Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

MATERNITAS DENGAN ABORTUS INKOMPLIT

OLEH :

MUHAMMAD IBRAHIM MURTADLA

NIM 182002023

PROGAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PRMKAB JOMBANG

2020/2021
A. Definisi

Abortusadalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada

atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum

mampu untuk hidup di luar kandungan dengan berat badan janin kurang dari 500

gram(Ratnawati, 2018).

Abortus inkomplit adalah peristiwa pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada

kehamilan sebelum 20 minggu, dengan masih ada sisa tertinggaldalam uterus

(Pitriani, 2013).Abortus Inkompitberkaitan dengan retensi sebagian produk

pembuahan (hampir seluruh plasenta) yang tidak begitu mudah terlepas pada

kehamilan dini seperti halnya kehamilan aterm.Dalam keadaan ini perdarahan tidak

segera berkurang sementara servikstetap terbuka (Hutapea M. , 2017).

B. Etiologi

Faktor penyebab terjadinya abortus adalah :

a. Faktor Fetal Abortus pada usia kehamilan awal pada umumnya disebabkan oleh

abnormalitas zigot, atau plasenta. Abnormalitas kromosom ditemukan sekitar 60-

75% kasus abortus spontan. Dan angka abortus yang disebabkan kelainan

kromosom akan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.

Abnormalitas kromosom diturunkan dari gen kedua orang tuanya.

b. Faktor maternal

1) Kelainan anatomi uterus

Adanya kelainan anatomi uterus seperti Leiomyoma yang besar dan

multipel atau adanya sinekia uterus (Ashermann Syndrome) dapat

meningkatkan risiko abortus.Malformasi kongenital yang disebabkan oleh

abnormalitas fusi Ductus Müllerii dan lesi yang didapat memiliki pengaruh

yang sifatnya masih kontroversial.Pembedahan pada beberapa kasus dapat


menunjukkan hasil yang positif.Inkompetensia servik bertanggung jawab

untuk abortus yang terjadi pada trimester II.Tindakan cervical cerclage pada

beberapa kasus memperlihatkan hasil yang positif.

2) Infeksi

Beberapa jenis infeksi dan hubungannya dengan abortus telah diteliti

secara luas, misal: Lysteria monocytogenes, Mycoplasma hominis,

Ureaplasma urealyticum, Toxoplasma gondii, dan Virus (Herpes simplex,

Cytomegalovirus, Rubella) memiliki hubungan yang bervariasi dengan semua

jenis abortus spontan. Data penelitian yang menghubungkan infeksi dengan

abortus menunjukkan hasil yang beragam,sehingga American College of

Obstetricians and Gynecologyst menyatakan bahwa infeksi bukan penyebab

utama abortus trimester awal.

3) Penyakit metabolik

Abortus sering dihubungkan dengan adanya penyakit metabolik pada

ibu seperti tuberkulosis, Diabetes Mellitus, Hipotiroidisme, dan

anemia.Anemia dapat mengurangi suplai oksigen pada metabolisme ibu dan

janin karena dengan kurangnya kadar hemoglobin maka berkurang pula kadar

oksigen dalam darah. Hal ini dapat memberikan efek tidak langsung pada ibu

dan janin antara lain kematian janin, meningkatnya kerentanan ibu pada

infeksi dan meningkatkan risiko terjadinya prematuritas pada bayi).

4) Faktor Imunologi

Sindroma Antibodi Fosfolipid adalah gangguan imunologi

autoimunitas yang ditandai dengan adanya antibodi dalam sirkulasi yang

melawan fosfolipid membran dan setidaknya memperlihatkan satu sindroma

klinik spesifik (abortus berulang, trombosis yang penyebabnya tak jelas dan
kematian janin).Penegakkan diagnosa setidaknya memerlukan satu

pemeriksaan serologis untuk konfirmasi diagnosis (antikoagulansia lupus,

antibodi kardiolipin).Pengobatan pilihan adalah aspirin dan heparin (atau

prednison dalam beberapa kasus tertentu).

5) Trauma fisik

Trauma yang tidak menyebabkan terhentinya kehamilan sering kali

dilupakan.Yang diingat hanya kejadian tertentu yang dapat menyebabkan

13.Abortus.Namun, sebagian besar abortus spontan terjadi beberapa waktu

setelah kematian mudigah atau janin (Smith, 2015).

c. Faktor paternal

Tidak banyak yang diketahui tentang faktor paternal (ayah) dalam terjadinya

abortus spontan.yang jelas, translokasi kromosom pada sperma dapat

menyebabkan abortus.

d. Patofisiologi

Pada awal abortus, terjadi pendarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti

oleh nekrosi jaringan sekitarnya.Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas

sebagian atau seluruhnya sehingga merupakan benda asing dalam uterus.Keadaan ini

menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya.Pada kehamilan kurang

dari 8 minggu, hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena vili korialis

belum menembus desidua secara mendalam.Pada kehamilan antara 8 dan 14 minggu,

vili korinalis menembus desidua lebih dalam dan umumnya plasenta tidak dilepaskan

dengan sempurna sehingga dapat menyebabkan banyak pendarahan.Pada kehamilan

14 minggu ke atas, umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin,

disusul setelah beberapa waktu kemudian adalah plasenta.Pendarahan tidak banyak


jika plasenta segera terlepas dengan lengkap.Peristiwa abortus ini

menyerupaipersalinan dalam bentuk miniatur.

e. Manifestasi klinik

Mengalami perdarahan pervagina ≥500cc maka dapat menyebabkan rasa

lemas , berisiko syok, dan penurunan kesadaran ibu, tanda-tanda infeksi alat genital

berupa demam (Ratnawati, 2018). Tanda gejala dari abortus lainnya adalah kram atau

nyeri perut bagian bawah (Ratna & Yulichati, 2015).Klien juga akan mengalami

penurunan tekanan darah, denyut nadi normal atau cepat dan lemah. Subu tubuh

normal, meningkat atau menurun, mulas-mulas (Huda & Kusuma, 2015).

Gejala seperti perdarahan yang terjadi bisa sedikit kemudian banyak dan

disertai keluarnya hasil konsepsi, rasa mulas (kontraksi) tambah hebat, ostium uteri

eksternumatau serviksterbuka (1-2 jari), pada pemeriksaan vaginal dapat di raba

dalam kavum uteriatau kadang kadang sudah menonjol dari eksternumatau sebagian

jaringan keluar, perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan

sehingga dapat menyebabkan syok, pada pemeriksaan plano testditemukan test positif

atau negative, ibu anemia akibat perdarahan (Hutapea M. , 2017).

f. Komplikasi

Ada pun komplikasi medis yang dapat timbul pada ibu :

a. Perforasi

Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu ada

kemungkinan terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus ke

rongga peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke kandung kencing.Oleh

sebab itu, letak uterus harus ditetapkan lebih dahulu dengan seksama pada

awal tindakan, dan pada dilatasi serviks tidak boleh digunakan tekanan

berlebihan. Kerokan kuret dimasukkan dengan hati-hati, akan tetapi


penarikan kuret ke luar dapat dilakukan dengan tekanan yang lebih besar.

Bahaya perforasi ialah perdarahan dan peritonitis.

b. Luka pada serviks uteri

Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat

timbul sobekan pada serviks uteri yang perlu dijahit.Apabila terjadi luka

pada ostium uteri internum, maka akibat yang segera timbul ialah

perdarahan yang memerlukan pemasangan tampon pada serviks dan

vagina.

c. Perdarahan Diatasi dengan pengosongan uterus dan sisa hasil konsepsi dan

jika perlu pemberian transfusi darah.Kematian karena perdarahan dapat

terjadi apabilapertolongan tidak diberikan pada waktunya.

d. Infeksi Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka

bahaya infeksi sangat besar.Infeksi kandungan yang terjadi dapat

menyebar ke seluruh peredaran darah, sehingga menyebabkan kematian.

g. Penatalaksanaan

Ibu hamil sebaiknya segera periksa apabila terjadi perdarahan, Ibu harus

beristirahat total dan dianjurkan untuk relaksasi. Terapi intravena atau transfusi darah

dapat dilakukan apabila diperlukan (Ratnawati, 2018).

h. Asuhan keperawatan teori

1. Pengkajian

menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan

perawatan bagi klien. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :


a. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung jawab yang meliputi ;

nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status

perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat

b. Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya

perdarahan pervaginam berulang pervaginam berulang

c. Riwayat kesehatan , yang terdiri atas :

- Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien

pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti

perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus

lebih besar dari usia kehamilan.

- Riwayat kesehatan masa lalu

- Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit

yang pernah dialami oleh klien misalnya DM , jantung ,

hipertensi , masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan

penyakit-penyakit lainnya.

d. Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari

genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan

penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.

e. Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus

menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya

dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan

yang menyertainya

f. Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak

klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan

kesehatan anaknya.
g. Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi

yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.

h. Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi

oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.

i. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit,

eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik

sebelum dan saat hamil.

2. Pemeriksaan fisik, meliputi :

a. Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas

pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan

penghidung.Hal yang diinspeksi antara lain :mengobservasi kulit terhadap

warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan

terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan

postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya

b. Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan

jari.Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat

kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi

uterus.Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,

memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati

turgor.Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon

nyeri yang abnormal

c. Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada

permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau

jaringan yang ada dibawahnya.Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada


dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau

konsolidasi.

d. Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan

stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang

terdengar. Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan

darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau

denyut jantung janin.

e. Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB,

apakah klien setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan

menggunakan KB jenis apa.

C. Masalah keperawatan

1. Risiko syok b.d perdarahan

2. Risiko infeksi b.d perdarahan, keadaan vulva lembab

3. Nyeri akut  b.d kerusakan jaringan intrauteri

4. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang prosedur kuretase yang akan di

lakukan

D. Asuhan keperawatan dan kasus semu

1. Pengkajian

a. Identitas klien

Nama : Ny.R

Umur : 29 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : islam
Status Perkawinan : kawin

Pendidikan : smp

Pekerjaan : ibu rumah tangga

Alamat : pandanwangi

Tgl. Masuk RS : 23 November 2020

Tgl. Pengkajian : 23 November 2020

Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn.T

Umur : 40 Tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Alamat : pandanwangi

Pekarjaan : swasta

Hub. Dengan klien : suami

b. Keluhan utama

Pasien mengatakan nyeri

c. Riwayat kesehatan sekarang

Klien mengatakan hamil ±16 minggu dan keluar darah diri jalan lahir sejak ±

3 minggu yang lalu. Awalnya sedikit kemudian bertambah banyak sejak ± 1

minggu yang lalu klien merasakan nyeri pada perut bagian bawah .

d. Riwayat kesehatan dahulu

Keluarga pasien mengatakan pasien belum pernah MRS sebelumnya, tidak

memiliki riwayat penyakit menular, menurun, atau menahun.


e. Riwayat kehamilan

1.1 Tabel riwayat kehamilan

Tempat Usia Jenis penolong Anak Nifas Keadaan


kehamilan persalinan anak
sekarang
P/L BB PB Penyulit Laktasi
RSUD 12 minggu Abortus Dokter - - - - - abortus

f. Pola kebiasaan sehari-hari

- Pola nutrisi

Sebelum hamil : Makan 3 x (nasi,sayur,lauk)

: Minum 7 gelas/hari

Selama hamil : makan berkurang, minum berkurang

- Pola eliminasi

Sebelum hamil : BAB 1 x tiap pagi, BAK 5 x/hari

Sesudah hamil : BAB 1 x tiap pagi, BAK 3 x/hari

- Pola istirahat tidur

Sebelum hamil : Siang 2 jam/hari, malam 8 jam /hari

Sesudah hamil : Siang 3 jam/hari, malam 5 jam/hari

- Pola aktivitas

Sebelum hamil : Membantu pekerjaan rumah

Sesudah hamil : Membantu pekerjaan rumah

- Perilaku kesehatan sehari-hari

Penggunaan obat/jamu/rokok

Sebelum hamil : Tidak pernah

Sesudah hamil : Obat dan vitamin dari bidan


- Lain – lain (personal hygiene)

Mandi : 2 x/hari

Ganti baju : 2 x/hari

Keramas : 3 x/minggu

Gosok gigi : 2 x/hari

g. Riwayat Haid

Menarche : umur 14 tahun

Siklus haid : 28 hari (teratur)

Lama haid : 6-7 hari

Banyaknya :3-4 softek/hari

Dismenorea :-

HPHT : 17 oktober 2019

UK : 11 Minggu

TP : 22 Mei 2021

h. Riwayat Perkawinan

Nikah :1x

Lama menikah : 1 tahun

Umur pertama kali nikah : 22 tahun

i. Riwayat KB

Ibu mengatakan setelah menikah ibu tidak menggunakan KB apapun

2. Pemeriksaan Fisik

K/U : lemah

Kesadaran : composmentis
BB sebelum hamil : 60 kg

BB saat ini : 55 kg

TB : 157 cm

LILA : 25 cm

IMT : 24,5

SCORE :6

TD : 90/60 mmHg

Nadi : 82 x/menit

RR : 22 x / menit

Suhu : 36,50 C (axilla)

a. Kepala

Bentuk kepala bulat, kulit kepala bersih, rambut panjang dan berwarna hitam

kemerahan, tidak ada benjolan abnormal dan tidak ada nyeri.

b. Mata

Reflek cahaya (+/+) , konjungtiva anemis, sklera putih tidak ikterus.

c. Mulut

Tampak bersih, mukosa kering, tidak terdapat stomatitis.

d. Leher

Tidak ada pembesaran KGB, tidak ada peningkatan JVP, tidak ada nyeri.

e. Dada

Bentuk dada simetris, suara nafas vesikuler, pola napas teratur, irama jantung

teratur, S1 dan S2.

f. Payudara
Tampak simetris, puting tenggelam, tampak hyperpigentasi pada aerola

mamae,tidak tampak dan tidak teraba benjolan abnormal.

g. Abdomen

Terdapat nyeri tekan pada abdomen, saat dilakukan perkusi bunyi timpani, bising

usus 17x/ menit, tidak terdapat luka bekas SC, TFU 2 jari di atas pubis.

h. Genetalia

Tampak pengeluaran cairan vagina dan darah berupa gumpalan, vagina tampak

kotor.

i. Ekstremitas

Bentuk ektremitas atas dan bawah simetris, ,keadaan jari tangan dan kaki lengkap
3. Analisa data

1.2 Tabel analisa data

DIAGNOSA ETIOLOGI MASALAH


DS : Komplikasi kehamilan Risiko Perdarahan
- klien mengatakan saat ini sedang perdarahan, (Abortus Inkomplit)
keluar darah sejak di rumah banyak berwarna
merah kehitaman menggumpal.
DO :
- Perdarahan pervagina ±100 cc
- konjungtiva anemis, mukosa kering
-TTV : TD : 90/60 mmHg
S : 36,5 C N: 82x/ menit
RR : 22 x/menit

DS : Agen Cedera Fisik Nyeri Akut


(Kontraksi Uterus)
- Klien mengeluh nyeri pada

bagian abdomen bawah

DO :

- Mengeluarkann banyak

keringat

- Klien tampak meringis

- Tampak gelisah

- Sulit tidur

- Skala nyeri 7 (0-10)

DS : Kurang terpapar Ansietas


Informasi
- Klien mengakatakan khawatir

dengan kondisi yang dihadapi

DO :

- Klien tampak gelisah

- Sulit tidur

- Muka tampak pucat

- Tampak keringat dingin

DS : Efek prosedur Risiko infeksi

- Klien mengatakan masih invasif (tindakan

perdarahan kuret)
- Klien mengeluh tidak nyaman

DO :

- Klien menggunakan pembalut

yang terdapat darah

- Penurunan Hb 11,3 mg/dl


4. Intervensi
1.3 Tabel intervensi

Intervensi

Diagnosa 1
Diagnosa Tujuan & KH Intervensi Rasional

DS : Setelah dilakukan 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan 1. Untuk mengetahui perkembangan
- Klien mengatakan perdarahan tindakan keperawatan 2. Monitor tanda vital kesehatan klien dan mencegah
DO : selama 1x 24 jam masalah 3. Pertahankan bedres selama komplikasi lanjutan
- Perdarahan pervagina ±100 cc teratasi perdarahan 2. Untuk mengetahui perkembangan
(sebelum kuret) 4. Anjurkan meningkatkan kesehatan klien dan mencegah
K.H : makanan dan vitamin K komplikasi lanjutan
5.Kolaborasi tindakan invasif 3. Untuk mencegah komplikasi
1. Perdarahan berhenti (kuret) lanjutan
4. Vit k dapat menghentikan
2. ttv dalam batas normal perdarahan
5. Mengeluarkan hasil konsepsi
Intervensi

Diagnosa 2
Diagnosa Tujuan & KH Intervensi Rasional

DS : setelah dilakukan 6. Observasi tanda – tanda vital 1. Untuk mengetahui perkembangan


- Klien mengeluh nyeri pada tindakan keperawatan 1 x 7. Observasi skala nyeri, lokasi, kesehatan klien dan mencegah
bagian abdomen bawah 24 jam masalh teratasi frekuensi, komplikasi lanjutan
DO : 8. Ajarkan klien teknik relaksasi dan 10. Mengetahui tingkat nyeri yang di
- Mengeluarkann banyak K.H : distraksi alami klien
keringat 9. Kolaborasi dengan dokter pemberian 11. Mengurangi nyeri pada klien
- Klien tampak meringis 1. Nyeri berkurang analgetik 12. Untuk menghilangkan nyeri
- Tampak gelisah
- Sulit tidur 2. TTV dalam batas
- Skala nyeri 7 (0-10) normal

TD 120/80, nadi 80
x/menit, respirasi 20 x/
menit
Intervensi

Diagnosa 3
Diagnosa Tujuan & KH Intervensi Rasional

DS : setelah dilakukan 13. Observasi tanda – tanda vital 2. Untuk mengetahui perkembangan
- Klien mengakatakan tindakan keperawatan 1 x 14. Kaji tingkat ansietas klien kesehatan klien dan mencegah
khawatir 24 jam masalah teratasi 15. Dengarkan masalah klien komplikasi lanjutan
dengan kondisi yang 16. Jelaskan prosedur kuretase 3. Untuk mengetahui perkembangan
dihadapi K.H : kesehatan klien dan mencegah
DO : komplikasi lanjutan
- Klien tampak gelisah 1. Cemas berkurang 4. Untuk mengetahui apa yang diderita
- Sulit tidur klien
- Muka tampak pucat 5. Menambah pengetahuan klien dan
- Tampak keringat dingin keluarga tentang prosedur kuretase
Intervensi

Diagnosa 4
Diagnosa Tujuan & KH Intervensi Rasional

DS : Tupan : setelah dilakukan OBSERVASI : monitor tanda dan gejala 6. Untuk mengetahui perkembangan
tindakan keperawatan 3 x infeksi lokal dan sistemik kesehatan klien dan mencegah
- Klien mengatakan masih 24 jam infeksi teratasi. komplikasi lanjutan
17. Pantau TTV, setiap 4 jam sekali 7. Untuk mencegah terinfeksinya
perdarahan K.H : · TTV dalam Kali kondisi pengeluaran darah, warna bakteri patogen
batas normal. TD 120/80, dan bau. 8. Meningkatkan pengetahuan
- Klien mengeluh tidak nyaman nadi 80 x/menit, respirasi 18. Anjurkan klien melakukan personal perawatan post kuret keluarga dan
21x/menit hygiene : ganti balutan klien
DO : 19. Berikan penyuluhan pendidikan 9. Kandungan protein mencegah
· Tidak terdapat tanda kesehatan tentang perawatan post terjadinya infeksi bakteri patogen
- Klien menggunakan pembalut – tanda infeksi kuret di rumah
yang terdapat darah 20. Anjurkan klien makan makanan
berprotein
- Penurunan Hb 11,3 mg/dl
5. Implementasi dan evaluasi

1.4 Tabel implementasi dan evaluasi

DX IMPLEMENTASI EVALUASI
DS : - Memonitor tanda dan gejala perdarahan S:
- Klien mengatakan perdarahan - Memonitor Hb - Memonitor tanda vital -
DO : - Memasang infuse RL 20 tpm - Pemberian Asam O:
- Perdarahan pervagina ±100 cc traneksamat 500mg/8jam - Perdarahan sebanyak ±250cc saat dikuret
(sebelum kuret) - TD : 100/80 mmHg
- Suhu : 36,5ºC
- Hb : 11,8 mg/dl
A:
- Masalah teratasi sebagian
P:
- Monitor tanda vital
- Ajarkan tanda dan gejala perdarahan
- Pertahankan bedres selama perdarahan
- Kolaborasi pemberian therapy obat
DS : - Mengidentifikasi lokasi, durasi, frekuensiNyeri S:
- Klien mengeluh nyeri pada - Mengidentifikasi skala nyeri - Klien mengatakan nyeri sudah berkurang
bagian abdomen bawah - Mengidentifikasi respon non verbal - Klien mengatakan sudah dapat beristirahat
DO : - Melakukan pemberian obat : ketorolac 30mg/8 jam O:
- Mengeluarkann banyak - Skala nyeri 4 (0-10)
keringat - Nadi : 80 x/menit
- Klien tampak meringis - Ekspresi wajah tenang
- Tampak gelisah - Tidak mengeluarkan terlalu banyak keringat
- Sulit tidur - Suhu : 36,5ºC
- Skala nyeri 7 (0-10) A:
- Masalah teratasi sebagian
P:
- Identifikasi skala nyeri
- Fasilitasi istirahat tidur dan tidur
- Kolaborasi dalam pemberian therapy obat
DS : - Memeriksa ketegangan otot, nadi, tekanan darah, suhu
- Klien mengakatakan khawatir - Menjelaskan tujuan, manfaat, batasan, jenis relaksasi S:
dengan kondisi yang dihadapi - Memberikan informasi tentang mempersiapkan - Klien mengatakan tidak dapat beristirahat
DO : danmelakukan teknik relaksasi - Klien mengatakan takut dan cemas
- Klien tampak gelisah - Mendemonstrasikan dan latih tehnik relaksasi O:
- Sulit tidur - Menganjurkan mengambil posisi nyaman - Klien tampak gelisah
- Muka tampak pucat - Berkeringat dingin
- Tampak keringat dingin - TD : 100/80 mmHg
- Nadi : 82 x/menit
- RR : 20 x/menit
- Suhu : 36,3ºC
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Periksa nadi, tekanan darah, suhu
- Anjurkan mengambil posisi nyaman
- Anjurkan sering mengulang tehnik yang dipilih
DS : - Memantau TTV S:
- Klien mengatakan masih - Memonitor tanda dan gejala infeksi -
perdarahan - Mengkaji kondisi warna darah dan bau O:
- Klien mengeluh tidak nyaman - Menganjurkan klien melakukan personal hygine : ganti - Pembalut masih terdapat darah
DO : pembalut - Skala nyeri 4 (0-10)
- Klien menggunakan pembalut - Memberikan injeksi Cefotaxime 1gr/12jam - TD : 100/80 mmHg
yang terdapat darah - Suhu : 36,5ºC
- Penurunan Hb 11,3 mg/dl - RR : 20 x/menit
A:
- Masalah teratasi sebagian
P:
- Beri penyuluhan tentang pendidikan kesehatan tentang
perawatan post kuret
- Anjurkan untuk menganti balutan 2x sehari
- Monitor tanda dan gejala infeksi
- Kolaborasi pemberian therapy obat

Anda mungkin juga menyukai