SGD 9 Desa Siaga Kesehatan Jiwa
SGD 9 Desa Siaga Kesehatan Jiwa
Nama Pembimbing :
Disusun Oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat tersusun
makalah “konsep Desa Siaga Kesehatan jiwa Masyarakat” hingga selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk para
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun,
i|Page
Daftar Isi
Kata Pengantar..................................................................................................................................i
Daftar Isi..........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3
A. Definisi.................................................................................................................................3
C. Tujuan...................................................................................................................................5
D. Sasaran..................................................................................................................................5
E. Pembentukan........................................................................................................................6
F. Pembinaan............................................................................................................................8
A. Kesimpulan.........................................................................................................................13
B. Saran...................................................................................................................................13
Daftar Pustaka................................................................................................................................14
ii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa dan gangguan jiwa sering kali sulit didefinisikan. Orang
dianggap sehat jika mereka mampu memainkan peran dalam masyarakat dan perilaku
.Mereka pantas dan adaptif. Sebaiknya seseorang dianggap sakit jika gagal memainkan
.peran dan memikul tanggung jawab atau perilakunya tidak pantas. Kebudayaan setiap
masyarakat sangat mempengaruhi definisi sehat dan sakit. Perilaku yang diterima tidak
pantas pada masyarakat lain.
Renstra Kemenkes 2010-2014 menjelaskan bahwa visi pembangunan kesehatan
Indonesia antara lain menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup
sehat, meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan yang berkualitas,
meningkatkan surveyor, monitoring dan informasi kesehatan serta meningkatkan
pemberdayaan masyarakat.
Kesehatan jiwa merupakan salah satu arah dari visi kesehatan tersebut. Masalah
kesehatan jiwa terutama gangguan jiwa secara tidak langsung dapat menurunkan
produktifitas, apalagi jika omset gangguan jiwa dimulai dari usia produktif. Untuk
mengantisipasi hal tersebut, maka perlu pelayanan kesehatan jiwa yang komprehensif,
holistic, dan paripurna. Kegiatan dapat dilakukan dengan menggerakkan dan
memberdayakan seluruh potensi yang ada di masyarakat, baik warga masyarakat
sendiri, tokoh masyarakat, dan profesi kesehatan.
Masalah kesehatan jiwa mempunyai lingkup yang sangat luas dan kompleks
serta tidak terpisahkan (integral) dari kesehatan terutama dalam menunjang
terwujudnya kwalitas hidup manusia yang ut uh. Perawat adalah agens perubahan yang
ideal untuk kemajuan pelayanan kesehatan masyarakat khususnya kesehatan jiwa.
Perawat yang selanjutnya disebut perawat CMHN ( Community Mental Health Nursing)
merupakan mata dan telinga dari setiap permasalahan kesehatan jiwa di komunitas
dimana memiliki kredibilitas sebagai profesional kesehatan di masyarakat, pengalaman
klinis dan pendidikan memandu kita dalam mengkaji gejolak masalah kesehatan yang
potensial yang terjadi disekitar kita. Melalui hubungan profesional dengan klien,
pemberdayaan proses keperawatan bersama dengan masyarakat untuk menyelesaikan
masalah yang ada disekitar seiring dengan kebijakan kesehatan dan upaya
pengembangan sumber penyembuhan masyarakat.Perkembangan individu terjadi simultan
1|Page
antara dimensi fisik, kognitif, psikososial, moral dan spiritual. Masing-masing dimensi
mempunyai peran yang sama pentingnya untuk membentuk kepribadian yang utuh.
Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan dan masih banyak ditemukan di
masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian dari Desa Siaga?
2) Apa saja tujuan dari Desa Siaga Kesehatan Jiwa?
3) Apa sasaran bagi Desa Siaga Kesehata Jiwa?
4) Bagaimana pembentukan untuk Desa Siaga Kesehatan Jiwa?
5) Bagaimana pembinaan bagi Desa Siaga Kesehatan Jiwa?
6) Apa saja pelaksanaan, kegiatan yang terkait dengan Konsep Desa Siaga Kesehatan
Jiwa?
C. Tujuan
1) Untuk mengetahui apa pengertian dari Desa Siaga.
2) Untuk mengetahui apa tujuan dari Desa Siaga Kesehatan Jiwa.
3) Untuk mengetahui apa saja sasaran bagi Desa Siaga Kesehatan Jiwa.
4) Untuk mengetahui bagaimana pembentukan untuk Desa Siaga Kesehatan Jiwa.
5) Untuk mengetahui pembinaan bagi Desa Siaga Kesehatan Jiwa.
6) Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan, kegiatan dan hal yang terkait dengan Desa
Siaga Kesehatan Jiwa.
2|Page
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
1. Desa Siaga
Desa siaga adalah desa yang memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan
untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan (bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan didesanya (Depkes RI, 2006 dalam Efendi, 2009).
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan,
bencana dan kegawat daruratan kesehatan secara mandiri. Sebuah desa dikatakan
menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos
Kesehatan Desa.
Desa Siaga yang telah dirancangkan pemerintah, merupakan gambaran masyarakat
yang sadar, mau dan mampu mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap
kesehatan masyarakat, seperti kurang gizi, kejadian bencana, termasuk didalamnya
gangguan jiwa, dengan memanfaatkan potensisetempat secara gotong royong, menuju
Desa Siaga.
2. Desa Siaga Sehat Jiwa
Desa siaga sehat jiwa merupakan sebuah program, yang mengajak masyarakat
untuk ikut berperan serta dalam mendeteksi penyakit serta siaga terhadap munculnya
masalah kesehatan jiwa dimasyarakat (Apsari, 2010).
Rochana Dwi Astuti mengungkapkan, desa siaga sehat jiwa merupakan gambaran
masyarakat yang sadar, mau dan mampu mencegah dan mengatasi berbagai ancaman
terhadap kesehatan masyarakat, seperti kurang gizi, bencana, serta masalah gangguan
kejiwaan, dengan memanfaatkan potensi setempat secara gotong royong. Beberapa
tahapan yang akan dilaksanakan didesa siaga sehat jiwa diantaranya, meliputi persiapan,
sosialisasi, pelatihan kader, pendamping, monitoring, dan pelaporan. Dengan
dibentuknya desa siaga sehat jiwa, diharapkan dapat mengurangi dampak dan kerugian
akibat dari adanya penderita gangguanjiwa yang tidak dirawat (Apsari, 2010).
Desa siaga sehat jiwa (DSJJ) merupakan pengembangan kesehatan mental berbasis
masyarakat bertujuan agar masyarakat di desa binaan tanggap terhadap masalah
kesehatan jiwa masyarakat, dapat mencegah timbulnya masalah kesehatan jiwa serta
dapat menanggulangi masalah kesehatan jiwa dimasyarakat (Yuni, 2010).
3|Page
Desa siaga sehat jiwa merupakan sebuah program, yang mengajak masyarakat
untuk ikut berperan serta dalam mendeteksi penyakit serta siaga terhadap munculnya
masalah kesehatan jiwa di masyarakat (Jogyatv, 2010).
Desa siaga sehat jiwa merupakan salah satu program CMHN (Community Mental
Health Nursing) yang bertujuan untuk (Meru, 2011) :
a. Pendidikan kesehatan jiwa untuk masyarakat sehat.
b. Pendidikan kesehatan jiwa untuk resiko masalah psikososial.
c. Resiko jiwa untuk mengalami gangguan jiwa.
d. Terapi aktivitas bagi pasien gangguan jiwa mandiri.
e. Rehabilitas bagi pasien gangguan jiwa mandiri.
f. Askep bagi keluarga pasien gangguan jiwa.
3. Community Mental Health Nursing (CMHN)
Community Mental Health Nursing adalah upaya untuk mewujudkan pelayanan
kesehatan jiwa dengan tujuan pasien yang tidak tertangani di masyarakat akan
mendapatkan pelayanan yang lebih baik (Meru, 2011).
CMHN adalahpelayanan keperawatan yang komprehensif, holistik, dan paripurna,
berfokus pada masyarakat yang sehat jiwa, rentang terhadap stress dan dalam tahap
pemulihan serta pencegahan kekambuhan yang berfungsi untuk membantu masyarakat
dalam menyelesaikan masalah-masalah jiwa akibat dampak bencana.
CMHN merupakan bentuk pengelolaan pelayanan asuhan keperawatan jiwa yang
mendasar pada prinsip-prinsip pelayanan keperawatan yang holistik dan komprehensif
yakni pendekatan pelayanan yang meliputi aspek biologis, psikologis, sosial kultural,
dan spiritual dalam hubungannya dengan prevensi primer, sekunder, dan tersier.
4|Page
kegiatan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat atau komunitas (Community Mental
Health Nursing). CMHN merupakan bentuk pengelolaan pelayanan asuhan keperawatan
jiwa yang mendasar pada prinsip-prinsip pelayanan keperawatan yang holistik dan
komprehensif. Keperawatan jiwa yang holistik dan komprehensif yakni pendekatan
pelayanan yang meliputi aspek biologis, psikologis, sosial kultural, dan spiritual dalam
hubungannya dengan prevensi primer, sekunder, dan tersier.
C. Tujuan
Tujuan utama pengembangan desa siaga adalah untuk memeratakan pelayanan
kesehatandasar kepada masyarakat. Utuk itu perlu adanyaupaya kesehatan yang berbasis
masyarakat agar upaya kesehatan lebih tercapai (accessible), lebih terjangkau (affordable)
serta lebih berkualitas (quality). Tujuan pembentukan desa siaga menurut Efendi (2009)
adalah:
1) Tujuan umum
Terwujudnya desa dengan masyarakat yang sehat, peduli, dan tanggap terhadap
masalah-masalah kesehatan (bencana dan kegawatdaruratan) didesanya.
2) Tujuan khusus
a. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya
kesehatan dan menerapkan perilaku hidup sehat.
b. Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong dirinya
sendiri dibidang kesehatan.
c. Meningkatnya kewaspadaandan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap resiko dan
bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah penyakit,
dan lainnya).
d. Meningkatnya kesehatan lingkungan didesa.
D. Sasaran
Menurut Efendi (2009), sasaran dalam pengembangan desa siaga:
1) Pihak yang dapat memengaruhi individu dan keluarga, yaitu tokoh masyarakat, lembaga
swadaya masyarakat (LSM), kader dan media massa.
2) Pihak-pihak yang dapat memberi dukungan atau bantuan, yaitu pejabat atau dunia
usaha.
3) Semua individu dan keluarga didesa.
Semua sasaran diatas diharapkan dapat lebih mandiri dalam mengatasi masalah-
masalah kesehatan. Untuk menuju desa siaga, ada beberapa criteria yang harus dipenuhi,
yaitu desa tersebut minimal mempunyai pos kesehatan desa (poskesda). Poskesda disini
5|Page
merupakan suatu upaya bersumber daya masyarakat (UKBM) yang minimal melaksanakan
kegiatan-kegiatan seperti berikut:
1) Sasaran Primer
Semua individu dan keluarga di desa yang diharapkan mampu melaksanakan
hidup sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya.
2) Sasaran Sekunder
Pihak - pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku individu dan keluarga
di desa atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut
yaitu tokoh - tokoh pemerintahan, masyarakat, agama, perempuan, pemuda, PKK, dan
lain – lain.
3) Sasaran Tersier
E. Pembentukan
Pengembangan desa siaga dilakukan dengan membantu/ memfasilitasi/ mendampingi
masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran melalui siklus atau spiral pemecahan
masalah yang terorganisasi yang dilakukan oleh forum masyarakat desa (pengorganisasian
masyarakat). Yaitu dengan menempuh tahap-tahap :
1) Mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, dan sumber daya yang dapat
dimanfaatkan untuk mengatasi masalah
2) Mendiagnosis masalah dan merumuskan alternatif-alternatif pemecahan masalah
6|Page
3) Menetapkan alternatif pemecahan masalah yang layak merencanakan dan
melaksanakannya serta
4) Memantau, mengevaluasi dan membina kelestarian upaya-upaya yang telah dilakukan.
F. Pembinaan
Indikator keberhasilan Desa siaga
1) Indikator Masukan
Yaitu untuk mengukur seberapa besar masukan telah diberikan dalam rangka
pengembangan desa siaga meliputi :
a) Ada / tidaknya forum masyarakat desa.
b) Ada / tidaknya poskesdes dan sarana bangunan serta perlengkapannya.
c) Ada / tidaknya UKBM yang dibutuhkan masyarakat.
d) Ada / tidaknya tenaga kesehatan (minimal seorang bidan).
2) Indikator Proses
Yaitu indikator untuk mengukur seberapa aktif upaya yang dilaksanakan disuatu
desa dalam rangka pengembangan desa siaga, meliputi :
8|Page
a) Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa.
b) Berfungsi/tidaknya sistem kegawatdaruratan dan penanggulangan
kegawatdaruratan dan bencana.
c) Berfungsi / tidaknya sistem surveilans berbasis masyarakat.
d) Ada / tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.
3) Indikator Keluaran
Indikator keluaran untuk mengukur seberapa besar hasil kegiatan yang dicapai di
suatu desa dalam rangka pengembangan desa siaga, meliputi :
a) Cakupan pelayanan kesehatan dasar poskesdes.
b) Cakupan pelayanan UKBM lain.
c) Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang dilaporkan.
d) Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.
4) Indikator Dampak
Indikator ini mengukur seberapa besar dampak dan hasil kegiatan di desa dalam
rangka pengembangan desa siaga, meliputi :
a) Jumlah penduduk yang menderita sakit
b) Jumlah penduduk yang mengalami gangguan jiwa
c) Jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia
d) Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia
e) Jumlah balita dengan gizi buruk.
9|Page
a) Kemitraan lintas sektor
Kemitraan lintas sektor adalah bentuk kerjasama yang dibangun antara
tenaga kesehatan, khususnya perawat CMHN dengan sektor terkait baik
pemerintah maupun non pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan jiwa
di masyarakat yang dilakukan melalui kesepakatan bersama tentang peran dan
tanggung jawab nasing-masing.
Pelaksanaan kemitraan lintas sektor dapat dilakukan di Tingkat Kabupaten,
Tingkat Kecamatan maupun di Tingkat Desa dengan cara menggalang kerjasama
dengan berbagai sektor baik pemerintah maupun swasta dalam mencari dukungan
(dana, sarana dan prasarana, kebijakan pemerintah setempat) dalam mendukung
pelaksanaan program CMHN.
b) Kemitraan lintas program
Kemitraan lintas program merupakan bentuk kerjasama yang dibangun antar
tenaga kesehatan (multidisiplin) yaitu tenaga kesehatan yang ada di puskesmas
termasuk GP+, maupun di luar puskesmas seperti praktik tenaga kesehatan:
dokter, bidan, psikolog klinik, psikiater dalam memberikan pelayanan kesehatan
jiwa di masyarakat yang dilakukan melalui kesepakatan bersama tentang peran
dan tanggung jawab masing-masing.
2) Pemberdayaan
Dalam mengembangkan Desa Siaga Sehat Jiwa perlu adanya keterlibatan
masyarakat desa setempat dalam upaya mencapai tujuan yaitu meningkatnya derajat
kesehatan masyarakat. Strategi pemberdayaan masyarakat bermanfaat untuk
mengidentifikasi, mengatasi masalah kesehatan jiwa dan mempertahankan kesehatan
jiwa di wilayahnya. Pemberdayaan masyarakat merupakan proses pengembangan
potensi baik pengetahuan maupun keterampilan masyarakat sehingga mereka mampu
mengontrol diri dan terlibat dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Kader
merupakan sumber daya masyarakat yang perlu di kembangkan dalam pengembangan
Desa Siaga Sehat Jiwa. Pemberdayaan kader kesehatan jiwa sebagai tenaga potensial
yang ada di masyarakat diharapkan mampu mendukung program CMHN yang
diterapkan di masyarakat. Seorang kader akan mampu melakukan kegiatan apabila
kader tersebut sejak awal diberikan pembekalan. Metoda dalam mengembangkan kader
kesehatan jiwa sebaiknya teratur, sistematis, rasional, yang digunakan untuk
menentukan jumlah kader.
a. Proses Rekruitmen Kader
10 | P a g e
Rekruitmen kader adalah suatu proses pencarian dan pemikatan para calon kader
yang mempunyai kemampuan dalam mengembangkan Desa Siaga Sehat Jiwa..
Proses awal dalam merekruit kader adalah dengan melakukan sosialisasi tentang
pembentukan Desa Siaga Sehat Jiwa disertai dengan kriteria kader yang
dibutuhkan. Adapun kriteria kader sebagai berikut :
1) Sehat jasmani dan rohani
2) Mampu membaca dan menulis dengan lancar menggunakan Bahasa Indonesia.
3) Bersedia menjadi kader kesehatan jiwa sebagai tenaga sukarela.
4) Mempunyai komitmen untuk melaksanakan program kesehatan jiwa
masyarakat.
5) Meluangkan waktu untuk kegiatan CMHN.
6) Mendapat ijin dari suami atau istri atau keluarga.
Proses rekruitmen kader dilakukan dengan cara :
1) Perawat CMHN mengadakan pertemuan dengan kepala desa dan tokoh
masyarakat setempat dengan menjelaskan tentang pembentukan Desa Siaga
Sehat Jiwa dan kebutuhan kader kesehatan jiwa.
2) Perawat CMHN menjelaskan tentang kriteria kader dan jumlah kader yang
dibutuhkan untuk tiap desa dan dusun.
3) Tokoh masyarakat melakukan pencarían calon kader berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan.
4) Kader yang telah direkruit mengisi biodata dalam formulir (Lampiran 1) yang
telah disediakan untuk proses seleksi selanjutnya.
3) Managerial
Manajemen adalah proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Menurut Swanburg(2000), manajemen didefinisikan sebagai ilmu atau seni tentang
bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif, dan rasional untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan yang dilakukan oleh banyak orang
sehingga ilmu manajemen perlu diterapkan dalam bentuk manajemen keperawatan.
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan
untuk memberikan asuhan, pengobatan, dan bantuan terhadap pasien.
12 | P a g e
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Desa siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk
mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti kurang
gizi, penyakit menular, dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, kejadian
bencana, kecelakaan, dan lain-lain, dengan memanfaatkan potensi setempat, secara gotong
royong.
Inti dari kegiatan desa siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan
mampu untuk hidup sehat. Oleh karena itu dalam pengembangannya diperlukan langkah-
langkah pendekatan edukatif. Yaitu upaya mendampingi (memfasilitasi) masyarakat untuk
menjalani proses pembelajaran yang berupa pemecahan masalah-masalah kesehatan yang
dihadapinya.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, maka
dari itu penulis menyarankan kepada para pembaca khususnya teman-teman mahasiswa
agar mencari reverensilain selain dari makalah ini, dan penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun agar dapat kami jadikan pedoman dalam membuat makalah yang
berikutnya.
13 | P a g e
Daftar Pustaka
Efendi, Ferry. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Budi Anna Kelliat. 2010. Manajemen Keperawatan Komunitas Desa Siaga CMHN. Jakarta :
EGC
Kemenkes RI. 2010. Buku Pedoman Kesehatan Jiwa (Pegangan Bagi Kader Kesehatan). Jakarta
: Kemkes
14 | P a g e