Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH TM 11

MANAJEMEN KONFLIK DALAM KASUS

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keperawatan

Dosen Pengampu: Ns. Serri Hutahaean, S. Kep., M. Kep

Disusun oleh:
Ahmad Nursalam 1810711053
Fitrianih Azzahra 1810711069
Maila Faiqoh Tsauroh 1810711085
Zahrah Rasyida Rasa Fathuhaq 1810711091
Dina Krismayanti 1810711103

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2021
KASUS 2
Tina sebagai seorang perawat bedah, tiba-tiba dipindahkan dan diberikan tugas mengelola ruang
bersalin. Tina tidak tau apa yang harus dilakukan karena tidak menguasai bagaimana melakukan
askep pada bayi baru lahir. Anda sebagai kepala ruangan menilai perawat tina orang yang
kompeten.

Pertanyaan :
1. Konflik apa yang anda alami?
2. Pilih strategi penyelesaian konflik yang sesuai berdasarkan hasil analisis data dan identifikasi
masalah.
3. Susun strategi solusi yang anda tawarkan.

Jawab :
1. Konflik intrapersonal

Konflik Intrapersonal adalah konflik yang terjadi pada individu itu sendiri akibat dari
kompetisi peran. Disebabkan oleh dilemma nilai dan keinginan. Jika saya menjadi kepala
ruangan, saya mengalami konflik intrapersonal.
Seorang kepala ruangan, itu tidak mungkin memilih perawat pelaksana tanpa melihat
keahliannya. Jika perawat tina ditunjuk oleh kepala ruangan untuk dipindah tugaskan ke ruang
bersalin, berarti karu itu tau kalau perawat tina punya kompetensi disana. Namun, tadi
disebutkan dikasus kalo perawat tina itu tidak bisa menguasai askep pada bayi baru lahir.
Kalau perawat tina punya keberanian, mungkin saja, dia akan mengajukan keberatan atas
dipindah tugas dirinya ke ruang bersalin, karena memang perawat Tina tidak menguasai asuhan
keperawatan pada bayi baru lahir. Maka dari itu, dia berani menolak. Dan jika saya mendengar
penolakan itu, mungkin saya bisa menilai bahwa perawat tina adalah orang yang kompeten. Nah,
karena di ruang bersalin itu bukan dibidangnya dan bukan keahliannya, maka dari itu, perawat
Tina berani menolak, karena dia tidak mau mengambil resiko.
Saya sebagai karu, mau perawat tina itu pindah ke ruang bersalin. Tapi saya melihat kalau
penolakan perawat tina itu memang punya tujuan kalau dia tidak ingin mengambil resiko, karena
memang dia tidak menguasai asuhan keperawatan pada bayi baru lahir.
Karena hal itu lah, saya sebagai kepala ruangan mengalami konflik intrapersonal.
2. Strategi Penyelesaian Konflik
Rahim (dalam Sudarmanto, 2021:54) membedakan aspek gaya manajemen
konflik kepada 5 bagian yaitu:
1. Dominasi (dominating) atau dengan istilah kompetisi, yaitu individu dengan gaya ini
hanya memenuhi tujuan pribadi tanpa memikirkan kebutuhan lawannya.
2. Integrasi (integrating) atau sering disebut dengan kolaborasi, Yani pihak yang terlibat
konflik berusaha menciptakan resolusi konflik (penyelesaian konflik) secara
maksimal dengan memenuhi tujuan dirinya sendiri dan tujuan lawan konfliknya atau
dalam kata lain dapat disebut bimbang antara kepentingan dirinya dan lawannya.
3. Kompromi (compromising), yaitu berada diantara dua persimpangan di mana gaya
ini berusaha memenuhi sebagian tujuannya dan tujuan lawan konfliknya tanpa
berupaya memaksimalkan nya.
4. Menghindar (avoiding), yaitu pihak yang terlibat konflik menolak untuk berdiskusi
mengenai konflik yang terjadi.
5. Menurut (obliging), yaitu pihak yang terlibat konflik kombinasikan perhatiannya
terhadap lawannya dengan perhatian yang rendah terhadap dirinya sendiri (Prasetyo,
Hermawan and Gasphl, 2020)
Pada kasus, strategi yang tepat untuk menyelesaikan konfllik adalah dengan
Integrasi (integrating) atau sering disebut dengan kolaborasi. Dimana perawat Tina
merasa tidak kompeten ketika dipindahkan untuk mengelola ruang bersalin, dan juga
perawat tina kurang menguasai dalam melakukan asuhan keperawatan pada bayi lahir,
dia lebih kompeten dibidang bedah. Konflik yang terjadi pada kasus disini adalah karu
seharusnya menanyakan pada perawat tina apakah mampu untuk menjalankan tugas
darinya dan meminta keputusan. Jika perawat Tina tidak mampu, alangkah baiknya jika
menunjuk perawat lain yang memang kompeten dibidangnya untuk ditugaskan di ruang
bersalin agar tidak terjadinya konflik antara dua belah pihak dan saling menguntungkan.
3. Strategi solusi yang dapat ditawarkan

Strategi Penyelesaian Konflik


a. Kompromi/ negosiasi

Kompromi merupakan upaya untuk memperoleh kesepakatan di antara dua pihak


yang saling berbeda pendapat atau pihak yang berselisih paham. Kompromi juga
dapat dikatakan sebagai konsep untuk mendapat kesepakatan melalui komunikasi.
Kompromi dilakukan agar perbedaan pendapat atau silang pendapat dapat
terselesaikan dengan pembuatan kesepakatan baru.
Kesepakan baru dalam kompromi adalah kesepakatan yang dianggap saling
menguntungkan kedua belah pihak atau tidak ada satu pihak yang dirugikan dengan
kesepakatan yang dihasilkan. Mereka yang berupaya dalam membuat kesepakatn
dalam kompromi menurukan idealisme masing-masing sehingga tercapai kompromi.
Kompromi juga dapat dikatakan sebagai jalan tengah untuk menyelesaikan berbagai
persoalan.
Strategi Kompromi atau Negoisasi masing-masing memberikan dan menawarkan
sesuatu pada waktu yang bersamaan dan saling memberi serta menerima, serta
meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.
Suatu strategi penyelesaian konflik dimana semua yang terlibat saling menyadari dan
sepakat tentang keinginan bersama. Penyelesaian seperti ini sering diartikan sebagai
“lose-lose situation” kedua unsur yang terlibat menyerah dan menyepakati hal yang
telah dibuat. Didalam manajemen keperawatan strategi ini sering digunakan oleh
midle – dan top manajer keperawatan.
b. Kompetisi

Kompetisi merupakan penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak


mengalahkan atau mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal
dengan istilah win-lose orientation. Dalam strategi saya menang anda kalah (win lose
strategy), menekankan adanya salah satu pihak yang sedang konflik mengalami
kekalahan tetapi yang lain memperoleh kemenangan.
Beberapa cara yang digunakan untuk menyelesaikan konflik dengan win-lose strategy
(Wijono, 1993 : 44), dapat melalui:
a) Penarikan diri, yaitu proses penyelesaian konflik antara dua atau lebih pihak yang
kurang puas sebagai akibat dari ketergantungan tugas (task independence).

b) Taktik-taktik penghalusan dan damai, yaitu dengan melakukan tindakan


perdamaian dengan pihak lawan untuk menghindari terjadinya konfrontasi
terhadap perbedaan dan kekaburan dalam batas-batas bidang kerja (jurisdictioanal
ambiquity).

c) Bujukan, yaitu dengan membujuk pihak lain untuk mengubah posisinya untuk
mempertimbangkan informasi-informasi faktual yang relevan dengan konflik,
karena adanya rintangan komunikasi (communication barriers).
d) Taktik paksaan dan penekanan, yaitu menggunakan kekuasaan formal dengan
menunjukkan kekuatan (power) melalui sikap otoriter karena dipengaruhi oleh
sifat-sifat individu (individual traits).

e) Taktik-taktik yang berorientasi pada tawar-menawar dan pertukaran persetujuan


sehingga tercapai suatu kompromi yang dapat diterima oleh dua belah pihak,
untuk menyelesaikan konflik yang berkaitan dengan persaingan terhadap sumber-
sumber (competition for resources) secara optimal bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.

c. Akomodasi

Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah,
khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan
timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat
keputusan. Perawat yang menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan
pihak lain dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.
d. Smoothing

Smoothing digunakan untuk mengelola situasi konflik. Penyelesaian konflik dengan


mengurangi komponen emosional dalam konflik. Manajer sering menggunakan
smoothing untuk mrmbuat seseorang berakomodasi atau bekerja sama dengan pihak
lain. Pada strategi ini individu yang terlibat dalam konflik berupaya mencapai
kebersamaan dari pada perbedaan dengan penuh kesadaran dan introspeksi diri.
Strategi ini bisa ditetapkan pada konflik yang ringan, tetapi untuk konflik yang besar
misalnya persaingan pelayanan/hasil produksi dan tidak dapat dipergunakan.
e. Menghindar

Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu-isu atau masalah yang memicu konflik
tidak terlalu penting atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat
yang ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-
pihak yang berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang terlibat
dalam konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan “ biarlah kedua pihak
mengambil waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal untuk
melakukan diskusi”
Pada kasus, strategi solusi yang paling tepat yaitu dengan berkompromi, dimana
saya sebagai kepala ruangan akan memberikan solusi jika memang perawat tina tidak
menguasai bagaimana melakukan askep pada bayi baru lahir dengan memberikan
bimbingan ataupun mempraktekan bagaimana cara melakukan askep pada bayi baru lahir
serta memberikan apresiasi atau dorongan yang positif jika perawat tina sudah bisa
melakukan askep tersebut. Sehingga perawat tina menjadi lebih percaya diri dan tidak
ragu terhadap kemampuannya karena menurut penilaian saya perawat tina merupakan
perawat yang kompeten. Setelah berkompromi seperti ini mungkin saja perawat tina tidak
keberatan untuk dipindahkan keruang bersalin.
DAFTAR PUSTAKA

Istikaroh, Astuti. (2019). Jurnal Pendidikan : Model Karakter Kepemimpinan Dalam


Manajemen Hubungan Masyarakat Di Lembaga Pendidikan. Jurnal
Pendidikan, Vol. 7 No.1 Mei 2019.
Nursalam, 2014. Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesional Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika
Sudarmanto, Eko. Dkk. 2021. Manajemen Konflik. Medan: Yayasan Kita
Menulis.
Simamora Roymond. H. 2012. Buku Ajar Manajemen Keperawatan.Jakarta: EGC

Fisher, dkkk. 2002. Mengelola Konflik, Ketrampilan Dan Strategi Untuk Bertindak. The British
Council

Anda mungkin juga menyukai