Makalah ini merupakan salah satu tugas dari proses pembelajaran pada mata
bimbingan dari Ibuk Ns. Ade Sri Wahyuni.S.Kep,M.Kep sebagai CI Akademik dan
Ns.Irawati susila, S.Kep sebagai CI Klinik makalah ini dapat selesai tepat pada
waktunya.
Kelompok menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kelompok dengan tangan terbuka menerima kritik dan saran dari pembaca. Akhir
kata kelompok berharap makalah ini bermanfaat khususnya bagi kelompok sendiri
dan pihak yang telah membacanya, serta kelompok mendoakan semoga segala
bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT, Amin
Bukittinggi, 6 Mei 2021
1
DAFTAR ISI
BAB IV Pembahasan………………………………………………………………..71
BAB V Penutup……………………………………………………………………..77
Daftar Pustaka
2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang terjadi dalam tubuh. Demam pada umumnya tidak berbahaya, tetapi bila demam
tinggi dapat menyebabkan masalah serius pada anak. Masalah yang sering terjadi
pada kenaikan suhu tubuh diatas 38ºC yaitu kejang demam (Ngastiyah, 2012).
bersamaan dengan demam. Keadaaan ini merupakan salah satu gangguan neurologik
yang paling sering dijumpai pada masa kanak-kanak dan menyerang sekitar 4% anak
(Wong, 2009). Kejang demam terjadi pada kenaikan suhu tubuh yang biasanya
disebabkan oleh proses ekstrakranium sering terjadi pada anak, terutama pada
berkembang menjadi epilepsi dengan angka kematian 0,64% sampai 0,75%. Kejang
demam dapat mengakibatkan gangguan tingkah laku serta penurunan intelegensi dan
intelegensi paska bangkitan kejang demam tidak sama, 4% pasien kejang demam
intelegensi. Menurut Ngastiyah (2014), gambaran klinis yang timbul saat anak
3
mengalami kejang demam adalah gerakan mulut dan lidah yang tidak terkontrol.
Lidah dapat seketika tergigit, dan atau berbalik arah lalu menyumbat saluran
pernapasan. Akibat dari terjadinya kejang demam pada anak dan balita akan
Gejala yang mungkin muncul saat anak mengalami kejang demam antara
lain : Demam tinggi, kejang tonik-klonik / grand mal, pingsan, postur ionic (kontraksi
dan kekakuan otot menyeluruh biasanya berlangsung selama 16-20 detik). Gerakan
klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat berirama, biasanya berlangsung dalam
1-2 menit), lidah atau pipi tergigit, gigi atau rahangnya tertutup rapat,
kesadaran, tangan dan kaki kaku tersentak-sentak, sulit bernafas, mulut mengeluarkan
busa, wajah dan kulit menjadi pucat atau kebiruan, dan mata berputar sehingga hanya
bagian putih saja yang nampak. Komplikasi yang sering terjadi adalah : kerusakan sel
otak, penurunan IQ pada demam yang berlangsung selama 15 menit, henti nafas,
kebutuhan penangannya.
4
Upaya yang dapat dilakukan tenaga medis khususnya perawat untuk
mencegah atau mengurangi jumlah pendederita kejang demam yaitu dengan aspek
preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Preventif, yang pertama dengan cara
memberi anak banyak minum, kedua dengan mengompres anak dengan air hangat
pada dahi, ketiak, dan lipatan siku Selama 10-15 menit, dan ketiga dengan
memakaikan anak dengan pakaiaan yang tipis dan longgar, kemudian promotif, yaitu
demam.
Sebenarnya banyak hal yang dapat dilakukan ibu dalam mengatasi demam
pada anak sebelum terjadi kejang dan selanjutnya membawa kerumah sakit, kuratif
yaitu dengan cara mengukur suhu dan memberikan obat penurun panas, kompres air
hangat (yang suhunya kurang lebih sama dengan suhu badan anak) dan memberikan
cairan yang cukup dapat menurunkan suhu tubuh anak, yang terakhir yaitu dengan
rehabilitatif, dengan cara ibu dianjurkan untuk selalu rutin membawa anaknya untuk
kontrol atau cek kesehatan sesuai anjuran dokter ataupun tenaga medis lain
khususnya perawat. Ibu harus menyadari bahwa demam merupakan salah satu
factor penyebab terjadinya kejang, dikarenakan adanya peningkatan suhu tubuh yang
cepat.
WHO memperkirakan terdapat lebih dari 21,65 juta penderita kejang demam
dan lebih 216 ribu diantaranya meninggal dengan usia antara 1 bulan sampai 11 tahun
dengan riwayat kejang demam sekitar 77%. (WHO, 2018). Di Asia angka kejadian
5
kejang demam dilaporkan lebih tinggi sekitar 80%-90% dari seluruh kejang demam
negara Asia Tenggara didapatkan sebesar 7,2 per 1.000 anak sekolah usia 5-7 tahun
RSUP Dr. M.Djamil Padang tahun 2013-2014 jumlah menyatakan bahwa angka
Berdasarkan data rekam medik Ruang Rawat Inap Anak PAV. Siti Fatimah
RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi jumlah pasien anak demam kejang dalam 3 bulan
terkahir dari bulan Februari 2021 sampai dengan bulan April 2021 ditemukan
anak demam kejang agar tidak terjadinya komplikasi yang dapat mengakibatkan
keperawatan yang efektif dan mampu ikut serta dalam upaya penurunan angka
insiden demam kejang melalui upaya preventif, promotor, kuratif dan rehabilitatif.
standar pelayanan kesehatan, sehingga tercapainya mutu pelayanan rumah sakit yang
baik.
6
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penerapan asuhan keperawatan pada anak dengan kasus kejang demam di Ruang Siti
B. Rumusan Masalah
Ruang rawat Siti Fatimah RSI Ibnu Sina Bukittinngi tahun 2021
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
An.A dengan Kejang Demam Di Ruang Rawat Inap Anak Siti Fatimah Rs Islam
2. Tujuan Khusus
Rawat Inap Anak Siti Fatimah Rs Islam Ibn Sina Bukittinggi Tahun 2021
Pada An.A dengan Kejang Demam Di Ruang Rawat Inap Anak Siti Fatimah
7
c. Mampu Menentukan Intervensi Keperawatan Pada An.A dengan Kejang
Demam Di Ruang Rawat Inap Anak Siti Fatimah Rs Islam Ibn Sina
Demam Di Ruang Rawat Inap Anak Siti Fatimah Rs Islam Ibn Sina
Di Ruang Rawat Inap Anak Siti Fatimah Rs Islam Ibn Sina Bukittinggi Tahun
2021
dengan Kejang Demam Di Ruang Rawat Inap Anak Siti Fatimah Rs Islam
D. Manfaat Penelitian
8
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Defenisi
bersifat paroksimal dan dalam waktu terbatas akibat dari adanya aktifitas listrik
abnormal di otak yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (Widagno, 2012).
Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi
(kenaikkan suhu tubuh diatas 38⁰C) karena terjadi kelainan ektrakranial. Kejang
demam atau febrile convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikkan
Jadi dapat disimpulkan, kejang demam adalah gangguan yang terjadi akibat
dari peningkatan suhu tubuh anak yang dapat menyebabkan kejang yang diakibatkan
2. Etiologi
Hingga kini belum diketahui pasti penyebab kejang demam. Demam sering
disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia, dan infeksi
9
Menurut Ridha (2014), mengatakan bahwa faktor resiko terjadinya kejang demam
diantaranya :
a. Faktor-faktor prinatal
d. Demam : kejang demam cenderung timbul dalam 24 jam pertama pada waktu
hiperbilirubinemia
kepala
merupakan penyebab yang sangat penting dari kejang pada usia pertengahan dan
h. Gangguan Sirkulasi
3. Klasifikasi
10
b. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit
Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari tujuh kriteria
(Ngastiyah, 2012).`
suhu tubuh yang mencapai ≥ 39⁰C. Kejang bersifat umum dan tonik-
11
demam bukan disebabkan karena meningitis atau penyakit lain dari
otak.
24 jam dan terdapat kejang fokal atau temuan fokal dalam masa pasca
sifat dan umur demam adalah sama pada kejang demam sederhana dan
4. Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan
dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran
sel neuron dapat dilalui dengan mudah ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh
ion Natriun (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (CI-). Akibatnya
12
konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang
diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan
konsentrasi ion di dalam dan luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran
potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP ase yang
terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh
keturunan
metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak
3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang
dewasa hanya 15%. Oleh karena itu kenaikkan suhu tubuh dapat mengubah
keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi
dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas
muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun
ke membran sel disekitarnya. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda
13
dan tergantung tinggiu rendahnya ambang kejang seseorang anak akan menderita
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan
tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam yang berlangsung lama ( lebih
energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia,
denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin
neuron otak selama berlangsungnya kejang (Lestari, 2016 & Ngastiyah, 2012).
14
5. WOC
prenatal
HIPERTERMI K+
Ketidakseimbangan porensi
perubahan
PERKEMBANGAN neurotramister
KEJANG
15
6. Manifestasi Klinis
c. Mata mendelik, tungkai dan lengan mulai kaku, bagian tubuh anak berguncang
e. Akral dingin
a. Sistem Pernapasan
Pada anak dengan kejang demam laju metabolisme akan meningkat. Sebagai
tampak pucat sampai kebiruan terutama pada jaringan perifer (Brunner & Suddart,
2013).
b. Sistem Thermogulasi
adanya gangguan pada “set poin”. Mekanisme tubuh secara fisiologis pada anak
16
dengan kejang demam mengalami vasokontriksi perifer sehingga suhu tubuh
c. Sistem Neurologis
bila tidak diatasi segera akan menyebabkan hipertrofi pada jaringan otak yang
beresiko pada abses serebri. Keluhan yang muncul pada anak kejang demam
d. Sistem Muskulosketal
pun akan terganggu dan terjadi pelepasan muatan listrik yang menyebar keseluruh
gerak.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. EEG (Electroencephalogram)
Pemeriksaan EEG dibuat 10-14 hari setelah bebas panas tidak menunjukan
17
b. Lumbal Pungsi Fungsi
lumbar merupakan pemeriksaan cairan yang ada di otak dan kanal tulang
Pemeriksaan ini dilakukan setelah kejang demam pertama pada bayi (usia<12
bulan) karena gejala dan tanda meningitis pada bayi mungkin sangat minimal
atau tidak tampak. Pada anak dengan usia > 18 bulan, fungsi lumbal dilakukan
jika tampak tanda peradangan selaput otak, atau ada riwayat yang
setelah kejang demam pertama pada bayi : Memiliki tanda peradangan selaput
otak (contoh : kaku leher ) Mengalami complex partial seizure Pada kejang
kuning santokrom.
2) Jumlah cairan dalam cerebrospinal menigkat lebih dari normal (normal bayi
40-60ml, anak muda 60100ml, anak lebih tua 80-120ml dan dewasa
130150ml).
18
4) Neuroimaging
Yang termasuk pemeriksaan neuroimaging antara lain adalah CT- Scan, dan
MRI kepala. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan pada kejang demam yang baru
tidak normal.
8. Pemeriksaan laboratorium
darah rutin, kadar elektrolit, kalsium, fosfor, magnesium, atau gula darah
9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan keperawatan
a) Airway
19
• Baringkan pasien ditempat yang rata, kepala dimiringkan dan
pasangkan sudip lidah yang telah dibungkus kasa atau bila ada guedel
lebih baik.
b) Breathing
c) Circulation
b. Penatalaksanaan Medis
intravena. Dosis yang diberikan pada pasien kejang disesuaikan dengan berat
badan, kurang dari 10 kg 0,5-0,75 mg/kgBB dengan minimal dalam spuit 7,5
20
dipakai 0,3 mg /kgBB/kali dengan maksimum 5 mg pada anak berumur
masih kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga melalui
diberikan suntikan ketiga denagn dosis yang sama juga akan tetapi
melalui rektum. Dosis yang diberikan sesuai dengan berat badan ialah berat
badan dengan kurang dari 10 kg dosis yang diberikan sebesar 5 mg, berat
konvulsivus yang dipilih oleh para ahli adalah difenilhidantion karena tidak
21
2) Pengobatan penunjang
penunjang yaitu semua pakaian ketat dibuka, posisi kepala sebaiknya miring
untuk mencegah aspirasi isi lambung, usahakan agar jalan napas bebas untuk
darah, pernapasan dan fungsi jantung diawasi secara ketat. Untuk cairan
elektrolit.
diazepan sangat singkat yaitu berkisar antara 45-60 menit sesudah disuntikan,
oleh karena itu harus diberikan obat antiepileptik dengan daya kerja lebih
Pengobatan ini dibagi atas dua bagian, yaitu pengobatan profilaksis intermiten
22
Penyebab kejang demam sederhana maupun epilepsi yang diprovokasi
oleh demam bias anya adalah infeksi respiratorius bagian atas dan otitis media
tersebut. Secara akademis pasien kejang demam yang datang untuk pertama
Jika dengan tindakan ini kejang tidak segera berhenti, hubungi dokter apakah
diazepam rektal. Jika kejang tidak berhenti tunggu 15 menit dapat diulang dengan
• Bila diazepan tidak tersedia, langung dipakai fenobarbital dengan dosis awal
23
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
• Pengkajian
• Anamnesis
• Identitas
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
tempat lahir, asal suku bangsa, agama, nama orang tua, pekerjaan orang
serangan kejang demam terjadi setelah usia 6 bulan dan biasanya sebelum 3
• Riwayat Kesehatan
• Keluhan utama
24
• Riwayat kesehatan
gerak (hemifarise).
• Riwayat imunisasi
• Riwayat nutrisi
• Pemeriksaan Fisik
b) TTV :
Respirasi: pada usia 2- < 12 bulan : biasanya > 49 kali/menit Pada usia 12
25
Nadi : biasanya >100 x/i
d) Kepala Biasanya tampak simetris dan tidak ada kelainan yang tampak
anemis.
f) Mulut dan lidah Biasanya mukosa bibir tampak kering, tonsil hiperemis,
j) Dada
a) Thoraks
bantu pernapasan
26
Auskultasi, biasanya ditemukan bunyi napas tambahan seperti ronchi.
P: batas kiri jantung : SIC II kiri di linea parastrenalis kiri (pinggang jantung),
SIC V kiri agak ke mideal linea midclavicularis kiri. Batas bawah kanan
> 2 detik, akral dingin. Bawah : biasanya tonus otot mengalami kelemahan,
27
b) Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan
- 10.
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila
e) Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon
dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon
kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap
Respon Skala
Kekuatan otot tidak ada 0
Tidak dapat digerakkan tonus otot ada 1
Dapat digerakkan mampu terangkat sedikit 2
Terangkat sedikit <45 derjat,tidak mampu melawan gravitasi 3
Bisa terangkat,bisa melawan geravitasi namun tidak mampu 4
Kekuatan otot normal 5
(Sumber: Wijaya dan Yessi. 2013)
• Pemeriksaan Penunjang
28
Menurut Dewi (2011) :
• EEG(Electroencephalogram)
kompleks.
leher )
29
• Kunjungan kedokter dalam 48 jam sebelumnya
bayi 40-60ml, anak muda 60-100ml, anak lebih tua 80- 120ml dan
dewasa 130-150ml).
• Neuroimaging
30
menujukkan kelainan saraf yang jelas, misalnya ada
gula darah. 2
• Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian dikelompok kan dan dianalisa untuk
menemukan masalah kesehatan klien. Untuk mengelompok kan nya dibagi menjadi
dua data yaitu , data subjektif dan data objektif dan kemudian ditentukan masalah
• Diagnosa Keperawatan
menjadi:
31
b. Resiko cidera berhubungan dengan kejang
otak
d. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan gangguan neurologis atau kejang
D. Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1 Hipertermia Luaran Utama : Intervensi Utama :
32
Tanda Minor a. sediakan lingkungan
perlu
Edukasi
Kolaborasi
a. Kolaborasi
elektrolit intravena
Intervensi Pendukung
(Menajemen Kejang)
Observasi :
a. monitor terjadinya
kejang berulang
b. monitor karakteristik
33
kejang (Mis, aktivitas
kejang)
Monitor tanda-tanda
vital
Terapeutik :
tidak terjatuh
diatas kepala
c. pertahankan
perlu
perlu
Edukasi :
a. anjurkan keluarga
menghindari
memasukan apapun
34
kejang
35
Perubahan orientasi dijangkau
mekanisme g. Tingkatkan
3.Perubahan fungsi
psikomotor Edukasi
keluarga
3 Resiko Perfusi Luaran Utama Intervensi Utama
36
2.Aterosklerosis f. Kesadaran membaik pernafasan
serebri fowler
8.Koagulasi kejang
Pemberian Anti
37
Objektif meningkat Gurgling, mengi,
membaik dada
detik
f. Lakukan
hiperoksigenasi
38
sebelum penghisapan
endotrakeal
g. Keluarkan sumbatan
forcep McGill
h. Berikan oksigen
Edukasi
a. Anjurkan asupan
efektif Kolaborasi
a. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik
5 Resiko Gangguan Luaran Utama (Status Intervensi Utama
39
usianya) d. Kemarahan menurun b. Fasilitasi hubungan
7.Efek samping
terapi – Edukasi
anak lain
pada anak
d. Demosntrasikan
40
kegiatan yang
meningkatkan
perkembangan pada
pengasuh
41
persepsi yang kesehatan
Subjektif (tidak
tersedia) Objektif
1.Menjalani
pemeriksaan yang
tidak tepat
2.Menunjukkan
prilaku yang
berlebihan
BAB III
LAPORAN KASUS
1.Format Pengkajian
1.Anamnesis
1. Nama/Nama panggilan : An.A
2. Tempat tgl lahir/usia : Bukitinggi, 24 Mei 2020
3. Jenis kelamin : laki-laki
4. A g a m a : Islam
42
5. Pendidikan : Belum sekolah
6. Alamat : Mandiangin Bukttinggi
7. Tgl masuk : 21 Mei 2021 (jam 14:30)
8. Tgl pengkajian : 22 Mei 2021 (jam 15.00)
9. Diagnosa medik : Kejang Demam (KD)
• Riwayat Kesehatan
• Alasan Masuk
Pasien masuk IGD RSI Ibnu Sina Bukittinggi tanggal 21 Mei 2021 jam
menurut ibu anaknya kejang seluruh badan, demam kurang lebih sejak 6 hari
yang lalu, demam tinggi terus menerus, batuk berdahak 3 hari ini, sesak tidak
43
Pada saat dilkukan pengkajian tanggal 21 Mei 2021 jam 15.00 WIB dengan
didapatkan Nadi: 105 x/menit, Pernafasan: 30x/menit dan suhu: 38,7˚C. Pasien
letih, kulit tampak sedikit memerah, akral hangat, mukosa bibir tampak kering,
ibu pasien mengatakan kejang tidak ada sejak pindah dari IGD ke ruangan
rawatan, ibu pasien mengatakan anaknya dirumah kejang seluruh tubuh kurang
lebih 5 menit. Ibu pasien mengatakan pasien batuk berdahak, pasien tampak
gelisah. Ibu pasien mengatakan anaknya tidak mau makan, reflek menelan
makanannya, ibu an.A juga mengatakan BAB encer tambah ampas 1x dirumah,
Ibu pasien sering menanyakan kondisi anaknya dan mengatakan bahwa saat
anaknya kejang ia panik dan tidak tau akan melakukan apa untuk membantu
anaknya. Saat pengkajian tampak anak gelisah, dan tampak tegang, menangis,
serta menolak jika didekati oleh perawat, ibu pasien juga mengatakan bahwa
Pada saat dilakukan pengkajian ibu pat mengatakan ini kali pertama
anaknya dirawat di Rumah Sakit, sebelumnya anaknya hanya demam, batuk
dan flu ringan. Ibu pat mengatakan kondisi bayi saat lahir sehat dan
44
menangis kencang, tonus otot aktif, anak saat lahir tidak mengalami
gangguan, BB lahir 3000 gram, PB lahir 45 cm.
Ibu pasien mengatakan bahwa ibunya memiliki riwayat kejang saat berusia 6
bulan. Dan ibu pasien mengatakan bahwa pat tidak memiliki riwayat penyakit
keturunan seperti DM dan Hipertesnsi baik dari pihak ibu maupun ayah.
¤ Genogram
v v v
45
: laki-laki sudah meninggal
: perempuan
: Laki-laki
: perempuan
• Riwayat ANC-PNC
• Antenatal care
Ibu pasien mengatakan waktu hamil ia memerksa kehamilannya
setiap trimester ke dokter kandungan. Selama hamil ibu tidak memiliki
riwayat penyakit, BB ibu waktu hamil 68 kg. Nutrisi ibu selama hamil
terpenuhi namun saat trimester 1 sering mual dan muntah. Golongan darah
ayah O, dan golongan darah ibu O
• Natal
Ibu melahirkan cukup bulan di rumah sakit dengan jenis persalinan
melalui persalinan normal. Ibu tidak memiliki komplikasi saat setelah
melahirkan
• Post Natal
Kondisi bayi saat lahir sehat dan menangis kencang, tonus otot aktif,
anak saat lahir tidak mengalami gangguan, BB lahir 3000 gram, PB lahir 45
cm.
• Riwayat Kecelakaan
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak pernah jatuh
46
• Riwayat Alergi
Ibu pasien mengatakan anak tidak memiliki riwayat alergi terhadap
makanan ataupun obat- obatan
• Riwayat Sosial
Ibu pasien mengatakan pasien memiliki banyak teman di sekitar
tempat tinggalnya.
• Riwayat Imunisasi
Tabel 3.2 Riwayat Imunisasi
Imunisasi
47
Berguling : 4 bulan
Duduk : 6 bulan
Berjalan : 1 tahun
• Motorik halus
Klien sudah pandai berjalan walaupunbelum lanncar
• Motoril kasar
Klien sudah mampu bermain dan mengerti dengan benda
yang ia pegang
NO POLA FUNGSIONAL
1 Presepsi sensori Sebelum sakit ibu pasien mengatakan anak tidak
ada memiliki gangguan pendengaran,
penglihatan, penciuman, serta pengecapan,
48
kesehatan anak sejak lahir sehat tidak ada
gangguan, imunisasi anak lengkap, saat sakit ibu
membawa anak
berobat ke bidan dan dokter, ayah anak memiliki
kebiasaan merokok
2 Nutrisi a.Saat ini anak ibu memberikan anak makanan 4
sehat 5 sempurna, seperti nasi, lauk pauk, sayur
serta buah-buahan namun saat sakit anak sedikit
tidak nafsu makan
d.Anak menyukai makanan yang berkuah seperti
sup ayam
e.Biasanya anak mampu menghabiskan porsi
makannya, namun saat sakit anak
menghabiskan ½ porsi makannnya
BB lahir 3000 kg dan BB saat ini 45 cm
pemenuhan nutrisinya
3 Eliminasi a.Ibu pasien mengatakan anak tidak memiliki
kesulitan dalam eliminasi
b.Anak menggunakan pamper selama 24 jam
c.Eliminasi urin, ibu mengganti popok 3 kali
dalam sehari, urin bewarna kuning
d.Eliminasi feses, ibu pasien mengatakan biasanya
anak BAB 2 kali sehari, tekstur padat, namun saat
sakit anak BAB encer 1 kali
e.Orang tua tidak memiliki gangguan pola eliminasi
4 Aktivitas dan a.Ibu pasien mengatakan biasanya anak mandi 2
kali sehari, namun saat sakit anak tidak mandi
latihan
melainkan hanya dilap bagian tubuhnya
b.Sebelum sakit anak biasanya bermain dengan
49
teman seusianya, anak biasanya bermain masak-
masakan, mewarnai, dan menggambar, namun
saat sakit anak hanya dialihkan oleh ibunya untuk
menonton film kartun
c.Kemampuan mandi, makan, toileeting, serta
berpakaian masih dibantu oleh ibunya
d.Orang tua tidak memiliki gangguan aktivitas
5 Istirahat dan tidur a.Ibu pasien mengatakan anaknya tidur siang dan
tidur malam, saat sakit anak lebih tampak banyak
tidur
b.Pada malam hari terkadang anak terbangun, posisi
tidur anak terlentang
a.Ibu pasien mengatakan anak dapat merespon
saat berkomunikasi dengan ibunya
b.Anak sudah mampu berbicara namun terkadang
kurang jelas
c.Anak dapat mengikuti objek dengan matanya
d.Anak tampak suka menonton film kartun
e.Anak berbicara 2-3
7 Presepsi diri a. Orang tua mengatakan saat ini ia bingung dan
reproduksi
10 Koping a.Saat pengkajian tampak anak gelisah, dan
tampak tegang, menangis, serta menolak jika
didekati oleh perawat
c.Biasanya ibu mengalihkan perhatiannya dengan
menonton film kesukaannya
d.Orang tua memiliki semangat dan yakin anaknya
50
akan sembuh
• Pemeriksaan Fisik
1.Keadaan umum= Baik
2.Kesadaran Kompos Mentis
• N= 100X/menit
• S= 37,2oC
• P= 30x/ menit
• GCS= 15 normal
• TB= 60 cm
• BB= 9,5 kg
• Pemeriksaan Head To Toe
• Kepala:
inspeksi= simetris, tidak ada lesi, rambut hitam, rambut
bersih
• Mata
Inspeksi= Konjungtiva tampak tidak anemis, sklera
tidak ikterik, pupil isokor dan refleks cahaya , mata
bersih, penglihatan normal, tidak ada edema, mata
sedikit cekung, gerakan bola mata normal
• Telinga
Inspeksi= bentuk simetris, lubang telinga bersih, tidak
ada memakai alat bantu
• Hidung
51
Inspeksi= posisi simetris, tidak ada polip, tidak ada
peradangan dan bersih, anak tampak batuk berdahak
• Mulut
Inspeksi= gigi tidak lengkap, tidak ada caries gigi, gusi
tidak meradang, lidah bersih, mukosa bibir pucat dan
kering, gigi bersih dan lengkap tidak ada caries , gusi
berwarna merah muda, kemampuan berbicara
mengucapkan 2-3 kalimat
• Leher
Inspeksi= tidak ada pembesaran pada kelenjer
tiroid Palpasi= tidak ada nyeri tekan
• Dada
• Jantung:
Inspeksi= iktus cordis tidak tampak
• Paru
Inspeksi= pengembangan dada simetris kiri kanan,
tidak tampak sesak pada pasien, frekuensi nafas
30x/menit
Auskultasi= vesikuler
52
• Abdomen
Inspeksi= tidak ada tampak luka, perut
datar Palpasi= terdapat nyeri tekan dan
nyeri lepas Perkusi= suara timpani
• Genetalia
• Ekstremitas
Kekuatan Otot
• Test Diagnostik
• Pemeriksaan darah lengkap
Tabel 3.4 Pemeriksaan Darah
Lengkap
53
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Konsistensi Lembek
Warna Coklat
Terapi yang
Diberikan
54
No Nama Obat Dosis Cara Frekuensi
Pemberian
4 GG 25 mg Puyer 3x
55
ANALISA DATA
DO
• Pasien tampak istirahat dengan
posisi semifowler,
• Pasien tampak letih,
• Kulit tampak sedikit memerah,
• Akral hangat,
• Mukosa bibir tampak kering,
Pemer
iksaan
TTV :
S : 38,5C
N : 100x/menit
P : 20x/menit
2 DS Sekresi Bersihan
• Ibu pasien mengatakan anak batuk sudah yang jalan
3 hari napas
tertahan
• Batuk berdahak
• Ibu pasien mengatakan anaknya tidak bisa
mengeluarkan dahak
56
• Susah berhenti batuk
DO
• Pasien tampak batuk,
Pasien tampak susah untuk
mengeluarkan sputum,
• Pasien tampak gelisah
• Pasien tampak istirahat dengan
posisi semifowler,
Pemeriksaan TTV
S : 38,5C
N : 100x/menit
P : 20x/menit
3 DS : Faktor Resiko
Ibu pasien mengatkan anak nya tidak mau makan psikologis defisit nutrisi
Ibu mengatakan refleks menelan anak menurun (keenggan
Ibu mengatakan porsi makan an.A hanya habis ¼ an untuk
porsi makan )
DO :
Mukosa bibir kering
Makanan yang dihabiskan hanya ¼
Klien tampak lelah
HB : 8,9
B.DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Hipertermia b.d Proses Penyakit (ditandai dengan anak kejang 2x, kulit memerah,
B.Bersihan jalan napas tidak efektif b.d Sekresi yang tertahan (ditandai dengan
terdapatnya sputum, batuk, anak gelisah, dan pola napas tidak teratur
57
C.Resiko defisit nutrisi b.d faktor psikologis (keengganan untuk makan )
C.INTERVENSI KEPERAWATAN
KEPERAWATAN
1 Hipertermi Setelah dilakukan Intervensi Utama
tindakan (Manajemen
keperawatan Hipertermi)
selama 3x/24 jam Observasi :
diharapkan a.Identifikasi penyebab
termoregulasi hipertermia
membaik dengan b.Monitor suhu tubuh
kriteria hasil : c.Monitor haluaran urine
a.Kulit merah
menurun Terapeutik :
b.Kejang menurun a.Sediakan lingkungan yang
dingin
c.Suhu tubuh
membaik b.Longgarkan atau lepaskan
pakaian
d.Suhu kulit
membaik c.Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
d.Berikan cairan oral
Edukasi
a. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Intervensi Pendukung
(Manajemen Kejang)
Observasi :
a.Monitor terjadinya kejang
berulang
b.Monitor karakteristik
kejang (Mis, aktivitas
motorik, dan progresi
kejang)
c.Monitor tanda- tanda vital
58
Terapeutik :
a.Baringkan pasien agar tidak
terjatuh
b.Berikan alas empuk
dibawah kepala
c.Pertahankan kepatenan
jalan napas
d.Catat durasi kejang
e.Pasang akses IV jika perlu
f.Pasang Oksigen jika perlu
Edukasi
a.Anjurkan keluarga
menghindari memasukan
apapun kedalam mulut saat
kejang
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
antikovul
59
f.Keluarkan sumbatan benda
padat
g.Berikan oksigen
Edukasi
a.Anjurkan asupan cairan
2000 ml/ hari
b.Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
a. Pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik
3 Resiko defisit Setelah dilakukan MENAJEMEN NUTRISI
tindakan OBSERVASI
nutrisi b.d faktor keperawatan 3x24 a.Indentifikasi status nutrisi
jam, maka status
psikologis nutrisi membaik b.Identifikasi alergi makanan
dengan kritera c.Identifikasi makanan yang
(keenggan hasil : disukai
a.Porsi makan yang d.Monitor asupan makanan
dihabiskan
meningkat TERAPEUTIK
b.Menelan a.Sajikan makanan semenarik
meningkat mungkin
c.Kenyang menurun
b.Berikan makanan tinggi
d.Nafsu makan
serat untuk mencegah
konstipasi
membaik
c.Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
EDUKASI
a.Anjurkan posisi duduk jika
KOLABORASI
a.Kolaborasi dengan ahli gizi
kalori
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI
60
N HARI/T DIAGNOSA WAK IMPLEMENTASI EVALUASI
O GL TU
/JAM
1. Jumat Hipertermi 11.00 Memberi Pukul, 13.00
21 kan S:
Mei asuhan a.Ibu
2021 keperawa pasien
tan mengata
Manajem kan
en anaknya
Hiperter masih
mi demam
dengan b.Ibu pasien
implemen mengatakan
tasi: kejang tidak
a.Mengidentifika ada sejak
si penyebab pindah dari
hipertemi IGD ke ruangan
b.Melakukan rawatan
Monitor suhu O:
tubuh
a.Penyebab
c.Melakuk
Hipertermi
an
adalah demam
Monitor
disertai flu
haluaran
dan batuk
urine
b.Suhu tubuh
d.Melonggarkan
37,2ºC
pakaian
c.Jumlah ganti
e.Melakukan
pepes 6x dalam
Kompres hangat
sehari
f.Memberikan d.Pakaian anak
Cairan Oral sudah
g.Menganjurkan dilonggarkan
tirah baring e.Anak terpasang
kompres hangat
f.Ibu pasien
61
memberikan
anak air putih
200 cc
g.Pasien
tampak
istirahat
dengan posisi
berbaring
h.Pasien tampak
letih,
i.Kuli
t
tampa
k
sediki
t
meme
rah
j.Akral hangat,
k.Mukosa bibir
tampak kering
k. TTV
N : 100x/menit
P: 26x/menit
S: 37x/menit
A:
Masalah
keperawatan
hipertermi
belum
teratasi
P:
Implementasi
dilanjutkan no
2,3,5,6
Jumat Bersihan 11. Memberikan Pukul, 13.00
21 jalan napas 00 asuhan
Mei tidak keperawatan S:
62
2021 efektif manajemen a.Ibu pasien
jalan napas mengatakan
dengan pasien batuk
implementasi: berdahak dan
a.Melakukan secret susah di
Monitor pola keluarkan
napas O:
b.Melakukan a.Pola napas
Monitor bunyi tampak teratur
napas tambahan b.Ti,a
c.Melakukan k ada
Monitor sputum bunyi
d.Mempertahanka napas
n kepatenan jalan tamba
napas dengan han
memberikan O2 c.Pasien
e.Memberikan tampak
minum hangat susah
f.Melakukan untuk
fisioterapi dada mengeluar
g.Menganjur kan
kan asupan sputum
cairan 2000 d. TTV
ml/ hari P : 26x/menit
N: 100x/menit
S: 37,2 C
A:
Masalah
keperawat
an
bersihan
jalan
napas
tidak
efektif
belum
Teratasi
P: lanjutkan
implementasi
63
poin
1,2,3,4,5,6,7
3 Jumat Defisit nutrisi Observasi S:
21 b/d
Mei ketidakmamp 1.Mengidentifikasi 1.Ibu pat
2021 uan
status nutrisi (ibu mengatakan nafsu
mengarbsosi
nutrien pat mengatakan makan anaknya
intoleransi makanan O:
makanan) • Porsi
3. mengidentifikasi makan
64
asupan makanan
Terapeutik
• Menyajikan
makanan
secara
menarik dan
cukup
• Memberikan
makanan
tinggi serat
• Memberikan
makanan
tinggi kalori
dan tinggi
protein
Edukasi
Menganjurkan diit
yang diprogramkan
N IMPLEMENTASI EVALUASI
O
1 Sabt Hiperterm 08.0 Memberika Pukul,12.00
u 22 i 0 n asuhan S:
65
Mei keperawata a.Ibu pasien
202 n mengatakan
1 Manajemen kejang tidak
Hipertermi ada sejak
dengan pindah dari
implementa IGD ke
si: ruangan
rawatan
a.Melakukan
Monitor suhu O:
tubuh a.Suhu tubuh
b.Melakukan Monitor 36,8ºC
haluaran urine b.Jumlah
c.Melakukan Kompres haluaran urin
hangat 800 cc
c.Anak
d.Memberikan Cairan
Oral terpasan
g
kompres
hangat,
jika
panas
d.Pasie
n
tampak
istirahat
dengan
posisi
berbarin
g
e.Pasien tampak
letih,
f.Akral hangat
g.Mukosa
bibir masih
tampak
kering,
h.Pasien
terpasang
66
infus KA –
EN 1B 10
tetes / menit
pada tangan
sebelah
kanan.
A:
Masalah
keperawata
n
hipertermi
sebagian
teratasi
P:
a.Implementasi
dihentikan
2 Sabt Bersiha 08.0 Memberikan Pukul, 10.00
u 22 n jalan 0 asuhan
Mei napas keperawatan S:
202 tidak manajemen jalan • Ibu pasien
1 efektif napas dengan mengatak
implementasi: an pasien
batuk
a.Melakukan berdahak
Monitor pola napas dan secret
b.Melakukan susah di
Monitor bunyi napas keluarkan
tambahan O:
c.Melakukan monitor a.Pola napas
sputum tampak tidak
d.Mempertahankan teratur
kepatenan b.Tidak ada
bunyi napas
tambahan
c.Pasien tampak
akan
mengeluarkan
sputum
d.Ibu pasien
67
tampak
meminumkan
air dan meminta
anaknya untuk
mengeluarkan
anaknya
e.Pasien tampak
denga n posisin
semi fowler
f.Pemeriksaan :
TTV :
N : 110x/menit
P: 26x/menit
S:36,8C
A:
Masalah
keperawatan
jalan napas
tidak efektif
teratasi
P:
Implementasi
dihentikan
3 Defisit Observasi : S:
68
1.Menyajikan makanan belum
yang disediakan
O:
1.Porsi makanan
habis
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi
observasi no 1
dilanjutkan,
teraputik no 1
dilanjutkan
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan Pada An.A dengan Kejang Demam simplek
(KDS) Di Ruang Rawat Inap Anak Siti Fatimah Rs Islam Ibn Sina Bukittinggi Tahun 2021.
69
Selanjutnya kelompok akan membahas permasalahan tentang Asuhan Keperawatan Pada
An.A dengan Kejang Demam Simplek (KDS) Kelompok membagi empat sub pembahasan
keperawatan.
kesenjangan yang muncul pada asuhan keperawatan antara teoritis dengan kasus yang
kelompok kelola.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
menemukan kesenjangan dalam melakukan pengkajian pada saat membandingkan data yang
diperoleh dari pengkajian pada pasien dengan yang ada dalam teoritis. Sehingga kelompok
berdasarkan tanda dan gejala yang khas yang ada dalam teori.
Pada tinjauan teori didapatkan bahwa anak dengan demam kejang akan mengalami
tanda gejala sebagai berikut; Suhu tubuh mencapai >380C, Anak sering hilang kesadaran saat
kejang, mata mendelik, tungkai dan lengan mulai kaku, bagian tubuh anak berguncang
(gejala kejang bergantung pada jenis kejang), Kulit pucat dan membiru, dan Akral teraba
dingin (Dewanto,2009)
Pada saat pengkajian kelompok menemukan semua tanda dan gejala khas tersebut
pada pasien. Ibu pasien mengatakan anak sudah demam sejak 1 minggu yang lalu,
70
anak kejang 1x dirumah dan sudah berpbat kerumah bidan dan tidak ada angsuran
demam anak tetap naik turun. Suhu 38,5C, N : 80x/menit, P : 20x/menit, kulit pasien
tampak kemerahan, bibir tampak kemerahan, dan ibu pasien juga mengatakan anak
batuk berdahak sudah 3 hari yang lalu, batuk berdahak, susah mengeluarkan dahak,
ibu pasien mengatakan nafsu makan anaknya menurun, biasanya makan 3x sehari,
saat sakit Cuma 2 kali sehari kadang juga 1 kali sehari dalam porsi sedikit. Sebelum
B. Diagnosa Keperawatan
potensial klien terhadap masalah kesehatan dan perawat mempunyai izin dan berkompeten
untuk mengatasinya. Respon actual dan potensial klien didapatkan dari data dasar pengkajian,
tinjauan literatur yang berkaitan, catatan medis klien dimasa lalu yang dikumpulkan selama
keperawatan yang ditemukan. Diagnosa – diagnosa yang ditemukan pada prinsipnya sesuai
dengan yang ada pada teori, diagnosa sesuai dengan keluhan yang didapat dari pasien.
Berikut ini keluhan yang didapat dari pasien sehingga kelompok menegakkan 3 diagnosa
71
c. Risiko defisit nutrisi b.d faktor fisiologi (keenggaan untuk makan)
pasien, selain itu juga berdasarkan apa yang tampak saat pengkajian dan juga berdasarkan
pemeriksaan penunjang yang dilakukan. Semua keluhan ditampilkan dalam analisa data
melalui data objektif dan data subjektif yang terlampir pada bab 3.
Pada teori dengan asuhan keperawatan kejang demam didapatkan 5 diagnosa yang
kemungkinan muncul. Namum pada kasus kelolaan yang diteggakkan adalah 3 diagnosa.
Diagnosa yang tidak ada di tinjauan kasus yaitu yang pertama resiko gangguan
perkembangan, alasan penulis tidak menegakkan diagnosa tersebut karena tidak ada data
objektif maupun data subjektif yang mendukung untuk menengakan diagnosa tersebut seperti
pada saat pengkajian 22 mei 2021 pukul 15:00, dari hasil pengkajian tumbuh kembang anak
sesuai dengan tumbuh kembang anak seusianya. Yang kedua diagnosa yang tidak muncul
ialah resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral karena saat pengkajian ibu pasien
mengatakan anak kejang tidak lebih dari 5 menit, sedangkan pada teori ialah resiko
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral terjadi pada kejang yang berlangsung lebih dari 15
menit. Dan yang ketiga yaitu pola nafas tidak efektif, kelompok tidak mengangkat diagnosa
tersebut karena saat pengkajian kelompok tidak menemukan data yang sesuai dengan
diagnosa untuk diangkat. Sedangkan terdapat 2 diagnosa diluar tinjauan kasus yaitu pertama
bersihan jalan nafas tidak efektif, kelompok mengangkat diagnosa tersebut karena terdapat
data yang sesuai saat pengkajian dimana anak batuk berdahak serta flu. Dan diagnosa kedua
diluar Penulis hanya membuat sesuai dengan kebutuhan klien, dan dari data yang di dapatkan
hasil pengkajian.
72
Dalam menegakan diagnosa keperawatan, penulis tidak menemukan adanya kesulitan
atau hambatan. Hal ini didukung oleh tersedianya sumber buku diagnosa keperawatan, data-
data yang ditunjukan oleh klien sesuai dengan konsep yang ada. Adanya kerjasama yang baik
dengan perawat ruangan dan klien secara terbuka dalam menyampaikan semua yang
dikeluhkan dan dirasakan saat ini, sehingga penulis dapat menyimpulkan 3 diagnosa.
C. Intervensi
yang terpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan dan ditetapkan sehingga perencanaan
keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter dan Perry, 2005).
Intervensi atau perencanaan asuhan keperawatan (nursing care plan) adalah acuan
tertulis dari berbagai intervensi keperawatan yang direncanakan dapat mengatasi diagnosis
diagnose, kemudian membuat rencana tindakan (intervensi) sesuai dengan diagnose yang
D. Implementasi
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih
2. Adanya kerjasama yang baik dengan perawat ruangan dan tim kesehatan
73
lainnya.
melakukan tindakan sesuai rencana. Implementasi yang dilakukan sesuai dengan rencana
tindakan keperawatan yang telah disusun. Selama melakukan implementasi kelompok tidak
menemukan kesulitan yang berarti karena keluarga klien yang kooperatif dan implementasi
yang dilakukan dapat dipahami oleh keluarga klien. Salah satu bentuk implementasi
keperawatan yang dilakukan adalah memberikan Penkes tentang kejang demam dan
dengan intervensi yang telah direncanakan sebelumnya ialah anak tampak tidak kooperatif
atau menolak saat didekati. Anak tampak menangis dan marah saat implementasi diberikan
salah satu contohnya ialah saat pemberian kompres hangat tampak anak mengambil dan
melepaskannya serta tampak anak menangis, sehingga suhu tubuh yang diharapkan dapat
turun seblumnya setelah pemberian kompres hangat tidak tercapai semaksimal mungkin.
E. Evaluasi
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan penatalaksanaan yang sudah
berhasil di capai (Potter dan Perry, 2005). Evaluasi dari masalah keperawatan pasien kejang
demam simplek (KDS) dari hasil implementasi selama 22 MEI 2021 sampai tanggal 24 Mei
2021 didapatkan semua diagnosa yang diteggakkan pada pasien dapat teratasi, Ketika pasien
persiapan pulang, penulis memberikan edukasi kepada ibu pasien agar orang tua selalu
memonitor suhu tubuh anaknya jika demam, dan memberikan penkes agar kejang demam
tidak berulang. Ibu pasien juga dianjurkan untuk memberikan pola makan yang sehat
terhadap anaknya
74
BAB V
PENUTUP
75
A. Kesimpulan
Pelaksanaan dilakukan Asuhan Keperawatan Pada An.A dengan Kejang Demam Simplek
(KDS) di Ruang Rawat Inap Anak Siti Fatimah Rs Islam Ibn Sina Bukittinggi Tahun 2021
selama 3 hari, berdasarkan pelaksanaan asuhan keperawatan tersebut maka dapat penulis
1. Dalam pengkajian An.A dengan Kejang Demam, didaptkan data sesuai dengan tinjauan
teori diantaranya, pada saat kejang suhu anak diatas 38oC, pada saat kejang ibu pasien
mengatakan mata anak melihat ketas, namun kaki dan tangan anak tidak tegang, didaptkan
data tambahan bahwa anak mengalami batuk berdahak, serta pada pengkajian orang tua anak
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin terdapat pada klien dengan kejang demam tidak
dapat penulis temukan semua. Sesuai dengan data yang didapat penulis pada saat pengkajian,
ditemukan 5 diagnosa yang dapat ditegakkan pada kasus, diagnosa tersebut antara lain :
Hipertermia b.d Proses Penyakit, Bersihan jalan napas tidak efektif b.d Sekresi yang tertahan,
4. Dalam melakukan perawatan pada klien kejang demam, penulis telah berusaha
B. Saran
76
Rencana keperawatan dan ditujukan untuk mencegah masalah yang diderita klien.
Kesulitan yang ditemui saat pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien adalah terbatasnya
waktu, pemberi asuhan keperawatan tidak bisa terlalu lama atau adanya pembatasan saat
kontak dengan pasien karena kondisi COVID-19 sehingga tidak terlalu maksimal dalam
Memberikan kemudahan dalam penggunaan perpustakaan dalam koleksi buku yang menjadi
Meningkatkan mutu pelayanan untuk klien dengan melibatkan peran aktif keluarga sehingga
asuhan keperawatan dapat tercapai sesuai tujuan dan memberikan kenyamanan pada klien.
3. Bagi Perawat
Dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan kejang demam diharapkan juga
77