan strontium asetat with fluoride,
Hindari kebiasaan mengunyah benda keras seperti tusuk gigi, pensil, dan kuku
f. (ian) Ada dua cara utama perawatan hipersensitif dentin yaitu pertama
menghalangi syaraf merespon rasa nyeri dan yang kedua menutup tubulus dentin.
Perawatan tersebut juga harus dapat menghilangkan faktorfaktor predisposisi
penyebab hipersensitif dentin, sekaligus mencegah terjadinya rekurensi.
Perawatan hipersensitif dentin bisa bersifat invasif dan non-invasif.
Perawatan non-invasif bisa dilakukan sendiri oleh pasien di rumah, dan bisa pula
dilakukan oleh doktergigi. Perawatan yang dilakukan yang dirumah meliputi
penggunaan pasta gigi desensitisasi. Perawatan invasif dengan menggunakan
bahan adhesive, atau bagian dentin yang terbuka di daerah leher dan akar gigi
ditutup dengan bahan tambal.

12. Kelainan pada jaringan keras gigi: bukan disebabkan mikroorganisme


1. Erosi: hilangnya lapisan permukaan gigi scr bertahap akibat proses kimiawi atau asam
tanpa melibatkan bakteri. Ada 2 faktor: intrinsic (asam lambung yg menyebabkan
gastritis dan peptic ulcer), ekstrintik (asam sulfur, buah sitrus, vitamin c)
- Disebabkan krn kontak gigi dgn asam yg bisa berasal dr ekstrinsik (makanan dan
minuman asam, obat-obatan, pekerjaan: menghisap udara yg mengandung asam
diruang kerjanya) dan intrinsic (asam lambung yg dihasilkan dr gastroesofageal
refluks)
- Gambaran klinis:
a. lesi cekung luas, permukaan email yang licin
b. Permukaan oklusal melekuk (incisal beralur) dgn permukaan dentin
terbuka
c. Meningkatnya translusensi pada incisal
Sering ditemui ceruk pada permukaan servikal
2. Abrasi: mengikis, keausan gigi melalui proses mekanis dari objek asing atau zat yg
abnormal scr berulang. Etiologi: menyikat gigi scr horizontal shg menyebabkan v
shaped defect. Faktor pasien (teknik, frekuensi, waktu, tekanan menyikat gigi). Factor
bahan (kekasaran, pH, jml pasta gigi, tipe, kekakuan sikat gigi)
3. Fraktur: trauma akibat pukulan langsung thd gigi atau pukulan tdk langsung thd
mandibular yg dpt menyebabkan pecahnya tonjol gigi posterior, tekanan okluusal yg
berlebihan pd tumpatan yg luas dan tonjolnya tdk terdukung oleh dentin shg
menyebabkan fraktur
Gambaran klinis:
- Fraktur email: fraktur mahkota sederhana tanpa mengenai dentin. Terbatas pd email
dgn hilangnya struktur gigo
- Fraktur dentin tanpa terbukanya pulpa: frkatur mahkota yg mengenai cukup banyak
dentin tanpa mengenai pulpa, fraktur terbatas pd email dan dentin dgn hilangnya
struktur gigi tp tdk melibatkan pulpa
- Fraktur mahkota dgn terbuka pulpa: Fraktur mahkota yg mengenai dentin dan
menyebabkan pulpa terbuka. Fraktur melibatkan email dan dentindgn hilangnya
struktur gigi dan exposure pulpa
- Fraktur akar: fraktur terbatas pd akar gigi yg melibatkan sementum, dentin, dan pulpa
4. Afraksi/Abfraksi: patahan atau pecahan yg dpt menyebabkan wedge shaped pd
cementoenamel junction, krn tekanan kunyah atau tekanan oklusal yg sangat
kuatmikrofraktur enamel dan dentinmerambat tegak lurus aksis gigidefect wedge
shaped
Gambaran klinis:
a. Hampir sama dgn abrasi, adanya parity g dalam dan sempit berupa huruf
V
b. Terjadi krn tekanan oklusal yang berlebihan dan kelainan yg ditemukan pd
daerah servikal

Beda abrasi dan abfraksi: abrasi cekungan halus pd bagian servikal gigi, umumnya mengenai
banyak gigi sesuai jalur penggunaan sikat gigi yg horizontal. Abfraksi cekungan tajam berbentuk
v umumnya hanya satu atau beberapa gigi yg mendapatkan tekanan kunyah berlebih
5. Atrisi: aksi fisiologis krn adanya kontak antar gigi tanpa adanya interfensi substansi luar,
adanya aktivitas parafungsional yg tjd pd permukaan oklusal atau incisal.
Atrisi merupakan kerusakan pada permukaan gigi atau restorasi akibat kontak antar gigi
selama pengunyahan atau karena adanya parafungsi/kelainan fungsi, seperti bruksism.
Gambaran klinis atrisi, sebagai berikut:
a. Kerusakan yang terjadi sesuai dengan permukaan gigi yang berkontak saat
pemakaian.
b. Permukaan enamel yang rata dengan dentin.
c. Kemungkinan terjadinya fraktur pada tonjol gigi atau restorasi.
6. Amelogenesis Imperfekta
Kelainan herediter yg terdapat atau mengenai email yg bersifat heterogen, yaitu
hipoplastik, hipoklasifikasi, hipomaturasi. Dibagi menjadi subtype yg masing-masing
mempunyai ciri tertentu yg dpt diturunkan scr autosomal dominan atau resesif
7. Dentinogenesis imperfect
Kelainan herediter yg mengenai struktur dentin yg diturunkan scr autosomal dominan.
DI juga mempengaruhi perkembangan dentin pd gigi sulung dan permanen dan disertai
dgn gangguan yg serupa pd tulang yg disebut osteogenesis imperfect

13. Alat-alat preparasi


 Bur
a. Flat-ended tapered/fissured diamond cylinder
Untuk mengurangi permukaan aksial dan oklusal, membuat akhiran preparasi shoulder
pada preparasi porcelain fused to metal (PFM). Ujung mata bur dapat digunakan untuk
membuat dan merendahkan bentukan shoulder dengan memposisikan mata bur tegak
lurus (90° terhadap sumbu gigi) dan menggunakan lebih dari ½ diameter ujung mata
bur.
b. Round-ended tapered/fissured diamond cylinder
Untuk mengurangi permukaan aksial dan oklusal, membuat akhiran preparasi chamfer
bila diposisikan tegak lurus (90° terhadap sumbu gigi) dan menggunakan kurang dari ½
diameter ujung mata bur, membuat bevel pada cusp fungsional.
c. Oblong diamond (football) dan Tapered oblong diamond (flame)
Untuk mengurangi permukaan lingual/palatal gigi anterior dan membuat bevel
d. Small/Round diamond wheels (donut)
Untuk mengurangi permukaan lingual/palatal gigi anterior.
e. Tapered or cylindrical fissure burs : untuk membuat alur panduan (grooves)
f. Long Thin tapered diamond cones (long needle)
Untuk mengurangi permukaan proksimal sehingga gigi penyangga terbebas kontak
proksimalnya dari gigi sebelahnya (pada gigi anterior).
g. Short Thin tapered diamond cones (short needle)
Untuk mengurangi permukaan proksimal sehingga gigi penyangga terbebas kontak
proksimalnya dari gigi sebelahnya (pada gigi posterior).
h. Torpedo diamond bur: untuk mengurangi permukaan aksial dan membentuk akhiran
preparasi chamfer.
i. Fine finishing burs : untuk penghalusan permukaan prepares
j. Round: utk membuat tmpt masuk waktu preparasi kavitas
k. Fissure: utk melebarkan dinding kavitas waktu membuat preparasi
l. Inverted cone: utk meratakan dasar kavitas dan utk membuat potensi berupa undercut
pada kavitas
 Spatula agate: mengaduk bahan tambahan silikat atau glass ionomer atau komposit
 Mixing slab: tempat mengaduk fletcher, semen fosfat, dan silikat
 Plastic instrument: mengambil dan membawa bahan tambalan sementara, silikat, semen
fosfat dr lempeng kaca ke dalam kavitas
 Cement stopper: memasukan atau meratakan semen lining atau basis ke dalam kavitas
 Amalgam carrier/ amalgam pistol: memaasukan amalgam ke dalam kavitas, terutama utk
rahang atas
 Amalgam carver: mengukir atau membentuk tumpatan yg disesuaikan dgn anatomi gigi

Anda mungkin juga menyukai