Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS

KONSEP DESA SIAGA KESEHATAN JIWA MASYARAKAT

Nama Pembimbing :

Ninik Murtiyani, SKM., , S.Kep., Ns., M.Kes.

Disusun Oleh :

1. Bella Feby Dwi Nur Ika Sari (0118008)


2. Dela Kusnovia Indah Sari (0118009)
3. Ivo Pramaysella P (0118020)
4. Reni Putri Bidari (0118033)
5. Sonia Sholeha (0118040)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA
MOJOKERTO
2021
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat tersusun
makalah “konsep Desa Siaga Kesehatan jiwa Masyarakat” hingga selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk para
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Mojokerto, 22 Maret 2021

Penyusun,

i|Page
Daftar Isi

Kata Pengantar..................................................................................................................................i

Daftar Isi..........................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................2

C. Tujuan...................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3

A. Definisi.................................................................................................................................3

B. Konsep Desa Siaga Sehat Jiwa.............................................................................................4

C. Tujuan...................................................................................................................................5

D. Sasaran..................................................................................................................................5

E. Pembentukan........................................................................................................................6

F. Pembinaan............................................................................................................................8

G. Pelaksanaan kegiatan & hal lain yang terkait.......................................................................9

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................13

A. Kesimpulan.........................................................................................................................13

B. Saran...................................................................................................................................13

Daftar Pustaka................................................................................................................................14

ii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa dan gangguan jiwa sering kali sulit didefinisikan. Orang
dianggap sehat jika mereka mampu memainkan peran dalam masyarakat dan perilaku
.Mereka pantas dan adaptif. Sebaiknya seseorang dianggap sakit jika gagal memainkan
.peran dan memikul tanggung jawab atau perilakunya tidak pantas. Kebudayaan setiap
masyarakat sangat mempengaruhi definisi sehat dan sakit. Perilaku yang diterima tidak
pantas pada masyarakat lain.
Renstra Kemenkes 2010-2014 menjelaskan bahwa visi pembangunan kesehatan
Indonesia antara lain menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup
sehat, meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan yang berkualitas,
meningkatkan surveyor, monitoring dan informasi kesehatan serta meningkatkan
pemberdayaan masyarakat.
Kesehatan jiwa merupakan salah satu arah dari visi kesehatan tersebut. Masalah
kesehatan jiwa terutama gangguan jiwa secara tidak langsung dapat menurunkan
produktifitas, apalagi jika omset gangguan jiwa dimulai dari usia produktif. Untuk
mengantisipasi hal tersebut, maka perlu pelayanan kesehatan jiwa yang komprehensif,
holistic, dan paripurna. Kegiatan dapat dilakukan dengan menggerakkan dan
memberdayakan seluruh potensi yang ada di masyarakat, baik warga masyarakat
sendiri, tokoh masyarakat, dan profesi kesehatan.
Masalah kesehatan jiwa mempunyai lingkup yang sangat luas dan kompleks
serta tidak terpisahkan (integral) dari kesehatan terutama dalam menunjang
terwujudnya kwalitas hidup manusia yang ut uh. Perawat adalah agens perubahan yang
ideal untuk kemajuan pelayanan kesehatan masyarakat khususnya kesehatan jiwa.
Perawat yang selanjutnya disebut perawat CMHN ( Community Mental Health Nursing)
merupakan mata dan telinga dari setiap permasalahan kesehatan jiwa di komunitas
dimana memiliki kredibilitas sebagai profesional kesehatan di masyarakat, pengalaman
klinis dan pendidikan memandu kita dalam mengkaji gejolak masalah kesehatan yang
potensial yang terjadi disekitar kita. Melalui hubungan profesional dengan klien,
pemberdayaan proses keperawatan bersama dengan masyarakat untuk menyelesaikan
masalah yang ada disekitar seiring dengan kebijakan kesehatan dan upaya
pengembangan sumber penyembuhan masyarakat.Perkembangan individu terjadi simultan

1|Page
antara dimensi fisik, kognitif, psikososial, moral dan spiritual. Masing-masing dimensi
mempunyai peran yang sama pentingnya untuk membentuk kepribadian yang utuh.
Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan dan masih banyak ditemukan di
masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian dari Desa Siaga?
2) Apa saja tujuan dari Desa Siaga Kesehatan Jiwa?
3) Apa sasaran bagi Desa Siaga Kesehata Jiwa?
4) Bagaimana pembentukan untuk Desa Siaga Kesehatan Jiwa?
5) Bagaimana pembinaan bagi Desa Siaga Kesehatan Jiwa?
6) Apa saja pelaksanaan, kegiatan yang terkait dengan Konsep Desa Siaga Kesehatan
Jiwa?

C. Tujuan
1) Untuk mengetahui apa pengertian dari Desa Siaga.
2) Untuk mengetahui apa tujuan dari Desa Siaga Kesehatan Jiwa.
3) Untuk mengetahui apa saja sasaran bagi Desa Siaga Kesehatan Jiwa.
4) Untuk mengetahui bagaimana pembentukan untuk Desa Siaga Kesehatan Jiwa.
5) Untuk mengetahui pembinaan bagi Desa Siaga Kesehatan Jiwa.
6) Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan, kegiatan dan hal yang terkait dengan Desa
Siaga Kesehatan Jiwa.

2|Page
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
1. Desa Siaga
Desa siaga adalah desa yang memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan
untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan (bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan didesanya (Depkes RI, 2006 dalam Efendi, 2009).
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan,
bencana dan kegawat daruratan kesehatan secara mandiri. Sebuah desa dikatakan
menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos
Kesehatan Desa.
Desa Siaga yang telah dirancangkan pemerintah, merupakan gambaran masyarakat
yang sadar, mau dan mampu mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap
kesehatan masyarakat, seperti kurang gizi, kejadian bencana, termasuk didalamnya
gangguan jiwa, dengan memanfaatkan potensisetempat secara gotong royong, menuju
Desa Siaga.
2. Desa Siaga Sehat Jiwa
Desa siaga sehat jiwa merupakan sebuah program, yang mengajak masyarakat
untuk ikut berperan serta dalam mendeteksi penyakit serta siaga terhadap munculnya
masalah kesehatan jiwa dimasyarakat (Apsari, 2010).
Rochana Dwi Astuti mengungkapkan, desa siaga sehat jiwa merupakan gambaran
masyarakat yang sadar, mau dan mampu mencegah dan mengatasi berbagai ancaman
terhadap kesehatan masyarakat, seperti kurang gizi, bencana, serta masalah gangguan
kejiwaan, dengan memanfaatkan potensi setempat secara gotong royong. Beberapa
tahapan yang akan dilaksanakan didesa siaga sehat jiwa diantaranya, meliputi persiapan,
sosialisasi, pelatihan kader, pendamping, monitoring, dan pelaporan. Dengan
dibentuknya desa siaga sehat jiwa, diharapkan dapat mengurangi dampak dan kerugian
akibat dari adanya penderita gangguanjiwa yang tidak dirawat (Apsari, 2010).
Desa siaga sehat jiwa (DSJJ) merupakan pengembangan kesehatan mental berbasis
masyarakat bertujuan agar masyarakat di desa binaan tanggap terhadap masalah
kesehatan jiwa masyarakat, dapat mencegah timbulnya masalah kesehatan jiwa serta
dapat menanggulangi masalah kesehatan jiwa dimasyarakat (Yuni, 2010).

3|Page
Desa siaga sehat jiwa merupakan sebuah program, yang mengajak masyarakat
untuk ikut berperan serta dalam mendeteksi penyakit serta siaga terhadap munculnya
masalah kesehatan jiwa di masyarakat (Jogyatv, 2010).
Desa siaga sehat jiwa merupakan salah satu program CMHN (Community Mental
Health Nursing) yang bertujuan untuk (Meru, 2011) :
a. Pendidikan kesehatan jiwa untuk masyarakat sehat.
b. Pendidikan kesehatan jiwa untuk resiko masalah psikososial.
c. Resiko jiwa untuk mengalami gangguan jiwa.
d. Terapi aktivitas bagi pasien gangguan jiwa mandiri.
e. Rehabilitas bagi pasien gangguan jiwa mandiri.
f. Askep bagi keluarga pasien gangguan jiwa.
3. Community Mental Health Nursing (CMHN)
Community Mental Health Nursing adalah upaya untuk mewujudkan pelayanan
kesehatan jiwa dengan tujuan pasien yang tidak tertangani di masyarakat akan
mendapatkan pelayanan yang lebih baik (Meru, 2011).
CMHN adalahpelayanan keperawatan yang komprehensif, holistik, dan paripurna,
berfokus pada masyarakat yang sehat jiwa, rentang terhadap stress dan dalam tahap
pemulihan serta pencegahan kekambuhan yang berfungsi untuk membantu masyarakat
dalam menyelesaikan masalah-masalah jiwa akibat dampak bencana.
CMHN merupakan bentuk pengelolaan pelayanan asuhan keperawatan jiwa yang
mendasar pada prinsip-prinsip pelayanan keperawatan yang holistik dan komprehensif
yakni pendekatan pelayanan yang meliputi aspek biologis, psikologis, sosial kultural,
dan spiritual dalam hubungannya dengan prevensi primer, sekunder, dan tersier.

B. Konsep Desa Siaga Sehat Jiwa


WHO memandang pelaksanaan program CMHN tersebut sangat positif karena dapat
memenuhi sasaran dalam upaya penanganan masalah pasien gangguan jiwa di masyarakat.
Salah satu program dan produk dari CMHN tersebut adalah membentuk desa siaga sehat
jiwa dengan tujuan dilakukannya pendidikan kesehatan jiwa untuk masyarakat sehat,
pendidikan kesehatan jiwa untuk resiko masalah psikososial, resiko jiwa untuk mengalami
gangguan jiwa, terapi aktivitas dan rehabilitas bagi pasien jiwa mandiri, serta askep bagi
keluarga pasien gangguan jiwa.
Desa siaga sehat jiwa merupakan salah satu bentuk pengembangan dari pencanangan
desa siaga yang bertujuan agar masyarakat ikut berperan serta dalam mendeteksi pasien
gangguan jiwa yang belum terdeteksi, dan membantu pemulihan pasien yang telah dirawt di
rumah sakit, serta siaga terhadap munculnya masalah kesehatan jiwa dimasyarakat melalui

4|Page
kegiatan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat atau komunitas (Community Mental
Health Nursing). CMHN merupakan bentuk pengelolaan pelayanan asuhan keperawatan
jiwa yang mendasar pada prinsip-prinsip pelayanan keperawatan yang holistik dan
komprehensif. Keperawatan jiwa yang holistik dan komprehensif yakni pendekatan
pelayanan yang meliputi aspek biologis, psikologis, sosial kultural, dan spiritual dalam
hubungannya dengan prevensi primer, sekunder, dan tersier.

C. Tujuan
Tujuan utama pengembangan desa siaga adalah untuk memeratakan pelayanan
kesehatandasar kepada masyarakat. Utuk itu perlu adanyaupaya kesehatan yang berbasis
masyarakat agar upaya kesehatan lebih tercapai (accessible), lebih terjangkau (affordable)
serta lebih berkualitas (quality). Tujuan pembentukan desa siaga menurut Efendi (2009)
adalah:
1) Tujuan umum
Terwujudnya desa dengan masyarakat yang sehat, peduli, dan tanggap terhadap
masalah-masalah kesehatan (bencana dan kegawatdaruratan) didesanya.
2) Tujuan khusus
a. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya
kesehatan dan menerapkan perilaku hidup sehat.
b. Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong dirinya
sendiri dibidang kesehatan.
c. Meningkatnya kewaspadaandan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap resiko dan
bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah penyakit,
dan lainnya).
d. Meningkatnya kesehatan lingkungan didesa.

D. Sasaran
Menurut Efendi (2009), sasaran dalam pengembangan desa siaga:
1) Pihak yang dapat memengaruhi individu dan keluarga, yaitu tokoh masyarakat, lembaga
swadaya masyarakat (LSM), kader dan media massa.
2) Pihak-pihak yang dapat memberi dukungan atau bantuan, yaitu pejabat atau dunia
usaha.
3) Semua individu dan keluarga didesa.

Semua sasaran diatas diharapkan dapat lebih mandiri dalam mengatasi masalah-
masalah kesehatan. Untuk menuju desa siaga, ada beberapa criteria yang harus dipenuhi,
yaitu desa tersebut minimal mempunyai pos kesehatan desa (poskesda). Poskesda disini

5|Page
merupakan suatu upaya bersumber daya masyarakat (UKBM) yang minimal melaksanakan
kegiatan-kegiatan seperti berikut:

1) Pengamatan epidemiologis penyakit menular dan yang berpotensi menjadi kejadian


luar biasa (KLB) serta factor-faktor resikonya.
2) Penanggulangan penyakit menular dan yang berpotensi menjadi kejadian luar biasa
serta kekurangan gizi.
3) Kesiapsiagaan dalam penanggulangan bencana kegawatdaruratan kesehatan.
4) Pelayanan kesehatan dasar, sesuai dengan kompetensinya.
5) Kegiatan lain-lain misalnya promosi untuk sadar gizi, perilaku hidup bersih dan sehat,
penyehatan lingkungan, dan kegiatan pengembangan.

Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran dibedakan menjadi tiga kelompok,


yang dalam pendekatannya harus dilakukan secara simultan, ketiga kelompok tersebut
adalah (Pahlevi, 2012):

1) Sasaran Primer
Semua individu dan keluarga di desa yang diharapkan mampu melaksanakan
hidup sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya.
2) Sasaran Sekunder
Pihak - pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku individu dan keluarga
di desa atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut
yaitu tokoh - tokoh pemerintahan, masyarakat, agama, perempuan, pemuda, PKK, dan
lain – lain.
3) Sasaran Tersier

Pihak - pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan


perundang - undangan, tenaga, sarana, dana, dan lain - lain yaitu Camat, Kepala Desa,
pejabat pemerintahan lainnya, dunia usaha, donatur, dan stakeholders lain.

E. Pembentukan
Pengembangan desa siaga dilakukan dengan membantu/ memfasilitasi/ mendampingi
masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran melalui siklus atau spiral pemecahan
masalah yang terorganisasi yang dilakukan oleh forum masyarakat desa (pengorganisasian
masyarakat). Yaitu dengan menempuh tahap-tahap :
1) Mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, dan sumber daya yang dapat
dimanfaatkan untuk mengatasi masalah
2) Mendiagnosis masalah dan merumuskan alternatif-alternatif pemecahan masalah

6|Page
3) Menetapkan alternatif pemecahan masalah yang layak merencanakan dan
melaksanakannya serta
4) Memantau, mengevaluasi dan membina kelestarian upaya-upaya yang telah dilakukan.

Meskipun dilapangan banyak variasi pelaksanaannya, namun secara garis besar


langkah-langkah pokok yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut :

1. Pengembangan Tim Petugas


Langkah ini merupakan awal kegiatan, sebelum kegiatan-kegiatan lainnya
dilaksanakan. Tujuan langkah ini adalah mempersiapkan para petugas kesehatan yang
berada di wilayah Puskesmas, baik petugas teknis maupun petugas administrasi.
Persiapan para petugas ini bisa berbentuk sosialisasi ,pertemuan atau pelatihan
yang bersifat konsolidasi, yang disesuaikan dengan kondisi setempat. Keluaran atau
output dari langkah ini adalah para petugas yang memahami tugas dan fungsinya, serta
siap bekerjasama dalam satu tim untuk melakukan pendekatan kepada pemangku
kepentingan dan masyarakat.
2. Pengembangan Tim di Masyarakat
Tujuan langkah ini adalah untuk mempersiapkan para petugas, tokoh
masyarakat, serta masyarakat (forum masyarakat desa), agar mereka tahu dan mau
bekerjasama dalam satu tim untuk mengembangkan Desa Siaga. Dalam langkah ini
termasuk kegiatan advokasi kepada para penentu kebijakan, agar mereka mau
memberikan dukungan, baik berupa kebijakan, agar mereka mau memberikan
dukungan, baik berupa kebijakan atau anjuran, serta restu, maupun dana atau sumber
daya lain, sehingga pengembangan Desa Siaga dapat berjalan dengan lancar.
Sedangkan pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat bertujuan agar mereka
memahami dan mendukung, khususnya dalam membentuk opini publik guna
menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan Desa Siaga. Jadi dukungan
yang diharapkan dapat berupa dukungan moral, dukungan finasial atau dukungan
material, sesuai kesepakatan dan persetujuan masyarakat dalam rangka
pengembangan desa siaga. Jika di daerah tersebut telah terbentuk wadah-wadah
kegiatan masyarakat dibidang kesehatan seperti forum Kesehatan Desa, konsil
Kesehatan Kecamatan atau Badan Penyantun Puskesmas, Lembaga Pemberdayaan
Desa, PKK, serta organisasi kemasyarakatan lainnya, hendaknya lembaga-lembaga
ini diikutsertakan dalam setiap pertemuan dan kesepakatan.
3. Survei Mawas Diri
Survei Mawas diri (SMD) atau Telaah Mawas Diri (TMD) atau Community
Self Survey (CSS) bertujuan agar pemuka - pemuka masyarakat mampu
7|Page
melakukan telaah mawas diri untuk desanya. Survei harus dilakukan oleh
bimbingan tenaga kesehatan. Dengan demikian, diharapkan mereka menjadi sadar
akan permasalahan yang dihadapi di desanya, serta bangkit niat atau tekat untuk
mencari solusinya, termasuk membangun Poskesdes sebagai upaya mendekatkan
pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat desa. Untuk itu, sebelumnya perlu
dilakukan pemilihan dan pembekalan keterampilan bagi mereka. Keluaran atau output
dari SMD ini berupa identifikasi masalah -masalah kesehatan serta daftar potensi di
desa yang dapat didayagunakan dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan
tersebut, termasuk dalam rangka membangun Poskesdes.
4. Musyawarah Masyarakat Desa
Tujuan penyelenggaraan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) ini adalah
mencari alternatif penyelesaian masalah kesehatan dan upaya membangun
Poskesdes dikaitkan dengan potensi yang dimiliki desa. Disamping itu juga untuk
menyusun rencana jangka panjangpengembangan Desa Siaga. Inisiatif
penyelenggaraan musyawarah sebaiknya berasal dari tokoh masyarakat yang telah
sepakat mendukung pengembangan Desa Siaga. Peserta musyawarah adalah tokoh-
tokoh masyarakat, tokoh -tokoh perempuan dan generasi muda setempat. Bahkan
sedapat mungkin dilibatkan pula kalangan dunia usaha yang mau mendukung
pengembangan Desa Siaga dan kelestariannya untuk itu diperlukan advokasi . Data
serta temuan lain yang diperoleh pada saat SMD disampaikan, utamanya adalah
daftar masalah kesehatan, data potensi, sertaharapan masyarakat.Hasil pendataan
tersebut dimusyawarahkan untuk penentuan prioritas, serta langkah-langkah solusi
untuk pembangunan Poskesdes dan Pengembangan Desa Siaga.

F. Pembinaan
Indikator keberhasilan Desa siaga
1) Indikator Masukan
Yaitu untuk mengukur seberapa besar masukan telah diberikan dalam rangka
pengembangan desa siaga meliputi :
a) Ada / tidaknya forum masyarakat desa.
b) Ada / tidaknya poskesdes dan sarana bangunan serta perlengkapannya.
c) Ada / tidaknya UKBM yang dibutuhkan masyarakat.
d) Ada / tidaknya tenaga kesehatan (minimal seorang bidan).
2) Indikator Proses
Yaitu indikator untuk mengukur seberapa aktif upaya yang dilaksanakan disuatu
desa dalam rangka pengembangan desa siaga, meliputi :

8|Page
a) Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa.
b) Berfungsi/tidaknya sistem kegawatdaruratan dan penanggulangan
kegawatdaruratan dan bencana.
c) Berfungsi / tidaknya sistem surveilans berbasis masyarakat.
d) Ada / tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.
3) Indikator Keluaran
Indikator keluaran untuk mengukur seberapa besar hasil kegiatan yang dicapai di
suatu desa dalam rangka pengembangan desa siaga, meliputi :
a) Cakupan pelayanan kesehatan dasar poskesdes.
b) Cakupan pelayanan UKBM lain.
c) Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang dilaporkan.
d) Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.
4) Indikator Dampak
Indikator ini mengukur seberapa besar dampak dan hasil kegiatan di desa dalam
rangka pengembangan desa siaga, meliputi :
a) Jumlah penduduk yang menderita sakit
b) Jumlah penduduk yang mengalami gangguan jiwa
c) Jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia
d) Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia
e) Jumlah balita dengan gizi buruk.

G. Pelaksanaan kegiatan & hal lain yang terkait


1) Kemitraan
Kemitraan dalam pelayanan kesehatan di komunitas merupakan bentuk strategi
kemitraan lintas program dan lintas sector yang terintegrasi atas prinsip kesetaraan,
keterpaduan, kesepakatan  dan keterbukaan (Depkes RI., 2000). Bentuk kemitraan
antara masyarakat dan professional dilakukan melalui keputusan yang diambil secara
bersama-sama dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
Hasil yang diharapkan dari upaya pengembangan kemitraan adalah semua sektor
baik pemerintah, swasta maupun masyarakat mampu menyelenggarakan pelayanan dan
pembinaan sesuai bidang, peran, kemampuan dan kesepakatan bersama.
Dalam pelaksanaan kemitraan diperlukan komunikasi sebagai media informasi
yang diperlukan oleh semua sektor agar terjadi koordinasi dan kerjasama yang efektif
dalam mencapai tujuan. Koordinasi dapat dilakukan di setiap jenjang administrasi
dengan melaksanakan pembentukan tim di Tingkat Kabupaten, Tingkat Kecamatan dan
Tingkat Desa/Kelurahan. Kemitraan di bagi menjadi 2 ,yaitu :

9|Page
a) Kemitraan lintas sektor
Kemitraan lintas sektor adalah bentuk kerjasama yang dibangun antara
tenaga kesehatan, khususnya perawat CMHN dengan sektor terkait baik
pemerintah maupun non pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan jiwa
di masyarakat yang dilakukan melalui kesepakatan bersama tentang peran dan
tanggung jawab nasing-masing.
Pelaksanaan kemitraan lintas sektor dapat dilakukan di Tingkat Kabupaten,
Tingkat Kecamatan maupun  di Tingkat Desa dengan cara  menggalang kerjasama
dengan  berbagai sektor baik pemerintah maupun swasta dalam mencari dukungan
(dana, sarana dan prasarana, kebijakan pemerintah setempat) dalam mendukung
pelaksanaan program CMHN.
b) Kemitraan lintas program
Kemitraan lintas program merupakan bentuk kerjasama yang dibangun antar
tenaga kesehatan (multidisiplin) yaitu tenaga kesehatan yang ada di puskesmas
termasuk GP+, maupun di luar puskesmas seperti praktik tenaga kesehatan:
dokter, bidan, psikolog klinik, psikiater dalam memberikan pelayanan kesehatan
jiwa di masyarakat yang dilakukan melalui kesepakatan bersama tentang peran
dan tanggung jawab masing-masing.
2) Pemberdayaan
Dalam mengembangkan Desa Siaga Sehat Jiwa perlu adanya keterlibatan
masyarakat desa setempat dalam upaya mencapai tujuan yaitu meningkatnya derajat
kesehatan masyarakat.  Strategi pemberdayaan masyarakat bermanfaat untuk
mengidentifikasi, mengatasi masalah kesehatan jiwa dan mempertahankan kesehatan
jiwa di wilayahnya. Pemberdayaan masyarakat merupakan proses pengembangan
potensi baik pengetahuan maupun keterampilan masyarakat sehingga mereka mampu
mengontrol diri dan terlibat dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Kader
merupakan sumber daya masyarakat yang perlu di kembangkan dalam pengembangan
Desa Siaga Sehat Jiwa. Pemberdayaan kader kesehatan jiwa sebagai tenaga potensial
yang ada di masyarakat diharapkan mampu mendukung program CMHN yang
diterapkan di masyarakat. Seorang kader akan mampu melakukan kegiatan  apabila
kader tersebut sejak awal diberikan pembekalan. Metoda dalam mengembangkan kader
kesehatan jiwa sebaiknya teratur, sistematis, rasional, yang digunakan untuk
menentukan jumlah kader.
a. Proses Rekruitmen Kader

10 | P a g e
Rekruitmen  kader adalah suatu proses pencarian dan pemikatan para calon kader
yang mempunyai kemampuan dalam mengembangkan Desa Siaga Sehat Jiwa..
Proses awal dalam merekruit kader adalah dengan melakukan sosialisasi tentang
pembentukan Desa Siaga Sehat Jiwa disertai dengan  kriteria kader yang
dibutuhkan. Adapun kriteria kader sebagai berikut :
1) Sehat jasmani dan rohani
2) Mampu membaca dan menulis dengan lancar menggunakan Bahasa Indonesia.
3) Bersedia menjadi kader kesehatan jiwa sebagai tenaga sukarela.
4) Mempunyai komitmen untuk melaksanakan program kesehatan jiwa
masyarakat.
5) Meluangkan waktu untuk kegiatan CMHN.
6) Mendapat ijin dari suami atau istri atau keluarga.
Proses rekruitmen kader dilakukan dengan cara :
1) Perawat CMHN mengadakan pertemuan dengan kepala desa dan tokoh
masyarakat setempat dengan menjelaskan tentang pembentukan Desa Siaga
Sehat Jiwa dan kebutuhan kader kesehatan jiwa.
2) Perawat CMHN menjelaskan tentang kriteria kader dan jumlah kader yang
dibutuhkan untuk tiap desa dan dusun.
3) Tokoh masyarakat melakukan pencarían calon kader berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan.
4) Kader yang telah direkruit mengisi biodata dalam formulir (Lampiran 1) yang
telah disediakan untuk proses seleksi selanjutnya.

Proses seleksi calon kader di Desa Siaga Sehat Jiwa adalah :

1) Perawat CMHN melakukan koordinasi dengan tokoh masyarakat/tokoh


agama  atau organisasi masyarakat yang ada di masyarakat dalam menentukan
calon kader yang memenuhi syarat.
2) Kader terpilih mengisi surat pernyataan bersedia sebagai kader kesehatan jiwa
dan bersedia menjalankan program CMHN (  lampiran 2 ).
3) Kader terpilih diwajibkan mengikuti pelatihan kader kesehatan jiwa.
b. Proses orientasi Kader
Setiap kader yang akan melaksanakan program kesehatan jiwa akan melalui
masa orientasi yaitu mengikuti sosialisasi program CMHN dan pelatihan kader
kesehatan jiwa . Orientasi yang dilakukan juga mencakup  informasi budaya
kerja  Desa Siaga Sehat Jiwa  dan informasi umum tentang  visi, misi, program,
kebijakan dan peraturan. Kegiatan orientasi menggunakan metode klasikal selama 2
11 | P a g e
hari, praktik lapangan selama 3 hari, dan praktik kerja (implementasi Desa Siaga
Sehat Jiwa ). Materi pelatihan kader mencakup :
1. Program Desa Siaga Sehat Jiwa
2. Deteksi dini kasus di masyarakat ( kelompok keluarga sehat, kelompok
keluarga dengan masalah psikososial, dan kelompok keluarga
dengan  gangguan jiwa )
3. Peran serta dalam mengerakkan masyarakat pada :
a) Pendidikan kesehatan kelompok keluarga sehat jiwa
b) Pendidikan kesehatan kelompok risiko masalah psikososial
c) Pendidikan kesehatan kelompok dengan gangguan jiwa
d) Terapi aktivitas kelompok  pasien gangguan jiwa
4. Supervisi keluarga dan pasien yang telah mandiri
5. Rujukan kasus
6. Pelaporan kegiatan kader kesehatan jiwa

Selama masa orientasi, dilakukan evaluasi atau penilaian terhadap kinerja


kader  dalam melaksanakan program CMHN di Desa Siaga Sehat Jiwa.  Penilaian
kader meliputi penilaian selama pelatihan di kelas (pre dan post test) serta
penilaian penampilan di lapangan.

3) Managerial
Manajemen adalah proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Menurut Swanburg(2000), manajemen didefinisikan sebagai ilmu atau seni tentang
bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif, dan rasional untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan yang dilakukan oleh banyak orang
sehingga ilmu manajemen perlu diterapkan dalam bentuk manajemen keperawatan.
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan
untuk memberikan asuhan, pengobatan, dan bantuan terhadap pasien.

12 | P a g e
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Desa siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk
mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti kurang
gizi, penyakit menular, dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, kejadian
bencana, kecelakaan, dan lain-lain, dengan memanfaatkan potensi setempat, secara gotong
royong.
Inti dari kegiatan desa siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan
mampu untuk hidup sehat. Oleh karena itu dalam pengembangannya diperlukan langkah-
langkah pendekatan edukatif. Yaitu upaya mendampingi (memfasilitasi) masyarakat untuk
menjalani proses pembelajaran yang berupa pemecahan masalah-masalah kesehatan yang
dihadapinya.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, maka
dari itu penulis menyarankan kepada para pembaca khususnya teman-teman mahasiswa
agar mencari reverensilain selain dari makalah ini, dan penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun agar dapat kami jadikan pedoman dalam membuat makalah yang
berikutnya.

13 | P a g e
Daftar Pustaka
Efendi, Ferry. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Budi Anna Kelliat. 2010. Manajemen Keperawatan Komunitas Desa Siaga CMHN. Jakarta :
EGC

Kemenkes RI. 2010. Buku Pedoman Kesehatan Jiwa (Pegangan Bagi Kader Kesehatan). Jakarta
: Kemkes

14 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai