Disusun oleh :
NIM : D1A017048
UNIVERSITAS MATARAM
Latar Belakang
Ummat islam dalam melaksanakan Ibadah kepada allah dan hubungan sesama makhluk ciptaan
allah, diatur berdasarkan kepada Al-qur‟an, Hadist dan Ijtihat para ulama. Dimana keseluruhan
peraturan yang mengatur tentang Tata cara beribadah dan prilaku kehidupan ummat islam
disebut dengan syariah, lebih umum disebut dengan Hukum syariah atau hokum islam.
Demikian juga dalam hal Ekonomi dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup ummat islam,
diatur juga didalam perturan Hukum islam atau syariah. Didalam al-qur‟an suroh 4 ANNISA
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta Sesamamu dengan jalan
Batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku atas dasar suka sama suka diantara kamu.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya allah maha penyayang bagimu”. (Qs. 4
Dari pengertian Al-qur‟an suroh Annisa Ayat :29 diatas dapat memberikan gambaran kepada
kita, bahwa Al-qur‟an sebagai landasan Hukum islam atau syariah mengatur ummat Islam dalam
Perniagaan haruslah berlandaskan suka sama. Kemudian disebutkan juga ummat islam dilarang
memakan harta sesame ummat islam dengan cara yang bathil atau jahat. Dengan Larangan dan
perintah Tentang Perniagaan didalam Al-qur‟an, maka hal inilah yang melatar belakangi kami
Kelompok I dalam menulis makalah tentang “Pengertian Hukum Ekonomi Syariah Secara
Umum”.
2) Bagaimana Pendapat Para Ahli dan Ulama tentang Hukum Ekonomi Syariah.?
4) Asas dan prinsif apa saja yang terkandungan Hukum ekonomi syariah.?
PEMBAHASAN
Bila merumuskan pengertian Ekonomi syariah dalam persi undang-undang no. 3 tahun 2006
tentang perubahan atas undang-undang No. 7 Tahun 1989 tentang peradilan agama, maka
Ekonomi syariah adalah perbuatan dan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut prinsif
a) Bank Syariah
c) Asuransi syariah
d) Reasuransi syariah,
g) Sekuritas Syariah
h) Pembiayaan Syariah
i) Pegadaian Syariah
k) Bisnis syariah.
Pengertian ekonomi syariah diatas, dapat dipahami dan dirumuskan beberapa tujuan system
a. Kesejahtraan ekonomi dalam kerangka Norma moral islam (dasar Pemikiran Q.S Al-
baqarah ayat 2 dan 168, Al-maidah ayat : 87-88, Al-Jumu‟ah ayat 10).
b. Membentuk masyarakat dengan tatanan social yang solid berdasarkan keadilan dan
persaudaraan yang universal (Qs. Al-Hujarat ayat 13, Al-maidah ayat : 8, Asy-syu‟araa ayat
183),
c. Mencapai distribusi pendapatan dan kekayaan yang adil dan merata (Qs. Al-an‟aam ayat
d. Menciptakan kebebasan Individu dalam konteks kesejahtraan Sosial (Qs. Ar-Ra‟du ayat :
Disamping pengertian Ekonomi Syariah diatas ada juga pengetian lain yang disebut dengan
Ekonomi Islam. Prof. Dr. H. Zainuddin Ali berpendapat bahwa pengertian Ekonomi Islam adalah
kumpulan norma hukum yang bersumber dari Al-qur‟an dan Hadist yang mengatur mengatur
Perekonomian umat manusia. Tujuan ekonomi islam menggunakan pendekatan Antara lain :
(a) kosumsi manusia dibatasi sampai pada tingkat yang dibutuhkan dan bermanfaat bagi
kehidupan manusia.
(b). alat pemuas kebutuhan manusia seimbang dengan tingkat kwalitas manusia agar mampu
meningkatkan kecerdasan dan kemapuan teknologinya guna menggali sumber-sumber alam yang
masih terpendam.
(c). dalam mengatur distribusi dan sirkulasi barang dan jasa, nilai-nilai moral harus diterapkan;
(d). pemerataan pendapatan dilakukan dengan mengingat sumber kekayaan seseorang yang
diproleh dari usah yang halal, maka zakat sebagai sarana distribusi pendapatan merupakan sarana
yang ampuh.
diatur berdasarkan peraturan hukum agama Islam dan didasari dengan tauhid sebagaimana
S.M. Hasanuzzaman, “ilmu ekonomi Islam adalah pengetahuan dan aplikasi ajaran-ajaran dan
aturan-aturan syariah yang mencegah ketidakadilan dalam pencarian dan pengeluaran sumber-
sumber daya, guna memberikan kepuasan bagi manusia dan memungkinkan mereka
M.A. Mannan, “ilmu ekonomi Islam adalah suatu ilmu pengetahuan social yang mempelajari
Khursid Ahmad, ilmu ekonomi Islam adalah “suatu upaya sistematis untuk mencoba memahami
permasalahan ekonomi dan perilaku manusia dalam hubungannya dengan permasalahan tersebut
M.N. Siddiqi, ilmu ekonomi Islam adalah respon “para pemikir muslim terhadap tantangan-
tantangan ekonomi zaman mereka. Dalam upaya ini mereka dibantu oleh Al Qur‟an dan As
M. Akram Khan, “ilmu ekonomi Islam bertujuan mempelajari kesejahteraan manusia (falah)
yang dicapai dengan mengorganisir sumber-sumber daya bumi atas dasar kerjasama dan
partisipasi.”
Louis Cantori, “ilmu ekonomi Islam tidak lain merupakan upaya untuk merumuskan ilmu
ekonomi yang berorientasi manusia dan berorientasi masyarakat yang menolak ekses
Dalam perkembangan Ekonomi Syariah ada lima nilai yang teridetifikasi dalam Hukum
Ada dua pendekatan dalam pengembangan Ekonomi syariah, Yang pertama pedekatan Metode
normatif atau lebih dikenal dengan pendekatan emosional. Sebutan ini dikatakan pendekatan
emosional karena bersumber dari wahyu Allah yang harus diikuti tanpa keragan didalamnya.
Secara aspiratif memposisikan wahyu allah diatas segala-galanya dan apapun yang disebutkan
didalam wahyu allah tidak memerlukan Interpretasi dan rasionalisasi pemahaman, karenal hal itu
justru akan mngurangi nilai keimanan. Jadi, telah dipahami secara Indoktrinatif. Pendekatan
kedua dilakukan secara Rasional objektif yang biasa disebut dengan pendekatan Empiris atau
ilmiah.
Didalam Al-qur‟an surat Al-Mutahffifin ayat 1-3 menyebutkan tentang asas dan prinsif Ekonomi
“kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) yaitu orang-orang yang apabila
menerima takaran dari orang lain mereka maminta dipenuhi dan apabila mereka menakar dan
Dari pengertian ayat diatas jelas disebutkan Larangan kepada ummat islam dalam melakukan
transaksi Ekonomi dilarang berbuat curang dan mengurangi ukuran timbangan dalam menjual
Didin Hafidhuddin sebgaimana dikutif Mokh. Saiful Bakhri, menyatakan transaksi bisnis
didalam ekonomi syariah harus senantiasa dikaitkan dengan keyakinan kepada allah swt. Artinya
memiliki implementasi tauhid dan keyakinan bahwa allah senantiasa mengawasi setiap tindakan
ciptaannya. Dengan demikian setiap Ummat islam dalam melakukan bisnis ekonomi syariah,
Berikut dipaparkan beberapa prinsif yang lahir dari nilai Ilahiah, yang layaknya teraktualisasi
Ibadah Sekularisme
Syariah Komunisme
Tazkiiah (halal-tayyib)
Syarat suatu bangunan dapat berdiri kokoh adalah tiang yang kokoh. Jika bangunan yang kokoh
tersebut adalah ekonomi syariah. Maka tiang penyangganya adalah Prinsif-prinsif Ekonomi
syariah berikut :
Prinsif ekonomi syariah yang dapat dijadikan pedoman oleh setiap muslim dalam bekerja untuk
menghidupi dirinya dan keluarganya. Yaitu menerima risiko yang terkait dengan pekerjaan itu.
Keuntngan dan manfaat yang diproleh juga terkait dengan jenis pekerjaannya. Karena itu, tidak
ada keuntungan/manfaat yang diproleh seseorang tanpa risiko. Hal ini merupakan jiwa dari
prinsif “dimana ada manfaat, disitu ada risiko” (Al kharaj bid dhaman).
Dalam system ekonomi syariah, tidak seorang pun diizinkan untuk menimbun uang. Tidak boleh
menyimpan uang tanpa dipergunakan. Dengan kata lain, Huum islam tidak memperbolehkan
Uang Kontan (Cash) yang menganggur tanpa dimanfaatkan. Oleh karena itu, pemerintah harus
memberikan sanksi bagi mereka yang menimbun uang dengan mengenakan pajak untuk uang
kontan tersebut.
c) Tidak Monopoli
Dalam system ekonomi syariah tidak diperbolehkan seseorang, baik dari perorangan maupun
lembaga bisnis dapat melakukan monopoli. Harus ada kondisi persaingan, bukan monopoli atau
oligopoli.
Ada orang berpendapat bahwa Al-qua‟an hanya mearang riba dalam bentuk bunga berbunga
(Compound Interest) dan bunga yang dipraktekkan Bank Konvensioanal (simple Interest) bukan
riba. Namun, Jumhur ulama mangatakan bahawa bunga BANk adalah riba. Namun Prof. Dr. H
Istilah milik berasal dari bahasa arab yaitu milk. Dalam kamus Almunjid dikemukakan bahwa
kata-kata yang bersamaan arti dengan Milk (yang berasal dari kata kerja Malaka) adalah malkan,
Milik dalam bahasa dapat diartikan memiliki sesuatu dan sanggup bertindak secara bebas
Menurut istilah, milik dapat didefenisikan “suatu ikhtisas yang menghalangi yang lain, menurut
syariat, yang membenarkan pemilik ikhtisas betindak terhadap barang miliknya sekehendaknya,
Maksud Kata menghalangi diatas adalah sesuatu yang mencegah orang yang bukan pemilik
sesuatu barang atau mempegunakan/memanfaatkan dan bertindak tanpa persetujua terlbih dahulu
dari pemiliknya. Sebaliknya, pengetian penghalang adalah sesuatu ketentuan yang mencegah
pemilikan pribadi dalam pandangan islam tidaklah bersifat mutlak/absolute (bebas tanpa kendali
dan batas). Sebab didalam beebagai ketentuan hokum islam dijumpai bebera batasan dan kendali
yang tidak boleh dikesampingkan oleh seorang muslim dalam pengelolaan dan pemanfaatan
harta benda miliknya. Untuk itu dapat disebut perinsif dasarnya sebagai berikut :
· Harta benda tidak boleh hanya berada ditangan pribadi (kelompok) anggota masyarakat
Yang dimaksud dengan system ekonomi Islam adalah Ilmu Ekonomi yang dilaksanakan dalam
praktik (Penerapan Ilmu Ekonomi) sehari-harinya bagi individu, keluarga, kelompok masyarakat
pemanfaatan barang dan jasa yang dihasilkan tunduk dalam peraturan perundangan-undangan
islam (Sunnatullah).
Alquran dan sunnah. Meskipun demikian, sangat disayangkan belum ada literature yang
Hal itu (pluralism system ekonomi) muncul disebabkan oleh ketidak mampuan umat Islam
melahirkan suatu konsep system ekonomi islam (menghubungkan system ekonomi dan syariat).
Kondisi ini dikemukakan oleh Muhammad Syafi‟I Antonio dilukiskan dengan mengemukakan,
“disatu piak kita mendapat para ekonom, bangkir, dan usahawan yang aktif dalam menggerakkan
roda pembangunan ekonomi tetapi „lupa‟ membawa pelita agama karena memang tidak
menguasai syariat telebih Fikih muamalah secara mendalam. Dilan pihak, kita menemukan para
kiai dan ulama yang menguasai secara mendalam konsep-konsep fikih ulumul qur‟an dan
disiplin lainnya, tetapi kurang menguasai dan memantau fenomena ekonomi dan gejolak bisnis
disekitarnya. Akibatnya, ada semacam tendensi “biarlah kamu mengatur urusan akhirat dan
mereka urusan dunia. Padahal islam adalah risalah untuk dunia dan akhirat”. (Muhammad syafi‟I
Antonio, 1992/1993;1)
Pendewaan terhadap rasionalitas ini memiliki dampak pada tergusurnya nilai-nilai dan aspek-
aspek subjektif seperti nilai etika dan moral yang bersifat teologis. Nilai-nilai yang bersifat
teologis dipandang sebagai wilayah yang berdiri secara terpisah dari ekonomi, tidak memiliki
relasi dengan ekonomi. Ekonomi pada akhirnya betul-betul menjadi disiplin ilmu yang bebas
Dominasi Filosofi Positivisme yang demikian kuat telah melintasi batas Negara sehingga
ekonomi positivistic ini dikenal juga dengan ekonomi arus utama (mainstream economics), yaitu
disiplin ilmu yang menekankan diri pada praktik ekonomi sebagaimana adanya (As it is) yang
berfungsi sebagai instrument untuk menjelasakan (to explan) dan meramalkan (to predict)
praktik ekonomi sehingga ditemukan hokum universal dalam ilmu Ekonomi (Triyuwono, 2006)
Hokum universal ini, menurut Triyuwono (2006) dapat dicapai apabila proses formulasi teori
ekonomi benar-benar staril dari kepentingan-kepentingan yang bersifa subjektif, steril dari nilai-
nilai budaya, agama dan kepentingan social politik. Dengan kata lain, ekonomi harus bebas dari
intervensi nilai agama, nilai budaya dan Nilai social Serta Politik Lokal.
Penerapan hukum universal dalam ekonomi mainstream memiliki potensi kuat yang tidak hanya
memberangus nilai-nilai lokal (local wisdom) yang berlaku dalam masyarakat, teapi juga
melahirkan konsekuensi yang sangat luas seperti peradaban fragmatis, konsumtif (Featherstone,
2001), hedonis yang merusak sandi-sandi kemanusiaan (Suman dan Yustika, 1997 ; Triyuwono,
2000; Budiman, 1997; Butt, 1991dan Etzioni, 1992), penyakit peradaban (Capra, 2000),
Absurditas Pembangunan (Al Buray, 1986) dan Modrenisasi kemiskinan Atau kemiskinan
terencana (Amin, 1974) pada sisi lain, Universalisme Hukum ekonomi yang diusung oleh
Kapitalisme memunculkan Ketergantungan yang berlebihan pada apa yang disebut dengan profit
Oriented Atau Capital Oriented, sehingga nilai-nilai lain, selain profit yang bersifat Imaterial,
menjadi suatu yang mustahil. Karena dijiwai oleh spirit kapita oriented yang berlebihan, maka
kapitalisme lebih berpihak sedikit kelompok elit yang mampu mengasesnya sehingga dalam
konteks ini terjadilah kesenjangan ekonomi yang melebar antara The have/agniya dengan The
Titik balik perbedaa ini, pada gilirannya membuat manusia sudah tiak berpijak pada nilai yang
secara sungguh-sungguh merupakan kebenaran (Berger, 1981), yang bersumber dari kebenaran
sejati. Ekonomi, selanjutanya ditegakkan diatas sendi yang rapuh, yang mengabaikan aspek
supranatural. Ia berpijak pada utopia tentang kehidupan yang diciptakan oleh manusia sendiri
untuk kemudian mengisi dan merekayasa manusia menjadi makhluk yang “menuhankan” Rasio
Hukum ekonomi syariah adalah ilmu yang mempelajari tentang sistem ekononomi dan
atau transaksi yang berlandaskan nilai-nilai ketuhanan dan syariah Islam,system ekonomi
Islam adalah Ilmu Ekonomi yang dilaksanakan dalam praktik (Penerapan Ilmu Ekonomi)
pemanfaatan barang dan jasa yang dihasilkan tunduk dalam peraturan perundangan-
ekonomi Konvensional adalah dimana disatu pihak kita mendapat para ekonom, bangkir,
dan usahawan yang aktif dalam menggerakkan roda pembangunan ekonomi tetapi „lupa‟
membawa pelita agama karena memang tidak menguasai syariat telebih Fikih muamalah
secara mendalam.
Daftar Pustaka
Hukum Ekonomi Islam Di Indoneisa; Dr. H.M. Arfin Hamid, SH, MH; Ghalia Indonesia.
Mokh. Saiful Bakhri; Ekonomi syariah dalam sorotan, Ed (Jakarta, Pemodalan Nasional Madani,
2003),
A.M. saifuddin ; studi system ekonomi islam, (Jakarta : Media dakwah, 1984).
Hukum Ekonomi Syariah ; Prof. Dr. H. Zainuddin Ali, M.A ; Sinar Grafika.