Anda di halaman 1dari 29

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

SISTEM MUSKULOSKELETAL

OLEH :

KELOMPOK 3/A12-A

NI LUH PUTU WIDI WULANDARI 18.321.2843

NI MADE VINA WIDYA YANTI 18.321.2849

NI PUTU ARI ADNYANI 18.321.2852

PUTU DIAH WULANDARI 18.321.2862

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIRA MEDIKA BALI

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat Nya
penyusun masih diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya. Makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN
GAWAT DARURAT PADA PASIEN TRAUMA THORAKS” ini disusun
untuk memenuhi tugas mahasiswa dari mata kuliah kegawatdarutatan
diprogram studi ilmu keperawatan.

Kami menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dimasa akan datang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya


dan masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan
sebagai bahan untuk menambah pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat
dan pembaca.

Denpasar, 17 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ...............................................................................................................1

1.2. Tujuan ............................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Sistem Muskuloskeletal .................................................................................................2

2.2. Sistem Skelet ..................................................................................................................6

2.3. Sistem Persendian ..........................................................................................................15

2.4. Sistem Otot .....................................................................................................................21

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan ....................................................................................................................25

3.2. Saran ..............................................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anatomi adalah ilmu yg mempelajari suatu bangun atau suatu bentuk dengan mengurai-
uraikannya ke dalam bagian-bagiannya.
Dilihat dari sudut kegunaan, bagian paling penting dari anatomi khusus adalah yang
mempelajari tentang manusia dengan berbagai macam pendekatan yang berbeda. Dari sudut
medis, anatomi terdiri dari berbagai pengetahuan tentang bentuk, letak, ukuran, dan
hubungan berbagai struktur dari tubuh manusia sehat sehingga sering disebut sebagai anatomi
deskriptif atau topografis. Kerumitan tubuh manusia menyebabkan hanya ada sedikit ahli
anatomi manusia profesional yang benar-benar menguasai bidang ilmu ini; sebagian besar
memiliki spesialisasi di bagian tertentu seperti otak atau bagian dalam.

Anatomi tubuh sangat penting untuk dipelajari khususnya bagi mahasiswa kesehatan.
Sebab ketika sudah di rumah sakit sebagai tenaga kesehatan dituntut untuk dapat melayani
pasien. Untuk itulah makalah ini dibuat, sebagai langkah awal untuk mempelajari anatomi
tubuh manusia.

1.2 Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
• Menegetahui anatomi sistem musculoskeletal
• Menegetahui pembagian serta letak anatomi tubuh manusia khususnya mengenai
sistem skeletal, muscular dan persendian.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem Muskuloskeletal

Sistem muskuloskeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot (muskulo) dan
tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet). Otot adalah jaringan tubuh yang mempunyai
kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik (gerak). Sedangkan rangka
adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang-tulang yang memungkinkan tubuh
mempertahankan bentuk, sikap dan posisi.

1. Kerangka tubuh

Sistem muskuloskeletal memberi bentuk bagi tubuh.

2. Proteksi

Sistem muskuloskeletal melindungi organ-organ penting, misalnya otak dilindungi oleh


tulang-tulang tengkorak, jantung dan paru-paru terdapat pada rongga dada (cavum thorax)
yang dibentuk oleh tulang-tulang kostae (iga).

3. Ambulasi & Mobilisasi

Adanya tulang dan otot memungkinkan terjadinya pergerakan tubuh dan

perpindahan tempat.

4. Hemopoesis

Berperan dalam pembentukan sel darah pada red marrow.

5. Deposit Mineral

Tulang mengandung 99 % kalsium & 90 % fosfor tubuh.

2
2.1.1 Pertumbuhan Tulang

Tulang mencapai kematangannya setelah pubertas dan pertumbuhan seimbang hanya


sampai usia 35 tahun. Berikutnya mengalami percepatan reabsorpsi sehingga terjadi
penurunan massa tulang sehingga pada usila menjadi rentan terhadap injury. Pertumbuhan
dipengaruhi hormon & mineral.

2.1.2 Penyusunan Tulang

Tulang disusun oleh sel-sel tulang yang terdiri dari osteosit, osteoblast dan
osteoklast serta matriks tulang. Matriks tulang mengandung unsur organik terutama
kalsium dan fosfor.

2.1.3 Struktur Tulang

Secara makroskopis tulang terdiri dari dua bagian yaitu pars spongiosa (jaringan
berongga) dan pars kompakta (bagian yang berupa jaringan padat). Permukaan luar tulang
dilapisi selubung fibrosa (periosteum); lapis tipis jaringan ikat (endosteum) melapisi
rongga sumsum & meluas ke dalam kanalikuli tulang kompak.

Membran periosteum berasal dari perikondrium tulang rawan yang merupakan pusat
osifikasi. Periosteum merupakan selaput luar tulang yang tipis. Periosteum mengandung
osteoblas (sel pembentuk jaringan tulang), jaringan ikat dan pembuluh darah. Periosteum
merupakan tempat melekatnya otot-otot rangka (skelet) ke tulang dan berperan dalam
memberikan nutrisi, pertumbuhan dan reparasi tulang rusak.

Pars kompakta teksturnya halus dan sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit
rongga dan lebih banyak mengandung kapur (Calsium Phosfat dan Calsium Carbonat)
sehingga tulang menjadi padat dan kuat. Kandungan tulang manusia dewasa lebih banyak
mengandung kapur dibandingkan dengan anak-anak maupun bayi.

Bayi dan anak-anak memiliki tulang yang lebih banyak mengandung serat-serat
sehingga lebih lentur. Tulang kompak paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan tulang
tangan.

Pars spongiosa merupakan jaringan tulang yang berongga seperti spon (busa). Rongga
tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel darah. Tulang

3
spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula. Secara Mikroskopis
tulang terdiri dari :

1. Sistem Havers (saluran yang berisi serabut saraf, pembuluh darah, aliran limfe)

2. Lamella (lempeng tulang yang tersusun konsentris).

3. Lacuna (ruangan kecil yang terdapat di antara lempengan²lempengan yang

mengandung sel tulang).

4. Kanalikuli (memancar di antara lacuna dan tempat difusi makanan sampai ke

osteon).

2.1.4 Bentuk Tulang

Sistem skelet disusun oleh tulang-tulang yang berjumlah 206 buah. Berdasarkan
bentuknya, tulang-tulang tesebut dikelompokkan menjadi :

1. Ossa longa (tulang panjang): tulang yang ukuran panjangnya terbesar contohnya os
humerus dan os femur.

4
2. Ossa brevia (tulang pendek): tulang yang ukurannya pendek, contoh: ossa carpi.

3. Ossa plana (tulang gepeng/pipih): tulang yg ukurannya lebar, contoh: os scapula


4. Ossa irregular (tulang tak beraturan), contoh: os vertebrae.

5. Ossa pneumatica (tulang berongga udara), contoh: os maxilla

5
2.2 Sistem Skelet (Tulang Kerangka)

Susunan tulang atau skelet(kerangka) merupakan salah satu unsur system penegak dan
pengerak. Tulang manusia dihubungkan dengan yang lain melalui sambungan tulang atau
persendian sehingga terbentuk kerangka yang merupakan system lokomotor pasif, yang akan
diatur oleh alat-alat lokomotif aktif dari otot. Sistem skeletal dibagi kedalam kedua bagian
besar yaitu axial skeleton yang terdiri atas tulang kepala, vertebra, sternum, dan tulang iga.
Pembagian yang berikutnya adalah appendicular skeleton yang terdiri dari ekstremitas atas
dan ekstermitas bawah.

1. Axial Skeleton

6
Axial skeleton terdiri dari
• Skull • Truncus/ Batang badan
- Os Occipitale  Os Sternum
- Os Parietale - Manubrium sterni
Cranium
- Os Temporale - Louis angle
- Os Frontale - Corpus Sterni
- Os Sphenoid - Processus Xyphoideus
- Os Ethmoid  Ribs/Costae
- Os Maxilla - Costae vera (1-7)
- Os Palatine - Costae spuriae affixae
Face
- Os Nasal (8-10)
- Vomer - Costae spuriae
- Concha nasal inferior fluctuantes (11-12)
- Os Zygomatic  Vertebrae
- Os Lacrimal - Cervical (7)
- Mandibula - Torakal (12)
- Ossicles auditori & Os Hyoid - Lumbal (5)
 Sacrum (1)
 Coccygeal (1)
2. Appendikular Skeleton
Lower limb
Upper limb
− Os coxae (Os Ilium, Os
− Os Scapula
Ischium,Os Pubis)
− Os Clavicula
− Os Femur
− Os Humerus
− Os Patella
− Os Radius
− Os Tibia
− Os Ulna
− Os Fibula
− Os Carpals
− Os Tarsals
− Ossa Metacarpals
− Ossa Metatarsals
− Ossa Phalanges
− Ossa phalanges
2.2.1 Karakteristik Tulang Kerangka

1. Tulang panjang
7
Pada bagian tengah tulang panjang terdapat diafise dan ujungnya disebut epifise.
Ujung tulang dilapisi oleh tulang rawan yang memudahkan gerakan sendi rawan
disebut rawan sendi (artikulasio). Permukaan luar tulang dibungkus oleh selaput
tulang (periostinum) yang merupakan sifat menyerupai jaringan ikat.
2. Tulang atap kepala
Tulang atap kepala terdiri atas 2 lapisan, yaitu substansi kompakta tubula eksterna
(lapisan luar) dan substansi kompakta tubula interna (lapisan dalam). Diantara dua
lapisan ini terdapat substansi spongeosa. Lubang bagian dalam diafise terdapat
ruang yang disebut kavum medulla yang berisi sumsum tulang kuning (medulla
osseum plava) dan pada lubang substansi spongeosa terdapat sumsum tulang merah
(medulla osseum rubra). Permukaan dalam substansi kompakta diliputi oleh
selaput tipis yang disebut endosteum.
Substansi kompakta dan spongeosa ini termasuk jaringan penunjang. Jaringan
penunjang pada jaringan antar sel banyak yang mengandung kalsium, fosfat,
kalsium karbonat, dan memiliki sifat yang keras. Bila dibandingkan zat-zat organis
lebih banyak terdapat dalam tulang anak-anak daripada lansia sehingga tulang
anak-anak lebih lentur (bingkas).
Dalam substansi kompakta terdapat saluran yang dikelilingi oleh beberapa lapis
yang disebut lamella havers (keping tulang yang membentuk saluran) dan dibawah
periostinum terdapat lapisan tulang.

2.2.2 Tulang Tengkorak Bayi


Pada bayi dan anak umur dua tahun, perhubungan tulang ini belum sempurna seperti
orang dewasa. Bentuk sutura pada tulang tengkorak bayi menyerupai garis dan ditemukan
dua buah celah, yaitu frontale mayor dan frontale minor.
1. Frontale Mayor
Celah ini berbentuk belah ketupat pada sudut pertemuan antara tulang os parietal kiri dan
kanan. Pada bagian depan ujung sutura sagitalis dan pertengahan sutura koronalis di daerah
ubun-ubun puncak kepala, sudut depan lebih besar dan sudut bel
2. Frontale Minor
Celah ini terdapat pada pertemuan bagian belakang atas os parietal dengan os oksipital,
ujung belakang sutura sagitalis berbatas dengan fossa cranii posterior.

8
2.2.3 Rangka Tulang Kepala

Kranium (tulang tengkorak) : dibentuk oleh potongan tulang yang saling bertautan
membentuk kerangka kepala. Tulang-tulang yang membentuk kranium adalah sebagai
berikut :

1. Kerangka otak (neuro kranium)


Gubah tengkorak (klavilaria)
• Os frontale (tulang dahi) 1 buah
• Os parietale (tulang ubun-ubun) 2 buah
• Os oksipitale (tulang belakang) 1 buah
• Os temporale (samping tengkorak 2 buah
2. Tengkorak wajah (spankno kranium)

Bagian hidung

• Os lakrimale (tulang air mata) 2 buah


• Os nasale (tulang hidung) 2 buah
• Os konka nasale (tulang karang hidung) 2 buah
• Os septum nasale (sekat rongga hidung) 2 buah

Bagian rahang

• Os maksilaris (tulang rahang atas) 2 buah


• Os zigomatikum ( tulang rahang bawah) 2 buah
• Os palatum (tulang langit-langit) 2 buah
• Os mandibularis (tulang rahang bawah) 1 buah
• Os hyoid (tulang lidah) 1 buah

Perhubungan tulang yang memebentuk kranium sangat kuat. Batas-batas tempat


perhubungan ini berupa garis yang berliku-liku yang disebut sutura (tautan). Sutura
merupakan garis yang berkesinambungan dan saling berpotongan.

2.2.4 Kerangka Otak (neuro kranium)


Terdiri dari sejumlah tulang yang menyatu pada sendi tak bergerak disebut sutura.
Tulang tengkorak dapat dibedakan menjadi kranium dan wajah, yang terdiri atas lamina
eksterna dan lamina interna dipisahkan oleh lapisan spongeosa.

9
a. Gubah otak
• Os Frontale
Melengkung ke bawah membentuk margo superior orbita. Pada tulang ini dapat
dilihat adanya arkusnsupersiliaris dan insisura foramen supra orbita, dibedakan atas 3
bagian:
1) Squama frontalis (bagian atas)
2) Kafum kranii (bagian tengah)
3) Fasa Kranii Posterior (bagian belakang)

• Os Parietal
Dibentuk oleh tulang pipih segi empat di atas kranium terdapat :
1) Fasies eksterna :permukaan luar os parietal yang menonjol tuber parietal, pada
bagian lateral terdapat 2 garis lengkung yang berjalan sejajar yaitu linea temporalis
superior dan linea temporalis inferior
2) Fasies interna : permukaan dalam menghadap ke otak terdapat sulkus yang
bentuknya sesuai dengan tonjolan permukaan meningen.
• Os Oksipitalis
Tulang pipih yang berbentuk trapesium dan terletak dibelakang kepala yang berlubang
besar, di bawahnya terdapat foramen magnum yang menghubungkan rangka otak
(cavum kranii) dengan kanalis vertebralis dan dilalui pangkal medula spinalis. Os
oksipitalis dibagi atas 3 bagian yaitu pars basilaris, pas lateralis, pas squamosa ossis
oksipitalis.

10
• Os Temporalis

Tulang tengkorak pandangan samping


b. Dasar tengkorak (Basis Kranii)
• Os Spenoidale
Os Spenoidale terdiri atas korpus ossis Spenoidale ditengah-tengah kedua pasang
sayap kiri dan kanan, juga sebelah depan atas sayap kecil dan sebelah belakang bawah
sayap besar. Sayap kecil mempunyai taju menuju ke bawah disebut prosesus
ptergoideusi. Bagian tengah mempunyai lekuk yang disebut sella tursika (pelana
turki) yaitu kelenjar hipofisis.

• Os Ethmoidale
Os Ethmoidale terdiri atas lamina kribrosa, lamina perpendikularis, dan labirintus
ethmoidalis.

11
c. Tengkorak Wajah (Spankno kranii)
• Ossa Maksilaris
Ossa Maksilaris merupakan dua buah tulang menjadi satu yang terdiri atas 5 bagian.

12
1) Korpus maksilaris : berbentuk kubus, terdapat rongga udara yang disebut sinus
maksilaris.
2) Prosesus frontalis : tonjolan pada sudut media anterior korpus maksilaris
berhubungan dengan os frontalis ke atas dan os ke bawah medial
3) Prosesus zigomatikus : berhubungan dengan os zigomatikum membentuk pipi
4) Prosesus alviolaris : membentuk lengkung dan mempunyai lubang di ujungnya
untuk perlengketan dengan gigi.
5) Prosesus palatinum : tonjolan bagian medial bawah korpus maksilaris membentuk
sutura palatina.
• Ossa Mandibular
• Ossa Nasale
• Ossa zigomatikum
• Ossa Lakrimale
• Ossa Palatum
• Ossa Vamer
d. Konka Nasalis Inferior
Menyerupai karang melengkung ke arah medialis, tepi atas melekat pada krista konka
nasalis ossis maksilaris dan ossis platina. Bagian tengah terdapat pintu sinus maksilaris
disantrum higmori membentuk kanalis lakrimalis.

2.2.5 Ekstramitas Superior


Gelang bahu : persendian yang menghubungkan lengan dengan badan.
Pergelangan ini mempunyai mangkok yang tidak sempurna karena bagian belakangnya
terbuka dibentuk oleh rangka tulang skapula, klavikula, dan humerus.

Tulang-tulang ekstremitas superoir


• Os Skapula (tulang belikat)
• Os Klavikula (tulang selangka)
• Os Humerus (tulang lengan atas)
• Os Ulna (tulang hasta)
• Os radius (tulang pengumpil)
• Os metakarpalia (tulang telapak tangan)
• Falangus (tulang jari tengah)

13
2.2.6 Tulang Kerangka Dada
Tulang kerangka dada terdiri atas :
• Kolumna vertebralis ( ruas tulang belakang)

Dibentuk oleh 33 buah os vetebra yang tersusu dari atas ke bawah mulai dari
leher sampai ke tulang ekor

a Vetebra servikalis (tulang leher) 7 ruas


Terdiri dari atlas,Aksis (prosesus odontoid), dan Prosesus prominan.
b Vetebra torakalis (tulang punggung) 12 ruas

Terdiri dari prosesus spinosus, prosesus transverses, prosesus artikularis.

c Vetebra lumbalis ( tulang pinggang) 5 ruas


d Tulang sakralis (tulang kelangkang ) 5 ruas
Terdiri dari Arikulasio sakro iliaka, promontorium sakralis, foramina
sakralis, san hiatus sakralis.
e Vetebra koksigalis ( tulang ekor) 4 ruas
• Os Kosta (tulang iga)
Os kosta terdiri atas 12 pasang tulang yang dibagi dalam 3 bagian yaitu kosta
vera (iga sejati 1-7), kosta spuira(iga tidak sejati 8-10), dan kosta fluitantes
(iga melayang 11-12)
• Os Sternum (tulang dada)
Terdiri dari Manubrium sterni, korpus sterni, dan prosesus sipoideus.

2.2.7 Ekstremitas Inferior


Ekstermitas inferior terdiri dari :
• Os Koksa (tulang panggul)
Terdiri dari OS ileum (tulang usus), os pubis ( tulang kemaluan), dan os iskii
(tulang duduk).
• Os femur(tulang paha)
• Os Patela (tulang tempurung lutut)
• Os Tibia (tulang kering)
• Fibula (tulang betis)

14
• Os Tarsalia (pangkal kaki)
• Os Metatarsal
• Os Falang pediss

2.3 Sistem Persendian (Ilmu Gerak)


Persambungan tulang atau sendi ( artikulasi) adalah pertemuan dua buah tulang atau
beberapa tulang kerangka. Artrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang persendian.
Persendian antara dua tulang atau lebih yang saling berhubungan dapat terjadi pergerakan
ataupun tidak. Pada awalnya rangka tulang terbentuk dari jaringan rawan dan juga sebagai
pengganti jaringan lainnya. Pada keadaan tertentu, tulang rawan diganti dengan tulang keras
dan jaringan sebagai jaringan penutup. Dalam perkembangannya jaringan ikat diganti oleh
jaringan rawan.
Untuk memungkinkan terjadinya pergerakan maka ada tempat tertentu sebagian jaringan
ikat dan jaringan rawan diganti dengan jaringan tulang dimana pada ujung rulang tersebut
akan tinggal suatu lempeng jaringan rawan yang berfungsi sebagai rawan sendi.
Alat gerak dibagi atas dua yaitu alat anggota gerak pasif dan alat anggota gerak aktif.
• Alat anggota gerak pasif : gerakan yang dilakukan oleh kerangka tulang badan
• Alat anggota gerak aktif : gerakan yang dilakukan oelh otot-otot badan.
Stabilisasi sendi tergantung pada :
a) Permukaan sendi : bentuk permukaan tulang memegang peranan penting pada
stabilisasi sendi
b) Ligamentum : ligamentum fibrosa mencegah pergerakan sendi secara berlebihan jika
terjadi regangan yang berlangsung lama dan terus-menerus maka ligamentum fibrosa
akan teregang
c) Tonus otot : pada sebagian besar sendi, tonus otot merupakan faktor utama yang
mengatur stabilitas.

2.3.1 Persyarafan Sendi

Kapsula dan ligamentum memiliki saraf sensoris, pembuluh darah memiliki


serabut saraf otonom simpatis, dan tulang rawan yang meliputi permukaan sendi memiliki
sedikit ujung saraf didaerah pinggirnya. Peregangan berlebihan pada kapsula dan

15
ligamentum dapat menimbulkan refleks kontraksi otot sekitar sendi, dan peregangan rasa
nyeri akibat berkurangnya suplai darah pada sendi.

Menurut jenis sendi dapat diklasifikasikan menjadi berikut ini.

a Sendi pelana : permukaan sendi ini hampir datar. Hal ini memungkinkan tulang saling
bergeser satu sama lainya,misalnya persendian yang terdapat pada bahu yaitu sendi
pelana art.sternoklavikular dan art. Akromio klavikular.
b Sendi engsel : bentuk sendi ini mirip engsel pintu sehingga memungkinkan gerakan
fleksi dan ekstensi. Permukaan bundar pada sendi ini berhubungan dengan tulang yang
lain sehingga gerakan hanya dalam satu bidang dan dua arah misalnya sendi siku dan
sendi lutut.
c Sendi kondiloid : permukaan sendi berbentuk konveks dan bersendi denga permukaan
yang konkaf seperti sendi engsel tapi bergerak dengan dua bidang dan empat arah
(fleksi, ekstensi, abduksi, dan adduksi).
d Sendi elipsoid : permukaan sendi berbentuk konveks elips sehingga pergerakan (fleksi,
ekstensi, abduksi, dan adduksi) dapat dilakukan, tetapi rotasi tidak dapat dilakukan
misalnya sendi ibu jari.
e Sendi peluru ( ball and socket) :kepala sendi berbentuk bola pada salah satu tulang
cocok dengan lekuk sendi yang berbentuk seperti socket,bongkol sendi tempat
masuknya pada mangkok sendi gerakan yang dapat diberikan keseluruh arah dengan
pergerakan sangat bebas (fleksi, ekstensi, abduksi, dan adduksi, rotasi ) misalanya sendi
bahu dan sendi panggul
f Sendi pasak : pada swndi ini terdapat pasak yang dikelilingi cincin ligamentum
bertulang sehingga hanya satu gerakan yang dapat dilakukan yaitu rotasi misalnya
tulang atlas, berbentuk cincin berputar di atas prosesus odontoid, gerakan radius
disekitar ulna pronasi dan supinasi disebut juga sendi berporos atau sendi putar
g Sendi pelana (sendi timbal balik) : berbentuk pelana kuda yang dapat memberikan
banyak kebebasan untuk bergerak (fleksi, ekstensi, abduksi, dan rotasi) misalnya ibu
jari dapat berhadapan dengan jari yang lain.

2.3.2 Pembagian Sendi


1. Sendi fibrus (sinartrosis)
sendi yang tidak bergerak sama sekali, seperti berikut ini.

16
a Sutura : persambungan tulang bergerigi, dimana pinggir tulang dihibungkan
oleh jaringan ikat yang tipis diantara tulang tengkorak

b Schindylosis : suatu lempeng tulang yang terjepit dalam celah tulang yang
lain misalnya perhubungan antara os maksilaris dan kedua os palatum, os
ethmoidal dan os femur
c Komposis : dimana tulang yang satu berbentuk kerucut, masuk ke dalam
lekuk yang sesuai dengan bentuk dari tulang yang lain misalnya antara gigi
dengan alveoli dari os maksilaris dan os mandibilaris.
d Schindrosis : dimana jaringan perhubungan dari sendi terdiri dari tulang
rawan misalnya antara epifise dan diafise pada orang dewasa antara kedua
ossa pubika.

2. Amfiartosis
Suatu sendi yang pergerakannya sedikit karena komponen sendi tidak cukup.
Permukaan dilapisi oleh bahan yang memungkinkan pergerakan sendi sedikit,

17
misalnya sendi antara manubrium sterni dengan korpus sterni dan sendi antara
tulang vetebra.
3. Diartosis (sendi sinovial)
Sendi dengan pergerakn bebas. Permukaan sendi diliputi oleh lapisan tipis
rawan hialin dipisahkan rongga sendi, susunan ini yang memungkinkan sendi gerak
bebas. Rongga sendi dibatasi oleh membran sinovial yang terletak dari pinggir
permukaan sendi ke permukaan sendi yang lain.

Berdasarkan strukturnya sendi dibagi menjadi :

1. Sendi Fibrosa

Sendi fibrosa dihubungkan oleh jaringan fibrosa. Terdapat dua tipe sendi
fibrosa; (1) Sutura diantara tulang tulang tengkorak dan (2) sindesmosis yang
terdiri dari suatu membran interoseus atau suatu ligamen di antara tulang. Sendi ini
mempunyai pergerakan yang terbatas.

2. Sendi Kartilago/tulang rawan

Ruang antar sendinya diisi oleh tulang rawan dan disokong oleh ligamen dan
hanya dapat sedikit bergerak. Ada dua tipe sendi kartilaginosa yaitu sinkondrosis
adalah sendi sendi yang seluruh persendiannya diliputi oleh rawan hialin. Sendi
sendi kostokondral adalah contoh dari sinkondrosis. Simfisis adalah sendi yang
tulang tulangnya memiliki suatu hubungan fibrokartilago antara tulang dan selapis
tipis rawan hialin yang menyelimuti permukaan sendi. Contoh sendi kartilago
adalah simfisis pubis dan sendi sendi pada tulang punggung.

18
3. Sendi Sinovial/sinovial joint

Sendi ini dilengkapi oleh kartilago yang melicinkan permukaan sendi,


kapsul sendi (kantung sendi), membran sinovial (bagian dalam kapsul), cairan
sinovial yang berfungsi sebagai pelumas dan ligamen yang berfungsi memperkuat
kapsul sendi. Cairan sinovial normalnya bening, tidak membeku, dan tidak
berwarna atau berwarna kekuningan. Jumlah yang ditemukan pada tiap tiap sendi
normal relatif kecil (1 sampai 3 ml).

Macam-macam pergerakan sendi diantaranya adalah :

• Fleksi • Rotasi • Opposisi


• Ekstensi • Pronasi • Protraksi
• Abduksi • Supinasi • Elevasi
• Adduksi • Inversi • Depresi
• sirkumduksi • Dorsifleksi • Lateral Fleksi

19
Gerak yang dihasilkan oleh sendi sinovial

Wrist joint Atlanto-occipital


joint

Radioulnar joint Carpometacarpal 1 joint

2.3.3 Alat-alat khusus persendian

20
a. Kapsula artikularis : melekat pada epikondilus medialis permukaan depan,
humerus di atas fossa koronoidea dan fossa radialis sebelah bawah melekat pada
permukaan anterior prosesus koronoideus ulna.
b. Ligamentum kolateral ulna : ligamentum ini tebal merupakan tiga buah pita
berbentuk segitiga. Ligamentum ini berhubungan dengan M. Triseps brakhii,
flexor karpi ulnaris, nervus ulnaris merupakan origo dari M. Flexor digiterum
sublimis.
c. Ligamentum kolateral radiale : merupakan pita sederhana menghubungkan
epikondilus lateralis humeri dengan ligamentum ulnare berhubungan dengan
tendon M. Supinator.
d. Artikulasi radioulnaris proksimal : merupakan sendi antara sirkum ferensia
artikularis radii dengan insisura radialis ulna dan ligamentum ulnare.
e. Artikulasi radioulnaris distalis : sendi antara sirkumferensia artikularis kapituli
ulna dengan insura radii, rongga sendi berbentuk huruf L dibentuk oleh ulna dan
radius permukaan sendi sangat luas sehingga terdapat kemungkinan yang luas
untuk pergerakan supinasi dan pronasi.
f. Sinartrosis : kedua ulna dan radius dihubungkan oleh koroidea obligue dan
membran interosa antebrakii.

2.4 Sistem Otot

Sistem muscular atau otot dalam tubuh memiliki fungsi umum untuk pergerakan,
membentuk postur tubuh dan memproduksi panas. Otot didalam tubuh manusia terdiri atas
otot rangka,otot polos dan otot jantung. Sifat fisiologis dasar dari otot adalah :

• Contractily : mampu berkontraksi atau memendek


• Excitability/irribility : kemampuan menerima dan berespon terhadap stimulus
• Extensibility : kemampuan untuk meregang
• Elasticity : kemampuan untuk kembali pada ukuran semula setelah berkontraksi
ataupun meregang.

Otot membentuk 43% berat badan. Lebih dari 1/3-nya merupakan protein tubuh dan
½-nya tempat terjadinya aktivitas metabolik saat tubuh istirahat.

21
Proses vital di dalam tubuh (seperti Kontraksi jantung, kontriksi pembuluh darah,
bernapas, peristaltik usus) terjadi karena adanya aktivitas otot.

Fungsi sistem otot rangka:

ჲ Menghasilkan gerakan rangka.


ჲ Mempertahankan sikap & posisi tubuh.
ჲ Menyokong jaringan lunak.
ჲ Menunjukkan pintu masuk & keluar saluran dalam sistem tubuh.
ჲ Mempertahankan suhu tubuh; kontraksi otot:energi → panas

22
Setiap otot dilapisi jaringan konektif yang disebut epimisium. Otot rangka disusun
oleh fasikula yang merupakan berkas otot yang terdiri dari beberapa sel otot. Setiap fasikula
dilapisi jaringan konektif yang disebut perimisium dan setiap sel otot dipisahkan oleh
endomisium.
Organisasi otot rangka terdiri dari :
1. Otot
2. Fasikula
3. Serabut Otot
4. Miofibril
5. Miofilamen

Secara mikroskopis sel otot rangka terdiri dari :

1. Sarkolema (membran sel serabut otot)


2. Miofibril (mengandung filamen aktin dan miosin)
3. Sarkoplasma (cairan intrasel berisi kalsium, magnesium, phosfat, protein & enzim.
4. Retikulum Sarkoplasma (tempat penyimpanan kalsium)
5. Tubulus T (sistem tubulus pada serabut otot)
Tipe jaringan otot :
 Otot polos
memiliki 1 inti yang berada di tengah, dipersarafi oleh saraf otonom (involunter), serat
otot polos (tidak berserat), terdapat di organ dalam tubuh (viseral), sumber Ca2+ dari CES,
sumber energi terutama dari metabolisme aerobik, awal kontraksi lambat, kadng
mengalami tetani, tahan terhadap kelelahan

 Otot rangka
memiliki banyak inti, dipersarafi oleh saraf motorik somatik (volunter), melekat pada
tulang, sumber Ca2+ dari retikulum sarkoplasma (RS), sumber energi dari metabolisme
aerobik & anaerobik, awal kontraksi cepat, mengalami tetani, & cepat lelah.
 Otot jantung

23
memiliki 1 inti yg berada di tengah, dipersarafi oleh saraf otonom (involunter), serat otot
berserat, hanya ada di jantung, sumber Ca2+ dari CES & RS, sumber energi dari
metabolisme aerobik, awal kontraksi lambat, tidak mengalami tetani, & tahan terhadap
kelelahan

Otot rangka Otot jantung

24
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Sistem muskuloskeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot (muskulo) dan
tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet). Otot adalah jaringan tubuh yang mempunyai
kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik (gerak). Sedangkan rangka
adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang-tulang yang memungkinkan tubuh
mempertahankan bentuk, sikap dan posisi.

3.2. SARAN
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca dalam mengikuti
proses pembelajaran dan menambah pemahaman pembaca mengenai sistem sensori
persepsi.

25
DAFTAR PUSTAKA

Syaifuddin, H. 2011. Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan dan Kebidanan. Jakarta : EGC
Tarwoto. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : CV. Trans
Info Media
Guyton, A. C., dan Hall, J. E. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta: EGC,
1022

26

Anda mungkin juga menyukai