Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH HUKUM EKONOMI SYARIAH

Oleh :
Elvin Aulia Zahara
D1A017090
Hukum Ekonomi Syariah A1

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Hukum Ekonomi Syariah”.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Hukum Ekonomi Syariah.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan.

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Mataram, Mei 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara filosofis, cita-cita hukum ekonomi Indonesia adalah menggagas dan menyiapkan
konsep hukum tentang kehidupan ekonomi. Kehidupan ekonomi yang diinginkan adalah
kehidupan berbangsa dan bernegara yang rakyatnya memiliki kesejahteraan dan keadilan sosial,
sebagaimana yang dicita-citakan Pancasila. Bertolak dari cita-cita tersebut, ke depan hukum
ekonomi harus menunjukkan sifat yang akomodatif terhadap: 1) perwujudan masyarakat yang
adil dan makmur; 2) keadilan yang proporsional dalam masyarakat; 3) tidak adanya diskriminatif
terhadap pelaku ekonomi; 4) persaingan yang tidak sehat.

Cita-cita hukum ekonomi ini searah dengan cita hukum Islam yang tertuang dalam maqᾱṣid
asy-syari’ah dengan berintikan pada membangun dan menciptakan kemaslahatan dunia dan
akhirat bagi umat manusia. Cita hukum Islam dalam bidang ekonomi terlihat dalam konsepnya
tentang aktivitas ekonomi dipandang sebagai wahana bagi masyarakat untuk membawa kepada,
paling tidak pelaksanaan dua ajaran al-Qur’an, yaitu prinsip saling at- ta’awwun (membantu dan
saling bekerja sama antara anggota masyarakat untuk kebaikan) dan prinsip menghindari garar
(transaksi bisnis di mana didalamnya terjadi unsur penipuan yang akhirnya merugikan salah satu
pihak).
Masuknya unsur Islam (ekonomi syariah) dalam cita hukum ekonomi Indonesia, bukan
berarti mengarahkan ekonomi nasional ke arah ideologi ekonomi agama tertentu, tetapi
dikarenakan ekonomi syari’ah sudah lama hidup dan berkembang tidak hanya di Indonesia,
tetapi juga di dunia. Sistem ekonomi syari’ah adalah salah satu dari sistem-sistem ekonomi
lainnya seperti kapitalisme dan sosialisme. Menurut Jimly Asshiddiqie, dalam perspektif
konstitusi ekonomi, kita tidak perlu terjebak dalam diskusi mengenai ideologi ekonomi.
Ekonomi Syariah keberadaannya mempunyai landasan yang kuat baik secara formal syar’i
maupun formal konstitusi. Secara formal syar’i, keberadaan ekonomi Syariah mempunyai
landasan dalil yang kuat. Dalam konteks negara, ekonomi Syariah mempunyai landasan
konstitusional.
Perkembangan ekonomi Islam atau yang lazim dikenal dengan ekonomi syariah di Indonesia
berlangsung dengan begitu pesat. Hal ini juga didukung oleh sektor hukum, yakni dilandasi
dengan keluarnya peraturan perundang-undangan di bidang ekonomi syariah, antara lain adalah
keluarnya Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 yang memberikan kewenangan bagi Pengadilan
Agama untuk menangani perkara sengketa ekonomi syariah. Selain itu keluarnya Undang-
undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara dan Undang-undang
Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah semakin memperkokoh landasan hukum
ekonomi syariah di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja Prinsip-prinsip hukum ekonomi syariah?


2. Jelaskan Perbedaan ekonomi syariah dengan ekonomi konfensional?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Prinsip-prinsip Hukum Ekonomi Syariah
Secara umum, prinsip-prinsip Hukum Ekonomi Syariah/ Hukum Ekonomi Islam adalah
sebagai berikut: Prinsip Tauhid, Islam melandaskan kegiatan ekonomi sebagai suatu usaha untuk
bekal ibadah kepada Allah SWT., sehingga tujuan usaha bukan semata-mata mencari keuntungan
atau kepuasan materi dan kepentingan pribadi melainkan mencari keridhaan Allah SWT., dan
kepuasan spiritual dan sosial. Prinsip tauhid dalam usaha sangat esensial sebab prinsip ini
mengajarkan kepada manusia agar dalam hubungan kemanusiaan, sama pentingnya dengan
hubungan dengan Allah SWT. Islam melandaskan ekonomi sebagai usaha untuk bekal beribadah
kepada-Nya.
Prinsip Keadilan, Keadilan adalah suatu prinsip yang sangat penting dalam mekanisme
perekonomian Islam. Bersikap adil dalam ekonomi tidak hanya didasarkan pada ayat-ayat Al-
Qur’an dan Sunah Nabi tetapi juga berdasarkan pada pertimbangan hukum alam. Alam
diciptakan berdasarkan atas prinsip keseimbangan dan keadilan. Adil dalam ekonomi bisa
diterapkan dalam penentuan harga, kualitas poduksi, perlakuan terhadap pekerja, dan dampak
yang timbul dari berbagai kebijakan ekonomi yang dikeluarkan. Penegakan keadilan dalam
rangka menghapus diskriminasi yang telah diatur dalam Al-Qur’an bahkan menjadi satu tujuan
utama risalah kenabian yaitu untuk menegakan keadilan.
Prinsip Al-Maslahah, kemaslahatan adalah tujuan pembentukan Hukum Islam yaitu
mendapatkan kebahagiaan didunia dan akhirat dengan cara mengambil manfaat dan menolak
kemadharatan. Kemaslahatan memiliki 3 sifat, yaitu:(a)Dharuriyyat, adalah sesuatu yang harus
ada demi tegaknya kebaikan di dunia dan akhirat dan apabila tidak ada maka kebaikan akan
sirna. Sesuatu tersebut terkumpul dalam maqasid al-syari’ah,yaitu memelihara agama, jiwa,
keturunan, kekayaan, dan akal.Mencari rizki termasuk pada dharuriyyat karena bertujuan
memelihara keturunan dan harta. Pencarian nafkah dapat dilakukan melalui jual beli (murabahah,
istisna’dan salam), wadi’ah, musyarakah, ijarah, mudharabah, qardh, wakalah, dll. (b) Hajiyyat,
adalah sesuatu yang dibutuhkan masyarakat untuk menghilangkan kesulitan tetapi tidak adanya
hajiyyat tidak menyebabkan rusaknya kehidupan. Pada bidang muamalah seperti jual-beli salam,
murabahah, istisna’. (c) Tahsiniyyat, adalah mempergunakan sesuatu yang layak dan dibenarkan
oleh adat kebiasaan yang baik. Pada bidang muamalah sepertilarangan menjual barang najis.
Hukum Islam menyempurnakan hajiyyatdengan akhlak yang mulia yang merupakan bagian dari
tujuan hukum Islam.
Prinsip Perwakilan (Khalifah), manusia adalah khilafah (wakil) Tuhan di muka bumi.
Manusia telah dibekali dengansemua karakteristik mental dan spiritual serta materi untuk
memungkinkan hidup dan mengemban misinya secara efektif. Kehidupan manusia senantiasa
dibarengi pedoman-pedoman hidup dalam bentuk kitab-kitab suci dan shuhufdari Allah SWT.,
yang berfungsi untuk mengatur kehidupan manusia guna kebaikannya sendiri selama di dunia
maupun di akhirat.
Prinsip Amar Ma’ruf Nahy Munkar, Amar Ma’rufyaitu keharusan mempergunakan prinsip
Hukum Islam dalam kegiatan usaha sedangkan Prinsip Nahy Munkardirealisasi-kan dalam
bentuk larangan dalam kegiatan usaha yang mengandung unsur riba, gharar, maisyir,dan haram.
Prinsip Tazkiyah, tazkiyahberarti penyucian, dalam konteks pembangunan, proses ini mutlak
diperlukan sebelum manusia diserahi tugas sebagai agent of develop-ment. Apabila ini dapat
terlaksana dengan baik maka apapun pembangunan dan pengembangan yang dilakukan oleh
manusia tidak akan berakibat kecuali dengan kebaikan bagi diri sendiri, masyarakat, dan
lingkungan.
Prinsip Falah, merupakan konsep tentang kesuksesan manusia. Pada prinsip ini, keberhasilan
yang dicapai selama di dunia akan memberikan kontribusi untuk keber-hasilan di akhirat kelak
selama dalam keberhasilan ini dicapai dengan petunjuk Allah SWT. Oleh karena itu, dalam
Islam tidak ada dikotomi antara usaha-usaha untuk pembangunan di dunia (baik ekonomi
maupun sektor-sektor lainnya) dengan persiapan untuk kehidupan di akhirat nanti.
Prinsip Kejujuran dan Kebenaran, prinsip ini tercermin dalam setiap transaksiharus tegas,
jelas, dan pasti baik barang mapun harga. Transaksi yang merugikan dilarang; Mengutamakan
kepentingan sosial. Objek transaksi harus memiliki manfaat. Transaksi tidak mengandung riba,
transaksi atas dasar suka sama suka; dan Transaksi tidak ada unsur paksaan.
Prinsip Kebaikan (Ihsan), prinsip ini mengajarkan bahwa dalam ekonomi, setiap muslim
diajarkan untuk senantiasa bermanfaat untuk orang banyak, baik seagama, senegara, sebangsa,
maupun sesama manusia.
Prinsip Pertanggungjawaban (al-Mas’uliyah), prinsip ini meliputi pertanggung-jawaban
antara individu dengan individu, pertanggungjawaban dalam masyarakat. Manusia dalam
masyarakat diwajibkan melaksanakan kewajibannya demi terciptanya kesejahteraan anggota
masyarakat secara keseluruhan, serta tanggungjawab pemerintah, tanggung jawab ini berkaitan
dengan pengelolaan keuang negara atau kas negara (bait al-maal) dan kebijakan moneter serta
fiskal.
Prinsip Kifayah, prinsip ini terkait kewajiban setiap muslim untuk peduli terhadap
sesamanya. Tujuan prinsip ini adalah untuk membasmi kefakiran dan mencukupi kebutuhan
primer seluruh anggota masyarakatagar terhindar dari kekufuran.
Prinsip Keseimbangan (wasathiyah/i’tidal), syariat Islam mengakui hak-hak pribadi dengan
batas-batas tertentu. Hukum Islam menentukan keseimbangan kepen-tingan individu dan
kepentingan masyarakat. Islam mengakui kepemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu
termasuk kepemilikan alat produksi dan faktor produksi.

2. Perbedaan ekonomi syariah dengan ekonomi konfensional


Sistem ekonomi konvensional atau juga dikenal dengan sistem ekonomi klasik atau
tradisional, diawali dengan terbitnya buku The Wealth of Nation karangan Adam Smith pada
tahun 1776. Pemikiran Adam Smith memberikan inspirasi dan pengaruh besar terhadap
pemikiran para ekonom sesudahnya dan juga pengambil kebijakan negara.
Sistem ekonomi klasik adalah suatu filosofi ekonomi dan politis. Awalnya ditemukan pada
suatu tradisi keringanan yang bersifat memberi batasan dari kekuasaan tenaga politis, yang
memberi gambaran tentang pendukungan kebebasan setiap individu. Teori itu juga bersifat
membebaskan setiap individu untuk mengatur nasibnya sendiri sesuai dengan kemampuannya.
Semua orang bebas bersaing dalam bisnis untuk memperoleh laba sebesar-besarnya, serta
melakukan kompetisi untuk memenangkan persaingan bebas dengan berbagai cara. Hal ini
mengakibatkan terbentuknya sekelompok orang yang kaya dan sekelompok orang yang miskin.
Kaum kaya akan semakin kaya dan kaum miskin akan semakin miskin. Di dalam sejarah dunia,
terdapat beberapa sistem ekonomi konvensional yang begitu berpengaruh diantaranya:

1. Sistem Ekonomi Kapitalis


Munculnya kapitalime dapat ditelusuri semenjak abad ke-16 bahkan semenjak ide-ide awal
pencerahan Eropa. Pemikiran-pemikiran mengenai indivisualisme, Humanisme, Protestanisme,
Liberalisme dan Pragmatisme banyak dikemukakan pada masa-masa pencerahan erop a
(Andreski, Stainslav, 1996).
Ciri-ciri Ekonomi Kapitalis:
Pertama, Pengakuan yang luas atas hak-hak pribadi dimana Pemilikan alat-alat produksi di
tangan individu dan Inidividu bebas memilih pekerjaan/ usaha yang dipandang baik bagi
dirinya.Kedua, Perekonomian diatur oleh mekanisme pasar dimana Pasar berfungsi memberikan
sinyal kepada produsen dan konsumen dalam bentuk harga-harga. Campur tangan pemerintah
diusahakan sekecil mungkin. “The Invisible Hand” yang mengatur perekonomian menjadi
efisien serta motif yang menggerakkan perekonomian mencari laba. Ketiga, Manusia dipandang
sebagai mahluk homo-economicus, yang selalu mengejar kepentingan sendiri.
Kelebihan Ekonomi Kapitalis:
Pertama, Lebih efisien dalam memanfaatkan sumber-sumber daya dan distribusi barang- barang.
Kedua, Kreativitas masyarakat menjadi tinggi karena adanya kebebasan melakukan segala hal
yang terbaik. Ketiga, Pengawasan politik dan sosial minimal, karena tenaga waktu dan biaya
yang diperlukan lebih kecil.
Kelemahan-kelemahan Kapitalis:
Pertama, Tidak ada persaingan sempurna. Yang ada persaingan tidak sempurna dan persaingan
monopolistik. Kedua, Sistem harga gagal mengalokasikan sumber-sumber secara efisien, karena
adanya faktor-faktor eksternalitas (tidak memperhitungkan yang menekan upah buruh dan lain-
lain).

2. Sistem Ekonomi Sosialis


Ekonomi Sosialis adalah gerakan ekonomi yang muncul sebagai perlawanan terhadap ketidak-
adilan yang timbul dari sistem kapitalisme. Sebutan sosialisme menunjukkan kegiatan untuk
menolong orang-orang yang tidak beruntung dan tertindas dengan sedikit tergantung dari
bantuan pemerintah. Dalam bentuk yang paling lengkap sosialisme melibatkan pemilikan semua
alat-alat produksi, termasuk di dalamnya tanah-tanah pertanian oleh negara, dan menghilangkan
milik swasta. Dalam masyarakat sosialis hal yang menonjol adalah kolektivisme atau rasa
kerbersamaan. Untuk mewujudkan rasa kebersamaan ini, alokasi produksi dan cara
pendistribusian semua sumber-sumber ekonomi diatur oleh negara.Dengan demikian sistem
ekonomi sosialis merupakan suatu sistem yang memberikan kebebasan yang cukup besar kepada
setiap orang untuk melaksanakan kegiatan ekonomi tetapi dengan campur tangan pemerintah.
Pemerintah mengatur berbagai hal dalam ekonomi untuk menjamin kesejahteraan masyarakat.
Ciri-ciri Sistem Ekonomi Sosialis:
Pertama, Lebih mengutamakan kebersamaan (kolektivisme). Kedua, Masyarakat dianggap
sebagai satu-satunya kenyataan sosial, sedang individu-individu fiksi belaka. Ketiga, Tidak ada
pengakuan atas hak-hak pribadi (individu) dalam sistem sosialis. Keempat, Peran pemerintah
sangat kuat. Kelima, Pemerintah bertindak aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga
tahap pengawasan. Keenam, Alat-alat produksi dan kebijaksanaan ekonomi semuanya diatur
oleh negara.
Kelebihan Ekonomi Sosialis:
Setiap warga Negara disediakan kebutuhan pokoknya, termasuk makanan dan minuman,
pakaian, rumah, kemudahan fasilitas kesehatan, serta tempat dan lain-lain. Setiap individu
mendapatkan pekerjaan dan orang yang lemah serta orang yang cacat fisik dan mental berada
dalam pengawasan Negara.
Semua pekerjaan dilaksanakan berdasarkan perencanaan Negara yang sempurna, diantara
produksi dengan penggunaannya. Dengan demikian masalah kelebihan dan kekurangan dalam
produksi seperti yang berlaku dalam System Ekonomi Kapitalis tidak akan terjadi.
Semua bentuk produksi dimiliki dan dikelola oleh Negara, sedangkan keuntungan yang diperoleh
akan digunakan untuk kepentingan-kepentingan Negara.

Kelemahan sistem Ekonomi Sosialis:


Tawar-menawar sangat sukar dilakukan oleh individu yang terpaksa mengorbankan kebebasan
pribadinya dan hak terhadap harta milik pribadi hanya untuk mendapatkan makanan sebanyak
dua kali. Jual beli sangat terbatas, demikian pula masalah harga juga ditentukan oleh pemerintah,
oleh karena itu stabilitas perekonomian Negara sosialis lebih disebabkan tingkat harga
ditentukan oleh Negara, bukan ditentukan oelh mekanisme pasar.S
istem tersebut menolak sepenuhnya sifat mementingkan diri sendiri, kewibawaan individu yang
menghambatnya dalam memperoleh kebebasan berfikir serta bertindak, ini menunjukkan secara
tidak langsung sistem ini terikat kepada system ekonomi dictator. Buruh dijadikan budak
masyarakat yang memaksanya bekerja seperti mesin.

Dalam system ini semua kegiatan diambil alih untuk mencapai tujuan ekonomi, sementara
pendidika moral individu diabaikan. Dengan demikian, apabila pencapaian kepuasan kebendaan
menjadi tujuan utama dan nlai-nilai moral tidak diperhatikan lagi.

3. Sistem Ekonomi Islam


Tauhid adalah fondasi keimanan Islam. Ini bermakna bahwa segala apa yang ada di alam
semesta ini didesain dan dicipta dengan sengaja oleh Allah SWT, bukan kebetulan dan semuanya
pasti memiliki tujuan. Tujuan inilah yang memberikan signifikansi dan makna pada eksista jagat
raya, termasuk manusia yang menjadi salah satu penghuni di dalamnya.

Manusia merupakan khalifah Allah SWT di muka bumi dengan dibekali perangkat baik jasmani
maupun rohani dapat berperan secara efektif sebagai khalifah-Nya. Implikasi dari prinsip ini
adalah persaudaraan yang universal, sumber daya adalah aman, gaya hidup sederhana dan
kebebasan manusia.
Keadilan adalah salah satu misi utama ajaran Islam, implikasi dari prinsip ini adalah Pemenuhan
kebutuhan pokok manusia, sumber-sumber pendapatan yang halal dan baik, distribusi
pendapatan dan kekayaan yang merata dan pertumbuhan dan stabilitas.
Dalam ekonomi Islam, hukum hak milik individu adalah hak untuk memiliki, menimati dan
memindah tangankan kekayaan yang diakui dan dipelihara oleh Islam, tetapi mereka mempunyai
kewajiban moral untuk menyedekahkan hartanya, karena kekayaannya itu juga merupakan hak
masyarakat bahkan hewan. Oleh karena itu, al-Qur’an tidak menginginkan harta kekayaan itu
hanya berputar diantara orang-orang kaya saja. Dalam ajaran Islam, hak milik dikategorikan
menjadi tiga, yaitu:
1. Hak milik individual (Milkiyah fardhiyah/privat ownership).
2. Hak milik Umum atau publik (Milkiyah ‘ammah/public ownership).
3. Hak milik negara (Milkiyah daulah/state ownership).
Ciri-Ciri Ekonomi Islam
Pertama, Harta adalah kepunyaan Allah dan Manusia merupakan Khalifah atas harta. Kedua,
Ekonomi terikat dengan Akidah, Syariah (Hukum), dan Moral. Ketiga, Keseimbangan antara
Kerohanian dan Kebendaan. Keempat, Ekonomi Islam Menciptakan Keseimbanagan Antara
Kepentingan Individu dengan Kepentingan umum. Kelima, Kebebasan individu dijamin dalam
islam. Keenam, Negara diberi kewenangan turut campur dalam perekonomian. Ketujuh, Zakat.
Kedelapan, Larangan riba.

Kelebihan Ekonomi Islam


Individu mempunyai kebebasan untuk membuat keputusan yang berhubungan dengan
pemunuhan kebutuhan hidupnya. Dengan kebebasan ini tiap individu dapat bebas
mengoptimalkan potensinya. Kebebasan individu dalam Islam didasarkan atas nilai-nilai tauhid
yang membebaskan dari segala sesuatu kecuali Allah SWT. Nilai tauhid inilah yang akan
menjadikan individu berani dan percaya diri.
Islam mengakui hak individu untuk memiliki harta. Hak pemilikan harta hanya diperoleh dengan
cara-cara yang sesuai dengan ketentuan Islam. Islam mengatur kepemilikan harta didasarkan atas
kemaslahatan sehingga keberadaan harta akan menimbulkan sikap saling menghargai dan
menghormati. Hal ini terjadi karena bagi seorang muslim harta sekedar titipan Allah.
Islam mengakui adanya ketidaksamaan ekonomi antar orang perorangan. Salah satu penghalang
yang menjadikan banyaknya ketidakadilan bukan disebabkan karena Allah, tetapi ketidakadilan
yang terjadi dikarenakan sistem—yang dibuat manusia sendiri—. Misalnya, masyarakat lebih
hormat kepada orang yang mempunyai jabatan tinggi dan lebih banyak mempunyai harta, hingga
masyarakat terkondisikan bahwa orang-orang yang mempunyai jabatan dan harta mempunyai
kedudukan lebih tinggi dibanding yang lainnya. Akhirnya, sebagian orang yang tidak
mempunyai harta dan jabatan merasa bahwa, "Allah itu tidak adil".
Setiap individu mempunyai hak untuk hidup dalam sebuah negara: dan setiap warga negara
dijamin untuk memperoleh kebutuhan pokoknya masing-masing. Memang menjadi tugas dan
tanggungjawab utama bagi sebuah negara untuk menjamin setiap negara, dalam memenuhi
kebutuhan sesuai dengan prinsip “hak untuk hidup". Dalam sistem ekonomi Islam negara
mempunyai tangj jawab untuk mengalokasikan sumberdaya alam guna meningkatkan
kesejahteraan rakyat secara umum.
Islam mencegah penumpukan kekayaan pada sekelompok kecil masyarakat dan menganjurkan
distribusi kekayaan kepada semua lapisan masyarakat. Sumber daya alam adalah hak manusia
untuk dipergunakan manusia untuk kemaslahatannya, upaya ini tidak menjadi masalah bila tidak
ada usaha untuk mengoptimalkan melalui ketentuan-ketentuan syariah.
Sistem ekonomi Islam melarang individu mengumpulkan harta kekayaan secara berlebihan.
Seorang muslim berkewajiban untuk mencegah dirinya dan masyarakat supaya tidak berlebihan
dalam pemilikan harta. Seorang muslim dilarang beranggapan terlalu berlebihan terhadap harta
sehingga menyebabkan ia mengunakan cara-cara yang tidak benar untuk mendapatkannya.
Islam mengakui kehidupan individu dan masyarakat saling berkaitan antara satu dengan yang
lain. Masyarakat akan menjadi aktor yang dominan dalam membentuk sikap individu sehingga
karakter individu banyak dipengaruhi oleh karakter masyarakat. Demikian juga sebaliknya, tidak
akan terbentuk karakter masyarakat khas tanpa keterlibatan dari individu-individu.
Kelemahan Ekonomi Islam
Literatur ekonomi Islam yang sebagian besar berasal dari teks-teks arab mau tidak mau
diakuinya mengalami perkembangan yang kurang signifikan. Sehingga menyebabkan munculnya
dominasi literature ekonomi konvensional yang saat ini mempengaruhi masyarakat bahwa tidak
ada ilmu ekonomi yang mampu menjawab masalah-masalah aktual kecuali ekonomi
konvensional. Hal ini menjadikan justifikasi bagi masyarakat untuk mengesampingkan ide dari
pengetahuan lain, seperti ekonomi Islam. Hal ini diakibatkan adanya hegemoni literature
ekonomi konvensional terhadap ekonomi Islam, sehingga setiap prilaku kita tidak lepas dari
pengaruh ekonomi konvensional.

Praktek ekonomi konvensional lebih dahulu dikenal oleh masyarakat. Masyarakat bersentuhan
langsung dengan konsep ekonomi konvensional, di berbagai bidang konsumsi, produksi,
distribusi dan lainya. Sehingga pemahaman baru sulit dipaksakan dan diterima oleh masyarakat
yang lebih dahulu beresntuhan dengan konsep ekonomi konvensional. Kita telah mengetahui
ekonomi konvensiona merupakan kepanjangan dari system ekonomi kapitalis meskipun tidak
sepenuhnya. Karena secara tersirat ekonomi konvensional juga mengadopsi system ekonomi
sosialis. Di sinilah salah satu letak kelemahan system ekonomi Islam.

Beberapa Negara yang menggunakan Islam sebagai pedoman dasar kenegaraanya ternyata belum
mampu sepenuhnya mengelola system perekonomiannya secara professional. Bahkan banyak
Negara-negara Islam di Timur Tengah yang tingkat kesejahteraanya kurang maju jika
dibandingkan dengan Negara Eropa dan Amerika.
Sejarah menunjukkan bahwa kemajuan pengetahuan Eropa tidak lepas dari peranan pengetahuan
Islam. Masa transformasi pengetahuan yang terjadi pada abad pertengahan kurang dikenal oleh
masyarakat. Hal ini yang menyebabkan timbulnya pemahaman bahwa pengetahuan lahir di
daratan Eropa, apalagi berbagai informasi lebih mengarahkan pada pemikiran-pemikiran tokoh-
tokoh Eropa. Karenanya lebih mengenai Adam Smith, Robert Malthus, David Ricardo, JM
Keynes dan sebagainya, dibandingkan dengan tokoh-tokoh ekonomi Islam seperti Abu Yusuf,
Ibnu Ubaid, Ibnu Taimiyah dan Ibnu Khaldun dan sebagainya.
Padahal mengetahui perkembangan sejarah pemikiran ekonomi akan menimbulkan kebanggaan
masyarakat terhadap tokoh-tokoh ekonomi Islam. Secara tidak langsung hal ini akan
mempengaruhi ketertarikan mereka terhadap pemikiran tokoh-tokoh ini.
Pengangguran di masyarakat bukan murni cerminan perilaku malas. Tetapi, pengangguran di sini
lebih banyak disebabkan oleh dampak pemahaman masyarakat mengenai makna tentang jenis
dan pendapatan/penghasilan usaha yang belum tepat. Sementara kita harus jujur mengakui
ekonomi Islam masih belum berperanan maksimal dalam membantu mengangkat ekonomi
kerakyatan. Sebagai contoh pedagang lebih mnyukai meminjam pada rentenir di banding pada
BMT yang ada. Karena rentenir tidak memerlyukan persyaratan yang ‘ribet’, sementara BMT
atau BPRS memerlukan segudang jaminan sebagai syarat peminjaman.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Prinsip-prinsip Hukum Ekonomi Syariah
a. Prinsip Tauhid
b. Prinsip Keadilan
c. Prinsip Al-Maslahah
d. Prinsip Perwakilan Amar ma’ruf Nahy Munkar
e. Prinsip Tazkiyah
f. Prinsip Falah
g. Prinsip Kejujuran dan Kebenaran
h. Prinsip Kebaaikan
i. Prinsip Pertanggungjawaban
j. Prinsip Kifayah
k. Prinsip Keseimbangan.

2. Perbedaan ekonomi syariah dengan ekonomi konfensional


Pertama, terdapat beberapa sistem ekonomi konvensional yang begitu berpengaruh diantaranya:
sistem ekonomi kapitalis dan sistem ekonomi sosialis. Kedua, Ekonomi kapitalis berkembang
karena adanya politik kolonialisme dan imprealisme yang melanda negara-negara Asia dan
Afrika. Ketiga, Dalam sistem ekonomi kapitalis berlaku "Free Fight Liberalism" (sistem
persaingan bebas). Keempat, Ekonomi Sosialis adalah gerakan ekonomi yang muncul sebagai
perlawanan terhadap ketidak-adilan yang timbul dari sistem kapitalisme. Kelima, Sistem
ekonomi sosialis merupakan suatu sistem yang memberikan kebebasan yang cukup besar kepada
setiap orang untuk melaksanakan kegiatan ekonomi tetapi dengan campur tangan pemerintah.
Keenam, Sistem ekonomi Islam merupakan sistem ekonomi solutif atas berbagai permasalahan
yang selama ini muncul. Ketujuh, Secara konseptual, Ekonomi konvensional mengasumsikan
mansusia sebagai Rationaleconomic man atau manusia ekonomi yang rasional, sedangkan
ekonomi Islam hendak membentuk manusia ekonomi yang berkarakter Islami atau Islamic
economic man.
DAFTAR PUSTAKA
Muhamad Kholid,Implementasi Prinsip-Prinsip Hukum Ekonomi Syariáh ke dalam Undang-
undang.
Mannan, Muhammad Abdul. (1980). Islamic Economics, Theory and Practice. India: Idarah
Adabiyah.
Naqvi, Syed Nawab Haider. (2009). Menggagas Ilmu Ekonomi Islam, terjemahan. M. Saiful
Anam & Muhammad Ufuqul Mubin, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tadjoedin, Achmad Ramzy. dkk. (1992). Berbagai Aspek Ekonomi Islam. Yogyakarta: Tiara
Waca.

Anda mungkin juga menyukai