Anda di halaman 1dari 108

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Australia dikenal dengan sebutan the heart of the Asia-Pacific and Indian

Ocean Region. Dikatakan demikian karena Australia merupakan sebuah

negara yang memiliki letak geografis di antara dua Samudera yaitu Samudera

Hindia dan Samudera Pasifik, dengan wilayah yurisdiksi laut terbesarnya

adalah Samudera Hindia.1 Letak geografis ini sangat meng untungkan bagi

Australia, terlebih Samudera Hindia dan Samudera Pasifik terkenal akan

kekayaan sumber daya lautnya serta merupakan jalur lintas pergadangan utama

dunia. Australia mulai fokus terhadap geopolitik regional setelah melihat

bangkitnya China dan India, yang menguatkan hubungan ekonomi dan

keamanan antara Samudera Hindia dan Pasifik sehingga membuat sebuah

super-region baru yang dikenal dengan nama Indo-Pasifik Asia.2

Kawasan Asia telah menjadi fokus Australia selama puluhan tahun, yang

merupakan letak dari kepentingan ekonomi dan strategisnya.3 Seiring dengan

transformasi Asia sebagai world powerhouse, Australia pun terdorong untuk

1
Bateman, Sam dan Bergin, Anthony. 2010. Australian Strategic Policy Institute: Our western
front: Australia and the Indian Ocean [online]. Diakses dari
https://www.aspi.org.au/publications/our-western-front-australia-and-the-indian-ocean
2
Rory Medcalf, 2013. Lowy Institute. The Wall Street Journal, Asia Edition: Rebalancing
Australia’s Role in Asia [online]. Diakses dari website
https://www.lowyinstitute.org/publications/rebalancing-australias-role-asia
3
White Paper 2012, Australia in the Asian Century
menjalin kerjasama baik dalam bidang keamanan, hubungan sosial, dan

terutama ekonomi dengan negara-negara di kawasan ini. Pada masa

pemerintahan Perdana Menteri Julia Gillard pada tahun 2010-2013, orientasi

kebijakan luar negeri Australia berfokus pada kawasan Asia.4 Keuntungan dari

hasil perdagangan dan investasi merupakan hal yang secara nyata diperoleh

Australia dari kawasan ini, yang diimplementasikan dalam konteks kerjasama

bilateral maupun multilateral. Sedangkan di bawah pemerintahan

konvensional Perdana Menteri Tony Abbott pada tahun 2013-2015, diplomasi

ekonomi merupakan kekuatan dari Australia. Di masa pemerintahan Abbott,

Australia berhasil menjalin Free Trade Agreement dengan negara super

powers di Asia, yaitu Jepang, China, dan Korea Selatan di tahun 2014.5

Perkembangan ekonomi Asia yang sangat cepat dan peningkatan nilai

strategis di kawasan Asia membuat Australia mulai memfokuskan kepentingan

strategis dengan look west. Look west di sini berarti Australia mulai fokus

untuk mengembangkan potensi yang ada di wilayah yang terletak di sebelah

barat benua Australia, wilayah ini meliputi kawasan Samudera Hindia serta

kawasan bagian barat dari Samudera Pasifik.6 Hal ini mendorong Australia

untuk menjalin hubungan diplomatik, ekonomi dan keamanan dengan negara-

negara di kawasan tersebut. Pergeseran ini juga dipengaruhi oleh kemunculan

4
Australian Government. 2012. 2012 White Paper on Australia in the Asian Century [online].
Diakses dari website
http://www.defence.gov.au/whitepaper/2013/docs/australia_in_the_asian_century_white_paper.pd
f pada tanggal 11 Maret 2017.
5
Abbott, Tony. 2016. Quadrant Magazine: The Economic Case the Abbott Government [online].
Diakses dari website forhttps://quadrant.org.au/magazine/2016/03/economic-case-abbott-
government/
6
Policy White Paper 2012: Australia in the Asian Century.
negara-negara Great Powers di kawasan Samudera Hindia; yakni ditandai oleh

kebangkitan India, kembalinya fokus Amerika Serikat terhadap kawasan Asia,

serta tumbuhnya kepentingan maritim China di Samudera Hindia.7 Selain itu

tingginya maritime piracy di kawasan Indo-Pasifik membuat Australia harus

bekerja ekstra untuk mengamankan teritori lautnya di kawasan ini, khususnya

di kawasan Samudera Hindia.8

Laut merupakan salah satu komponen penting dalam batas teritori suatu

negara. Tidak hanya mengandung akan sumber daya alam dan mineral, laut

juga berperan sebagai jalur perdagangan dunia yang menjadi lalu lintas kapal-

kapal yang membawa minyak maupun komoditas ekspor lainnya. Keamanan

laut merupakan tanggung jawab territorial dari suatu negara, yang kemudian

berkembang menjadi tanggung jawab negara-negara yang berada di sekitarnya,

dan pada akhirnya menjadi tanggung jawab internasional. Instabilitas

keamanan laut (maritime security), salah satunya adalah maritime piracy,

memiliki pengaruh besar terutama dalam sektor perekonomian dunia pada

umumnya, dan negara khususnya. Maka dari itu diperlukan adanya kerjasama

yang baik dalam menjaga keamanan laut, yang dimulai dari level negara

hingga level global. Melalui organisasi regional IORA, Australia dapat

mencapai kepentingan ekonomi dan keamanannya terhadap kawasan Indo-

Pasifik.

7
Ibid.
8
United Nations Institute for Training and Research (UNITAR). 2014. UNOSAT Global Repor on
Maritime Piracy: a geospatial analysis 1995 – 2013, halaman 12 [online]. Diakses dari website
https://unosat.web.cern.ch/unosat/unitar/publications/UNITAR_UNOSAT_Piracy_1995-2013.pdf
Tidak hanya bagi Australia, maritime piracy merupakan permasalahan

yang selalu menjadi topik pembicaraan hangat baik di level negara, regional

maupun internasional. Sebagai kawasan yang kaya akan sumber daya dan jalur

lalur lalu lintas perdagangan internasional, maritime piracy ini mengancam

stabilitas kawasan Indo-Pasifik ini, khususnya di kawasan Samudera Hindia.

Pada tahun 2011 kasus ini mencapai puncaknya di wilayah bagian barat

Samudera Hindia, yang kemudian mengalami penurunan tajam secara global

pada tahun 2013.9

Kemakmuran Australia bergantung pada kemampuan perdagangan

international via laut, di mana setiap tahunnya sejumlah lebih dari 130 juta

dollar makanan, hasil tambang, dan minyak dari Australia diekspor ke negara-

negara Asia Timur melalui laut, yang sangat bergantung pada keamanan

pelayaran.10 Maka dari itu, keamanan dan stabilitas laut di kawasan Indo-

Pasifik memiliki pengaruh yang besar bagi perekonomian Australia.

Memiliki yurisdiksi laut yang besar terhadap Samudera Hindia, secara

terbuka Australia menunjukkan kepentingannya atas kawasan ini terlebih

ketika Australia memegang jabatan sebagai ketua Indian Ocean Rim

Association (IORA) periode tahun 2013 - 2015. Pada saat upacara pembukaan

IORA Bussiness Week di Perth pada tanggal 6 – 9 Oktober 2014, Menteri Luar

Negeri Australia Julie Bishop menyatakan bahwa “IORA provides an

9
United Nations Institute for Training and Research (UNITAR). 2014. UNOSAT Global Repor on
Maritime Piracy: a geospatial analysis 1995 – 2013, halaman 12 [online]. Diakses dari website
https://unosat.web.cern.ch/unosat/unitar/publications/UNITAR_UNOSAT_Piracy_1995-2013.pdf
10
Australasian Oil and Gas. Exhibition and Conference. Australian LNG and oil shipments under
terrorist threat [online]. Diakses dari website https://aogexpo.com.au/lng/australian-lng-oil-
shipments-terrorist-threat/
important opportunity to highlight Australia’s important strategic and

economic interests in this region”11 Dari pernyataan Bishop tersebut dapat

dilihat bahwa Australia menggunakan kepemimpinannya dalam IORA ini

untuk mendapatkan kepentingan nasional Australia terhadap kawasan

Samudera Hindia.

Setelah tidak lagi menduduki jabatan sebagai ketua IORA pada tahun

2015, Australia pun memfokuskan orientasi strategisnya terhadap kawasan

Indo-Pasifik,12 namun dengan tidak meninggalkan kawasan Samudera Hindia

karena kawasan ini merupakan bagian dari kawasan Indo-Pasifik. Stabilitas

kawasan Indo-Pasifik yang tidak terjamin dapat merugikan Australia terutama

dalam sektor keamanan dan perdagangan internasional yang dapat

mempengaruhi perekonomian negara serta predikat Australia sebagai negara

pemasok energi baik di lingkup kawasan maupun global.

Konsep “Indo-Pasifik” ini merupakan konstruksi dari Australia terhadap

letak geografis wilayahnya, yang mana wilayah ini meliputi kawasan

Samudera Hindia serta kawasan bagian barat dari Samudera Pasifik.13

Terdapat beberapa hal yang menguatkan hubungan antara kedua samudera ini,

yang mana dalam policy white paper 2012 dijelaskan bahwa konsepsi ini

11
Depardieu, Henri. 2014. Indian Ocean Observatory: Australia flexes its strategic military might
and soft power in the Indian Ocean Rim [online]. Diakses dari website
http://www.indianoceanobservatory.com/index.php/en/diplomacy/item/396-australia-flexes-its-
strategic-military-might-and-soft-power-in-the-indian-ocean-rim/396-australia-flexes-its-strategic-
military-might-and-soft-power-in-the-indian-ocean-rim
12
Department of Defence. 2015. The Speeches of Minister for Defence – Australian Member
Committee of the Council for Security Cooperation in the Asia-Pacific (Aus-CSCAP), Sofitel, 25
Collins Street, Melbourne [online]. Diakses dari website
https://www.minister.defence.gov.au/minister/kevin-andrews/speeches/minister-defence-
australian-member-committee-council-security
13
Policy White Paper 2012: Australia in the Asian Century.
muncul dari nilai strategis yang dimiliki oleh kedua kawasan yang ditandai

dengan munculnya hubungan yang signifikan dan meningkatnya kepentingan

pasokan energi dari dari Timur Tengah ke Asia Timur membuat Australia

melihat Samudera Hindia dan Samudera Pasifik bagian barat sebagai a single

strategic arc.14 Konsepsi ini didorong oleh peningkatan interaksi ekonomi

antara negara-negara di kawasan Asia bagian selatan, timur laut, dan tenggara,

serta pentingnya pasokan energi dari Asia ke Timur Tengah. 15 Selain itu,

konsepsi Indo-Pasifik ini terbentuk juga karena adanya peningkatkan

kepentingan di kawasan trans-Asia.16 Meningkatnya hubungan ekonomi,

historis, serta kebudayaan dari Asia Timur hingga Asia Tenggara, secara

perlahan politik luar negeri India pun mulai berubah orientasi menjadi look

east.17 Sebaliknya, kawasan Asia bagian timur laut dan tenggara lebih

cenderung look west yang disebabkan oleh peningkatan hubungan energi.18

Australia juga dikenal sebagai negara yang tidak mempermasalahkan

keberpihakannya, baik keberpihakan kepada western countries maupun

negara-negara di kawasan Asia. Adanya power-shifting di kawasan ini yang

didominasi oleh China mendorong Australia untuk menjalin hubungan

diplomatik dan ekonomi dengannya, dengan tetap menjaga hubungan

14
Australian Government. Policy White Paper 2012: Australia in the Asia Century.
15
Ibid.
16
Joel Negin, 2014. Australian Aid Tracker. Aid to Africa in an Indo-Pacific Aid Program
[online]. Diakses dari website http://devpolicy.org/aid-to-africa-in-an-indo-pacific-aid-program-
20140702/
17
Ibid.
18
Ibid.
aliansinya dengan Amerika Serikat19 Sebagai sebuah negara yang memiliki

hubungan dekat dengan kedua negara dengan pengaruh kuat dalam kawasan,

Australia memiliki dilemma atas keberpihakannya. Memiliki hubungan

ekonomi dan perdagangan yang kuat dengan China serta aliansi keamanan

dengan Amerika Serikat membuat Australia harus berhati-hati dalam

mengambil tindakan untuk meminimalisir risiko yang timbul.

Penting bagi Australia untuk menjaga stabilitas kawasan Indo-Pasifik ini.

Stabilitas kawasan yang tidak terjamin dapat merugikan Australia terutama

dalam sektor perdagangan internasional, yang dapat mempengaruhi predikat

Australia sebagai negara pemasok energi baik di lingkup kawasan maupun

global. Melihat peran besar Australia dalam organisasi regional di kawasan

Asia-Pasifik dan Samudera Hindia khususnya, Australia menggunakan

organisasi regional IORA untuk mendapatkan kepentingan ekonomi dan

keamanan di kawasan Indo-Pasifik ini. Hal inilah yang kemudian membuat

penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait kepentingan ekonomi dan

keamanan Australia melalui organisasi regional Indian Ocean Rim Association

(IORA) di kawasan Indo-Pasifik pada tahun 2013 – 2015.

19
Medcalf, Rory. 2015. The ASAN Forum. Remaining Asia: From Asia-Pacific to Indo-Pacific
[online]. Diakses dari website http://www.theasanforum.org/reimagining-asia-from-asia-pacific-to-
indo-pacific/
1.2 Rumusan Masalah

Apa kepentingan ekonomi dan keamanan Australia di kawasan Indo-Pasifik

melalui organisasi regional Indian Ocean Rim Association (IORA) pada tahun

2013-2015?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, adapun tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan kepentingan ekonomi

dan keamanan Australia di kawasan Indo-Pasifik melalui organisasi regional

Indian Ocean Rim Association (IORA) pada tahun 2013-2015.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penulis berharap penelitian ini dapat berkontribusi dalam bidang

keilmuan khususnya dalam keilmuan hubungan internasional, serta dapat

memberikan informasi bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji isu yang

sama.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan informasi tentang

kepentingan ekonomi dan politik Australia di kawasan Indo-Pasifik melalui

organisasi regional Indian Ocean Rim Association (IORA) pada tahun 2013-

2015.
BAB II

KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Studi Terdahulu

Sebagai referensi dasar dalam penelitian ini penulis menggunakan 2 buah

studi terdahulu, masing-masing memiliki persamaan studi kasus dan konsep yang

sama. Studi terdahulu yang digunakan oleh penulis berjudul Australia and the

Challenges of order-building in the Indian Ocean Region dan South Africa’s

National Interest.

Studi terdahulu pertama berjudul Australia and the Challenges of the

Regional Order-Building in the Indian Ocean Region, ditulis oleh Andrew

Phillips.1 Persamaan dari studi terdahulu yang pertema ini terletak pada fenomena

yang dianalisa sama dengan penelitian yang sedang penulis kaji, yaitu membahas

kepentingan Australia dalam kawasan Samudera Hindia, di mana kawasan ini

merupakan bagian dari kawasan Indo-Pasifik yang menjadi fokus wilayah peneltian

penulis. Sedangkan letak perbedaan antara artikel ini dengan penelitian yang sedang

penulis kaji adalah artikel ini berisikan uraian tantangan yang dihadapi oleh

Australia beserta beberapa kebijakan yang disarankan kepada pemerintah Australia

terhadap kawasan Samudera Hindia. Sedangkan penelitian penulis mengkaji

tentang kepentingan ekonomi dan keamanan Australia di kawasan Indo-Pasifik

1
Australian Journal of International Affairs. Phillips, Andrew. Australia and the Challenges of
order-building in the Indian Ocean Region, dalam Australian Journal of International Affairs,
Apr2013, Vol. 67 Issue 2, p125-140.
melalui organisasi regional Indian Ocean Rim Association (IORA). Dalam

penelitiannya, penulis berharap dapat memberikan kontribusi berupa prediksi

mengenai bagaimana Australia memanfaatkan kepemimpinannya sebagai Ketua

IORA dalam mencapai kepentingannya dalam mendapatkan kepentingan ekonomi

dan keamanannya dalam kawasan Indo-Pasifik.

Dalam artikelnya, Phillips melakukan analisa terhadap pergeseran

kepentingan keamanan (security interest) Australia yang awalnya tertuju pada

kawasan Asia-Pasifik pada akhirnya berpindah ke kawasan Indo-Pasifik seiring

dengan meningkatnya nilai strategis di kawasan ini. Pergeseran ini juga dipengaruhi

oleh kemunculan negara-negara Great Powers di kawasan Samudera Hindia; yakni

ditandai oleh kebangkitan India, kembalinya fokus Amerika Serikat terhadap

kawasan Asia, serta tumbuhnya kepentingan maritim China di Samudera Hindia.2

Di sini Australia memiliki kepentingan yang vital dalam mempromosikan sebuah

tatanan kawasan yang bebas dari konflik senjata negara-negara Great Powers serta

sebuah kawasan yang terbuka untuk perdagangan internasional, yang dilengkapi

dengan mekanisme keamanan yang baik dalam menghadapi tantangan keamanann

yang muncul di kawasan berupa terorisme dan bajak laut.

Artikel karya Phillips ini dibuat pada bulan April 2013, ditulis pada saat

Australia belum menduduki jabatan sebagai ketua Indian Ocean Regional

Association (IORA) berdasarkan penjelasan yang tertulis dalam Australia Defence

White Paper 2013, di mana orientasi Australia bergeser terhadap kawasan Indo-

2
Ibid.
Pasifik.3 Artikel ini berisikan kepentingan Australia terhadap peningkatan strategis

Samudera Hindia dalam sektor perdagangan, militer, serta perpolitikan dunia.

Dalam artikelnya, Phillips menjelaskan tentang kepentingan utama Australia

terhadap kawasan Samudera Hindia antara lain: 1) memelihara tatanan kawasan

(regional order) yang terbebas dari konflik senjata di antara negara-negara great

powers, 2) memelihara regional order dengan menjamin kebebasan terkait

perdagangan maritim untuk menyokong pertumbuhan ekonomi demi tercapainya

kemakmuran dan stabilitas kawasan, serta 3) memelihara regional order dengan

menerapkan kerjasama keamanan (security cooperation) yang efektif untuk

menghadapi tantangan keamanan mulai dari terorisme, perampokan, hingga

keamanan non-tradisional seperti bencana kemanusiaan yang terjadi di kawasan

Samudera Hindia. Selain itu, artikel ini juga merupakan kumpulan saran yang

diberikan oleh beberapa ahli terkait kepentingan Australia beserta apa yang harus

dilakukan oleh pemerintah Australia untuk mencapai kepentingannya, yang

dituliskan mulai tahun 2009 – 2012.

Studi terdahulu kedua, penulis menggunakan artikel karya seorang

Profesor yang berasal dari Wits University, Anthoni Van Nieuwkerk. Dalam

tulisannya yang berjudul South Africa’s National Interest ini, Nieuwkerk

melakukan analisa terhadap kepentingan nasional Afrika Selatan beserta kebijakan

luar negeri dan kebijakan keamanan nasionalnya.4 Persamaan studi terdahulu

dengan penelitian penulis terletak pada konsep yang digunakan, yaitu Kepentingan

3
Departement of Defence, Australian Government. 2013. Defence White Paper 2013 [online].
Diakses dari website http://www.defence.gov.au/whitepaper/2013/
4
Anthoni Van Nieuwkerk. 2010. South Africa’s National Interest. African Security Review.
Centre for Defence and Security Management, Wits University.
Nasional oleh K.J. Holsti untuk menganalisa kebijakan luar negeri suatu negara.

Namun perbedaannya terletak pada pengaplikasian konsep, di mana pada studi

terdahulu konsep ini digunakan untuk menganalisa kebijakan luar negeri dan

keamanan nasional dari Afrika Selatan, sedangkan pada penelitian penulis konsep

ini digunakan untuk menganalisa kepentingan ekonomi dan keamanan Australia

kawasan Indo-Pasifik melalui organisasi regional IORA. Dalam penelitiannya,

penulis menggunakan studi terdahulu ini sebagai referensi penulis dalam

pengoperasionalisasian konsep ke dalam fenomena yang penulis kaji.

Dalam artikel ini juga dijelaskan bahwa strategi kebijakan di Afrika

Selatan diperbaharui setiap tahunnya oleh Kabinet Lekgota, yang mana

mencerminkan kepentingan nasional dari negara Afrika Selatan. Kemiskinan masih

menjadi permasalahan utama di Afrika Selatan, di samping terbatasnya lapangan

pekerjaan dan rendahnya tingkat keamanan nasional. Nieuwkerk menjelaskan

bahwa kepentingan nasional Afrika Selatan adalah memenuhi kebutuhan human

security nasional berupa mengentaskan kemiskinan, meningkatkan jumlah

lapangan pekerjaan, meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara, serta

meningkatkan keamanan nasional. Selain itu, kepentingan nasional Afrika Selatan

juga dipengaruhi oleh kondisi global dan issue-issue internasional seperti organisasi

internasional, Multinational Corporation (MNC), global war on terror yang

dikampanyekan oleh Amerika Serikat, serta organisasi nuklir.5

Selain itu, Nieuwkerk juga menjelaskan tentang kebijakan keamanan

nasional Afrika Selatan yang juga dipengaruhi oleh ancaman keamanan baru,

5
Ibid. hal 93.
sehingga pada masa pemerintahan Presiden Mbeki dicanangkan kebijakan

keamanan nasional yang berdasarkan perdamaian, yakni peace making, peace

building, peace keeping, dan peace enforcement. Sebagai Chief Architect dari

Africa Union (AU) dan New Partnership for Africa’s Development (NEPAD),

Presiden Mbeki pun mengimplementasikan kebijakan regional tersebut dalam

kebijakan keamanan nasional Afrika Selatan yang berbasis perdamaian pada level

nasional dan internasional.6

2.2 Kerangka Konseptual

2.2.1 Konsep Kepentingan Nasional

Kepentingan nasional (national interest) merupakan salah satu konsep yang

digunakan untuk memahami perilaku politik luar negeri dari suatu negara. Setiap

tindakan yang diambil oleh unit politik suatu negara tentu saja dilandasi oleh

kepentingan nasionalnya. Kepentingan nasional ini yang kemudian menjadi

pedoman atau landasan bagi suatu negara dalam melakukan hubungan dan

kerjasama dengan negara lain. Dalam konsep ini dijelaskan pula bahwa setiap

negara harus mampu untuk memenuhi kebutuhan domestik untuk mencapai

kepentingan nasionalnya.

Terkenal sebagai salah satu tokoh yang mempopulerkan perspektif realis,

Hans J. Morgenthau menggunakan konsep kepentingan nasional (national interest)

dan kekuasaan (power) sebagai pilar utama dalam membangun teori politik luar

negeri dan politik internasional. Morgenthau mendefinisikan kepentingan sebagai

6
Ibid. hal 94.
tujuan dari tindakan politik internasional, sedangkan kekuasaan merupakan sarana

untuk mencapai tujuan tersebut.7 Kepentingan nasional merupakan kemampuan

suatu negara untuk melindungi dan mempertahankan identitas fisik, politik, dan

budayanya dari gangguan negara lain. Dengan kata lain, Morgenthau menjelaskan

bahwa kepentingan nasional terdiri atas dua elemen yaitu pemenuhan kebutuhan

domestik suatu negara, dan mempertimbangkan kondisi strategis di lingkup

eksternal dari negara tersebut.8 Morgenthau juga menambahkan bahwa kepentingan

nasional harus lebih diutamakan dari kepentingan regional, di mana suatu aliansi

dapat terjalin karena adanya keuntungan dan timbal balik yang didapat dari negara-

negara yang turut serta tergabung dalam suatu kawasan tersebut, bukan didasari

oleh ikatan ideologis ataupun moral.9

Kebijakan luar negeri beserta kebebasan pilihan yang akan diambil oleh suatu

negara dipengaruhi oleh kondisi sistemik yang ada di lingkungan internasional.

Namun kondisi ini tidak sepenuhnya memberikan pengaruh dalam penentuan

kebijakan luar negeri suatu negara, karena ada faktor lain yang juga berpengaruh

yaitu kepentingan yang dibawa oleh unit-unit politik maupun pihak-pihak yang

tergabung dalam negara bangsa di suatu wilayah, yang mana kepentingan mereka

ini hanya akan dapat diraih dengan memberikan pengaruh kepada negara lain.10

Dalam sebuah kebijakan luar negeri terdapat nilai dan tujuan, yang mana akan

7
Mochtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi (Jakarta: Pustaka
LP3ES, 1994) hlm. 163.
8
Hans J. Morgenthau, Politik Antar Bangsa, Buku Ketiga. (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
1991) hlm. 5.
9
Ibid, hlm. 164-166
10
K.J. Holsti, International Politics: A Framework for Analysis, Fifth Edition. (New Jersey:
Prentice Hall, 1988) hlm. 118.
berpengaruh terhadap citra (image) yang dibentuk baik yang bertujuan unutk

mempengaruhi, melanjutkan, maupun mengubah perilaku dari negara lain.

Sebagian besar diplomat dan para pembuat kebijakan luar negeri mengambil sebuah

kebijakan penting dalam waktu yang singkat (urgent pressure) sebagai respon atas

permasalahan yang muncul, sehingga kebijakan yang diambil ini bukan merupakan

kepentingan jangka panjang.11

K.J. Holsti mendefinisikan kepentingan nasional dengan menggunakan istilah

tujuan politik luar negeri.12 Tujuan ini merupakan sebuah “citra” yang ditunjukkan

oleh suatu negara mengenai keadaan atau kondisi negara tersebut di masa depan,

yang digunakan untuk memperluas pengaruhnya di luar batas teritorinya. Hal ini

dilakukan dengan cara mengubah atau mempertahankan perilaku negara lain, yang

dalam pelaksanaannya dapat dilakukan melalui individu dan pemerintah, di mana

individu sebagai penentu kebijakan dan pemerintah sebagai sebuah sarana untuk

menciptakan kondisi tersebut.13

Dalam bukunya, Holsti menjelaskan 3 kriteria yang digunakan untuk

menentukan kepentingan nasional, yaitu value, time, dan demands.14 Value

diartikan sebagai sebuah nilai yang ingin dicapai oleh suatu negara, yang mana

negara menggunakan sumber daya alam yang dimilikinya sebagai salah satu cara

untuk mendapatkan tujuannya tersebut. Time merupakan jangka waktu yang

diperlukan oleh sebuah negara untuk mendapatkan tujuan yang ingin dicapainya.

11
Ibid, hlm. 119.
12
Ibid.
13
Ibid.
14
K.J. Holsti, International Politics a Framework for Analysis, Prentice-Hal: New Jersey, 1967,
hlm. 131.
Sedangkan demands merupakan kemungkinan-kemungkinan untuk menjalin

hubungan dan kerjasama dengan negara lain yang dapat muncul pada saat negara

tersebut sedang berusaha untuk mencapai keinginannya.

Dalam menentukan kepentingan nasional dari suatu negara, pemerintah

melihat dari segi value, time, dan demands yang merupakan 3 hal yang saling

berkaitan. Sebelum melakukan kerjasama dengan negara lain untuk mencapai

kepentingannya, pemerintah suatu negara akan melihat seberapa besarkah

keuntungan yang akan didapat (value) dalam jangka waktu tertentu dengan

mempertimbangkan sumber daya yang dimilikinya serta kemungkinan-

kemungkinan untuk menjalin kerjasama dengan lingkup internasional demi

mendapatkan kepentingannya. Dalam implementasinya, besar kecilnya nilai dari

suatu kepentingan akan mempengaruhi negara dalam menjalin hubungan dengan

negara lain untuk mencapai kepentingannya.

Penjelasan mengenai value, time, dan demands ini terdapat di buku pertama

Holsti. Di buku kelimanya Holsti tidak lagi menjelaskan secara rinci mengenai

ketiga hal tersebut, namun lebih menjelaskan klasifikasi kepentingan nasional

yaitu“core” interests and values, middle range objectives, dan universal long range

goals. Holsti menjelaskan bahwa terdapat sebuah hierarki dalam tujuan politik luar

negeri dari suatu negara. Kepentingan utama (“core” interests and values) terletak

di dasar hierarki, yang merupakan tujuan utama atas keamanan, otonomi, dan

kemerdekaan dari unit-unit politik serta kesejahteraan dasar bagi masyarakat dari

suatu negara.15 Middle range objectives terletak di bagian tengah dari hierarki ini,

15
Ibid, hlm. 123
di mana tujuan yang ingin dicapai dari kepentingan ini tidak lebih penting dari

“core” interests and values. Long-range goals terletak di bagian atas dari hierarki

ini, karena tidak ada jangka waktu yang pasti dalam pencapaian tujuan ini. Selain

itu tidak semua negara berusaha untuk benar-benar mencapai tujuan ini, kecuali

tujuan ini selaras dengan kepentingan “core” interest dan middle-range objective

dari suatu negara. Dari hierarki ini dapat dilihat bahwa tidak semua tujuan diberikan

prioritas yang sama dalam usaha untuk mencapainya, tergantung dari besarnya nilai

kepentingan tersebut.16

K..J. Holsti membuat hierarki kepentingan nasional ini berdasarkan jangka

waktu dan nilai (time and value) dari suatu kepentingan, sehingga Holsti

menentukan skala prioritas untuk kepentingan yang harus dipenuhi dalam waktu

waktu singkat karena bersifat urgent. Berdasarkan waktu dan prioritas, Holsti

mengelompokkan kepentingan menjadi 2 yaitu kepentingan immediate-high, yang

berarti kepentingan ini bersifat sangat penting sehingga pencapaiannya harus

diutamakan sesegera mungkin karena kepentingan ini sangat penting bagi

keberlangsungan hidup negara.17 Core interest termasuk dalam kategori

kepentingan ini. Sedangkan untuk pemenuhan kepentingan distant-lower tidak

terlalu diprioritaskan oleh pemerintah suatu negara seperti pemenuhan core

interest, karena pemenuhannya tidak dapat dilakukan dalam tempo waktu yang

singkat. Long-range goals termasuk dalam kepentingan distant-lower, sedangkan

16
Ibid, hlm. 123
17
Ibid, hlm. 123
middle-range objective berada di tengah-tengah antara immediate-high dan distant

lower.18

Dalam skema 1 di bawah, Holsti memberikan contoh dan saran tentang

tindakan yang dapat dilakukan oleh suatu negara dalam mencapai kepentingannya,

yang kemudian diklasifikasikan dalam core interest, middle-range objectives, dan

long-term goals. Dari skema tersebut, Holsti juga menyebutkan concrete dan

abstract sebagai nilai (values) dari suatu kepentingan. Tindakan yang terdapat di

kolom concrete merupakan contoh dari tindakan yang dilakukan oleh pemerintah

suatu negara dalam mencapai kepentingannya, yang mana klasifikasinya sudah

jelas, apakah itu tergolong ke dalam core, middle, maupun long-term goals.

Sedangkan untuk tindakan yang terdapat di kolom abstract, belum tentu merupakan

kepentingan yang ingin dicapai sebagai core, middle, maupun long-term goals. Jadi

untuk tindakan yang terdapat di kolom abstract ini tidak memiliki jangka waktu

tertentu dalam upaya pencapaiannya. Misalnya, prestige terdapat di kolom

abstract dan termasuk dalam klasifikasi middle-range objectives. Padahal dalam

realitanya, prestige ini bisa saja merupakan tindakan yang dilakukan untuk

mencapai kepentingan utama (core interest).19

18
K.J. Holsti, op cit, hlm. 124.
19
Ibid, hlm. 134.
Skema 1. Skema Kepentingan Nasional dari K.J. Holsti20

Long-range Goals
Distant-lower

“new order” World order

International peace and security

Middle-range Objectives

Sustain international instistution Prestige


Time and Prioroties

Regional domination, expansion Promote values abroad

Develop economic opportunity abroad (women empowerment)

Weaken opponent(s); support allies, friends

Core Interest and Values

Economic welfare Protect, enhance “way of life”


Immediate-high

National security

Territorial integrity

Territorial unity, reunification

concrete abstract
Values

Sumber: K.J. Holsti, International Politics: A Framework for Analysis, Fifth

Edition.

20
Ibid, hlm. 124
2.2.1.1 “Core” interests and values

“Core” interests and values, atau disebut juga dengan kepentingan utama,

termasuk dalam kepentingan jangka pendek. Digolongkan demikian karena

kepentingan ini merupakan suatu hal yang dianggap sangat penting oleh suatu

negara, karena kepentingan ini dapat mengancam keberlangsungan hidup dari suatu

negara apabila tidak segera dipenuhi.21 Sehingga negara tersebut akan

mengupayakan cara untuk mencapai tujuan tersebut, dengan menggunakan sumber

daya yang dimilikinya. Seiring dengan perkembangan jaman, kini kesejahteraan

ekonomi telah menggantikan ekspansi kedaulatan atas wilayah sebagai tujuan

utama dari kepentingan nasional sebuah negara.

Dalam hal ini Lenin berpendapat bahwa dalam menentukan kepentingan

utama suatu negara, pembuat kebijakan akan menentukan tujuan dasar dari

kepentingan nasional suatu negara. Tentunya kepentingan ini memiliki nilai

pengorbanan yang besar, karena pemerintah suatu negara harus melindungi

kehidupannya (way of life).22 Cara untuk menjaga way of life adalah dengan

melindungi teritori serta memperbaiki dan mengembangkan tatanan politik, sosial

dan ekonomi dari suatu negara.

a. Self-preservation

Definisi “Core” interests and values selalu dihubungkan dengan self-preservation

dari unit-unit politik, yang mana kepentingan ini harus dicapai oleh pembuat

kebijakan di suatu negara. Self-preservation merupakan upaya yang dilakukan

21
K.J. Holsti, op cit, hlm. 124.
22
Ibid, hlm. 126.
suatu negara untuk memenuhi kepentingan domestiknya, sehingga negara tersebut

mampu mempertahankan eksistesinya baik dalam lingkup domestik maupun

internasional. Bentuk dari self-preservation ini dipengaruhi oleh sikap si pembuat

kebijakan. Parameter dalam self-extension ini adalah dengan melihat tindakan yang

dilakukan oleh pemerintah suatu negara mengenai jaminan atas kedaulatan dan

kemerdekaan, serta meningkatkan keseluruhan sistem politik, sosial, dan ekonomi

dalam wilayah teritori negara tersebut.23

Sebagian pembuat kebijakan beranggapan bahwa self-preservation ini

merupakan sebuah kebijakan yang berkontribusi besar bagi kehidupan suatu

negara, layaknya penjajah yang memberikan kemerdekaan secara sukarela kepada

negara jajahannya. Sedangkan sebagian yang lain menganggap self-preservation

sebagai keutuhan tujuan dan kepentingan yang dimiliki oleh pemerintah suatu

negara, yang mana dianalogikan dengan kemerdekaan suatu negara merupakan

sebuah bagian yang utuh dari suatu bangsa, yang mana dalam pencapaiannya harus

diupayakan dengan semaksimal mungkin dengan harga yang mahal.24 Pada jaman

sekarang, perwujudan dari self-preservation suatu negara cenderung lebih ke arah

perbaikan dan peningkatan sistem politik, sosial, dan ekonomi dari wilayah suatu

negara, menggantikan jaminan atas kedaulatan dan kemerdekaan suatu wilayah

negara.

23
Ibid, hlm. 125.
24
Ibid, hlm. 124.
b. Defence of strategically vital areas

Seiring dengan perkembangan jaman, kepentingan nasional dari suatu negara

pun berubah orientasi dari yang awalnya ekspansi untuk menguasai kedaulatan

suatu wilayah berubah menjadi melakukan kontrol atas wilayah lain untuk

mendapatkan akses terhadap aset berupa tenaga kerja dan bahan mentah yang

terdapat di wilayah tersebut.25 Dengan mendapatkan akses atas tenaga kerja dan

bahan baku, tentu saja hal ini dapat meningkatkan state’s capabilities terutama

dalam sektor ekonomi. Selain itu, keyakinan akan ancaman utama dari intergritas

territorial negaranya adalah sampai ke wilayah yang berada di sekitar teritori

negaranya. Seperti yang dilakukan oleh Amerika Serikat dengan membentuk sebuat

pakta yaitu North Atlantic Treaty Organization (NATO), yang menegaskan bahwa

apabila terjadi penyerangan terhadap negara-negara aliansinya di Eropa sama saja

dengan melakukan penyerangan terhadap Amerika Serikat. 26 Indikator ini

merupakan sebuah aspek yang penting karena keterbatasan sumber daya alam dan

tenaga kerja di suatu negara dapat mengancam pemenuhan kebutuhan negeranya,

khususnya kebutuhan domestiknya. Sehingga hal ini mendorong suatu negara untuk

berusaha mendapatkan akses terhadap bahan mentah dan tenaga kerja di wilayah

yang berada di sekitar teritorinya.

25
Ibid, hlm. 126
26
K.J. Holsti, op cit, hlm. 125.
c. Ethnic, religious, or linguistic unity

Abad ke-19 merupakan era di mana sebagian besar negara di dunia mulai

memahami arti penting dari nasionalisme, karena banyak negara yang mulai

merdeka dari jajahan negara lain. Kesatuan suku, agama, budaya dan bahasa

membuat masyarakat saling menguatkan serta mengukuhkan batas wilayahnya

berdasarkan persamaan tersebut, yang mana akhirnya timbul kecenderungan

timbulnya konflik di daerah perbatasan. Hal ini kemudian menjadi salah satu

“core” interest dari sebuah negara karena menyangkut batas wilayah kedaulatan

suatu negara, di mana pemerintah harus melakukan reunification, atau penyatuan

kembali wilayahnya untuk melindungi teritori beserta tatanan sosial melalui

kebijakan pertahanan negara (defence policies).27

2.2.1.2 Middle-range objectives

Dalam kepentingan jangka menengah, negara menentukan sebagian

tuntutannya kepada beberapa negara sebagai salah satu bentuk upaya dalam

memenuhi kepentingan nasionalnya. Meskipun negara bekerja dan berusaha untuk

menggapai kepentingan tersebut dengan menggunakan sumber daya yang

dimilikinya, namun tujuan ini merupakan suatu hal yang bersifat opsional.28

Dikatakan demikian karena apabila terjadi kegagalan dalam kerjasama yang

dilakukan dengan negara lain, kegagalan tersebut tidak terlalu berisiko terhadap

keamanan dan kesejahteraan suatu negara.

27
Ibid, hlm. 126
28
Ibid, hlm. 129
Disebut dengan kepentingan jangka menengah, karena pembangunan

ekonomi dan pencapaian kesejahteraan sosial tidak dapat ditempuh dalam waktu

yang singkat. Dalam menganalisa suatu kebijakan negara melalui kepentingan ini,

kita dapat melihat kebijakan domestik dan internasional suatu negara. Kepentingan

ini terdiri dari tiga indikator utama antara lain private citizen’s interest, state’s

prestige, dan self-extension. Kemudian untuk indikator pendukung lainnya antara

lain promoting human rights, environmental regulations, dan the development of

international institutions.29 Berikut penjelasan dari masing-masing komponen dari

middle-range objectives:

a. Private citizen’s interests

Terkadang pemerintah suatu negara mau berkomitmen untuk mendukung

kepentingan sekelompok warga negaranya hingga ke luar negeri, yang mana bentuk

dukungan ini diupayakan sungguh-sungguh degan menggunakan kekuasaan serta

sumber daya negaranya.30 Bukannya mengoptimalkan upaya untuk ekspansi

perdagangan dan akses terhadap pasar internasional yang menyangkut

kesejahteraan sosial negaranya, pemerintah malah mendukung dan melayani

permohonan dari sekelompok individu. Bahkan apabila diperlukan, pemerintah

negara tersebut juga akan menurunkan pasukan militernya untuk melindungi

kepentingan tersebut, meskipun kepentingan tersebut tidak menyangkut

kepentingan sosial negaranya.31 Di sini dapat dilihat bahwa kepentingan dari

perusahaan-perusahaan swasta juga menjadi kepentingan jangka menengah

29
Ibid.
30
Ibid, hlm. 127
31
Ibid.
pemerintah suatu negra, meskipun kepentingan tersebut hanya menyangkut sedikit

kepentingan umum terkait kesejahteraan sosial di suatu negara.32

b. State’s prestige

Merupakan tujuan yang dilakukan untuk meningkatkan prestis suatu negara di

lingkungan internasional. Suatu negara dapat meningkatkan nama baiknya melalui

upacara diplomatik seperti kunjungan kehormatan dari kepala negara, pameran

pengetahuan dan teknologi, serta peningkatan kemampuan militernya. 33 Seiring

dengan berkembangnya jaman, cara untuk meningkatkan nama baik dari suatu

negara pun dapat diukur melalui perkembangan industri, ilmiah, dan teknologi.34

Perkembangan senjata nuklir menjadi salah satu komponen terpenting untuk

meningkatkan nama baik dari suatu negara, serta merupakan tolak ukur penilaian

sector militer dari suatu negara dan meningkatkan status diplomatik. Langkah-

langkah tersebut merupakan instrumen yang dilakukan oleh negara maju untuk

meningkatkan naa baiknya. Sedangkan untuk negara berkembang, “prestige” dapat

dianggap sebagai solusi untuk sebuah negara yang sedang menghadapi tuntutan

terhadap standar hidup (living standard) masyarakat domestik melalui program

perkembangan ekonomi yang besar-besaran.35 Selain itu, prestis juga dilihat

sebagai ajang kompetisi antar negara dalam lingkup internasional.

32
Ibid.
33
Ibid, hlm. 127.
34
Ibid, hlm. 128.
35
Ibid, hlm. 128.
c. Self-extension

Merupakan upaya yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperluas

wilayah kekuasaannya dengan melakukan imperialisme. Tidak hanya dengan cara

menduduki suatu wilayah, imperialisme juga dapat dilakukan dengan mencari

keuntungan dan kemudahan untuk mendapatkan akses bahan baku mentah,

pemasaran, serta jalur perdagangan, yang mana tidak bisa ditempuh melalui

perdagangan biasa maupun jalur diplomasi.36 Sebagian negara juga menyebarkan

ideological self-extension, yaitu menyebarkan nilai-nilai politik dan ideologi di

negara yang menjadi tujuan imperialismenya, bersamaan dengan melakukan self-

extension dengan tujuan ekonomi maupun tujuan strategis yang lain terhadap suatu

wilayah. Beberapa negara yang melakukan ideological self-extension antara lain

Stalin dari Russia yang menyebarkan sosialisme ke negara-negara di Asia TImur;

dan penyebaran komunisme China hingga ke Tibet.37

Selain private citizen’s interest, state’s prestige, dan self-extension, terdapat

indikator pendukung lainnya yang dapat digunakan untuk mengelompokkan suatu

kepentingan ke dalam middle-range objectives. Indikator pendukung ini adalah

promoting human rights, merupakan tindakan yang dilakukan oleh suatu negara

terkait dukungan atas hak asasi manusia (HAM), yang mana tentu saja terkandung

kepentingan di dalamnya.

36
Ibid, hlm. 128.
37
Inid, hlm. 129.
2.2.1.3 Long-range goals

Klasifikasi yang ketiga yaitu long range goals, atau tujuan jangka panjang,

merupakan serangkaian rencana, cita-cita dan pandangan untuk merekonstruksi

keseluruhan sistem internasional dengan mengaplikasikan nilai-nilai universal yang

sejalan dengan kepentingan suatu negara.38 Suatu negara dapat membawa

kepentingan politik dan ideologi dari suatu negara ke dalam suatu sistem

internasional beserta membuat tatanan pemerintahan dalam sistem internasional.

Berbeda dengan middle range objectives, yang memiliki kepentingan khusus

terhadap suatu negara, long range goals memiliki kepentingan yang universal pada

sistem internasional atas mimpi-mimpi yang telah direncanakan jauh-jauh hari

sebelumnya. Maka dari itu kepentingan ini tidak dapat dicapai dalam waktu yang

singkat, bahkan waktu terealisasinya kepentingan ini pun tidak dapat dipastikan.

Tidak semua negara dapat mengejar tujuan long-range goals dengan konsisten,

kecuali kepentingan ini selaras dengan “core” interests dari negara tersebut.

2.3 Definisi Operasional

Dalam menentukan kebijakan luar negeri maupun kerjasama internasional,

setiap negara akan menyertakan kepentingan nasionalnya sebagai landasan dalam

menjalin hubungan dengan negara lain. Kepentingan nasional disebut juga sebagai

tujuan yang akan dicapai oleh suatu negara. Melalui kepemimpinannya di

organisasi regional Indian Ocean Rim Association (IORA), Australia berusaha

38
Ibid, hlm. 129.
untuk mendapatkan kepentingannya di kawasan Indo-Pasifik pada tahun 2013 –

2015.

Pada penelitian ini, konsep kebijakan nasional digunakan untuk melihat

kepentingan yang dibawa oleh Australia di kawasan Indo-Pasifik pada tahun 2013

– 2015. Kepentingan ini dapat diidentifikasi melalui kepentingan jangka pendek,

jangka menengah, dan jangka panjang.

2.3.1 “Core” Interests and Values

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa core interest and values disebut

juga sebagai kepentingan utama yang harus dicapai dalam tempo waktu yang cepat

karena kepentingan ini menyangkut keberlangsungan hidup dari suatu negara,

sehingga memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan suatu negara apabila tidak

segera dipenuhi. Dalam studi terdahulu penulis yang berjudul South Africa’s

Interest, Nieuwkerk menjelaskan bahwa kepentingan nasional Afrika Selatan lebih

cenderung mengarah ke tujuan jangka pendek, yaitu memenuhi kebutuhan human

security nasional serta meningkatkan keamanan nasional. Dalam penelitian ini

penulis akan melihat apa saja kepentingan utama Australia dalam kawasan Indo-

Pasifik yang harus segara dicapai dalam kurun waktu yang singkat pada tahun 2013

- 2015.

a. Self-Preservation

Self-preservation adalah upaya yang dilakukan oleh suatu negara untuk

mencapai kepentingan negaranya yang bersifat vital, yang sangat berpengaruh

pada keberlangsungan hidup negaranya. Self-preservation ini merupakan upaya

yang dicapai oleh suatu negara untuk memperbaiki dan meningkatkan


kepentingan domestik negaranya. Untuk melihat upaya Australia dalam

melakukan self-preservation, penulis akan menganalisa bentuk tindakan yang

telah diambil oleh pemerintah Australia mengenai jaminan atas kedaulatan dan

kemerdekaan, serta meningkatkan keseluruhan sistem politik, sosial, dan

ekonomi dalam wilayah teritori negara tersebut.. Untuk mengidentifikasi

kepentingan ini penulis akan melihat ada tidaknya perbaikan dan penguatan

beserta bagaimana cara pemerintah Australia melakukan perbaikan dan

penguatan dalam sistem politik, sosial, dan ekonomi Australia.

b. Defence of Strategically Vital Areas

Kontrol untuk mendapatkan akses masuk terhadap asset sumber daya

alam dan tenaga kerja yang ada dalam suatu wilayah merupakan sebuah

“power” yang dapat meningkatkan kemampuan (capability) suatu negara.

Indikator ini merupakan sebuah aspek yang penting karena keterbatasan sumber

daya alam dan tenaga kerja di suatu negara dapat mengancam pemenuhan

kebutuhan negaranya, khususnya kebutuhan domestiknya. Sehingga hal ini

mendorong suatu negara untuk berusaha mendapatkan akses terhadap bahan

mentah dan tenaga kerja di wilayah yang berada di sekitar teritorinya. Seperti

yang dilakukan oleh Amerika Serikat dengan membentuk sebuat pakta yaitu

NATO, yang menegaskan bahwa apabila terjadi penyerangan terhadap negara-

negara aliansinya di Eropa sama saja dengan melakukan penyerangan terhadap


Amerika Serikat.39 Melalui indikator ini penulis akan melihat bentuk

kepentingan Australia dalam melakukan kontrol di wilayah-wilayah yang masih

berada dalam teritorinya, apakah Australia juga membentuk sebuah pakta seperti

yang dilakukan oleh Amerika Serikat, atau menggunakan cara lain namun

dengan tujuan yang sama.

c. Ethnic, Religious, or Linguistic Unity

Kesatuan suku, agama, dan bahasa merupakan komponen terpenting dari

berdirinya suatu negara. Stabilitas negara dapat terganggu dengan adanya konflik

yang muncul terkait diskriminasi suku, agama, bahkan bahasa. Adalah suatu hal

yang penting bagi suatu negara untuk menjaga stabilitas negaranya melalui upaya-

upaya untuk menghindari munculnya konflik ini. Sehingga apabila terjadi

pecahnya konflik, pemerintah harus melakukan reunification untuk melindungi

teritori beserta tatanan sosial di negaranya melalui kebijakan pertahanan negara.

Dalam penelitian ini, penulis akan melihat apakah faktor suku, agama dan bahasa

merupakan hal yang sangat diperhatikan oleh pemerintah Australia dalam

menjaga stabilitas negaranya.

2.3.2 Middle-Range Objectives

Jenis kepentingan yang kedua ini dikenal dengan kepentingan jangka

menengah, karena fokus utamanya adalah meningkatkan kemampuan, nama baik,

39
K.J. Holsti, op cit, hlm. 125.
dan adanya kepentingan dari pihak-pihak swasta (sekelompok individu) dari suatu

negara. Sehingga dalam melakukan pencapaian atas hal-hal tersebut dibutuhkan

jangka waktu yang tidak sedikit, karena pembangunan ekonomi serta kesejahteraan

sosial tidak dapat ditempuh dalam waktu yang singkat. Dalam studi terdahulu yang

digunakan oleh penulis, Anthoni menjelaskan bahwa kepentingan jangka menengah

Afrika Selatan antara lain melakukan kerjasama serta memperkuat kerjasama

internasional dan organisasi regional, serta mempromosikan hak asasi manusia dan

demokrasi. Dapat dilihat bahwa tujuan yang akan dicapai oleh Afrika Selatan tidak

dapat dicapai dalam kurun waktu yang singkat. Sedangkan dalam penelitian ini,

penulis akan melakukan identifikasi dan analisa terhadap kepentingan Australia

dalam kawasan Indo-Pasifik pada tahun 2013-2015.

a. Private citizen’s interests

Ada pemerintah suatu negara yang sangat mendukung kepentingan dari

investasi dari perusahaan maupun firma-firma swasta milik sebagian warga

negaranya yang ditanamkan di luar negeri, yang mana bentuk dukungan ini

diupayakan sungguh-sungguh degan menggunakan kekuasaan serta sumber

daya negaranya.40 Selain itu, pemerintah negara tersebut juga akan menurunkan

pasukan militernya untuk melindungi kepentingan tersebut, meskipun

kepentingan tersebut tidak menyangkut kepentingan sosial negaranya. 41 Di sini

dapat dilihat bahwa kepentingan dari perusahaan-perusahaan swasta juga

menjadi kepentingan jangka menengah pemerintah suatu negara, meskipun

40
Ibid, hlm. 127
41
Ibid.
kepentingan tersebut hanya menyangkut sedikit kepentingan umum terkait

kesejahteraan sosial di suatu negara. Dalam indikator ini, penulis akan melihat

apakah ada kepentingan pihak swasta yang dilindungi oleh pemerintah Australia.

b. State’s Prestige

Dalam membina suatu hubungan kerjasama internasional, sebuah negara

tentu akan mempertimbangkan nama baik dari negara yang akan diajak bekerja

sama. Maka dari itu adalah sebuah keharusan bagi suatu negara untuk menjaga

dan meningkatkan nama baik negaranya. Peningkatan nama baik (prestis) ini

dapat dilihat melalui peningkatan kemampuan suatu negara, baik dalam sektor

diplomatik, ekonomi (perkemangan industri), militer, hingga ilmu pengetahuan

dan teknologi. Dengan menggunakan indikator ini penulis akan melihat cara

pemerintah Australia dalam meningkatkan nama baiknya di kawasan Indo-

Pasifik pada tahun 2013-2015.

c. Self-Extension

Self-extension merupakan bentuk imperialisme yang dilakukan oleh

suatu negara sebagai salah satu upaya untuk mendapatkan kepentingannya

dengan cara menaklukkan serta mempengaruhi wilayah lain. Imperialisme tidak

hanya dilakukan dengan cara menduduki suatu wilayah, tapi juga mencari

keuntungan dan kemudahan akses untuk mendapatkan jangkauan pemasaran

yang lebih luas, akses bahan mentah yang murah, serta jalur perdagangan,
hingga ideological self-extension yang tidak dapat dicapai melalui jalur

diplomasi biasa. Melalui indikator ini, penulis akan melihat tindakan pemerintah

Australia dalam mendapatkan kepentingannya terhadap kawasan Indo-Pasifik

melalui self-extension ini.

Selain private citizen’s interest, state’s prestige, dan self-extension, terdapat

indikator pendukung lainnya yang dapat digunakan untuk mengelompokkan suatu

kepentingan ke dalam middle-range objectives. Indikator pendukung ini adalah

promoting human rights, merupakan tindakan yang dilakukan oleh suatu negara

terkait dukungan atas hak asasi manusia (HAM), yang mana tentu saja terkandung

kepentingan di dalamnya.

2.3.3 Long-Range Goals

Kepentingan jangka panjang ini berisikan serangkaian rencana, cita-cita, dan

pandangan suatu negara untuk merekonstruksi sistem internasional dengan

mengaplikasikan nilai-nilai universal yang sejalan dengan kepentingan nasional

negaranya. Namun sayangnya tidak semua negara dapat dengan konsisten mengejar

tujuan jangka panjang ini, karena sebuah negara akan berusaha mencapai tujuan

jangka panjang apabila tujuan ini selaras dengan tujuan jangka pendek dan/atau

menengah dari negaranya. Dalam studi terdahulu yang ditulis oleh Anthoni,

dijelaskan bahwa kepentingan jangka panjang Afrika Selatan bertujuan untuk

membentuk tata kelola dunia yang demokratis dan mewujudkan Africa

Renaissance, yang mana hal ini tidak dapat dicapai dalam jangka waktu yang
singkat pula. Melalui indikator ini, penulis akan melakukan analisa terhadap

tindakan yang dilakukan oleh pemerintah Australia dalam mencapai kepentingan

jangka panjangnya dalam ekonomi dan keamanan di kawasan Indo-Pasifik pada

tahun 2013 – 2015.

2.4. Operasionalisasi Konsep

Tabel 1. Tabel Operasionalisasi Konsep Kepentingan Nasional

Variabel Indikator Parameter Operasionalisasi


Core Self Ensure the Upaya pemerintah
Interests and Preservation sovereignty and Australia dalam
values independence of meningkatkan dan
home territory and menguatkan keseluruhan
to perpetuate a sistem politik, sosial, dan
particular political, ekonomi dalam wilayah
social, and teritori negaranya, serta
economic system menjaga wilayah
based on that kedaulatannya di era
territory Gillard dan Abbott.
Defence of Controlling or Kontrol pemerintah
strategically defending Australia atas wilayah
vital areas neighboring yang terdapat di
territories, which sekitarnya: membangun
contain a labor firma pertambangan
force and raw minyak lepas pantai di
materials. wilayah barat Samudera
Hindia serta
memaksimalkan Cocos
Islands sebagai basis
militer Australia di
kawasan Samudera
Hindia.
Ethnic, Melihat upaya suatu Kebijakan yang
religious, or negara dalam mewajibkan penduduk
linguistic unity melindungi suku, Australia untuk
agama dan bahasa mendapatkan
(social order) pengetahuan serta
menggunakan mempelajari bahasa
territorial order. beberapa negara di Asia
pada saat mengenyam
pendidikan.
Middle- Private citizen’s Committing state’s Australia meggunakan
range interest power and keanggotaannya di IORA
Objectives resources, untuk memberikan
sometimes using perlindungan terhadap
force, to protect the firma minyak lepas
foreign investments pantai yang terdapat di
of private firms wilayah barat Samudera
operating abroad. Hindia.
State’s Prestige Peningkatan nama Australia bersama
baik suatu negara di beberapa negara anggota
lingkungan IORA melaksanakan
internasional joint naval exercises dan
melalui naval symposium untuk
perkembangan meningkatkan kapabilats
industri dan IPTEK, militernya.
upacara diplomatik,
peningkatan
kemampuan militer,
pemberian BLN,
pengembangan
senjata nuklir serta
kemampuan untuk
mengakses ruang
angkasa.
Self-Extension Melihat bentuk self- Melihat bentuk self-
extension dari suatu extension Australia baik
negara melalui dalam bentuk territorial
territorial maupun ideological self-
expansion (akses extension melalui IORA
terhadap bahan untuk mencapai
mentah, pasar, jalur kepentingannya.
perdagangan yang
tidak dapat
diperoleh melalui
diplomasi biasa)
dan ideological
expansion (nilai-
nilai sosio-ekonomi
dan politik, agama,
kebudayaan)
Promoting Melihat kepentingan Australia
human rights sutu negara dalam mempromosikan women
tindakan yang empowerment sebagai
dilakukan oleh salah satu program kerja
pemerintah dalam yang dibawanya pada
memberikan saat menduduki jabatan
dukungan terhadap ketua IORA pada
HAM periode 2013-2015.

Long-range New Order Melihat bagaimana Reformasi organisasi


Goals cara sebuah negara dalam IORA serta Perth
dalam Principles Declaration
merekonstruksi disetujui menjadi
sistem internasional deklarasi pertama di
dengan IORA.
mengaplikasikan
nilai-nilai universal
yang sejalan dengan
kepentingan
Sumber: Olahan penulis dari buku National Interest K.J. Holsti Jilid ke-5.
2.5 Alur Pemikiran

Kebijakan luar negeri Australia memiliki


Australia menjadi
Australia tahun 2013 kepentingan strategis
Ketua IORA periode
berfokus pada kawasan terhadap kawasan
tahun 2013 - 2015
Asia Samudera Hindia

Pergeseran orientasi
Jabatan Ketua IORA strategis Australia dari
Kepentingan Nasional
digunakan sebagai kawasan Samudera
K.J. Holsti
sarana Hindia ke kawasan
Indo-Pasifik

Core interests and values


Australia mendapatkan  Self-preservation
kepentingan strategis  Defence of strategically vital
dalam sektor ekonomi areas
dan keamanan di  Ethnic, religious, or linguistic
kawasan Indo-Pasifik unity

Middle-range Objectives
 Private citizen’s interests
 State’s prestige
 Self-extension
 Promoting human rights

Long-range Goals
 World order
2.6 Argumen Utama

Berdasarkan alur pemikiran yang telah disampaikan penulis, maka argumen

utama yang diajukan oleh penulis adalah Australia mendapatkan kepentingannya

dalam ekonomi dan keamanan melalui organisasi regional Indian Ocean Rim

Association (IORA) di kawasan Indo-Pasifik pada tahun 2013 – 2015. Kepentingan

tersebut dapat dicapai oleh Australia melalui middle-range objecives, yang terdiri

dari: (1) perlindungan atas private citizen’s interest, yaitu upaya pemerintah

Australia bersama beberapa negara anggota IORA untuk memberikan perlindungan

terhadap firma minyak lepas pantai yang terdapat di wilayah barat Samudera

Hindia; (2) peningkatan state’s prestige Australia dalam sektor militer, yaitu

melalui joint exercise dan naval symposium dengan negara-negara angota IORA;

serta (3) promoting human’s right, yang mana Australia dengan gencarnya

mempromosikan serta menjadikan women empowerment sebagai salah satu

program kerja pada saat Australia menjabat sebagai Ketua IORA periode 2013 –

2015.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif. Jenis

penelitian ini berisikan penjelasan dan deskripsi yang terperinci dari suatu

fenomena yang sedang dikaji. Dalam penelitian ini, penulis menjelaskan tentang

kepentingan ekonomi dan keamanan Australia melalui organisasi regional Indian

Ocean Rim Association (IORA) di kawasan Indo-Pasifik pada tahun 2013 – 2015.

3.2 Ruang Lingkup Penelitian

Penulis akan mengkaji kepentingan ekonomi dan keamanan Australia melalui

organisasi regional Indian Ocean Rim Association (IORA) di kawasan Indo-Pasifik

pada tahun 2013 – 2015. Penulis menetapkan tahun 2010 sebagai tahun dimulainya

penelitian karena Australia dipimpin oleh Julia Gillard, yang mana pada periode

pemerintahannya ini Australia mulai memusatkan perhatiannya kepada kawasan

Asia, sebagaimana tertulis dalam 2012 Australia Policy White Paper. Kemudian

diikuti oleh penyempitan orientasi kawasan di era Abbott, dari yang semula di

kawasan Asia menjadi Indo-Pasifik saja, yang tertulis dalam 2013 Defence White

Paper. Dalam dua periode pemerintahan ini (2010-2015), Australia dipimpin oleh

dua orang Perdana Menteri yaitu Julia Gillard dan Tony Abbott. Sedangkan tahun

2015 ditentukan penulis sebagai batas akhir dari penelitian karena tahun 2015
merupakan batas akhir kepemimpinan Australia dalam organisasi regional IORA,

yang juga merupakan titik permulaan peningkatan orientasi strategis Australia dari

kawasan Samudera Hindia ke Indo-Pasifik.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan dari

sumber-sumber yang telah tersedia. Sumber-sumber ini terdiri atas interpretasi,

komentar, maupun pembahasan terkait issue yang sama dengan yang sedang

penulis kaji.1

Metode pengumpulan data ini dilakukan dengan cara melakukan penleitian

maupun menggali informasi berupa buku, artikel, surta kabar, serta dokumen resmi

lainnya terutama yang berasal dari official website negara terkait. Selain itu, metode

ini dilakukan agar penulis dapat mengetahui informasi berupa kejadian yang telah

terjadi di masa lampau serta menghubungkannya dengan fenomena yang terjadi

pada saat ini.

3.4 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan oleh penulis adalah teknik analisis data

kualitatif. Teknik analisa data kualitatif merupakan tahapan untuk melakukan suatu

analisa dengan cara pengorganisiran data melalui pemilihan data, yang kemudian

disusun menjadi suatu kesatuan data yang dapat dikelola dan dijelaskan secara

1
Mochtar Mas’oed. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Pustaka LP3ES,
Jakarta, 1994, jlm. 291
sistematis.2 Dalam penelitian ini, level of analisys yang penulis gunakan yakni

melihat perilaku dalam level negara (state) terhadap organisasi regional.

3.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari penelitian ini terdiri atas beberapa yang dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah yang penulis kaji, yang

membahas mengenai pentingnya kawasan Indo-Pasifik dan organisasi regional

IORA bagi Australia, khususnya pada tahun 2013-2015.

2. BAB II: KERANGKA PEMIKIRAN

Bab ini berisi tentang studi terdahulu yang memiliki persamaan dalam tema

maupun issue yang penulis kaji dalam penelitian. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan konsep milik K.J. Holsti tentang kepentingan nasional yang

diklasifikasikan menjadi 3 antara lain: core interests and values, middle-range

objectives, dan long-range goals.

3. BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang tahapan yang penulis lakukan agar dapat menjelaskan

fenomena yang sedang penulis kaji.

2
Prof. DR. Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja Posdakarya, Bandung, 2005, hlm.
248
4. BAB IV: AUSTRALIA DAN KAWASAN INDO-PASIFIK

Bab ini berisi pemaparan data-data mengenai dinamika politik luar negeri

Australia pada tahun 2010-2015, Australia dan Samudera Hindia yang merupakan

bagian dari kawasan Indo-Pasifik, serta Australia dan organisasi regional Indian

Ocean Rim Association (IORA).

5. BAB V: KEPENTINGAN AUSTRALIA DI KAWASAN INDO-PASIFIK

PADA TAHUN 2013 – 2015.

Bab ini berisi pembahasan hasil penelitian mengenai analisa kepentingan

Australia dalam kawasan Indo-Pasifik yang dianalisa menggunakan konsep

kepentingan nasional milik K.J. Holsti, yakni melalui indikator-indikator yang

terdapat dalam core interests and values, middle-range objectives, dan long-range

goals. Bab ini akan menjawab kepentingan Australia di kawasan Indo-Pasifik

pada tahun 2013 – 2015.

6. BAB VI: KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil analisa mengenai kepentingan ekonomi

dan keamanan Australia melalui organisasi regional Indian Ocean Rim

Association (IORA) di kawasan Indo-Pasifik pada tahun 2013 - 2015.


BAB IV

AUSTRALIA DAN KAWASAN INDO-PASIFIK

4.1 Dinamika Politik Luar Negeri Australia (2010-2015)

Pertambangan merupakan salah satu komponen utama yang mendorong

pertumbuhan ekonomi Australia (termasuk dalam sektor industri. Pertambangan

menyumbang perekonomian negara sebesar 28.2% dari total GDP), menduduki

posisi nomor dua di bawah sektor jasa (68.2%) dan di atas agrikultur (3.6%).1

Sebagai sebuah negara yang kaya akan sumber daya mineral dan energi, Australia

menghasilkan emas, bijih besi, nikel, lead, rutile, tantalum, uranium, besi, zircon,

dan industri berlian terbesar di dunia; serta berada di posisi lima teratas sebagai

negara penghasil bauksit, batubara, tembaga, ilmenite, lithium, mangaan, perak dan

timah.2 Sedangkan dalam sektor agrikultur, Australia merupakan produsen terbesar

gandum, barley, tebu, buah-buahan, hewan ternak, domba, dan unggas.3

1
Central Intelligence Agency (CIA). The World Factbook. Australia-Oceania: Australia [online].
Diakses dari website https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/as.html
2
Department of Industry, Innovation, and Science of Australia. Resources: Australian Mineral
Commodities [online]. Diakses dari website
https://industry.gov.au/resource/Mining/AustralianMineralCommodities/Pages/default.aspx
3
Op cit. CIA, Australia.
Gambar 1. Peta persebaran pertambangan di Australia4

Australia merupakan negara pengekspor batubara, bijih besi, alumina, daging,

wool, dan gandum.5 Negara eksportir terbesar yaitu China (32,2%), Jepang

(15,9%), Korea Selatan (7,1%), Amerika Serikat (5,4%), dan India (4,2%).6

Komoditas ekspor bijih logam dan batubara menyumbang sebesar 40% dari total

ekspor Australia.7 Jumlah total ekspor Australia ke negara-negara Asia sebesar

60%, dengan eksportir utama Jepang dan China yaitu sebesar 2/3 dari total ekspor

4
Prime Creative Media. 2015. Mine Map: Australia Mine Map 2015 [online]. Diakses dari website
https://www.australianmining.com.au/mine-map/
5
Op cit. CIA, Australia.
6
Ibid.
7
Ibid.
tersebut.8 Australia dikenal sebagai energy supplier baik di tingkat global maupun

regional. Sehingga menjaga hubungan baik dengan negara-negara merupakan

sebuah keharusan, terutama dalam kawasan Indo-Pasifik.

Di abad ke-21 ini, China merupakan fokus dunia karena perkembangan

negaranya yang sangat pesat. China merupakan new girl in town, yang menarik

negara-negara untuk membangun kerjasama dengannya baik terutama dalam sektor

ekonomi dan keamanan. Australia justru mendukung perkembangan China di

kawasan Asia ini, khususnya di kawasan Indo-Pasifik, dengan menjadi energy

supplier China dalam melakukan pembangunan negaranya.9 Dan sebaliknya,

Australia mendapatkan pasar yang sangat potensial dari China, karena China

memiliki penduduk terbanyak di Asia. Dikenal memiliki hubungan aliansi yang

dekat dengan Amerika Serikat membuat Australia harus pandai-pandai menjaga

hubungan baiknya bersamaan dengan menjalin hubungan diplomatic dan ekonomi

dengan China, yang menjadi regional power di Asia.

Pergeseran strategis yang terjadi di kawasan Asia ini didorong oleh

meningkatnya nilai strategis kawasan Samudera Hindia. Samudera Hindia

merupakan jalur perdagangan internasional yang penting, serta memiliki kekayaan

sumber daya alam dan mineral yang terkandung di dalamnya yang membuat

negara-negara memiliki kepentingan strategis terhadap kawasan ini. Selain itu,

pergeseran ini juga dipengaruhi oleh kemunculan negara-negara Great Powers di

8
Jonathan Kearns and Philip Lowe, Reserve Bank of Australia. 2011. Australia’s Prosperous
2000s: Housing and the Mining Boom [online]. Diaksesdari website
https://www.rba.gov.au/publications/confs/2011/pdf/kearns-lowe.pdf
9
Australian Government. Policy White Paper 2012: Australia in Asia Century
kawasan Samudera Hindia; yakni ditandai oleh kebangkitan India, kembalinya

fokus Amerika Serikat terhadap kawasan Asia, serta tumbuhnya kepentingan

maritim China di Samudera Hindia.10 Faktor-faktor inilah yang membuat Australia

mulai fokus terhadap geopolitik regional setelah melihat bangkitnya China dan

India, yang menguatkan hubungan ekonomi dan keamanan antara Samudera Hindia

dan Pasifik sehingga membuat sebuah super-region baru yang dikenal dengan nama

Indo-Pasifik Asia.11

Sebagai respon atas kepentingan strategis Australia yang mulai look west, atau

fokus terhadap wilayah yang berada di sebelah barat benua Australia, pemerintah

Australia pun mengeluarkan white paper. White paper ini berisikan kebijakan luar

negeri Australia yang fokus terhadap kawasan Indo-Pasifik, yang terbentang mulai

dari Samudera Pasifik bagian barat hingga ke Samudera Hindia.12 Di policy white

paper 2012 dijelaskan bahwa konsepsi Indo-Pasifik ini muncul dari nilai strategis

yang dimiliki oleh kedua kawasan samudera ini. Munculnya hubungan yang

signifikan dan meningkatnya kepentingan akan pasokan energi dari Timur Tengah

ke Asia Timur membuat Australia melihat Samudera Hindia dan Samudera Pasifik

bagian barat sebagai a single strategic arc.13 Konsepsi ini didorong oleh

peningkatan interaksi ekonomi antara negara-negara di kawasan Asia bagian

10
Australian Journal of International Affairs. Phillips, Andrew. Australia and the Challenges of
order-building in the Indian Ocean Region, dalam Australian Journal of International Affairs,
Apr2013, Vol. 67 Issue 2, p125-140.
11
Rory Medcalf, 2013. Lowy Institute. The Wall Street Journal, Asia Edition: Rebalancing
Australia’s Role in Asia [online]. Diakses dari website
https://www.lowyinstitute.org/publications/rebalancing-australias-role-asia
12
Policy White Paper 2012: Australia in the Asian Century. Op cit. hlm.74
13
Ibid.
selatan, timur laut, dan tenggara, serta pentingnya pasokan energi dari Asia ke

Timur Tengah.14

Gambar 2. Peta Kawasan Indo-Pasifik15

Konsepsi Indo-Pasifik ini terbentuk juga karena adanya peningkatkan

kepentingan di kawasan trans-Asia. Meningkatnya hubungan ekonomi, historis,

serta kebudayaan dari Asia Timur hingga Asia Tenggara, secara perlahan politik

luar negeri India pun mulai berubah orientasi menjadi look east.16 Sebaliknya,

kawasan Asia bagian timur laut dan tenggara lebih cenderung look west yang

disebabkan oleh peningkatan hubungan energi.17

14
Ibid.
15
Joel Negin, 2014. Australian Aid Tracker. Aid to Africa in an Indo-Pacific Aid Program
[online]. Diakses dari website http://devpolicy.org/aid-to-africa-in-an-indo-pacific-aid-program-
20140702/
16
Ibid.
17
Ibid.
Selama masa pemerintahan Perdana Menteri Julia Gillard dan Tony Abbott

pada tahun 2010 – 2015, Australia telah mengeluarkan dua buah white paper. Policy

white paper 2012 yang berjudul Australia in the Asia century dikeluarkan di era

pemerintahan Gillard, dan defence white paper 2013 dikeluarkan di era

pemerintahan Abbott. Kedua white paper ini sama-sama berisikan kepentingan

strategis Australia yang look west terhadap kawasan Indo-Pasifik.

Meskipun sama-sama menjelaskan kepentingan Australia terhadap kawasan

Indo-Pasifik ini, terdapat perbedaan di antara keduanya. Policy white paper 2012

merupakan kebijakan pertama yang berisi rincian fokus pemerintah Australia baik

secara politik maupun strategis, yang digunakan sebagai arah serta untuk melihat

posisi Australia terhadap kawasan ini.18 Sedangkan isi dari defence white paper

2013 cenderung fokus kepada penguatan pertahanan dan keamanan Australia baik

dalam level domestic, regional, hingga internasional. White paper 2012 ini

menguraikan kepentingan strategis Australia di kawasan Asia secara luas, termasuk

kawasan Indo-Pasifik di dalamnya. Namun kepentingan strategis Australia terhadap

kawasan Indo-Pasifik tidak secara lengkap dan terperinci seperti di defence white

paper 2013.

Sejak berdirinya negara Commonwealth of Australia pada tahun 1901,19

Australia sudah memiliki orientasi strategis terhadap kawasannya. Sehingga sejak

berdirinya Australia sebagai negara persemakmuran Inggris hingga saat ini,

18
Australian Journal of Regional Studies. Bruno Mascitelli. Australia in the Asian Century – A
Critique of the White Paper, dalam Australian Journal of Regional Studies, 2014, Vol. 20, No. 3,
hlm 1-27.
19
Central Intelligence Agency (CIA). The World Factbook Australia-Oceania: Australia
[online].Diakses dari website https://www.cia.gov/library/publications/the-world-
factbook/geos/as.html
Australia memiliki sembilan buah white paper. Kesembilan white paper ini masing-

masing dikeluarkan pada tahun 1976, 1987, 1994, 2000, 2009, 2012, 2013, dan

2016.20 Dari kesembilan white paper ini, hanya white paper 2012 lah yang berisi

rincian fokus pemerintah Australia baik secara politik maupun strategis, sedangkan

sisanya berisi tentang uraian fokus pemerintah Australia dalam sektor pertahanan

dan keamanan.21 Meskipun seluruh white paper menguraikan kepentingan

Australia terhadap kawasan Asia, setiap white paper memiliki orientasi strategis

masing-masing.

Setelah membaca keseleruhan white paper Australia, dapat disimpulkan

bahwa dalam white paper pada tahun 1976, 1987, 1994 dijelaskan bahwa Australia

memiliki orientasi strategis di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik bagian barat daya

(South-West Pasific). White paper tahun 2000 dan 2009 menguraikan orientasi

strategis Australia di kawasan Asia Pasifik, tahun 2012 orientasi strategisnya berada

di kawasan Asia, tahun 2013 dan 2016 berada di kawasan Indo-Pasifik. Dapat

dilihat pula bahwa orientasi strategis Australia dalam politik luar negerinya

mengalami pengurucutan. Orientasi awal berada di kawasan Asia Pasifik mengecil

menjadi di kawasan Indo-Pasifik, yang menjadi standing point Australia dalam

melihat dinamika yang terjadi di kawasannya.

20
Department of Defence. Australian Government. 2016 Defence White Paper [online]. Diakses
dari website http://www.defence.gov.au/WhitePaper/Links.asp
21
Australian Journal of Regional Studies. Bruno Mascitelli. Australia in the Asian Century – A
Critique of the White Paper, dalam Australian Journal of Regional Studies, 2014, Vol. 20, No. 3,
hlm 1-27.
4.1.1 Australia di Era Pemerintahan Perdana Menteri Julia Gillard

(2010-2013)

Pada masa pemeritahan Perdana Menteri Julia Gillard, orientasi

kebijakan luar negeri Australia berfokus pada kawasan Asia.22 Julia Gillard

merupakan Perdana Menteri Australia pada tahun 2010-2013. Seiring dengan

transformasi Asia sebagai world powerhouse, Australia pun terdorong untuk

menjalin kerjasama baik dalam bidang ekonomi, keamanan, maupun hubungan

sosial dengan negara-negara di kawasan Asia. Australia mendapatkan bahan

mentah dan energi dari kawasan Asia, namun hal yang terpenting adalah benua

Asia merupakan pasar yang sangat potensial untuk investasi serta bagi

penjualan barang dan jasa.

Pada tahun 2012 Julia Gillard mengeluarkan policy white paper yang

berisikan orientasi politik luar negeri Australia terhadap negara-negara di

benua Asia, yaitu Australia in Asian Century.23 Dalam white paper ini tertulis

tujuan yang harus dicapai oleh Australia pada tahun 2025 dengan mengambil

keuntungan dari pertumbuhan Asia untuk meningkatkan kesejahteraan

Australia. Di sini kebijakan Australia cenderung look west, dengan melihat

kepentingan signifikan dari kawasan di bagian barat benua Australia.24 Di masa

pemerintahan Gillard, Australia cenderung meningkatkan hubungan

diplomatik dan ekonomi dengan negara-negara di kawasan Asia.

22
Ibid.
23
Monica Attard, CNN. Gillard: Australia must embrace ‘Asian Century’ [online]. Diakses dari
website http://edition.cnn.com/2012/10/28/world/asia/australia-gillard-asian-century/index.html
24
Australan Governement. Policy white paper 2012: Australia in the Asia Century.
Masa depan Australia berada di tangan generasi mudanya. Sehingga

fokus utama dari kebijakan ini adalah memprioritaskan pembelajaran bahasa

dari kawasan Asia untuk para pelajar di Australia.25 Setiap pelajar di Australia

harus mempelajari bahasa dari sebagian negara di Asia, seperti bahasa

Mandarin, Jepang, Indonesia, maupun bahasa Hindi; sehingga mereka telah

mendapatkan pengetahuan tentang kebudayaan negara-negara di Asia.26

Strategi ini menjadi salah satu bagian dari rencana nasional untuk

perkembangan sekolah, mulai dari sekolah, sekolah vokasi, dan perguruan

tinggi di Australia.

Dalam sektor ekonomi, white paper ini mengajak para pebisnis Australia

untuk lebih produktif dalam memproduksi barang dan jasa dengan kualitas

yang tinggi sejalan dengan pertumbuhan masyarakat kelas menengah di Asia.27

Karena seiring dengan meningkatnya jumlah masyarakat kelas menengah juga

meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mengonsumsi makanan

yang sehat dan berkualitas tinggi, serta menggunakan barang dan jasa dengan

kualitas yang baik sebagaimana standar yang digunakan oleh masyarakat

Australia.

Dalam white paper ini disebutkan bahwa China, India, Indonesia,

Jepang, Korea Selatan dan Amerika Serikat merupakan enam negara yang

25
ABC News. 2012. As it happened: Australia in the Asian Century [online]. Diakses dari website
http://www.abc.net.au/news/2012-10-28/live-coverage-australia-in-the-asian-century/4337812
26
Ibid.
27
ABC News. 2012. Gillard to reveal Australia’s Asian Century goals [online]. Diakses dari
website http://www.abc.net.au/news/2012-10-28/gillard-to-release-asian-century-white-
paper/4337502
paling berpengaruh bagi Australia.28 Australia dikenal dengan negara Amerika

Serikat, karena kedua negara ini merupakan negara aliansi militer. Namun

seiring dengan perkembangan pesat negara-negara di Asia, Australia tidak

meninggalkan peluang untuk membangun kerjasama politik dan ekonomi

dengan negara-negara di Asia khusunya the Asian powers yaitu China,

Indonesia, India, Jepang dan Korea Selatan.29

Menindaklanjuti policy white paper ini, Gillard membentuk sebuah

kementerian baru yaitu Asian Century Policy yang bertanggung jawab untuk

melakukan reformasi kebijakan atas pendidikan, infrastruktur, pajak, dan

peraturan.30 Ini merupakan salah satu upaya Australia untuk menjalin

hubungan kerjasama yang baik dan menguntungkan dengan negara-negara di

benua Asia. Gillard melihat peluang yang menguntungkan dari perkembangan

pesat Asia.

Di masa pemerintahan Gillard, perekonomian domestik Australia sempat

goyah yang disebabkan oleh mining boom31 Mining boom ini merupakan kasus

yang ke-5, yang sebelumnya terjadi pada tahun 1850an (gold rush), di akhir

abad ke-19 (mineral boom), di tahun 1960an dan awal 1980an (energi boom).32

Sedangkan mining boom yang terjadi pada tahun 2008 ini adalah mineral dan

energi boom.

28
Ibid.
29
Op cit. Monica Attard, CNN.
30
Op cit. Monica Attard, CNN.
31
Op cit. CIA, Australia.
32
Ric Battellino, Reserve Bank of Australia. 2010. Speech: Mining booms and the Australian
economy [online]. Diakses dari website http://www.rba.gov.au/speeches/2010/sp-dg-230210.html
Kasus mining boom yang terakhir ini merupakan bentuk lonjakan dari

investasi pertambangan (mining investment) dengan unit ekspansi terbesar

yaitu sakan sumber daya yang besar dari negara-negara yang sedang

mengalami pertumbuhan ekonomi, dengan China sebagai negara yang

pertumbuhan ekonominya paling signifikan. Dilihat dari pola mining

investment dan harga komoditas, mining boom ini dimulai pada tahun 2005.

Sebelumnya, di akhir tahun 2003 harga perumahan di Australia mengalami

lonjakan tajam yang kemudian mereda dengan adanya national dwelling prices

flat selama beberapa tahun, di mana harga perumahan di Sydney turun

dibandingkan dengan harga di kota lain.33 Kemudian berangsur-angsur

konsumsi rumah tangga pun meningkat seiring dengan peningkatan

pendapatan.

Secara perlahan, investasi bisnis pun meningkat dan menjadi pendorong

pertumbuhan ekonomi di pertengahan dekade. Pada awalnya investasi di sektor

non-pertambangan menduudki peringkat teratas, namun seiring dengan

peningkatan tajam harga komoditas di tahun 2005, investasi di sektor

pertambangan pun meningkat tajam.34 Adanya pergeseran dari konsumsi

menjadi investasi membuat permintaan dan kebutuhan domestik berlanjut

menjadi sumber utama dari pertumbuhan ekonomi Australia sejalan dengan

peningkatan ekspor negara. Namun sayangnya jumlah sumber daya negara

33
Jonathan Kearns and Philip Lowe, Reserve Bank of Australia. 2011. Australia’s Prosperous
2000s: Housing and the Mining Boom [online]. Diaksesdari website
https://www.rba.gov.au/publications/confs/2011/pdf/kearns-lowe.pdf
34
Ibid.
yang ada masih belum dapat mencukupi lonjakan kebutuhan dunia dengan

cepat, sehingga berpengaruh pada nilai dollar Australia yang dikaitkan dengan

peningkatan harga komoditas, menimbang komoditas ekspor yang lain, dan

menstimulasi kebutuhan impor negara.35

Inflasi membuat suku bunga naik mencapai 7.25% di awal tahun 2008,

sehingga menyebabkan perekonomian Australia goyah karena bangkrutnya

Lehman Brothers.36 Hal ini mempengaruhi kemunduran dalam perekonmian

global karena adanya penurunan tajam terhadap harga komoditas dan nilai

tukar dollar Australia pun jatuh sebesar 30% pada bulan Oktober 2008, namun

berangsur-angsur membaik dengan naik sebesar 30% pada bulan Januari

2009.37 Pemulihan nilai dollar Australia ini didorong oleh adanya pertumbuhan

ekonomi dan komoditas ekspor Australia, yang mana nilai dollar Australia

meningkat seiring dengan pengingkatan harga komoditas.38

Pertumbuhan ekonomi negara-negara di Asia tentu saja menguntungkan

bagi Australia. Meskipun Asia telah mengklaim memiliki sumber energi

terbesar, Asia Pembangunan infrastruktur dalam negeri meningkat bersamaan

dengan pertumbuhan ekonomi dari suatu negara, dan tentu aja membutuhkan

pasokan energi untuk menyokong pembangunan tersebut. Hal ini merupakan

peluang besar bagi Australia untuk bekerja sama dengan negara-negara tersebut

35
Ibid.
36
Ibid.
37
Ibid.
38
Ibid.
sebagai pemasok energi dalam mendukung pembangunan dan pertumbuhan

ekonominya.

Australia merupakan negara pengekspor uranium terbesar ketiga di dunia.

Ekspor uranium ini menyumbang perekonomian negara sebaesar 750 juta dollar,

dan menyediakan 4200 lapangan pekerjaan.39 Pada tahun 2011 Julia Gillard

menyatakan dukungan penuh untuk melakukan ekspor uranium ke India, setelah

sebelumnya pemerintah Australia mengeluarkan kebijakan sebaliknya untuk

tidak mengekspor uranium ke India.40 Kebijakan ini dikeluarkan karena India

merupakan negara yang memiliki nuklir namun menolak untuk menandatangani

perjanjian non-proliferasi nuklir, yang mana perjanjian ini menjadi prasyarat

bagi Australia untuk melakukan ekspor uranium.41

Gillard mengatakan bahwa kebijakan ekspor uranium ke India ini sebagai

salah satu upaya Australia untuk menjalin kerja sama dalam menguatkan

hubungan bilateral dengan India. Meskipun demikian Australia akan tetap

memberlakukan standar yang sama untuk India layaknya negara-negara

pengimpor uranium lainnya, yakni dengan tetap mematuhi aturan dari

International Atomotic Energi Agency (IAEA), menjalin hubungan bilateral yang

kuat, serta menggunakan langkah yang transparan.42 Hal ini digunakan untuk

39
Phillip Coorey, 2011. The Sydney Morning Herald. Gillard’s push for uranium sales to India
[online]. Dikases dari website http://www.smh.com.au/environment/gillards-push-for-uranium-
sales-to-india-20111114-1nfms.html
40
Phillip Coorey, 2011. The Sydney Morning Herald. Gillard’s push for uranium sales to India
[online]. Dikases dari website http://www.smh.com.au/environment/gillards-push-for-uranium-
sales-to-india-20111114-1nfms.html
41
Ibid.
42
Ibid.
memastikan bahwa impor uranium India ini tidak akan digunakan untuk senjata

nuklir.

4.1.2 Australia di Era Pemerintahan Perdana Menteri Tony Abbott

(2013-2015)

Di bawah pemerintahan konvensional Perdana Menteri Tony Abbott

pada tahun 2013, diplomasi ekonomi merupakan kekuatan dari Australia.

Abbott menjabat sebagai Perdana Menteri Australia pada tahun 2013 – 2015,

menggantikan Julia Gillard yang menjabat di periode sebelumnya. Sejak masa

kampanye, partai Liberal yang mengusung Abbott menyatakan bahwa

pemerintahan Abbott akan membangun sebuah pemerintahan yang kuat

dengan perekonomian yang makmur demi keamanan Australia.43 Hal ini

terbukti, dengan keberagaman dan fleksibilitas perekonomian Australia

membantu Australia untuk melepaskan diri dari jatuhnya harga komoditas

yang merupakan dampak dari krisis finansial global yang terjadi pada tahun

2008.44 Dalam hal ini, fleksibilitas yang dimaksud adalah Australia mulai

membuka diri dan melihat negara-negara di kawasan Asia khususnya China,

Jepang, Indonesia, Korea Selatan, dan India sebagai pasar yang potensial untuk

produk barang dan jasa Australia.

Pada masa pemerintahan Abbott ini, Australia berhasil menjalin Free

Trade Agreement (FTA) dengan beberapa negara super powers di Asia, yaitu

43
Quadrant Magazine. 2016. Tony Abbott: The economic case for the Abbott government [online].
Dikases dari website https://quadrant.org.au/magazine/2016/03/economic-case-abbott-government/
44
Australian Government, The Treasury. Media Release. Statement: Continued growth in the
Australian economy – ABS National Accounts – June quarter 2015 [online]. Diakses dari website
http://jbh.ministers.treasury.gov.au/media-release/077-2015/
Jepang, China, dan Korea Selatan.45 Penandatanganan FTA dengan negara-

negara superpowers Asia ini merupakan peluang besar bagi pebisnis Australia

untuk mendapatkan pasar yang besar di Asia, serta meningkatkan lapangan

pekerjaan di dalam negeri. Dengan adanya freer trade mampu mendorong

produktivitas dengan meningkatkan kompetisi di kalangan pekerja, yang pada

akhirnya dapat meningkatkan upah pekerja.46

China, Korea Selatan, dan Jepang merupakan negara yang sangat

potensial untuk menanamkan investasi perusahaan. Setelah penandatanganan

FTA dengan Korea Selatan pada tanggal 8 April 2014, perjanjian ini mulai

dilaksanakan pada tanggal 12 Desember 2014.47 Konsumen di Korea Selatan

membutuhkan makanan, minuman, barang-barang, serta pendidikan dengan

kualitas tinggi dari Australia. FTA dengan Jepang ditandatangani pada tanggal

8 Juli 2014, dan baru dilaksanakan pada 15 Januari 2015.48 Karena tidak dapat

memenuhi kebutuhan domestik yang tinggi akan buah dan sayuran, akhirnya

Jepang mengekspor buah dan sayuran segar dari Australia. Australia

menandatangai FTA dengan China pada tanggal 17 November 2014, dan mulai

dilaksanakan pada 20 Desember 2015.49

45
Op cit. Quadrant Magazine.
46
Ibid.
47
Australian Government, Australian Trade and Investment Commission. Market Profile: Export
markets – Republic of Korea [online]. Diakses dari website
https://www.austrade.gov.au/Australian/Export/Export-markets/Countries/Republic-of-
Korea/Market-profile
48
Australian Government, Australian Trade and Investment Commission. Market Profile: Export
markets – Japan [online]. Diakses dari website
https://www.austrade.gov.au/australian/export/export-markets/countries/japan/industries/Fruit-and-
vegetables#1
49
Australian Government, Australian Trade and Investment Commission. China-Australia Free
Trade Agreement (ChAFTA) [online]. Diakses dari website
https://www.austrade.gov.au/Australian/Export/Free-Trade-Agreements/chafta
Jumlah lapangan pekerjaan di Australia meningkat dari 23.000 pada

tahun 2013 menjadi 175.000 pada tahun 2014, dan meningkat lagi hingga

menyentuh angka 300.000 pada tahun 2015, yang mana hal ini merupakan

indikator dari pertumbuhan ekonomi Australia.50 Peningkatan yang signifikan

dalam jumlah lapangan pekerjaan di Australia ini seiring dengan turunnya

jumlah pengangguran di Australia. Peningkatan jumlah lapangan pekerjaan ini

merupakan pengaruh dari meningkatnya pendapatan rumah tangga yang sangat

cepat sejak bulan Desember 2013, sehingga berpengaruh terhadap harga

penjualan dan konsumsi rumah tangga.51 Melalui peningkatan konsumsi rumah

tangga, hal ini akhirnya mendorong para kontraktor untuk meningkatkan

konstruksinya untuk membangun pabrik dan perkantoran sebagai salah satu

upaya untuk mengatasi fenomena mining boom yang terjadi pada tahun 2008

lalu.52

Sektor jasa merupakan penyumbang tertinggi dalam pertumbuhan

ekonomi Australia, yaitu sekitar 70% di atas sektor industri (pertambangan)

dan agrikultur, namun hanya menyumbang 17% untuk ekspor.53 Pada masa

pemerintahan Abbott ini, sektor jasa mengalami pertumbuhan yang signifikan

sebesar 7,3% dibandingkan tahun 2014 karena tingginya permintaan ekspor

dari Asia dan nilai tukar dollar Australia mulai membaik.54 Selain itu, untuk

membantu pertumbuhan sektor jasa pemerintah Australia juga mengeluarkan

50
Ibid.
51
Op cit. Australian Government, the Treasury.
52
Ibid.
53
Ibid.
54
Ibid.
kebijakan untuk menurunkan dan menghapuskan pajak sebagaimana peraturan

yang tertulis dalam red tape reduction (cutting red tape) yang membawa

keuntungan (bonus) bagi Australia.55

Red tape reduction merupakan suatu kebijakan yang dibuat oleh

pemerintah Australia tentang upaya reformasi peraturan beserta kebijakan

untuk mengurangi peraturan yang tidak efektif dan dipaksakan oleh suatu

birokrasi (red tape).56 Kebijakan red tape reduction ini berisi beberapa hal,

antara lain: (1) pemangkasan peraturan yang dianggap tidak efektif, (2)

pemangkasan peraturan yang bersifat terlalu luas dan tumpang tindih pada

lapisan pemerintahan, khususnya antara pemerintah pusat dan negara bagian,

(3) menstimulasi para regulator agar menjalankan peraturan dengan efisien,

transparan dan bertanggung jawab.57

Australia menduduki jabatan sebagai ketua Indian Ocean Rim

Association (IORA) pada periode 2013-2015, dengan Indonesia sebagai wakil

ketuanya. IORA merupakan satu-satunya organisasi regional yang berada di

Samudera Hindia, yang memiliki fokus utama berupa kerjasama ekonomi dan

perdagangan. Pada saat upacara pembukaan IORA Bussiness Week di Perth

pada tanggal 6 – 9 Oktober 2014, Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop

menyatakan bahwa “IORA provides an important opportunity to highlight

55
Australian Government. The Australian Government’s online resource for regulation reform.
2015. Cutting Red Tape: Annual Red Reduction Report 2015 [online]. Diakses dari website
https://www.cuttingredtape.gov.au/annual-red-tape-reduction-report-2015
56
Ibid.
57
Australian Government. The Australian Government’s online resource for regulation reform.
2013. Cutting Red Tape: The Abbott Government’s Deregulation Agenda (speech) [online].
Diakses dari website https://www.cuttingredtape.gov.au/parl-sec/media/abbott-
government%E2%80%99s-deregulation-agenda
Australia’s important strategic and economic interests in this region”58 Di sini

dapat dilihat bahwa Australia secara terbuka menyatakan kepentingan

strategisnya terhadap kawasan ini.

4.2 Australia dan Kawasan Samudera Hindia

4.2.1 Nilai Strategis Samudera Hindia terhadap Australia

Samudera Hindia merupakan Samudera terbesar ketiga setelah Samudera

Pasifik dan Atlantik. Samudera ini meliputi benua Afrika, Asia, Australia, serta

lautan Selatan (Southern Sea).59 Kawasan ini merupakan sebuah kawasan

perairan yang strategis, karena mengandung 40% sumber cadangan minyak

dan gas dunia, terutama negara-negara Teluk yang mengekspor 70%

minyaknya. Oleh karenanya Samudera Hindia merupakan jalur perdagangan

terpenting di dunia yang membawa minyak dari Teluk Persia dengan berbagai

negara tujuan. Samudera Hindia melalui negara-negara yang memiliki letak

strategis seperti negara-negara Teluk (Kuwait, Bahrain, Qatar, Oman, Uni

Emirat Arab dan Arab Saudi), India, serta negara-negara Asia Tenggara yang

juga dilalui oleh selat Malaka. Pada tahun 2013, US Energi Information

58
Depardieu, Henri. 2014. Indian Ocean Observatory: Australia flexes its strategic military might
and soft power in the Indian Ocean Rim [online]. Diakses dari website
http://www.indianoceanobservatory.com/index.php/en/diplomacy/item/396-australia-flexes-its-
strategic-military-might-and-soft-power-in-the-indian-ocean-rim/396-australia-flexes-its-strategic-
military-might-and-soft-power-in-the-indian-ocean-rim
59
Central Intelligence Agency (CIA). The World Factbook: Indian Oceans [online]. Diakses dari
website https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/xo.html pada tanggal 17
Maret 2017.
Administration (EIA) melakukan konfirmasi penemuan sumber minyak dan

gas alam di bagian barat Samudera Hindia.60

Gambar 3. Peta Kawasan Samudera Hindia61

Dalam sektor ekonomi, Australia melebarkan sayapnya dalam bidang

pertambangan. Ditemukan banyak firma pertambangan minyak lepas pantai

milik Australia yang tersebar di wilayah barat Samudera Hindia, mulai dari

Madagaskar hingga Kenya.62 Sedangkan dalam sektor keamanan, pemerintah

Australia telah menugaskan Royal Australian Navy untuk berjaga di wilayah

bagian barat Samudera Hindia. Royal Australian Navy ditugaskan untuk

memberantas kejahatan transnasional berupa peredaran drug traffickings serta

60
UN Environment. Baseline Study on the Status and Trends in Oil and Gas Exploration and
Production in the Western Indian Ocean [online]. Diakses dari website
http://web.unep.org/nairobiconvention/baseline-study-status-and-trends-oil-and-gas-exploration-
and-production-western-indian-ocean pada tanggal 17 Maret 2017.
61
Central Intelligence Agency (CIA). The World Factbook: Indian Oceans [online]. Diakses dari
website https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/xo.html pada tanggal 17
Maret 2017.
62
Ibid.
maritime piracy yang terjadi di kawasan Samudera Hindia. Terbukti, Royal

Australian Navy telah memutus jutaan lingkar peredaran kartel narkoba di

pesisir Timur Afrika dan tengah laut.63 Australian Navy ini merupakan bagian

dari gabungan pasukan maritime (Combined Maritime Forces) yang

melakukan patroli pengamanan sejauh 2,5 juta mil persegi di perairan

internasional.

4.2.2 Maritime Piracy di Samudera Hindia

Maritime piracy merupakan salah satu permasalahan utama yang

dihadapi oleh negara-negara di dunia. Meskipun bukan merupakan bentuk

ancaman keamanan yang baru, maritime piracy masih menjadi perbincangan

hangat dalam panggung internasional. Maritime piracy ini menjadi suatu

permasalahan serius karena mengganggu perdangangan dunia dengan

melakukan pembajakan terhadap kapal yang membawa minyak maupun

komoditas lainnya. Maritime piracy ini dapat terjadi di wilayah-wilayah yang

memiliki permasalahan sosial dan ekonomi, terutama di wilayah yang memiliki

entitas hukum maritim yang lemah serta sedang terjadi pergolakan politik.64

Berdasarkan data yang diperoleh dari International Maritime Bureau

(IMB), di abad ke-21 ini terdapat 10 wilayah yang cenderung menjadi target

63
Ibid.
64
Jean Edmond Randrianantenaina. Oceans and Law of the Sea, the United Nations. 2013.
Maritime Piracy and Armed Robbery against Ships: Exploring the Legal and the Operatonal
Solutions. The Case of Madagascar, halaman 3 [online]. Diakses dari website
http://www.un.org/depts/los/nippon/unnff_programme_home/fellows_pages/fellows_papers/Randr
ianantenaina_1213_Madagascar.pdf
dari maritime piracy, yang diklasifikan atas (1) Afrika Timur, (2) Samudera

Hindia, (3) Afrika Barat, (4) Laut Arab (Arabian Sea), (5) Selat Malaka, (6)

Laut Cina Selatan, (7) Amerika Latin dan Karibia, (8) Laut Mediterania, (9)

Atlantik Utara, dan (10) kawasan yang diklasifikan sebagai “Others”, atau

“kawasan lain, yang menjadi target dari maritime piracy dengan intensitas yang

tidak terlalu tinggi (jarang).65 Meskipun tergolong dalam tindakan yang sudah

ada sejak dahulu, kasus maritime piracy ini meningkat pada akhir tahun

1990an. Pada tahun 2011 kasus ini mencapai puncaknya di wilayah bagian

barat Samudera Hindia, yang kemudian mengalami penurunan tajam secara

global pada tahun 2013.66

Tabel 2. Intensitas maritime piracy di dunia pada tahun 2010 – 201667

Location 2011 2012 2013 2014 2015 2016

South Indonesia 21 32 48 47 54 24
East Asia Melacca Straits 1 1 1 3

Malaysia 11 4 3 9 11 4
Myanmar 1
The Philippines 1 3 1 2 4 3
Singapore Straits 7 3 4 6 6

65
International Maritime Organization, MSC.4/Circ.180, Reports on acts of piracy and armed
robbery against ships, annual report-2011, March 1, 2012, at annex 4.
66
United Nations Institute for Training and Research (UNITAR). 2014. UNOSAT Global Repor on
Maritime Piracy: a geospatial analysis 1995 – 2013, halaman 12 [online]. Diakses dari website
https://unosat.web.cern.ch/unosat/unitar/publications/UNITAR_UNOSAT_Piracy_1995-2013.pdf
67
ICC International Maritime Bureau, Piracy and Armed Robbery against Ships: Report for the
period of 1 January – 30 June 2016 [online]. Diakses dari website http://www.icc.se/wp-
content/uploads/2016/07/2016-Q2-IMB-Piracy-Report-Abridged.pdf
Thailand/Gulf of 1
Thailand
Far East China/HK/Macau 5
South China Sea 11 1 2
Vietnam 4 4 3 1 13 3
Indian Bangladesh 4 6 6 10 11 2
Sub
Continent
India 5 4 6 4 4 13
Africa Algeria 1
Angola 1 1
Benin 12 1
Cameroon 1
Democratic Rep. 4 2 1 2
of Congo
Egypt 1 5 5
Gabon 1
Ghana 2 2 2 2
Guinea 2 1 3
Guinea Bissau
Gulf of Aden* 20 13 4 4 1
Ivory Coast 1 3 3 1 1 1
Kenya 1
Liberia 1 1
Mauritania 1
Mozambique 1 1 1
Nigeria 6 17 22 10 11 24
Red Sea* 18 12 2
Sierra Leone 1 1
Somalia 125 44 4 3
South Africa 1
Tanzania 1 1 1
The Congo 2 2 3 2 1
Togo 5 5 2 1
South Brazil 1 1 1
America
Colombia 1 2 6 1 2 2
Costa Rica 3 1
Ecuador 1 2 3
Guyana 1 1 1
Haiti 1 1
Peru 1 2 4 4
Venezuela 1 2
Rest of Papua New 1
World Guinea
Meditteranean 1
Sea
Oman 1
Yemen 1
Total at year end 439 297 264 245 246
All incidents for countries with * above are attributed to Somali pirates.

Sumber: ICC International Maritime Bureau, Piracy and Armed Robbery against

Ships: Report for the period of 1 January – 30 June 2016.

Kemakmuran Australia bergantung pada kemampuan perdagangan

international via laut, di mana setiap tahunnya sejumlah lebih dari 130 juta

dollar makanan, hasil tambang, dan minyak dari Australia diekspor ke negara-

negara Asia Timur melalui laut, yang sangat bergantung pada keamanan

pelayaran.68 Maka dari itu, keamanan dan stabilitas laut di kawasan Indo-

Pasifik memiliki pengaruh yang besar bagi perekonomian Australia.

4.3 Australia dan Organisasi Regional Indian Ocean Rim Association (IORA)

Indian Ocean Rim Association (IORA) merupakan satu-satunya

organisasi regional yang berada di Samudera Hindia. Keanggotaan IORA

terdiri dari 21 negara yang terletak di Samudera Hindia, yakni Indonesia,

Afrika Selatan, Australia, Bangladesh, Komoros, India, Iran, Kenya,

Madagaskar, Malaysia, Mauritius, Mozambik, Oman, Persatuan Emirat Arab,

68
Australasian Oil and Gas. Exhibition and Conference. Australian LNG and oil shipments under
terrorist threat [online]. Diakses dari website https://aogexpo.com.au/lng/australian-lng-oil-
shipments-terrorist-threat/
Seychelles, Singapura, Somalia, Sri Lanka, Tanzania, Thailand dan Yaman.69

Dalam pelaksanaan program kerjanya IORA juga menggandeng 7 negara mitra

dialog, yaitu Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Jerman, Mesir, Perancis dan

Republik Rakyat Tiongkok (RRT).70

Pendekatan konsensus antar negara anggota menjadi dasar dalam

kerjasama yang saling menguntungkan, yang kemudian IORA berdiri

berdasarkan pilar-pilar ekonomi, keamanan dan keselamatan maritim, serta

pendidikan dan kebudayaan. Pada tanggal 29-31 Maret 1995, Mauritius

bersama Australia, India, Kenya, Oman, Singapura, dan Afrika selatan

mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan kerjasama ekonomi antar negara

yang berada di kawasan Samudera Hindia.71 Ketujuh negara ini dikenal

sebagai kelompok negara inti (Core Group States), atau M-7, yang kemudian

mereka mendeklarasikan bahwa mereka telah menyetujui prinsip-prinsip dari

open regionalism and inclusivity of membership dengan tujuan liberalisasi

perdagangan dan mempromosikan kerjasama perdagangan.72 IORA berdiri

secara resmi pada 6 – 7 Maret 1997 dan telah bertumbuh pesat dalam beberapa

tahun terakhir terutama sejak diketuai oleh India pada 2011 – 2013 dan

Australia pada 2013 – 2015.73 Pencapaian ini dilihat dari perkembangan

organisasi serta keanggotaan yang meluas.

69
IORA. Membership [online]. Diakses dari website http://www.iora.net/about-
us/membership.aspx pada tanggal 12 Februari 2017.
70
Ibid.
71
IORA. Formation [online]. Diakses dari website http://www.iora.net/about-us/formation.aspx
pada tanggal 22 Februari 2017.
72
Ibid.
73
IORA. History and Backgroung [online]. Diakses dari website http://www.iora-rcstt.org/about-
us/history-and-background pada tanggal 12 Februari 2017
Selama periode keketuaannya Australia telah melakukan beberapa

kemajuan dalam organisasi IORA, termasuk di dalamnya reformasi organisasi

hingga perkembangan program kerja serta pengerucutan fokus strategi terkait

isu-isu yang terdapat di Samudera Hindia. Disetujuinya Perth Principles

Declaration sebagai deklarasi pertama dalam IORA yang digunakan sebagai

landasan dalam melaksanakan program kerja dalam periode keketuaannya74

merupakan sebuah gebrakan baru terhadap komitmen serta latar belakang

dalam organisasi regional ini. Selain itu Australia juga melakukan

pengerucutan fokus kajian dalam IORA menjadi 6 sektor yang terdiri atas

maritime safety and security; trade and investment facilitation; fisheries

management; disaster preparedness; academic, science and technology

cooperation; and tourism and cultural exchange.75 Program kerja yang

dilaksanakan selama masa kepemimpinan Australia dalam IORA antara lain

dalam sector Blue Economy, pemberdayaan perempuan, serta maritime

security and safety.76

Australia menjadi ketua IORA pada tahun 2013 – 2015. Indian Ocean

Rim Association (IORA) merupakan satu-satunya organisasi regional yang

berada di Samudera Hindia, yang memiliki fokus utama berupa kerjasama

ekonomi dan perdagangan. Selama periode ini, Australia telah melakukan

74
https://www.aspistrategist.org.au/regional-architecture-iora/
75
Minister for Foreign Affairs. 2013. Indian Ocean Rim Association (IORA) Join Op-Ed [online].
Diakses dari website http://foreignminister.gov.au/articles/Pages/2013/jb_ar_131101.aspx pada
tanggal 5 Maret 2017.
76
Minister for Foreign Affairs. 2015. IORA Outgoing Charir’s Statement by Australia’s Foreign
Minister [online]. Diakses dari website
http://foreignminister.gov.au/speeches/Pages/2015/jb_sp_151023.aspx pada tanggal 5 Maret 2017.
beberapa kemajuan dalam organisasi IORA, termasuk di dalamnya reformasi

organisasi hingga perkembangan program kerja serta pengerucutan fokus

strategi terkait isu-isu yang terdapat di Samudera Hindia. Disetujuinya Perth

Principles Declaration sebagai deklarasi pertama dalam IORA yang

digunakan sebagai landasan dalam melaksanakan program kerja dalam periode

keketuaannya77 merupakan sebuah gebrakan baru terhadap komitmen serta

latar belakang dalam organisasi regional ini.

Selain itu Australia juga melakukan pengerucutan fokus kajian dalam IORA
menjadi 6 sektor yang terdiri atas maritime safety and security; trade and
investment facilitation; fisheries management; disaster preparedness; academic,
science and technology cooperation; and tourism and cultural exchange.78
Program kerja yang dilaksanakan selama masa kepemimpinan Australia dalam
IORA antara lain dalam sector Blue Economy, pemberdayaan perempuan, serta
maritime security and safety.79

77
Anthony Bergin, 2013. The Strategist. Regional Architecture: IORA [online]. Diakses dari
website https://www.aspistrategist.org.au/regional-architecture-iora/
78
Minister for Foreign Affairs. 2013. Indian Ocean Rim Association (IORA) Join Op-Ed [online].
Diakses dari website http://foreignminister.gov.au/articles/Pages/2013/jb_ar_131101.aspx pada
tanggal 5 Maret 2017.
79
Minister for Foreign Affairs. 2015. IORA Outgoing Charir’s Statement by Australia’s Foreign
Minister [online]. Diakses dari website
http://foreignminister.gov.au/speeches/Pages/2015/jb_sp_151023.aspx pada tanggal 5 Maret 2017.
BAB V

KEPENTINGAN AUSTRALIA DI KAWASAN INDO-PASIFIK PADA

TAHUN 2013 – 2015

Dalam menentukan tindakannya, sebuah negara akan menggunakan kebijakan

sebagai reasoning untuk mendapatkan kepentingan nasional dari negaranya.

Kepentingan nasional ini yang kemudian menjadi pedoman atau landasan bagi

suatu negara dalam melakukan hubungan dan kerjasama dengan negara lain.

Kepentingan nasional merupakan kemampuan suatu negara untuk melindungi dan

mempertahankan identitas fisik, politik, dan budayanya dari gangguan negara lain.

Kepentingan nasional harus lebih diutamakan dari kepentingan regional,

Kebijakan luar negeri beserta kebebasan pilihan yang akan diambil oleh suatu

negara dipengaruhi oleh kondisi sistemik yang ada di lingkungan internasional.

Namun kondisi ini tidak sepenuhnya memberikan pengaruh dalam penentuan

kebijakan luar negeri suatu negara, karena ada faktor lain yang juga berpengaruh

yaitu kepentingan yang dibawa oleh unit-unit politik maupun pihak-pihak yang

tergabung dalam negara bangsa di suatu wilayah, yang mana kepentingan mereka

ini hanya akan dapat diraih dengan memberikan pengaruh kepada negara lain

Dalam menentukan kepentingan nasional dari suatu negara, pemerintah

melihat dari segi value, time, dan demands yang merupakan 3 hal yang saling

berkaitan. Sebelum melakukan kerjasama dengan negara lain untuk mencapai

kepentingannya, pemerintah suatu negara akan melihat seberapa besarkah


keuntungan yang akan didapat (value) dalam jangka waktu tertentu dengan

mempertimbangkan sumber daya yang dimilikinya serta kemungkinan-

kemungkinan untuk menjalin kerjasama dengan lingkup internasional demi

mendapatkan kepentingannya. Dalam implementasinya, besar kecilnya nilai dari

suatu kepentingan akan mempengaruhi negara dalam menjalin hubungan dengan

negara lain untuk mencapai kepentingannya.

Holsti mengklasifikasikan kepentingan nasional menjadi 3 bagian, yaitu“core”

interests and values, middle range objectives, dan universal long range goals.

Holsti menjelaskan bahwa terdapat sebuah hierarki dalam tujuan politik luar negeri

dari suatu negara. Kepentingan utama (“core” interests and values) terletak di

dasar hierarki, yang merupakan tujuan utama atas keamanan, otonomi, dan

kemerdekaan dari unit-unit politik serta kesejahteraan dasar bagi masyarakat dari

suatu negara.1 Middle range objectives terletak di bagian tengah dari hierarki ini, di

mana tujuan yang ingin dicapai dari kepentingan ini tidak lebih penting dari “core”

interests and values. Long-range goals terletak di bagian atas dari hierarki ini,

karena tidak ada jangka waktu yang pasti dalam pencapaian tujuan ini. Selain itu

tidak semua negara berusaha untuk benar-benar mencapai tujuan ini, kecuali tujuan

ini selaras dengan kepentingan “core” interest dan middle-range objective dari

suatu negara.

Dalam melakukan analisa kepentingan Australia di kawasan Indo-Pasifik pada

tahun 2013-2015 ini, penulis menggunakan konsep kepentingan internasional milik

1
Ibid, hlm. 123
K.J Holti. Ada tiga variable yang digunakan oleh penulis, yaitu core interests and

values, middle-range objectives, dan long-term goals.

5.1 Core Interest and Objectives

5.1.1 Self-Preservation

Self-preservation merupakan upaya yang dilakukan oleh suatu negara

untuk mencapai kepentingan negaranya yang bersifat vital, yang sangat

berpengaruh pada keberlangsungan hidup negaranya. Self-preservation ini

cenderung melihat upaya suatu negara dalam mencapai kepentingan

domestiknya melalui upaya negara dalam memberikan jaminan atas kedaulatan

dan kemerdekaan, serta meningkatkan keseluruhan sistem politik, sosial, dan

ekonomi dalam wilayah teritori negara tersebut. Sebagai sebuah negara yang

dikategorikan sebagai negara maju Australia terus-menerus meningkatkan

perekonomian, menjaga stabilitas politik dan keamanan, serta menjamin

kedaulatan negaranya.

a. Meningkatkan perekonomian negara

Sepanjang tahun 2010-2015, Australia mengalami perkembangan ekonomi

yang signifikan selama Julia Gillard dan Tony Abbott memimpin Australia.

Sebagai respon atas pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia yang melaju

pesat, khususnya China dan India, pada tahun 2012 Australia mengeluarkan

policy white paper yang berjudul Australia in Asia’s Century. Policy white paper

ini berisi tujuan-tujuan yang harus dicapai oleh Australia hingga tahun 2025

untuk mendapatkan kesejahteraan bagi masyarakatnya, yakni dengan

membangun hubungan kerjasama yang baik dengan negara-negara di Asia


terutama dalam sektor ekonomi dan perdagangan.2 Diplomasi ekonomi yang

menjadi kekuatan Australia di masa pemerintahan Abbott pun membuahkan

hasil manis, yaitu dengan membuat Australia terbuka bagi para pebisnis

sehingga Australia berhasil menjalin kerjasama Free Trade Agreement (FTA)

dengan negara superpowers Asia yaitu China, Jepang, Korea Selatan, India, dan

Indonesia.3

Transformasi kawasan Asia sebagai the world’s powerhouse mendorong

kawasan Asia untuk menjadi kawasan middle class dunia, yang mana membuat

Australia tergerak untuk meningkatkan kerjasama di kawasan ini.4 Di sini

Australia mulai membuka diri untuk menjalin hubungan dan kerja sama dengan

negara-negara di Asia sebagai economic-partner yang menguntungkan.

Beberapa tahun belakangan, Australia telah menjalin hubungan yang kuat

dengan beberapa negara di Asia seperti China, India, Indonesia, Jepang, dan

Korea Selatan; dengan tetap menjaga hubungan aliansinya dengan Amerika

Serikat.5

Pertumbuhan ekonomi negara-negara di Asia membawa peluang yang

menguntungkan bagi Australia. Sebagai negara yang kaya akan sumber daya

energi, Australia pun bekerja sama dengan negara-negara di Asia sebagai

pemasok energi dalam mendukung pembangunan domestiknya.

2
Australian Government. 2012. White Paper: Australia in the Asian Century.
3
Julie Bishop, 2014. Minister for Foreign Affairs. Speech: Address to Economic Doiplomacy
Policy Launch [online]. Diakses dari
http://foreignminister.gov.au/speeches/Pages/2014/jb_sp_140818.aspx
4
Op cit. Australian Government. White Paper: Australia in the Asian Century.
5
Ibid.
Pada tahun 2011 Australia mengeluarkan kebijakan untuk melakukan

ekspor uranium ke India, menggantukan kebijakan yang sebelumnya yang

menolak unutk melakukan ekspor nuklir ke India karena India menolak untuk

menandatangani perjanjian non-proliferasi nuklir.6 Gillard melihat hal ini

sebagai kesempatan Australia untuk membangun hubungan bilateral yang lebih

baik dengan India. Ini merupakan salah satu upaya Australia untuk membangun

kerjasama dalam bidang pertahanan dan keamanan di wilayah baratnya, karena

di wilayah bagian timur Australia telah memiliki kedekatan aliansi dengan

Amerika Serikat. Ini merupakan salah satu faktor pendukung orientasi Australia

yang look west, karena selain India merupakan rising power di kawasan, India

merupakan sebuah negara yang sedang melakukan pengembangan nuklir

negaranya.

Meskipun demikian Australia akan tetap memberlakukan standar yang sama

untuk India layaknya negara-negara pengimpor uranium lainnya, yakni dengan

tetap mematuhi aturan dari International Atomotic Energi Agency (IAEA),

menjalin hubungan bilateral yang kuat, serta menggunakan langkah yang

transparan.7 Hal ini digunakan untuk memastikan bahwa impor uranium India

ini tidak akan digunakan untuk senjata nuklir.

Pada saat Tony Abbott menduduki jabatan Perdana Menteri menggantikan

Gillard, diplomasi ekonomi menjadi ujung tombak bagi Australia. Diplomasi

6
Phillip Coorey, 2011. The Sydney Morning Herald. Gillard’s push for uranium sales to India
[online]. Dikases dari website http://www.smh.com.au/environment/gillards-push-for-uranium-
sales-to-india-20111114-1nfms.html
7
Ibid.
ekonomi ini bertujuan untuk mencapai kedamaian dan kemakmuran negara.

Menurut Julie Bishop, Menteri Luar Negeri Australia, diplomasi ekonomi

merupakan sebuah prinsip yang berisikan perlindungan menyeluruh yang

nantinya menghasilkan perekonomian negara yang kuat yang akan menjadi

pusat dari kebijakan luar negeri, perdagangan, investasi, pariwisata dan bantuan

pembangunan Australia.8

Diplomasi ekonomi ini merupakan pendekatan yang dilakukan oleh

pemerintah Australia untuk mengikutsertakan sektor swasta, komunitas bisnis

dan organisasi non-pemerintah (Non-Governmental Organisations, NGO) untuk

bekerja sama dalam program kerja yang telah disusun oleh pemerintah, baik

dalam lingkup domestik maupun dengan negara partner-countries, khususnya

yang terdapat di dalam kawasan.9 Adanya diplomasi ekonomi ini membuat

Australia lebih terbuka kepada para pebisnis untuk menanamkan investasinya

baik di dalam maupun di luar negeri, seperti yang disampaikan oleh Tony Abbott

pada masa kampanyenya.10 Sedangkan menurut Andrew Robb, Menteri

Perdagangan Australia, diplomasi ekonomi ini digunakan untuk

mempromosikan perdagangan bebas dan mendorong perkembangan invesasi,

yang mana dapat mendorong Australia untuk berkompetisi di level internasional

dan menjadi negara tujuan bagi investasi dan bisnis internasional.11

8
Julie Bishop, 2014. Minister for Foreign Affairs. Speech: Address to Economic Doiplomacy
Policy Launch [online]. Diakses dari
http://foreignminister.gov.au/speeches/Pages/2014/jb_sp_140818.aspx
9
Ibid.
10
Abbott, Tony. 2016. Quadrant Magazine: The Economic Case the Abbott Government [online].
Diakses dari website forhttps://quadrant.org.au/magazine/2016/03/economic-case-abbott-
government/
11
Op cit. Minister for Foreign Affairs, Julie Bishop.
Australia mengembangkan sayapnya dengan menjalin kerjasama

perdagangan dengan negara superpowers Asia yaitu China, Jepang, Korea

Selatan, dan Indonesia.12 Penandatanganan FTA dengan negara-negara

superpowers Asia ini merupakan peluang besar bagi pebisnis Australia untuk

mendapatkan pasar yang besar di Asia, serta meningkatkan lapangan pekerjaan

di dalam negeri. Dengan adanya freer trade mampu mendorong produktivitas

dengan meningkatkan kompetisi di kalangan pekerja, yang pada akhirnya dapat

meningkatkan upah pekerja.13 Dalam hal ini, kemakmuran Australia bergantung

pada kemakmuran regional dan global. Bishop menambahkan, dengan

meningkatnya kemakmuran dunia juga akan memdorong lingkungan yang aman

dan stabil bagi Australia serta kawasan Indo-Pasifik yang lebih luas, melalui

penyebaran keuntungan dari kemakmuran global yang meluas.14

b. Menjamin kedaulatan serta menjaga stabilitas politik dan keamanan

Kepentingan nasional Australia meluas hingga ke luar batas geografis

negara. Hal ini menyangkut kesejahteraan dari warga negara dan pebisnis

Australia baik yang berada di dalam maupun di luar negeri, yang mana

kecenderungan untuk membentuk kebijakan dan tindakan di luar negeri turut

mempengaruhi Australia secara keseluruhan.15 Dalam hal ini kebijakan

keamanan nasional harus mencari opsi dalam merespon baik peluang maupun

12
Ibid.
13
Abbott, Tony. 2016. Quadrant Magazine: The Economic Case the Abbott Government [online].
Diakses dari website forhttps://quadrant.org.au/magazine/2016/03/economic-case-abbott-
government/
14
Julie Bishop, 2014. Minister for Foreign Affairs. Speech: Address to Economic Doiplomacy
Policy Launch [online]. Diakses dari
http://foreignminister.gov.au/speeches/Pages/2014/jb_sp_140818.aspx
15
Australian Government. defence white paper 2013
ancaman keamanan di manapun hal itu terjadi, dengan memahami batas

kemampuan negara.

Kemakmuran dan keamanan Australia di masa depan secara langsung

maupun tidak langsung bergantung pada kawasan terdekat yang berada di

sekitarnya, yaitu kawasan Indo-Pasifik.16 Lingkungan keamanan Australia

mengalami pergeseran sebagai dampak dari pertumbuhan ekonomi di kawasan,

perubahan dari kekuatan strategis negara-negara di kawasan, serta adanya

pengaruh dari perilaku aktor non-negara. Tidak hanya Australia, tetapi semua

negara khususnya negara yang berada di kawasan Asia, khususnya Indo-Pasifik,

turut merasakan dampak dari pergeseran yang terjadi karena laju pertumbuhan

ekonomi yang cepat di kawasan. Tantangan pun muncul secara bersamaan, baik

terhadap susunan perekonomian, keamanan, hingga lingkungan.17

Pada saat yang bersamaan, kapasitas Australia dalam menanamkan investasi

di sektor pertahanan dipengaruhi oleh keadaan ekonomi dan keuangan negara.18

Sehingga pemerintah Australia harus membuat skala prioritas untuk

mengalokasikan sumber daya dan upaya pertahanan negara, serta memelihara

pemahaman yang jelas terhadap peluang dan pilihan strategis atas sikap,

kemampuan, serta organisasi pertahanan negara.

Australia memiki 3 (tiga) kepentingan strategis yang terdiri atas: (1) A

secure Australia, (2) A secure South-Pacific and Timor Leste, dan (3) A stable

Indo-Pacific.19 Kepentingan strategis utama bagi Australia adalah pertahanan

16
Ibid.
17
Australian Government. 2012. Policy White Paper: Australia in the Asian Century.
18
Op cit. Australian Government. defence white paper 2013
19
Ibid.
dari serangan senjata, termasuk serangan musuh baik negara maupun non-negara

yang memiliki kemampuan pendukung seperti senjata pemusnah massal.

Jangkauan dari pertahanan ini meliputi benua Australia beserta wilayah

maritime, wilayah lepas pantai, dan jalur laut yang penting yang berada di sekitar

wilayah kedaulatan Australia.20

Meningkatnya kepentingan ekonomi di Australia bagian utara dan sumber

daya lepas pantai pun termasuk ke dalam defence planning negara. Dengan

meningkatkan kapabilitas pertahanan di wilayah-wilayah tersebut mampu

menunjukkan kekuatan militer Australia terhadap wilayah kedaulatannya, baik

di wilayah bagian utara dan barat Australia serta di wilayah yang mengandung

sumber daya lepas pantai dan wilayah laut yang luas.21 Untuk menjaga

pertahanan dan keamanan domestik ini Australia memiliki Australian Defence

Force (ADF), yang terus-menerus ditingkatkan kemampuan fisik maupun

modernisasi militer.

Melihat laju pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan Asia yang

begitu pesat mendorong Australia untuk membangun kerjasama yang strategis

dengan negara-negara tersebut. Dikenal memiliki hubungan aliansi yang dekat

dengan Amerika Serikat, Australia justru mendukung keikutsertaan China dalam

perkembangan strategis, politik dan ekonomi di kawasan.22 Meskipun

menguatkan hubungannya dengan China, Australia tetap menjaga hubungan

baiknya dengan Amerika Serikat untuk memastikan bahwa keberlanjutan

20
Ibid.
21
Ibid.
22
Op cit. Australian Government. Policy White Paper 2012.
eksistensi yang kuat dari kedua negara ini baik Amerika Serikat maupun

Australia terhadap kawasan. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang diberikan

oleh hubungan aliansi kedua negara ini terhadap stabilitas, keamanan dan

perdamaian kawasan.

Tantangan yang muncul justru berasal dari dalam kawasan Asia sendiri,

yang merupakan konsekuensi dari perubahan hubungan kekuasaan sebagaimana

tumbuhnya perekonomian negara-negara di Asia. Munculnya China di kawasan

ini mempengaruhi kepentingan regional, global, serta negara-negara tetangga;

pertumbuhan hubungan baik India yang baru dijalin kembali dengan negara-

negara di Asia Timur; serta upaya Washington dalam melakukan rebalancing

kepentingan globalnya di kawasan Asia merupakan inti dari permasalahan yang

ada di kawasan ini.23 Institusi regional dan global menjadi pusat upaya dari

Australia untuk mengembangkan collective security di kawasan dengan

membangun kepercayaan serta mendukung norma dan peraturan yang berlaku.24

Dalam mencapai kepentingan utamanya (core interests and values) di

kawasan Indo-Pasifik pada tahun 2013-2015 ini, pemerintah Australia telah

melakukan peningkatan dan penguatan sistem ekonomi, serta menjamin

kedaulatan dan menjaga stabilitas politik dan keamanan negaranya. Peningkatan

dan penguatan sistem ekonomi, politik, keamanan dan kedaulatan ini telah

memiliki tujuan yang jelas dan tertulis di Policy White Paper 2012 dan Defence

White Paper 2013 yang menjelaskna bahwa kepentingan strategis Australia

23
Ibid.
24
Ibid.
terletak di kawasan Asia dan Indo-Pasifik. Sehingga dengan adanya white paper

ini membuat pemetaan tujuan dan pencapaian Australia menjadi jelas di era

Gillard dan Abbott (2010-2015).

Apabila dilihat dari parameter yang ada, Australia telah memenuhi salah

satu dari kepentingan jangka pendeknya yakni self-preservation yaitu upaya

yang dilakukan oleh suatu negara untuk mencapai kepentingan negaranya yang

bersifat vital, yang sangat berpengaruh pada keberlangsungan hidup negara.

Australia telah melakukan peningkatan dan penguatan baik dalam sektor

ekonomi, politik, dan keamanan domestiknya, serta memberikan jaminan atas

wilayah kedaulatannya.

5.1.2 Defense of Strategically Vital Areas

Kontrol untuk mendapatkan akses masuk terhadap asset sumber daya alam

dan tenaga kerja yang ada dalam suatu wilayah merupakan sebuah “power”

yang dapat menambah nilai kapabilitas suatu negara. Dengan adanya

keterbatasan sumber daya alam dan tenaga kerja di suatu negara dapat

mengancam pemenuhan kebutuhan negaranya, khususnya kebutuhan

domestiknya. Sehingga hal ini mendorong suatu negara untuk berusaha

mendapatkan akses terhadap bahan mentah dan tenaga kerja di wilayah yang

berada di sekitar teritorinya.

Dikenal sebagai salah satu pemasok energi baik di level regional maupun

global, tentu Australia akan terus berusaha membuat negara-negara importer

memiliki ketergantungan terus-menerus pada pasokan energi darinya. Hal ini


merupakan sebuah peluang yang sangat menguntungkan bagi Australia,

mengingat Australia juga merupakan sebuah negara yang kaya akan sumber

daya dan energi. Meskipun demikian, adalah sebuah keharusan bagi Australia

untuk menyeimbangkan kebutuhan energi domestik dan global dengan

memperhatikan kandungan energi dan sumber daya alam yang masih tersimpan.

Memiliki letak geografis di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik

merupakan hal yang sangat menguntungkan bagi Australia. Selain merupakan

jalur lalu lintas kapal-kapal yang membawa minyak maupun komoditas lainnya,

kedua Samudera ini juga kaya akan sumber daya alam maupun mineral. Terlebih

di wilayah perairan Samudera Hindia mengandung 40% sumber cadangan

minyak dan gas dunia, terutama negara-negara Teluk yang mengekspor 70%

minyaknya. Selain itu, pada tahun 2013 US Energi Information Administration

(EIA) melakukan konfirmasi penemuan sumber minyak dan gas alam di bagian

barat Samudera Hindia.25

Mengetahui potensi yang terkandung di dalamnya, Australia melebarkan

sayapnya dalam bidang pertambangan. Australia banyak memiliki firma

pertambangan minyak lepas pantai yang tersebar di wilayah barat Samudera

Hindia, mulai dari Madagaskar hingga Kenya.26 Selain dapat menunjang

pemenuhan kebutuhan minyak domestik, hal ini juga berpengaruh terhadap

25
UN Environment. Baseline Study on the Status and Trends in Oil and Gas Exploration and
Production in the Western Indian Ocean [online]. Diakses dari website
http://web.unep.org/nairobiconvention/baseline-study-status-and-trends-oil-and-gas-exploration-
and-production-western-indian-ocean
26
Ibid.
eksistensi Australia sebagai pemasok energi utama baik di level regional maupun

global.

Australia memiliki dua buah pulau yang termasuk dalam wilayah

kedaulatan Australia di kawasan Samudera Hindia, yatu Christmas Island dan

the Cocos (Keeling) Island.27 Christmas Island merupakan sebuah pulau seluas

135 km2 yang memiliki flora dan fauna yang unik, sehingga hampir 63% wilayah

di pulau ini dijadikan sebagai Taman Nasional oleh pemerintah Australia.28

Selama berabad-abad perekonomian di pulau ini bergantung pada tambang

fosfat. Pada tahun 1958, kedaulatan Christmas Island dipindahkan dari Kerajaan

Inggris menjadi di bawah kedaulatan negara persemakmuran Australia.29

27
Commonwealth Grants Commission, Australian Government. Chapter 2: The Indian Ocean
Territories [online]. Diakses dari website
https://cgc.gov.au/attachments/article/52/chap%202%20Territories.pdf
28
Joint Standing Committee on the National Capital and External Territories, February 1995,
Delivering the Goods, Parliament of the Commonwealth of Australia, Canberra
29
Op cit. Commonwealth Grants Commission, Australian Government.
Sedangkan Cocos Island berada di dalam wilayah kedaulatan Australia pada Juni

1951, setelah sebelumnya berada di bawah kedaulatan Kerajaan Inggris.30

Gambar 4. Peta wilayah kedaulatan Australia di kawasan Samudera

Hindia, Christmas Island dan Cocos (Keeling) Island.

Seiring dengan pergeseran strategic game di level regional dan global,

wilayah offshore Australia di Cocos (Keeling) Island dan Christmas Island ini

keduanya memiliki nilai aset yang strategis bagi pertahanan Australia. Cocos

Island digunakan sebagai basis militer Australia, sebagai tempat untuk mengisi

ulang amunisi, bahan bakar, serta pasukan kapal selam dan kapal perang.31

30
Department of Infrastructure and Regional Development, Australian Government. Chapter
Eleven: Cocos (Keeling) Islands [online]. Diakses dari
http://regional.gov.au/territories/publications/files/A_Federation_in_These_Seas_Part_3.pdf
31
Dr. Carlo Kopp. 2012. Air Power: Strategic potential of the Cocos islands and Christmas Island
[online]. Diakses dari website http://www.ausairpower.net/PDF-A/DT-Cocos-Christmas-Mar-
2012.pdf
Dengan menggunakan Cocos Island sebagai tempat untuk mengisi uang bahan

bakar, akhirnya menurunkan tingkat kebutuhan akan pesawat tanker yang

membawakan bahan bakar untuk bahan isi ulang, sehingga pesawat taktis

dapat disebar untuk kebutuhan yang lain.32

Menurut Dr. Kopp, apabila Australia benar-benar ingin melindungi

wilayah laut yang berada di sebelah barat Australia serta menunjukkan

maritime denial dan sea control operations di kawasan Samudera Hindia,

maka Cocos Island ini merupakan tempat yang ideal untuk digunakan sebagai

basis militer.33 Selain itu, letak Cocos Island ini juga berdekatan dengan

negara-negara di kawasan Asia Tenggara, Myanmar, dan Laut Cina Selatan,

sehingga pulau ini merupakan lokasi yang potensial untuk melancarkan air

strikes kepada negara-negara tersebut.34 Maka dari itu, salah satu strategi bagi

Australia dalah denga melakukan pembangunan untuk mengembangkan Cocos

Island ini agar layak digunakan sebagai lokasi naval replenishment site.35

Selain memaksimalkan penggunaan Cocos Island, pemerintah Australia

juga telah menugaskan Royal Australian Navy untuk berjaga di wilayah bagian

barat Samudera Hindia.36 Royal Australian Navy ditugaskan untuk

memberantas kejahatan transnasional berupa peredaran drug traffickings serta

maritime piracy yang terjadi di kawasan Samudera Hindia. Terbukti, Royal

32
Ibid.
33
Ibid.
34
Ibid.
35
Ibid.
36
Henri Depardieu. 2014. Indian Ocean Observatory: Australia flexes its strategic military might
and soft power in the Indian Ocean Rim. Diakses dari
http://www.indianoceanobservatory.com/index.php/en/diplomacy/item/396-australia-flexes-its-
strategic-military-might-and-soft-power-in-the-indian-ocean-rim/396-australia-flexes-its-strategic-
military-might-and-soft-power-in-the-indian-ocean-rim
Australian Navy telah memutus jutaan lingkar peredaran kartel narkoba di

pesisir Timur Afrika dan tengah laut.37 Australian Navy ini merupakan bagian

dari gabungan pasukan maritime (Combined Maritime Forces) yang

melakukan patroli pengamanan sejauh 2,5 juta mil persegi di perairan

internasional.38

Melalui parameter yang ada, yaitu melihat pencapaian kepentingan

Australia melalui kontrol atas suatu wilayah di sekitarnya (tetangga) untuk

mendapatkan akses bahan mentah dan tenaga kerja di wilayah tetangganya,

Australia telah melakukan upaya terbaiknya untuk memaksimalkan

penggunaan Cocos Island yang kemudian digunakan sebagai basis militer

Australia. Dengan adanya basis militer ini dapat mempermudah Australia

untuk melakukan kontrol di wilayah kedaulatannya terutama yang berada di

bagian barat benua Australia, termasuk wilayah lepas pantai bagian barat

Samudera Hindia, lokasi di mana banyak firma pertambangan minyak

Australia berada.

Kontrol wilayah yang dilakukan oleh Australia ini tidak sampai tahap

membentuk sebuah pakta layaknya yang dilakukan oleh Amerika Serikat

melalui NATO, yang menegaskan bahwa apabila terjadi penyerangan terhadap

negara-negara aliansinya di Eropa sama saja dengan melakukan penyerangan

terhadap Amerika Serikat.39 Di sini Australia menggunakan cara lain namun

dengan tujuan yang sama yakni untuk mengamankan wilayah yang bernilai

37
Ibid.
38
Ibid.
39
K.J. Holsti, op cit, hlm. 125.
strategis bagi kepentingan Australia, yaitu dengan memaksimalkan

pengembangan Cocos Island untuk menjadi basis militer dan naval

replenishment site.

5.1.3 Ethnic, Religious, or Linguistic Unity

Kesatuan suku, agama, dan bahasa merupakan komponen terpenting dari

berdirinya suatu negara. Stabilitas suatu negara dapat terganggu dengan adanya

konflik yang muncul terkait diskriminasi suku, agama, bahkan bahasa. Adalah

suatu hal yang penting bagi suatu negara untuk menjaga stabilitas negaranya

melalui upaya-upaya untuk menekan agar konflik yang ada tidak sampai

mencapai tahap pecahnya konflik, salah satunya adalah upaya pemerintah dalam

melindungi social order menggunakan territorial order.

Terdapat banyak etnis yang bertempat tinggal di Australia. Berdasarkan

data dari CIA, etnis yang mendiami Australia terdiri atas Inggris (25,9%),

Australia (25,4%), dan etnis Asia terbesar yang mendiami Australia terdiri atas

China (3,1%) dan India (1,4%).40 Sebagai sebuah negara yang terdiri atas

berbagai macam suku, budaya dan agama, Australia sangat menjunjung tinggi

toleransi dan hak asasi manusia, sehingga konflik etnis hampir tidak pernah

terjadi di Australia.

40
Central Intelligence Agency (CIA). The World Factbook Australia-Oceania: Australia
[online].Diakses dari website https://www.cia.gov/library/publications/the-world-
factbook/geos/as.html
Pada saat Australia mengeluarkan 2012 Defence White Paper, justru di

dalam policy white paper tersebut terdapat kebijakan yang mana setiap

penduduk Australia yang mengenyam pendidikan di Australia akan

mendapatkan pengetahuan mengenai kebudayaan Asia dari lembaga belajar

yang ditujunya.41 Menurut Gillard, strategi ini menjadi salah satu bagian dari

rencana nasional untuk perkembangan sekolah, mulai dari sekolah, sekolah

vokasi, dan perguruan tinggi di Australia. Sehingga apabila telah lulus dari

lembaga belajar tadi, setiap penduduk Australia telah mendapatkan pengetahuan

tenteng kebudayaan Asia, bahkan mempelajari bahasa beberapa negara di Asia

deperti bahasa Indonesia, Mandarin, Jepang, maupun bahasa Hindi.42

41
Australian Government. 2012 Defence White Paper: Australia in the Asia Century.
42
ABC News. 2012. As it happened: Australia in the Asian Century [online]. Diakses dari website
http://www.abc.net.au/news/2012-10-28/live-coverage-australia-in-the-asian-century/4337812
Gambar 5. Beberapa bahasa Asia yang menduduki tiga peringkat teratas

sebagai bahasa yang paling diminati oleh siswa sekolah dasar.

Strategi ini merupakan salah satu cara yang telah disiapkan oleh pemerintah

Australia untuk menghadapi diaspora Australia di negara-negara yang berada di

kawasan Asia, khususnya Indo-Pasifik. Diharapkan warga negara Australia yang

bertempat tinggal di negara-negara yang terletak di kawasan tersebut dapat

menerima penduduk Australia ini dengan baik dan layak, karena mereka telah

dibekali dengan mempelajari bahasa negara-negara di kawasan ini. Karena

kebijakan ini diterapkan mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi dan

sekolah vokasi, berarti Australia telah mempersiapkan diaspora ini baik untuk

saat ini maupun di masa mendatang.

Gambar 6. Beberapa bahasa asing yang diwajibkan di sekolah dasar di

Australia
Dari parameter yang ada, faktor suku, agama, dan bahasa bukan

merupakan hal yang sangat diperhatikan oleh pemerintah Australia dalam

menjaga stabilitas negaranya. Karena sebagai negara yang terdiri atas berbagai

suku, budaya, agama dna bahsa, Australia sangat menjunjung tinggi toleransi

dan hak asasi manusia. Sehingga hampir tidak ada pecahnya konflik mengenai

etnis, agama dan bahasa di Australia ini. Meskipun demikian, pemerintah

Australia telah membekali warga negaranya dengan mempelajari beberapa

bahasa di kawasan Asia untuk menghadapi diaspora Australia di kawasan

tersebut.

Dalam kepentingan utama ini, dapat dilihat bahwa Australia telah berhasil

memperbaiki dan meningkatkan sistem ekonomi, politik, sosial, serta keamanan.

Selain itu, pemerintah juga berhasil memberikan jaminan atas kedaulatan

wilayahnya kepada warga negara Australia. Karena sasaran utama dari

kepentingan utama ini adalah ke arah domestik, sehingga memang tidak ada

campur tangan dari pihak luar, baik organisasi regional IORA, maupun negara

dan organisasi internasional lainnya.

5.2 Middle-Range Objectives

5.2.1 Private Citizen’s Interests

Ada pemerintah suatu negara yang sangat mendukung kepentingan dari

investasi dari perusahaan maupun firma-firma swasta milik sebagian warga

negaranya yang ditanamkan di luar negeri, yang mana bentuk dukungan ini

diupayakan sungguh-sungguh degan menggunakan kekuasaan serta sumber


daya negaranya.43 Selain itu, pemerintah negara tersebut juga akan menurunkan

pasukan militernya untuk melindungi kepentingan tersebut, meskipun

kepentingan tersebut tidak menyangkut kepentingan sosial negaranya. 44 Di sini

dapat dilihat bahwa kepentingan dari perusahaan-perusahaan swasta juga

menjadi kepentingan jangka menengah pemerintah suatu negara, meskipun

kepentingan tersebut hanya menyangkut sedikit kepentingan umum terkait

kesejahteraan sosial di suatu negara.

Sektor pertambangan merupakan penyumbang perekonomian negara

terbesar kedua di bawah sektor jasa.45 Industri pertambangan sudah berjalan di

Australia selama ratusan tahun, hal ini membuat Australia menjadi sebuah

negara yang diakui perkembangan teknologinya terutama dalam bidang industri

pertambangan. Industri pertambangan ini merupakan penyokong perekonomian

Australia, sehingga pemerintah akan melindungi keamanan dari industri

pertambangan ini.

Kemakmuran Australia bergantung pada kemampuan perdagangan

international via laut, di mana setiap tahunnya sejumlah lebih dari 130 juta dollar

makanan, hasil tambang, dan minyak dari Australia diekspor ke negara-negara

Asia Timur melalui laut, yang sangat bergantung pada keamanan pelayaran.46

43
Ibid, hlm. 127
44
Ibid.
45
Central Intelligence Agency (CIA). The World Factbook. Australia-Oceania: Australia [online].
Diakses dari website https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/as.html
46
Australasian Oil and Gas. Exhibition and Conference. Australian LNG and oil shipments under
terrorist threat [online]. Diakses dari website https://aogexpo.com.au/lng/australian-lng-oil-
shipments-terrorist-threat/
Maka dari itu, keamanan dan stabilitas laut di kawasan Indo-Pasifik memiliki

pengaruh yang besar bagi perekonomian Australia. Untuk meningkatkan dan

mengoptimalkan keamanan di kawasan ini, Australia meggunakan

keanggotaannya di IORA untuk memberikan perlindungan terhadap firma

minyak lepas pantai yang terdapat di wilayah barat Samudera Hindia.

5.2.2 State’s Prestige

Dalam membina suatu hubungan kerjasama internasional, sebuah negara

tentu akan mempertimbangkan nama baik dari negara yang akan diajak bekerja

sama. Maka dari itu adalah sebuah keharusan bagi suatu negara untuk menjaga

dan meningkatkan nama baik negaranya. Peningkatan nama baik (prestis) ini

dapat dilihat melalui peningkatan kemampuan suatu negara, baik dalam sektor

diplomatik, ekonomi (perkembangan industri), militer, hingga ilmu pengetahuan

dan teknologi. Dari semua parameter tersebut, Australia memilih untuk

meningkatkan kemampuan militernya.

Dalam sektor militer, Australia terus meningkatkan kemampuannya, baik

meningkatkan kemampuan para tentara maupun modernisasi peralatan militer.

Australia dikenal memiliki hubungan aliansi milter yang kuat dengan Amerika

Serikat. Selain itu Australia juga terdaftar sebagai salah satu negara anggota

NATO. Australia juga berperan aktif dalam menjaga stabilitas keamanan di

kawasan Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.


Gambar 7. Joint naval exercises

Di kawasan Samudera Hindia, Australia bekerja sama dengan negara-

negara yang memiliki letak geografis di sepanjang pesisir Samudera Hindia

seperti India, Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Naval army Australia dikenal

memiliki kapabilitas militer yang baik. Untuk itu Australia juga sudah beberapa

kali mengadakan joint naval exercises dengan negara-negara yang juga dikenal

kuat militernya di kawasan Indo-Pasifik. Pada tahun 2007, Australia

mengadakan joint naval exercises bersama India, Amerika Serikat, dan Jepang.

Selain itu juga Australia aktif turut serta menjaga stabilitas kawasan Samudera

Hindia, dengan mengirimkan Royal Australian Navy-nya untuk berpartroli di

kawasan lepas pantai Samudera Hindia.

Royal Australian Navy ditugaskan untuk memberantas kejahatan

transnasional berupa peredaran drug traffickings serta maritime piracy yang

terjadi di kawasan Samudera Hindia. Terbukti, Royal Australian Navy telah

memutus jutaan lingkar peredaran kartel narkoba di pesisir Timur Afrika dan
tengah laut.47 Australian Navy ini merupakan bagian dari gabungan pasukan

maritime (Combined Maritime Forces) yang melakukan patroli pengamanan

sejauh 2,5 juta mil persegi di perairan internasional.48

5.2.3 Self-Extension

Self-extension merupakan bentuk imperialisme yang dilakukan oleh suatu

negara sebagai salah satu upaya untuk mendapatkan kepentingannya dengan

cara menaklukkan serta mempengaruhi wilayah lain. Imperialisme tidak hanya

dilakukan dengan cara menduduki suatu wilayah, tapi juga mencari keuntungan

dan kemudahan akses untuk mendapatkan jangkauan pemasaran yang lebih luas,

akses bahan mentah yang murah, serta jalur perdagangan, hingga ideological

self-extension yang tidak dapat dicapai melalui jalur diplomasi biasa.

Sebagai negara yang sudah expert dalam sektor pertambangan, Australia

melihat potensi yang ada dari negara-negara yang terletak di Afrika bagian

Timur. Australia menjalin kerjasama dengan negara-negara seperti Kenya dan

Madagascar sebagai salah satu upayanya untuk mendapatkan sumber daya

mineral. Di sini, Australia memberikan technical assistance untuk industri

pertambangan yang ada di Kenya dan Madagascar. Tidak hanya itu, Australia

juga memberikan bantuan luar negeri kepada kedua negara tersebut. Di lain sisi,

Australia membangun kilang-kilang minyak lepas pantainya di sepanjang

47
Ibid.
48
Ibid.
wilayah barat Samudera Hindia, yang terbentang mulai dari Madagascar hingga

Kenya.49

Meskipun demikian, dalam indikator ini penulis tidak melihat bahwa

Australia menggunakan IORA untuk melakukan self-extension maupun

ideological extension terhadap negara-negara lain. Dikatakan demikian, karena

Australia mendapatkan kepentingannya terhadap negara-negara di kawasan

Indo-Pasifik melalui diplomatic ways biasa, sedangkan suatu negara

dikategorikan melakukan self-extension apabila mendapatkan kepentingannya

melalui non-diplomatic ways. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Australia

tidak menggunakan indikator ini dalam mendapatkan kepentingannya di

kawasan Indo-Pasifik ini.

Selain private citizen’s interest, state’s prestige, dan self-extension, terdapat

indikator pendukung lainnya yang dapat digunakan untuk mengelompokkan suatu

kepentingan ke dalam middle-range objectives. Indikator pendukung ini adalah

promoting human rights, yang merupakan tindakan yang dilakukan oleh suatu

negara terkait dukungan atas hak asasi manusia (HAM), yang mana tentu saja

terkandung kepentingan di dalamnya. Pada saat menjabat sebagai ketua IORA

periode tahun 2013 – 2015, Australia gencar-gencarnya mempromosikan

mengenai women empowerment (pemberdayaan perempuan).

49
UN Environment. Baseline Study on the Status and Trends in Oil and Gas Exploration and
Production in the Western Indian Ocean [online]. Diakses dari website
http://web.unep.org/nairobiconvention/baseline-study-status-and-trends-oil-and-gas-exploration-
and-production-western-indian-ocean
Pada Council of Miniters meeting di Perth pada tanggal 1 November 2013,

Julie Bishop menyampaikan bahwa pemberdayaan perempuan di kawasan

merupakan sebuah cross-cutting issue yang penting karena perempuan merupakan

kontributor yang penting dalam perkembangan ekonomi dan sosial di negara-

negara yang terdapat di kawasan Samudera Hindia.50 IORA merupakan sarana

yang dapat digunakan untuk melaksanakan program pemberdayaan perempuan

dengan mendukung adanya penyetaraan gender sebagai salah satu upaya untuk

menghilangkan gender gaps, meningkatkan perekonomian serta menguatkan

sustainable development di kawasan. 51

Pendidikan merupakan kunci utama dari pemberdayaan perempuan. Pendidikan dapat


memperluas

kesempatan serta meningkatkan kemampuan perempuan untuk mengembangkan

potensi-potensi yang dimilikinya, yang nantinya dapat dikontribusikan dalam

hubungan penyetaraan gender yang lainnya.52 Selain itu, pentingnya penguatan

kemampuan ekonomi perempuan melalui pendidikan dan pelatihan dalam sektor

bisnis dan wirausaha. Beberapa kegiatan yang telah diselenggarakan oleh IORA

terkait women empowerment antara lain (1) IORA Women in Business Symposium:

Implementing the Women’s Empowerment Principles (WEPs) di Jakarta, pada 11-

12 Oktober 2016; (2) IORA Women’s Economic Empowerment Event: Mobilizing

Markets and Committee to Gender Equality in the Indian Ocean Rim di

Seychelles, pada 24-25 Agustus 2016; (3) Workshop on Women Empowerment

50
IORA. Gender Empowerment [online]. Diakses dari http://www.iora.net/about-us/priority-
areas/gender-empowerment.aspx
51
Ibid.
52
Ibid.
and Poverty Alleviation di India, pada 17-19 September 2014; dan (4) Paths to

Women’s Economic Empowerment with a Focus on Tourism and Textiles in IORA

Countries di Kuala Lumpur, 17-19 Agustus 2014.53

Gambar 8. Paths to Women’s Economic Empowerment with a Focus on

Tourism and Textiles in IORA Countries di Kuala Lumpur, 17-19 Agustus

2014.

Sebagai negara yang gencar mempromosikan women empowerment,

Australia dapat merasa lega karena kegiatan tersebut terus berlanjut dalam

program kerja IORA hingga pergantian ketua dari Australia menjadi Indonesia.

Selain itu terdapat delapan perusahaan yang menandatangani United Nations

Women’s Empowerment Principles, serta diadopsinya IORA Declaration on

53
Ibid.
Gender Equality and Women’s Economic Empowerment pada 16th IORA Council

of Ministers meeting di Bali pada tanggal 27 Oktober 2016.54 Di sini Australia

telah berhasil untuk mempromosikan women empowerment yang dijadikan

sebagai salah satu program kerja dalam IORA, yang kemudian berlanjut hingga

penandatanganan oleh perusahaan dalam United Nations Women’s Empowerment

Principles.

5.3 Long-Range Goals

Kepentingan jangka panjang ini berisikan serangkaian rencana, cita-cita, dan

pandangan suatu negara untuk merekonstruksi sistem internasional dengan

mengaplikasikan nilai-nilai universal yang sejalan dengan kepentingan nasional

negaranya. Namun sayangnya tidak semua negara dapat dengan konsisten mengejar

tujuan jangka panjang ini, karena sebuah negara akan berusaha mencapai tujuan

jangka panjang apabila tujuan ini selaras dengan tujuan jangka pendek dan/atau

menengah dari negaranya.

Dalam long-range goals, Australia sudah lama menyusun kebijakan luar

negerinya untuk mendapatkan kepentingannya di kawasan Indo-Pasifik. Namun

terdapat dinamika dalam kebijakan luar negeri Australia dalam look west, atau

fokus terhadap kawasan yang berada di sebelah barat benua Australia. Sejak

54
Ministers for Foreign Affairs of Australia. 2016. Speeches: Indian Ocean Rim Association
[online]. Diakses dari
http://foreignminister.gov.au/speeches/Pages/2016/jb_sp_161027.aspx?w=tb1CaGpkPX%2FlS0K
%2Bg9ZKEg%3D%3D
berdirinya negara Commonwealth of Australia pada tahun 1901,55 Australia sudah

memiliki orientasi strategis terhadap kawasannya. Sehingga Australia memiliki

sembilan buah white paper. Kesembilan white paper ini masing-masing

dikeluarkan pada tahun 1976, 1987, 1994, 2000, 2009, 2012, 2013, dan 2016.56

Gambar 9. Australia saat menjadi Ketua IORA periode tahun 2013-2015

Dari kesembilan white paper ini, hanya white paper 2012 lah yang berisi

rincian fokus pemerintah Australia baik secara politik maupun strategis, sedangkan

sisanya berisi tentang uraian fokus pemerintah Australia dalam sektor pertahanan

55
Central Intelligence Agency (CIA). The World Factbook Australia-Oceania: Australia
[online].Diakses dari website https://www.cia.gov/library/publications/the-world-
factbook/geos/as.html
56
Department of Defence. Australian Government. 2016 Defence White Paper [online]. Diakses
dari website http://www.defence.gov.au/WhitePaper/Links.asp
dan keamanan.57 Meskipun seluruh white paper menguraikan kepentingan

Australia terhadap kawasan Asia, setiap white paper memiliki orientasi strategis

masing-masing. Setelah membaca keseleruhan white paper Australia, orientasi

strategis Australia dalam politik luar negerinya mengalami pengurucutan. Orientasi

awal berada di kawasan Asia Pasifik mengecil menjadi di kawasan Indo-Pasifik,

yang menjadi standing point Australia d balam melihat dinamika yang terjadi di

kawasannya.

Australia sudah cukup lama dalam menentukan targetnya untuk menguasai

kawasan Indo-Pasifik. Dimulai dari bergabungnya Australia di G-20, yang

kemudian dilanjutkan dengan bergabungnya Australia dalam organisasi regional

Indian Ocean Rim Association (IORA), hingga Australia menjadi wakil ketua IORA

periode 2010-2013 dan menjadi ketua IORA pada periode 2013-2015.

57
Australian Journal of Regional Studies. Bruno Mascitelli. Australia in the Asian Century – A
Critique of the White Paper, dalam Australian Journal of Regional Studies, 2014, Vol. 20, No. 3,
hlm 1-27.
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Australia dikategorikan sebgai negara maju, karena pertumbuhan

ekonominya mulai stabil dan nilai dari pertumbuhannya tidak sebesar negara-

negara lain yang berada di Asia. Melihat pertumbuhan ekonomi negara-negara di

kawasan Asia khususnya China dan India beberapa tahun terakhir membuat

Australia mulai fokus terhadap geopolitik regional, karena memiliki letak geografis

di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik membuat Australia merasa

memiliki kepentingan terhadap kawasan yang dikenal dengan nama Indo-Pasifik

ini.

Memiliki letak geografis di antara kedua Samudera ini merupakan suatu

keuntungan bagi Australia baik dalam sektor politik dan ekonomi. Dengan

munculnya hubungan yang signifikan serta meningkatnya kepentingan akan

pasokan energi dari Timur Tengah ke Asia Timur membuat Australia melihat

Samudera Hindia dan Samudera Pasifik bagian barat sebagai a single strategic arc.

Konsepsi ini didorong oleh peningkatan interaksi ekonomi antara negara-negara di

kawasan Asia bagian selatan, timur laut, dan tenggara, serta pentingnya pasokan

energi dari Asia ke Timur Tengah

Sebagai upaya untuk mendapatkan kepentingan ekonomi dan keamanan di

kawasan Indo-Pasifik melalui organisasi regional Indian Ocean Rim Association

(IORA), hal ini diwujudkan melalui upaya Australia dalam menjaga stabilitas di
kawasan Indo-Pasifik yang dapat dilihat melalui core interests and objectives

(kepentingan jangka pendek), middle-range objectives (kepentingan jangka

menengah), dan long-term goals (kepentingan jangka panjang).

Melalui core interests and objectives, Australia telah melakukan self-

preservation yaitu upaya yang dilakukan oleh suatu negara untuk mencapai

kepentingan negaranya yang bersifat vital, yang sangat berpengaruh pada

keberlangsungan hidup negara. Australia telah melakukan peningkatan dan

penguatan baik dalam sektor ekonomi, politik, dan keamanan domestiknya, serta

memberikan jaminan keamanan atas wilayah kedaulatannya. Australia juga

mengamankan wilayah yang bernilai strategis bagi kepentingan nasional Australia,

yaitu dengan memaksimalkan pengembangan Cocos Island untuk menjadi basis

militer dan naval replenishment site. Selain itu, pemerintah Australia telah

membekali warga negaranya dengan mempelajari beberapa bahasa di kawasan Asia

untuk menghadapi diaspora Australia di kawasan tersebut. Sasaran utama dari

kepentingan utama ini adalah ke arah domestik, sehingga tidak ada campur tangan

dari organisasi regional IORA.

Melalui middle-range objectives, Australia bersama beberapa negara

anggota IORA telah melakukan pengamanan terhadap industri pertambangan yang

merupakan penyokong perekonomian Australia. Dalam meningkatkan state’s

prestige, pemerintah Australia menjalin kerjasama militer dengan beberapa negara

anggota IORA untuk salah satunya melalui joint naval exercises dan naval

symposium. Pemerintah Australia tidak melakukan self-extension ke negara-negara

yang berada di sekitar wilayah negaraya. Australia mendapatkan kepentingannya


terhadap negara-negara di kawasan Indo-Pasifik melalui diplomatic ways biasa,

sedangkan suatu negara dikategorikan melakukan self-extension apabila

mendapatkan kepentingannya melalui non-diplomatic ways. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa Australia tidak menggunakan indikator ini dalam mendapatkan

kepentingan ekonomi dan keamanan di kawasan Indo-Pasifik ini. Selain itu

Australia juga berhasil dalam mempromosikan women empowerement, yang

dimulai pada saat Australia menduduki jabatan sebagai ketua IORA periode 2013-

2015, yang mana program kerja tersebut pelaksanaannya masih berlanjut hingga

saat ini.

Dalam long-range goals, Australia sudah lama menyusun kebijakan luar

negerinya untuk mendapatkan kepentingannya di kawasan Indo-Pasifik. Namun

terdapat dinamika dalam kebijakan luar negeri Australia dalam look west, atau

fokus terhadap kawasan yang berada di sebelah barat benua Australia. Dari

keseluruhan white paper yang dibuat sejak berdirinya negara Commonwealth of

Australia hingga saat ini, dapat dilihat bahwa orientasi strategis Australia makin

menyempit. Dimulai dari orientasi Australia terhadap kawasan Asia-Pasifik,

kawasan Asia, hingga ke kawasan Indo-Pasifik.

Dapat disimpulkan bahwa Australia mendapatkan kepentingan ekonomi dan

militer melalui organisasi regional Indian Ocean Rim Association (IORA) di

kawasan Indo-Pasifik pada tahun 2013 – 2015, yang mana kepentingan tersebut

dapat dicapai melalui middle-range objectives. Selain itu, menduduki jabatan

sebagai ketua IORA pada periode tersebut merupakan sebuat abut loncatan bagi

Australia untuk mendapatkan kepentingan jangka menengahnya di kawasan Indo-


Pasifik ini, di mana kawasan Samudera Hindia merupakan bagian penting dari

kawasan ini.

6.2 Saran

Saran dan rekomendasi yang penulis berikan bagi penelitian berikutnya

adalah melihat bagaimana Australia menggunakan IORA dalam mencapai long-

term goals di kawasan Indo-Pasifik, karena pada saat penelitian ini dilaksanakan

pada tahun 2017, penulis belum melihat capaian dari kepentingan jangka panjang

Australia dalam kawasan ini. Penulis tidak melihat pencapaian tersebut karena

Australia baru turun dari jabatan Ketua IORA pada tahun 2015, yang kemudian

digantikan oleh Indonesia. Namun dalam pelaksanaan kegiatannya, Australia masih

menitipkan beberapa program kerjanya kepada Indonesia. Selain itu dalam

penelitian ini penulis juga masih berfokus terhadap upaya Australia dalam

mendapatka kepentingan ekonomi dan keamanan di kawasan Indo-Pasifik melalui

organisasi regional IORA, tidak melihat efektifivitas dari organisasi regional ini

yang digunakan oleh Australia sebagai batu loncatan untuk mendapatkan

kepentingannya di kawasan Indo-Pasifik, di mana kawasan Samudera Hindia

merupakan bagian penting dari kawasan tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:
Holsti, K.J. 1987. International Politics: A Framework for Analysis, 5th Edition.
London: Prentice Hall.

Mas’oed, Mochtar. 1990. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi.


Jakarta: LP3ES.

Morgenthau, H.J. 1991. Politik Antar Bangsa, Buku Keti`ga. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.

Sumber Publikasi Lembaga:


Australian Government. 2012. White Paper on Australia in the Asian Century.
Diakses dari
http://www.defence.gov.au/whitepaper/2013/docs/australia_in_the_asian_ce
ntury_white_paper.pdf

Australian Government, Australian Trade and Investment Commission. China-


Australia Free Trade Agreement (ChAFTA) [online]. Diakses dari website
https://www.austrade.gov.au/Australian/Export/Free-Trade-
Agreements/chafta

Australian Government, Australian Trade and Investment Commission. Market


Profile: Export markets – Japan [online]. Diakses dari website
https://www.austrade.gov.au/australian/export/export-
markets/countries/japan/industries/Fruit-and-vegetables#1

Australian Government, Australian Trade and Investment Commission. Market


Profile: Export markets – Republic of Korea [online]. Diakses dari website
https://www.austrade.gov.au/Australian/Export/Export-
markets/Countries/Republic-of-Korea/Market-profile

Australian Government. The Australian Government’s online resource for


regulation reform. 2013. Cutting Red Tape: The Abbott Government’s
Deregulation Agenda (speech) [online]. Diakses dari website
https://www.cuttingredtape.gov.au/parl-sec/media/abbott-
government%E2%80%99s-deregulation-agenda

Australian Government. The Australian Government’s online resource for


regulation reform. 2015. Cutting Red Tape: Annual Red Reduction Report
2015 [online]. Diakses dari website
https://www.cuttingredtape.gov.au/annual-red-tape-reduction-report-2015
Australian Government, The Treasury. Media Release. Statement: Continued
growth in the Australian economy – ABS National Accounts – June quarter
2015 [online]. Diakses dari website
http://jbh.ministers.treasury.gov.au/media-release/077-2015/

Australian High Commission New Delhi. 2016. India-Australia relations: The


way forward. Diakses dari http://india.embassy.gov.au/ndli/spchly15.html

Bishop, Julie. 2014. Minister for Foreign Affairs. Speech: Address to Economic
Doiplomacy Policy Launch [online]. Diakses dari
http://foreignminister.gov.au/speeches/Pages/2014/jb_sp_140818.aspx

Commonwealth Grants Commission, Australian Government. Chapter 2: The


Indian Ocean Territories [online]. Diakses dari website
https://cgc.gov.au/attachments/article/52/chap%202%20Territories.pdf

Depardieu, Henri. 2014. Indian Ocean Observatory: Australia flexes its strategic
military might and soft power in the Indian Ocean Rim. Diakses dari
http://www.indianoceanobservatory.com/index.php/en/diplomacy/item/396-
australia-flexes-its-strategic-military-might-and-soft-power-in-the-indian-
ocean-rim/396-australia-flexes-its-strategic-military-might-and-soft-power-
in-the-indian-ocean-rim

Departement of Defence, Australian Government. 2013. Defence White Paper


2013. Diakses dari http://www.defence.gov.au/whitepaper/2013/

Department of Defence. 2015. The Speeches of Minister for Defence – Australian


Member Committee of the Council for Security Cooperation in the Asia-
Pacific (Aus-CSCAP), Sofitel, 25 Collins Street, Melbourne [online].
Diakses dari website https://www.minister.defence.gov.au/minister/kevin-
andrews/speeches/minister-defence-australian-member-committee-council-
security

Department of Foreign Affairs and Trade. Australia on the United Nations


Security Council 2013 – 2014 [online]. Diakses dari
http://dfat.gov.au/international-relations/international-
organisations/un/unsc-2013-2014/Pages/australia-on-the-united-nations-
security-council-2013-2014.aspx

Department of Industry, Innovation, and Science of Australia. Resources:


Australian Mineral Commodities [online]. Diakses dari website
https://industry.gov.au/resource/Mining/AustralianMineralCommodities/Pag
es/default.aspx

Department of Infrastructure and Regional Development, Australian Government.


Chapter Eleven: Cocos (Keeling) Islands [online]. Diakses dari
http://regional.gov.au/territories/publications/files/A_Federation_in_These_
Seas_Part_3.pdf

Forbes, Andrew. Sea Power Centre Australia. 2014. Protecting the Ability to
Trade in the Indian Ocean Maritime Economy: Proceedings of the Indian
Ocean Naval Symposium Seminar 2014 [online]. Diakses dari
http://www.navy.gov.au/sites/default/files/documents/SPS3_Protecting_Tra
de_IndianOcean.pdf

ICC International Maritime Bureau, Piracy and Armed Robbery against Ships:
Report for the period of 1 January – 30 June 2016 [online]. Diakses dari
website http://www.icc.se/wp-content/uploads/2016/07/2016-Q2-IMB-
Piracy-Report-Abridged.pdf

International Maritime Organization, MSC.4/Circ.180, Reports on acts of piracy


and armed robbery against ships, annual report-2011, March 1, 2012, at
annex 4.

IORA. Basic Document. Diaskes dari http://www.iora.net/basic-documents.aspx

IORA. Gender Empowerment [online]. Diakses dari http://www.iora.net/about-


us/priority-areas/gender-empowerment.aspx

Joint Standing Committee on the National Capital and External Territories,


February 1995, Delivering the Goods, Parliament of the Commonwealth of
Australia, Canberra

Minister for Foreign Affairs. 2013. Indian Ocean Rim Association (IORA) Join
Op-Ed. Diakses dari
http://foreignminister.gov.au/articles/Pages/2013/jb_ar_131101.aspx

Minister for Foreign Affairs. 2015. IORA Outgoing Charir’s Statement by


Australia’s Foreign Minister. Diakses dari
http://foreignminister.gov.au/speeches/Pages/2015/jb_sp_151023.aspx

Ministers for Foreign Affairs of Australia. 2016. Speeches: Indian Ocean Rim
Association [online]. Diakses dari
http://foreignminister.gov.au/speeches/Pages/2016/jb_sp_161027.aspx?w=t
b1CaGpkPX%2FlS0K%2Bg9ZKEg%3D%3D

Parliament of Australia. 2013. The importance of the Indian Ocean rim for
Australia’s foreign, trade, and defence policy. Diakses dari
http://www.aph.gov.au/Parliamentary_Business/Committees/Senate/Foreign
_Affairs_Defence_and_Trade/Completed_inquiries/2010-
13/indianocean/report/index
Randrianantenaina, Jean Edmond. Oceans and Law of the Sea, the United
Nations. 2013. Maritime Piracy and Armed Robbery against Ships:
Exploring the Legal and the Operatonal Solutions. The Case of
Madagascar, halaman 3 [online]. Diakses dari website
http://www.un.org/depts/los/nippon/unnff_programme_home/fellows_pages
/fellows_papers/Randrianantenaina_1213_Madagascar.pdf

United Nations Institute for Training and Research (UNITAR). 2014. UNOSAT
Global Repor on Maritime Piracy: a geospatial analysis 1995 – 2013,
halaman 12 [online]. Diakses dari website
https://unosat.web.cern.ch/unosat/unitar/publications/UNITAR_UNOSAT_
Piracy_1995-2013.pdf

UN Environment. Baseline Study on the Status and Trends in Oil and Gas
Exploration and Production in the Western Indian Ocean. Diakses dari
http://web.unep.org/nairobiconvention/baseline-study-status-and-trends-oil-
and-gas-exploration-and-production-western-indian-ocean

Sumber Jurnal dan Artikel Ilmiah:


Anthoni Van Nieuwkerk. 2010. South Africa’s National Interest. African Security
Review. Centre for Defence and Security Management, Wits University.

Australian Journal of International Affairs. Phillips, Andrew. Australia and the


Challenges of order-building in the Indian Ocean Region, dalam Australian
Journal of International Affairs, Apr2013, Vol. 67 Issue 2, p125-140.

Medcalf, Rory. 2013. The American Interset. The Indo-Pacific: What’s in a


Name?. Diakses dari http://www.the-american-interest.com/2013/10/10/the-
indo-pacific-whats-in-a-name/

Parkinson, Tony. 2008. The Great Global Energi Conundrum dalam Liberty and
Diplomacy: The Challenges for Australian foreign policy in the 21st century.
Australia: Institute of Public Affairs

Sumber Internet:
Abbott, Tony. 2016. Quadrant Magazine: The Economic Case the Abbott
Government. Diakses dari
forhttps://quadrant.org.au/magazine/2016/03/economic-case-abbott-
government/

ABC News. 2012. As it happened: Australia in the Asian Century [online].


Diakses dari website http://www.abc.net.au/news/2012-10-28/live-
coverage-australia-in-the-asian-century/4337812
ABC News. 2012. Gillard to reveal Australia’s Asian Century goals [online].
Diakses dari website http://www.abc.net.au/news/2012-10-28/gillard-to-
release-asian-century-white-paper/4337502

Attard, Monica. CNN. Gillard: Australia must embrace ‘Asian Century’ [online].
Diakses dari website http://edition.cnn.com/2012/10/28/world/asia/australia-
gillard-asian-century/index.html

Bateman, Sam dan Bergin, Anthony. 2010. Australian Strategic Policy Institute:
Our western front: Australia and the Indian Ocean. Diakses dari
https://www.aspi.org.au/publications/our-western-front-australia-and-the-
indian-ocean

Battellino, Ric. Reserve Bank of Australia. 2010. Speech: Mining booms and the
Australian economy [online]. Diakses dari website
http://www.rba.gov.au/speeches/2010/sp-dg-230210.html

Bergin, Anthony. 2013. The Strategist. Regional Architecture: IORA. Diakses


dari https://www.aspistrategist.org.au/regional-architecture-iora/

Central Intelligence Agency (CIA). The World Factbook Australia-Oceania:


Australia [online]. Diakses dari website
https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/as.html

Central Intelligence Agency (CIA). The World Factbook: Indian Oceans. Diakses
dari https://www.cia.gov/library/publications/the-world-
factbook/geos/xo.html
Coorey, Phillip. 2011. The Sydney Morning Herald. Gillard’s push for uranium
sales to India [online]. Dikases dari website
http://www.smh.com.au/environment/gillards-push-for-uranium-sales-to-
india-20111114-1nfms.html

IORA. Formation [online]. Diakses dari website http://www.iora.net/about-


us/formation.aspx

IORA. IORA Charter [online]. Diakses dari website


http://www.un.org/en/ga/sixth/70/docs/iora_charter.pdf

Kearns, Jonathan and Lowe, Philip. Reserve Bank of Australia. 2011. Australia’s
Prosperous 2000s: Housing and the Mining Boom [online]. Diaksesdari
website https://www.rba.gov.au/publications/confs/2011/pdf/kearns-
lowe.pdf
Kopp, Carlo. 2012. Air Power: Strategic potential of the Cocos islands and
Christmas Island [online]. Diakses dari website
http://www.ausairpower.net/PDF-A/DT-Cocos-Christmas-Mar-2012.pdf

Medcalf, Rory. 2012. The Diplomat: A Term Wose Time Has Come: The Indo-
Pacific. Diakses dari http://thediplomat.com/2012/12/a-term-whose-time-
has-come-the-indo-pacific/

Medcalf, Rory. 2015. The ASAN Forum. Remaining Asia: From Asia-Pacific to
Indo-Pacific. Diakses dari http://www.theasanforum.org/reimagining-asia-
from-asia-pacific-to-indo-pacific/

Nolte, Detlef. GIGA German Institute of Global and Area Studies, Hamburg. How
to Compare Regional Powers: Analytical Concepts and Research Topics.
Diakses dari https://ecpr.eu/Filestore/PaperProposal/212a550d-597b-4f60-
86df-ec73a8e43707.pdf

Anda mungkin juga menyukai