Anda di halaman 1dari 77

KATA PENGANTAR

Puji syukur pemakalah ucapkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kelompok dapat menyelesaikan

makalah dengan judul “Kejang Demam pada An. A”.

Makalah ini merupakan salah satu tugas dari proses pembelajaran pada mata

kuliah Keperawatan Anak . Kelompok menyadari bahwa dengan bantuan dan

bimbingan dari Ibuk Ns. Ade Sri Wahyuni.S.Kep,M.Kep sebagai CI Akademik dan

Ns.Irawati susila, S.Kep sebagai CI Klinik makalah ini dapat selesai tepat pada

waktunya. 

Kelompok menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena

itu, kelompok dengan tangan terbuka menerima kritik dan saran dari pembaca. Akhir

kata kelompok berharap makalah ini bermanfaat khususnya bagi kelompok sendiri

dan pihak yang telah membacanya, serta kelompok mendoakan semoga segala

bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT, Amin

 
             Bukittinggi, 6 Mei 2021

1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN…………………. ……………………..………………….3


 A. Latar Belakang…………………………………………………………………….3
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………….7
C. Tujuan…………………….………………………………………………………..7
1. Tujuan Umum………………………………………………………………7
2. Tujuan Khusus…………………………...…………………………………7
D. Manfaat Penelitian…………………………………………………………………8
BAB II TINJAUAN TEORITIS………………...…………………………………….9
A. Konsep Kejang Demam……………………………………………………………9
1. Defenisi……………………………………………………………………..9
2. Etilogi………………………………………………………………………9
3. Klasifikasi……………………………..…………………………………..10
4. Patofisiologi……………………………………………………………….12
5. Woc………………………………………………………………………..15
6. Manifestasi Klinis…………………………………………………………16
7. Pemeriksaan Penunjang…………………………………………………...17
8. Penatalaksanaan…………………………………………………………...19

Asuhan Keperawatan Teoritis……………………………………………………….24


1. Pengkajian…………………………………………………………………24
2. Diagnosa Keperawatan……………………………………………………32
3. Intervensi………………………………………………………………….32

BAB III …………………………………...…………………………………………43


1. Format Pengakajian……………………………………………………………….43
2. Diagnosa Keperawatan……………………………………………………………58
3. Intervensi Keperawatan…………………………………………………………...59

BAB IV Pembahasan………………………………………………………………..71
BAB V Penutup……………………………………………………………………..77
Daftar Pustaka

2
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam merupakan salah satu bentuk pertahanan tubuh terhadap masalah

yang terjadi dalam tubuh. Demam pada umumnya tidak berbahaya, tetapi bila demam

tinggi dapat menyebabkan masalah serius pada anak. Masalah yang sering terjadi

pada kenaikan suhu tubuh diatas 38ºC yaitu kejang demam (Ngastiyah, 2012).

Kejang demam merupakan gangguan transien pada anak yang terjadi

bersamaan dengan demam. Keadaaan ini merupakan salah satu gangguan neurologik

yang paling sering dijumpai pada masa kanak-kanak dan menyerang sekitar 4% anak

(Wong, 2009). Kejang demam terjadi pada kenaikan suhu tubuh yang biasanya

disebabkan oleh proses ekstrakranium sering terjadi pada anak, terutama pada

penggolongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun (Ridha, 2014).

Penelitian Kakalang, dkk (2016), menyebutkan bahwa sebagian besar kasus

kejang demam dapat sembuh dengan sempurna, tetapi 2% sampai 7% dapat

berkembang menjadi epilepsi dengan angka kematian 0,64% sampai 0,75%. Kejang

demam dapat mengakibatkan gangguan tingkah laku serta penurunan intelegensi dan

pencapaian tingkat akademik. Beberapa hasil penelitian tentang penurunan tingkat

intelegensi paska bangkitan kejang demam tidak sama, 4% pasien kejang demam

secara bermakna mengalami gangguan tingkah laku dan penurunan tingkat

intelegensi. Menurut Ngastiyah (2014), gambaran klinis yang timbul saat anak

3
mengalami kejang demam adalah gerakan mulut dan lidah yang tidak terkontrol.

Lidah dapat seketika tergigit, dan atau berbalik arah lalu menyumbat saluran

pernapasan. Akibat dari terjadinya kejang demam pada anak dan balita akan

mengalami penundaan pertumbuhan jaringan otak.

Gejala yang mungkin muncul saat anak mengalami kejang demam antara

lain : Demam tinggi, kejang tonik-klonik / grand mal, pingsan, postur ionic (kontraksi

dan kekakuan otot menyeluruh biasanya berlangsung selama 16-20 detik). Gerakan

klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat berirama, biasanya berlangsung dalam

1-2 menit), lidah atau pipi tergigit, gigi atau rahangnya tertutup rapat,

inkontinentia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar kesadaran), hilang

kesadaran, tangan dan kaki kaku tersentak-sentak, sulit bernafas, mulut mengeluarkan

busa, wajah dan kulit menjadi pucat atau kebiruan, dan mata berputar sehingga hanya

bagian putih saja yang nampak. Komplikasi yang sering terjadi adalah : kerusakan sel

otak, penurunan IQ pada demam yang berlangsung selama 15 menit, henti nafas,

epilepsy (Mansjoer Arif dkk, 2010).

Wong (2008), mengatakan prioritas asuhan pada keperawatan kejang demam

adalah mencegah atau mengendalikan aktivitas kejang, melindungi pasien dari

trauma, mempertahankan jalan napas, meningkatkan harga diri yang positif,

memberikan informasi kepada keluarga tentang proses penyakit, prognosis, dan

kebutuhan penangannya.

4
Upaya yang dapat dilakukan tenaga medis khususnya perawat untuk

mencegah atau mengurangi jumlah pendederita kejang demam yaitu dengan aspek

preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Preventif, yang pertama dengan cara

memberi anak banyak minum, kedua dengan mengompres anak dengan air hangat

pada dahi, ketiak, dan lipatan siku Selama 10-15 menit, dan ketiga dengan

memakaikan anak dengan pakaiaan yang tipis dan longgar, kemudian promotif, yaitu

denganpenyuluhan atau dengan promosi kesehatan ke masyarakat khususnya untuk

kalangan ibu-ibu agar dapat menambah pengetahuan tentang penyebab kejang

demam.

Sebenarnya banyak hal yang dapat dilakukan ibu dalam mengatasi demam

pada anak sebelum terjadi kejang dan selanjutnya membawa kerumah sakit, kuratif

yaitu dengan cara mengukur suhu dan memberikan obat penurun panas, kompres air

hangat (yang suhunya kurang lebih sama dengan suhu badan anak) dan memberikan

cairan yang cukup dapat menurunkan suhu tubuh anak, yang terakhir yaitu dengan

rehabilitatif, dengan cara ibu dianjurkan untuk selalu rutin membawa anaknya untuk

kontrol atau cek kesehatan sesuai anjuran dokter ataupun tenaga medis lain

khususnya perawat. Ibu harus menyadari bahwa demam merupakan salah satu

factor penyebab terjadinya kejang, dikarenakan adanya peningkatan suhu tubuh yang

cepat.

WHO memperkirakan terdapat lebih dari 21,65 juta penderita kejang demam

dan lebih 216 ribu diantaranya meninggal dengan usia antara 1 bulan sampai 11 tahun

dengan riwayat kejang demam sekitar 77%. (WHO, 2018). Di Asia angka kejadian

5
kejang demam dilaporkan lebih tinggi sekitar 80%-90% dari seluruh kejang demam

adalah kejang demam sederhana.(Pasaribu, 2014). Untuk penderita kejang demam di

negara Asia Tenggara didapatkan sebesar 7,2 per 1.000 anak sekolah usia 5-7 tahun

Angka kejadian kejang demam di Indonesia dilaporkan sekitar 14.254 penderita

(DepkesRI, 2018). Di Provinsi Sumatera Barat khsusnya berdasarkan laporan data

RSUP Dr. M.Djamil Padang tahun 2013-2014 jumlah menyatakan bahwa angka

kejadian demam kejang sebayak 40 orang pasien.

Berdasarkan data rekam medik Ruang Rawat Inap Anak PAV. Siti Fatimah

RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi jumlah pasien anak demam kejang dalam 3 bulan

terkahir dari bulan Februari 2021 sampai dengan bulan April 2021 ditemukan

sebanyak … orang. Diperlukannya perhatian, serta penanganan yang serius terhadap

anak demam kejang agar tidak terjadinya komplikasi yang dapat mengakibatkan

kematian pada anak.

Perawat sebagai tenaga kesehatan harus mampu memberikan asuhan

keperawatan yang efektif dan mampu ikut serta dalam upaya penurunan angka

insiden demam kejang melalui upaya preventif, promotor, kuratif dan rehabilitatif.

Dalam melakukan pelayanan kesehatan sebagai profesi keperawatan, dibutuhkan

perawat yang mampu memberikan asuhan keperawatan seoptimal mungkin sehinggga

tercapainya derajat kesehatan. Perlunya asuhan keperawatan yang sesuai dengan

standar pelayanan kesehatan, sehingga tercapainya mutu pelayanan rumah sakit yang

baik.

6
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penerapan asuhan keperawatan pada anak dengan kasus kejang demam di Ruang Siti

Fatimah RSI Ibnu Sina Bukittinggi tahun 2021.

B. Rumusan Masalah

Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak dengan kejang demam di

Ruang rawat Siti Fatimah RSI Ibnu Sina Bukittinngi tahun 2021

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memberikan dan melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada

An.A dengan Kejang Demam Di Ruang Rawat Inap Anak Siti Fatimah Rs Islam

Ibn Sina Bukittinggi Tahun 2021.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu Melakukan Pengkajian Pada An.A dengan Kejang Demam Di Ruang

Rawat Inap Anak Siti Fatimah Rs Islam Ibn Sina Bukittinggi Tahun 2021

b. Mampu Melakukan Analisa Data Dan Menegakkan Diagnosa Keperawatan

Pada An.A dengan Kejang Demam Di Ruang Rawat Inap Anak Siti Fatimah

Rs Islam Ibn Sina Bukittinggi Tahun 2021

7
c. Mampu Menentukan Intervensi Keperawatan Pada An.A dengan Kejang

Demam Di Ruang Rawat Inap Anak Siti Fatimah Rs Islam Ibn Sina

Bukittinggi Tahun 2021

d. Mampu Melakukan Implementasi Keperawatan Pada An.A dengan Kejang

Demam Di Ruang Rawat Inap Anak Siti Fatimah Rs Islam Ibn Sina

Bukittinggi Tahun 2021.

e. Mampu Melakukan Evaluasi Keperawatan Pada An.A dengan Kejang Demam

Di Ruang Rawat Inap Anak Siti Fatimah Rs Islam Ibn Sina Bukittinggi Tahun

2021

f. Mampu Melakukan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Pada An.A

dengan Kejang Demam Di Ruang Rawat Inap Anak Siti Fatimah Rs Islam

Ibn Sina Bukittinggi Tahun 2021

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi tenaga kesehatan Tenaga kesehatan lebih meningkatkan kualitas

pelayanan sehingga dapat melakukan asuhan keperawatan dengan baik

terutama pada kasus perawatan dengan demam kejang.

b. Bagi mahasiswa Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan dan

meningkatkan keterampilan serta mengaplikasikan secara langsung teori- teori

yang didapatkan selama di bangku perkuliahan.

8
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Kejang Demam

1. Defenisi

Kejang demam adalah perubahan aktivitas motorik atau behavior yang

bersifat paroksimal dan dalam waktu terbatas akibat dari adanya aktifitas listrik

abnormal di otak yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (Widagno, 2012).

Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi

(kenaikkan suhu tubuh diatas 38⁰C) karena terjadi kelainan ektrakranial. Kejang

demam atau febrile convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikkan

suhu tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Lestari,2016).

Jadi dapat disimpulkan, kejang demam adalah gangguan yang terjadi akibat

dari peningkatan suhu tubuh anak yang dapat menyebabkan kejang yang diakibatkan

karena proses ekstrakranium.).

2. Etiologi

Hingga kini belum diketahui pasti penyebab kejang demam. Demam sering

disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia, dan infeksi

saluran kemih (Lestari, 2016).

9
Menurut Ridha (2014), mengatakan bahwa faktor resiko terjadinya kejang demam

diantaranya :

a. Faktor-faktor prinatal

b. Malformasi otak congenital

c. Faktor genetika : sebanyak 25-50% anak yang mengalami kejang demam

memiliki anggota keluarga yang pernah mengalami kejang demam.

d. Demam : kejang demam cenderung timbul dalam 24 jam pertama pada waktu

sakit dengan demam tinggi

e. Gangguan metabolisme : hipoglikemi, gagal ginjal, hipoksia, hipokalsemia,

hiperbilirubinemia

f. Trauma : kejang berkembang pada minggu pertama setelah kejadian cedera

kepala

g. Neoplasma : dapat menyebabkan kejang pada usia berapapun, namum mereka

merupakan penyebab yang sangat penting dari kejang pada usia pertengahan dan

kemudian ketika insiden penyakit neoplastik meningkat

h. Gangguan Sirkulasi

3. Klasifikasi

Pedoman mendiagnosis kejang demam menurut Livingstone :

a. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun

10
b. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit

c. Kejang bersifat umum

d. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam

e. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal

f. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal

tidak menunjukkan kelainan

g. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali

Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari tujuh kriteria

tersebut (modifikasi livingstone) digolongkan pada kejang demam kompleks.

(Ngastiyah, 2012).`

Widagno (2012), mengatakan berdasarkan atas studi epidemiologi, kejang

demam dibagi 3 jenis, yaitu :

a. Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion), biasanya

terdapat pada anak umur 6 bulan sampai 5 tahun, disertai kenaikan

suhu tubuh yang mencapai ≥ 39⁰C. Kejang bersifat umum dan tonik-

klonik, umumnya berlangsung beberapa detik/menit dan jarang sampai

15 menit. Pada akhir kejang kemudian diakhiri dengan suatu keadaan

singkat seperti mengantuk (drowsiness), dan bangkitan kejang terjadi

hanya sekali dalam 24 jam, anak tidak mempunyai kelainan

neurologik pada pemeriksaan fisis dan riwayat perkembangan normal,

11
demam bukan disebabkan karena meningitis atau penyakit lain dari

otak.

b. Kejang demam kompleks (complex or complicated febrile convulsion)

biasanya kejang terjadi selama ≥ 15 menit atau kejang berulang dalam

24 jam dan terdapat kejang fokal atau temuan fokal dalam masa pasca

bangkitan. Umur pasien, status neurologik dan sifat demam adalah

sama dengan kejang demam sederhana.

c. Kejang demam simtomatik (symptomatic febrile seizure) biasanya

sifat dan umur demam adalah sama pada kejang demam sederhana dan

sebelumnya anak mempunyai kelainan neurologi atau penyakit akut.

Faktor resiko untuk timbulnya epilepsi merupakan gambaran

kompleks waktu bangkitan. Kejang bermula pda umur < 12 bulan

dengan kejang kompleks terutama bila kesadaran pasca iktal

meragukan maka pemeriksaan CSS sangat diperlukan untuk

memastikan kemungkinan adanya meningitis.

4. Patofisiologi

Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah

menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan

dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran

sel neuron dapat dilalui dengan mudah ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh

ion Natriun (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (CI-). Akibatnya

12
konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang

diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan

konsentrasi ion di dalam dan luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran

yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan

potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP ase yang

terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh

a. Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraselular

b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran

listrik dari sekitarnya

c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau

keturunan

Pada keadaan demam kenaikkan suhu 1⁰C akan mengakibatkan kenaikkan

metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak

3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang

dewasa hanya 15%. Oleh karena itu kenaikkan suhu tubuh dapat mengubah

keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi

dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas

muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun

ke membran sel disekitarnya. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda

13
dan tergantung tinggiu rendahnya ambang kejang seseorang anak akan menderita

kejang pada kenaikan suhu tertentu.

Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan

tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam yang berlangsung lama ( lebih

dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatkanya kebutuhan oksigen dan

energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia,

asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai

denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin

meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat.

Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan

neuron otak selama berlangsungnya kejang (Lestari, 2016 & Ngastiyah, 2012).

14
5. WOC

Infeksi virus dan parasite Rangsangan mekanik dan biokimia kelainan

Gangguan keseimbangan cairan neurologis

Reaksi Inflamasi dan elektrolit perinatal/

prenatal

Proses demam Perubahan Konsentrasi perubahan

Ion di ruang ekstraseluler difusi Na+ dan

HIPERTERMI K+

Ketidakseimbangan porensi

Resiko Kejang Berulang Membran ATPASE

perubahan

RESIKO CIDERA Pelepasan muatan listrik benda potensial

Semakin meluas keseluruh membrane sel

sel maupun membrane sel neuron

RESIKO KETERLAMBATAN sekitarnya dengan bantuan

PERKEMBANGAN neurotramister

KEJANG

Kurang informasi kurang dari 15 menit kurang dari 15 menit

DEFISIT PENGETAHUAN kontraksi otot meningkat perubahan suplay darah keotak

Metabolism meningkat resiko kerusakan sel


neuron otak

Kebutuhan O2 meningkat RESIKO KETIDAKEFEKTIFAN


PERFUSI
CEREBRal(Nurarif & Kusuma) POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF

15
6. Manifestasi Klinis

Dewanto (2009), mengatakan gambaran klinis yang dapat dijumpai pada

pasien dengan kejang demam diantaranya :

a. Suhu tubuh mencapai >38⁰C

b. Anak sering hilang kesadaran saat kejang

c. Mata mendelik, tungkai dan lengan mulai kaku, bagian tubuh anak berguncang

(gejala kejang bergantung pada jenis kejang)

d. Kulit pucat dan membiru

e. Akral dingin

Respon Tubuh Terhadap Kejang Demam :

a. Sistem Pernapasan

Pada anak dengan kejang demam laju metabolisme akan meningkat. Sebagai

kompensasi tubuh, pernapasan akan mengalami peningkatan pula sehingga anak

tampak pucat sampai kebiruan terutama pada jaringan perifer (Brunner & Suddart,

2013).

b. Sistem Thermogulasi

Masuknya Exogenus dan virogenus ke selaput otak akan menstimulasi sel

host inflamasi.hipotalamus akan menghasilkan “set poin”. Demam terjadi karena

adanya gangguan pada “set poin”. Mekanisme tubuh secara fisiologis pada anak

16
dengan kejang demam mengalami vasokontriksi perifer sehingga suhu tubuh

meningkat. (Suriadi & yuliani, 2010).

c. Sistem Neurologis

Kurangnya suplai oksigen ke otak akan menyebabkam iskemik jaringan otak,

bila tidak diatasi segera akan menyebabkan hipertrofi pada jaringan otak yang

beresiko pada abses serebri. Keluhan yang muncul pada anak kejang demam

kompleks adalah penurunan kesadaran (Muttaqin, 2008).

d. Sistem Muskulosketal

Peningkatan suhu tubuh pada anak dengan kejang demam menyebabkan

terjadinya gangguan pada metaboilsme otak. Konsekuensinya, keseimbangan sel otak

pun akan terganggu dan terjadi pelepasan muatan listrik yang menyebar keseluruh

jaringan, sehingga menyebabkan kekakuan otot disekujur tubuh terutama di anggota

gerak.

7. Pemeriksaan Penunjang

a. EEG (Electroencephalogram)

Pemeriksaan EEG dibuat 10-14 hari setelah bebas panas tidak menunjukan

kelainan likuor. Gelombang EEG lambat didaerah belakang dan unilateral

menunjukan kejang demam kompleks.

17
b. Lumbal Pungsi Fungsi

lumbar merupakan pemeriksaan cairan yang ada di otak dan kanal tulang

belakang (cairan serebrospinal) untuk meneliti kecurigaan meningitis.

Pemeriksaan ini dilakukan setelah kejang demam pertama pada bayi (usia<12

bulan) karena gejala dan tanda meningitis pada bayi mungkin sangat minimal

atau tidak tampak. Pada anak dengan usia > 18 bulan, fungsi lumbal dilakukan

jika tampak tanda peradangan selaput otak, atau ada riwayat yang

menimbulkan kecurigaan infeksi sistem saraf pusat. Pemeriksaan ini dilakukan

setelah kejang demam pertama pada bayi : Memiliki tanda peradangan selaput

otak (contoh : kaku leher ) Mengalami complex partial seizure Pada kejang

oleh infeksi pada otak ditemukan :

1) warna cairan cerebrospinal : berwarna kuning, menunjukan pigmen

kuning santokrom.

2) Jumlah cairan dalam cerebrospinal menigkat lebih dari normal (normal bayi

40-60ml, anak muda 60100ml, anak lebih tua 80-120ml dan dewasa

130150ml).

3) Perubahan biokimia : kadar Kalium menigkat ( normal dewasa 3.5-5.0

mEq/L, bayi 3.6-5.8mEq/L).

18
4) Neuroimaging

Yang termasuk pemeriksaan neuroimaging antara lain adalah CT- Scan, dan

MRI kepala. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan pada kejang demam yang baru

terjadi untuk pertama kalinya. Pemeriksaan tersebut dianjurkan bila anak

menujukkan kelainan saraf yang jelas, misalnya ada kelumpuhan, gangguan

keseimbangan, sakit kepala yang berlebihan, ukuran lingkar kepala yang

tidak normal.

8. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium ini harus ditujukan untuk mencari sumber demam,

bukan sekedar pemeriksaan rutin. Pemeriksaannya meliputi pemeriksaaan

darah rutin, kadar elektrolit, kalsium, fosfor, magnesium, atau gula darah

Menurut Dewi (2011).

9. Penatalaksanaan

Ngastiyah (2012), Dalam penanggulangan kejang demam ada beberapa faktor

yang perlu dikerjakan yaitu:

a. Penatalaksanaan keperawatan

1) Pengobatan fase akut

a) Airway

19
• Baringkan pasien ditempat yang rata, kepala dimiringkan dan

pasangkan sudip lidah yang telah dibungkus kasa atau bila ada guedel

lebih baik.

• Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien, lepaskan pakaian

yang mengganggu pernapasan

• berikan O2 boleh sampai 4 L/ mnt.

b) Breathing

Isap lendir sampai bersih

c) Circulation

• Bila suhu tinggi lakukan kompres hangat secara intensif.

• Setelah pasien bangun dan sadar berikan minum hangat ( berbeda

dengan pasien tetanus yang jika kejang tetap sadar).

b. Penatalaksanaan Medis

1) Memberantas kejang secepat mungkin

Bila pasien datang dalam keadaan status konvulsivus (kejang), obat

pilihan utama yang diberikan adalah diazepam yang diberikan secara

intravena. Dosis yang diberikan pada pasien kejang disesuaikan dengan berat

badan, kurang dari 10 kg 0,5-0,75 mg/kgBB dengan minimal dalam spuit 7,5

mg dan untuk BB diatas 20 kg 0,5 mg/KgBB. Biasanya dosis rata-rata yang

20
dipakai 0,3 mg /kgBB/kali dengan maksimum 5 mg pada anak berumur

kurang dari 5 tahun, dan 10 mg pada anak yang lebih besar.

Setelah disuntikan pertama secara intravena ditunggu 15 menit, bila

masih kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga melalui

intravena. Setelah 15 menit pemberian suntikan kedua masih kejang,

diberikan suntikan ketiga denagn dosis yang sama juga akan tetapi

pemberiannya secara intramuskular, diharapkan kejang akan berhenti. Bila

belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara

intravena. Efek samping dari pemberian diazepan adalah mengantuk,

hipotensi, penekanan pusat pernapasan.

Pemberian diazepan melalui intravena pada anak yang kejang

seringkali menyulitkan, cara pemberian yang mudah dan efektif adalah

melalui rektum. Dosis yang diberikan sesuai dengan berat badan ialah berat

badan dengan kurang dari 10 kg dosis yang diberikan sebesar 5 mg, berat

lebih dari 10 kg diberikan 10 mg.

Obat pilihan pertama untuk menanggulangi kejang atau status

konvulsivus yang dipilih oleh para ahli adalah difenilhidantion karena tidak

mengganggu kesadaran dan tidak menekan pusat pernapasan, tetapi dapat

mengganggu frekuensi irama jantung.

21
2) Pengobatan penunjang

Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan pengobatan

penunjang yaitu semua pakaian ketat dibuka, posisi kepala sebaiknya miring

untuk mencegah aspirasi isi lambung, usahakan agar jalan napas bebas untuk

menjamin kebutuhan oksigen. Fungsi vital seperti kesadaran, suhu, tekanan

darah, pernapasan dan fungsi jantung diawasi secara ketat. Untuk cairan

intravena sebaiknya diberikan dengan dipantau untuk kelainan metabolik dan

elektrolit.

Obat untuk hibernasi adalah klorpromazi 2-. Untuk mencegah edema

otak diberikan kortikorsteroid dengan dosis 20-30 mg/kgBB/hari dibagi dalam

3 dosis atau sebaiknya glukokortikoid misalnya dexametason 0,5-1 ampul

setiap 6 jam sampai keadaan membaik.

3) Memberikan pengobatan rumat

Setelah kejang diatasi harus disusul pengobatan rumat. Daya kerja

diazepan sangat singkat yaitu berkisar antara 45-60 menit sesudah disuntikan,

oleh karena itu harus diberikan obat antiepileptik dengan daya kerja lebih

lama. Lanjutan pengobatan rumat tergantung daripada keadaan pasien.

Pengobatan ini dibagi atas dua bagian, yaitu pengobatan profilaksis intermiten

dan pengobatan profilaksis jangka panjang.

4) Mencari dan mengobati penyebab

22
Penyebab kejang demam sederhana maupun epilepsi yang diprovokasi

oleh demam bias anya adalah infeksi respiratorius bagian atas dan otitis media

akut. Pemberian antibiotik yang adekuat perlu untuk mengobati penyakit

tersebut. Secara akademis pasien kejang demam yang datang untuk pertama

kali sebaliknya dilakukan pungsi lumbal untuk menyingkirkan kemungkinan

adanya faktor infeksi didalam otak misalnya meningitis.

Jika dengan tindakan ini kejang tidak segera berhenti, hubungi dokter apakah

perlu pemberian obat penenang.

Pencegahan kejang berulang :

• Segera berikan diazepam intravena, dosis rata-rata 0,3mg/kgBB atau

diazepam rektal. Jika kejang tidak berhenti tunggu 15 menit dapat diulang dengan

dengan dosis dan cara yang sama.

• Bila diazepan tidak tersedia, langung dipakai fenobarbital dengan dosis awal

dan selanjutnya diteruskan dengan pengobatan rumat.

23
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

• Pengkajian

• Anamnesis

• Identitas

Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,

tempat lahir, asal suku bangsa, agama, nama orang tua, pekerjaan orang

tua, penghasilan orang tua. Wong (2009), mengatakan kebanyakan

serangan kejang demam terjadi setelah usia 6 bulan dan biasanya sebelum 3

tahun dengan peningkatan frekuensi serangan pada anak-anak yang berusia

kurang dari 18 bulan.

• Riwayat Kesehatan

• Keluhan utama

Biasanya anak mengalami peningkatan suhu tubuh >38,0⁰C, pasien

mengalami kejang dan bahkan pada pasien dengan kejang demam

kompleks biasanya mengalami penurunan kesadaran.

• Riwayat penyakit sekarang

Biasanya orang tua klien mengatakan badan anaknya terasa panas,

nafsu makan anaknya berkurang, lama terjadinya kejang biasanya

tergantung pada jenis kejang demam yang dialami anak.

24
• Riwayat kesehatan

Riwayat perkembangan anak : biasanya pada pasien dengan kejang

demam kompleks mengalami gangguan keterlambatan perkembangan

dan intelegensi pada anak serta mengalami kelemahan pada anggota

gerak (hemifarise).

• Riwayat imunisasi

Biasanya anak dengan riwayat imunisasi tidak lengkap rentan tertular

penyakit infeksi atau virus seperti virus influenza.

• Riwayat nutrisi

Saat sakit, biasanya anak mengalami penurunan nafsu makan

karena mual dan muntahnya

• Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum biasnaya anak rewel dan kesadaran compos mentis

b) TTV :

Suhu : biasanya >38,0oC

Respirasi: pada usia 2- < 12 bulan : biasanya > 49 kali/menit Pada usia 12

bulan - <5 tahun : biasanya >40 kali/menit

25
Nadi : biasanya >100 x/i

c) BB Biasanya pada nak dengan kejang demam tidak terjadi penurunan

berar badan yang berarti

d) Kepala Biasanya tampak simetris dan tidak ada kelainan yang tampak

e) Mata Biasanya simetris kiri-kanan, skelera tidak ikhterik, konjungtiva

anemis.

f) Mulut dan lidah Biasanya mukosa bibir tampak kering, tonsil hiperemis,

lidah tampak kotor

g) Telinga Biasanya bentuk simetris kiri-kanan, normalnya pili sejajar dengan

katus mata, keluar cairan, terjadi gangguan pendengaran yang bersifat

sementara, nyeri tekan mastoid.

h) Hidung : Biasanya penciuman baik, tidak ada pernafasan cuping

hidung, bentuk simetris, mukosa hidung berwarna merah muda.

i) Leher : Biasanya terjadi pembesaran KGB

j) Dada

a) Thoraks

Inspeksi, biasanya gerakan dada simetris, tidak ada penggunaan otot

bantu pernapasan

Palpasi, biasanya vremitus kiri kanan sama

26
Auskultasi, biasanya ditemukan bunyi napas tambahan seperti ronchi.

b) Jantung Biasanya terjadi penurunan atau peningkatan denyut jantung

I: Ictus cordis tidak terlihat

P: Ictus cordis di SIC V teraba

P: batas kiri jantung : SIC II kiri di linea parastrenalis kiri (pinggang jantung),

SIC V kiri agak ke mideal linea midclavicularis kiri. Batas bawah kanan

jantung disekitar ruang intercostals III-IV kanan, dilinea parasternalis kanan,

batas atasnya di ruang intercosta II kanan linea parasternalis kanan.

A: BJ II lebih lemah dari BJ I

k) Abdomen biasanya lemas dan datar, kembung

l) Anus biasanya tidak terjadi kelainan pada genetalia anak

m) Ekstermitas : Atas : biasanya tonus otot mengalami kelemahan, CRT

> 2 detik, akral dingin. Bawah : biasanya tonus otot mengalami kelemahan,

CRT > 2 detik, akral dingin.

Penilaian tingkat kesadaran

a) Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar

sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan

sekelilingnya, nilai GCS: 15-14.

27
b) Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan

dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh, nilai GCS: 13 - 12.

c) Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),

memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal, nilai GCS: 11

- 10.

d) Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon

psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila

dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi

jawaban verbal, nilai GCS: 9 – 7.

e) Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon

terhadap nyeri, nilai GCS: 6 – 4. f) Coma (comatose), yaitu tidak bisa

dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon

kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap

cahaya), nilai GCS: ≤ 3.

Penilaian kekuatan otot

Respon Skala
Kekuatan otot tidak ada 0
Tidak dapat digerakkan tonus otot ada 1
Dapat digerakkan mampu terangkat sedikit 2
Terangkat sedikit <45 derjat,tidak mampu melawan gravitasi 3
Bisa terangkat,bisa melawan geravitasi namun tidak mampu 4
Kekuatan otot normal 5
(Sumber: Wijaya dan Yessi. 2013)

• Pemeriksaan Penunjang

28
Menurut Dewi (2011) :

• EEG(Electroencephalogram)

Pemeriksaan EEG dibuat 10-14 hari setelah bebas panas tidak

menunjukan kelainan likuor. Gelombang EEG lambat

didaerah belakang dan unilateral menunjukan kejang demam

kompleks.

• Lumbal Pungsi Fungsi

lumbar merupakan pemeriksaan cairan yang ada di otak dan

kanal tulang belakang (cairan serebrospinal) untuk meneliti

kecurigaan meningitis. Pemeriksaan ini dilakukan setelah

kejang demam pertama pada bayi (usia<12 bulan) karena

gejala dan tanda meningitis pada bayi mungkin sangat

minimal atau tidak tampak. Pada anak dengan usia > 18

bulan, fungsi lumbal dilakukan jika tampak tanda peradangan

selaput otak, atau ada riwayat yang menimbulkan kecurigaan

infeksi sistem saraf pusat. Pemeriksaan ini dilakukan setelah

kejang demam pertama pada bayi :

• Memiliki tanda peradangan selaput otak (contoh : kaku

leher )

• Mengalami complex partial seizure

29
• Kunjungan kedokter dalam 48 jam sebelumnya

(sudah sakit dalam 48 jam sebelumnya)

• Kejang saat tiba di IGD

• Keadaan post-ictal (pasca kejang) yang berkelanjutan.

Mengantuk hingga 1 jam setelah kejang adalah normal

• Kejang pertama setelah usia 3 tahun

Pada kejang oleh infeksi pada otak ditemukan :

• warna cairan cerebrospinal : berwarna kuning, menunjukan

pigmen kuning santokrom.

• Jumlah cairan dalam cerebrospinal menigkat lebih dari normal. (normal

bayi 40-60ml, anak muda 60-100ml, anak lebih tua 80- 120ml dan

dewasa 130-150ml).

• Perubahan biokimia : kadar Kalium menigkat ( normal dewasa 3.5-5.0

mEq/L, bayi 3.6-5.8mEq/L).

• Neuroimaging

Yang termasuk pemeriksaan neuroimaging antara lain adalah

CT- Scan, dan MRI kepala. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan

pada kejang demam yang baru terjadi untuk pertama

kalinya. Pemeriksaan tersebut dianjurkan bila anak

30
menujukkan kelainan saraf yang jelas, misalnya ada

kelumpuhan, gangguan keseimbangan, sakit kepala yang

berlebihan, ukuran lingkar kepala yang tidak normal.

• Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan laboratorium ini

harus ditujukan untuk mencari sumber demam, bukan sekedar

pemeriksaan rutin. Pemeriksaannya meliputi pemeriksaaan

darah rutin, kadar elektrolit, kalsium, fosfor, magnesium, atau

gula darah. 2

• Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian dikelompok kan dan dianalisa untuk

menemukan masalah kesehatan klien. Untuk mengelompok kan nya dibagi menjadi

dua data yaitu , data subjektif dan data objektif dan kemudian ditentukan masalah

keperawatan yang timbul.

• Diagnosa Keperawatan

Menurut SDKI (2018) diagnosa keperawatan dengan kejang demam terbagi

menjadi:

a. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme

31
b. Resiko cidera berhubungan dengan kejang

c. Resiko perfusi cerebral tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sirkulasi

otak

d. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan gangguan neurologis atau kejang

e. Resiko gangguan perkembangan berhubungan dengan gangguan kejang.

f. Defisit Pengetahuan berhungan dengan kurang terapapar informasi

D. Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa SLKI SIKI

Keperawatan
1 Hipertermia Luaran Utama : Intervensi Utama :

Defenisi: (suhu (Termogulasi) Observasi :

tubuh meningkat Kriteria Hasil : a. Identifikasi penyebab

diatas rentang a.Menggigil menurun hipertermia

normal tubuh) a. b.Kulit merah menurun b. monitor suhu tubuh

Gejala dan Tanda c.Kejang menurun c. monitor kadar

Mayor Subjektif d.Hipoksia menurun elektrolit

(tidak tersedia) e.Suhu tubuh membaik d. monitor haluaran

Objektif - Suhu f.Suhu kulit membaik urine

tubuh diatas nilai e. monitor komplikasi

normal akibat hipertermi

b. Gejala dan Terapeutik

32
Tanda Minor a. sediakan lingkungan

Subjektif (tidak yang dingin

tersedia) Objektif b. longgarkan atau

- Kulit merah lepaskan pakaian

- Kejang c. basahi atau kipasi

- Takikardi permukaan tubuh

- Takipnea d. berikan cairan oral

- kulit terasa hangat e. ganti linen setiap hari

f. berikan oksigen jika

perlu

Edukasi

a. anjurkan tirah baring

Kolaborasi

a. Kolaborasi

pemberian cairan dan

elektrolit intravena

Intervensi Pendukung

(Menajemen Kejang)

Observasi :

a. monitor terjadinya

kejang berulang

b. monitor karakteristik

33
kejang (Mis, aktivitas

motorik dan progresi

kejang)

Monitor tanda-tanda

vital

Terapeutik :

a. baringkan pasien agar

tidak terjatuh

b. berikan alas empuk

diatas kepala

c. pertahankan

kepatenan jalan nafas

d. catat durasi kejang

e. pasang akses IV jika

perlu

f. pasang oksigen jika

perlu

Edukasi :

a. anjurkan keluarga

menghindari

memasukan apapun

kedalam mulut saat

34
kejang

2 Risiko Cedera Luara Utama: Intervensi Utama

Defenisi: (beresiko (Tingkat Cedera) Kriteria (Pencegahan Cedera)

mengalami bahaya Hasil: Observasi

atau kerusakan a. Toleransi aktivitas a. Identifikasi area

fisik yang meningkat lingkungan yang

menyebabkan b. Kejadian cedera berpotensi

seseorang tidak menurun menyebabkan cedera

dalam kondisi sehat c. Ketegangan otot b. Identifikasi obat yang

atau baik) Faktor menurun berpotensi

Resiko: d. Iritabilitas menurun menyebabkan cedera

a. Eksternal - e. Gangguan mobilitas Teraupetik

Terpapar patogen menurun a.Sediakan

1.Terpapar zat f. Gangguan kognitif pencahayaan yang

kimia toksik - menurun memadai

Terpapar g. Frekuensi nadi membaik b. Gunakan lampu tidur

nosokomial - h. Frekuensi nafas selama jam tidur

Ketidakamanan membaik c. Pastikan bel

transportasi i. Pola istirahat/ tidur panggilan atau telepon

b. Internal - membaik mudah dijangkau

Ketidakamanan d. Pastikan barang-

profil darah - barang pribadi mudah

35
Perubahan orientasi dijangkau

afektif - Perubahan e. Pastikan roda tempat

sensasi 1.Hipoksia tidur terkunci

jaringan f. Gunakan pengaman

2.Kegagalan tempat tidur

mekanisme g. Tingkatkan

pertahanan tubuh pengawasan pasien

3.Perubahan fungsi

psikomotor Edukasi

4.Perubahan fungsi a. Jelaskan alasan

kognitif itervensi pencegahan

jatuh ke pasien dan

keluarga
3 Resiko Perfusi Luaran Utama Intervensi Utama

Serebral tidak (Peningkatan Tekanan (Manajemen

efektif Defenisi: Intrakranial) Peningkatan

(beresiko Kriteria Hasil: Intrakranial)

mengalami a. Tingkat kesadaran Observasi :

penurunan sirkulasi meningkat a. Identifikasi penyebab

darah ke otak) b. Kognitif meningkat peningkatan TIK

Faktor Resiko: c. Gelisah menurun b. Monitor MAP, CPV,

1.Keabnormalan d. Demam menurun PAP, CPP

masa protombin e. Agitasi menurun c. Monitor status

36
2.Aterosklerosis f. Kesadaran membaik pernafasan

3. Diseksi arteri g. Refleks Saraf membaik d. Monitor intake

4. Tumor otak output cairan

5.Miksoma atrium Terapeutik :

6.Aneurisma a. Berikan posisi semi

serebri fowler

7.Koagulopati b. Cegah terjadinya

8.Koagulasi kejang

intravaskuler c. Pertahankan suhu

diseminata normal tubuh

9.Cedera kepala Kolaborasi:

10.Neoplasma otak a. Kolaborasi

Pemberian Anti

Konvulsan, jika perlu


4 Pola nafas tidak Luaran Utama Intervensi Utama

efektif (Pola Nafas) (Manajemen jalan

Defenisi: (inspirasi Kriteria Hasil: nafas)

atau ekspirasi yang a. Ventilasi semenit Observasi

tidak memberikan meningkat a. Monitor pola napas

ventilasi adekuat) b. Kapasitas vital (frekuensi, kedalaman,

a. Gejala dan meningkat usaha napas)

Tanda Mayor c. Diameter thoraks b. Monitor bunyi napas

Subjektif (dispnea) anterior-posterior tambahan (mis.

37
Objektif meningkat Gurgling, mengi,

1.Penggunaan otot d. Tekanan ekspirasi wheezing, ronkhi

bantu pernafasan meningkat kering

2.Fase ekspirasi e. Tekanan inspirasi c. Monitor sputum

memanjang - Pola meningkat (jumlah, warna, aroma)

nafas abnormal f. Dispnea menurun Teraupetik

(takipnea, g. Penggunaan otot bantu a. Pertahankan

bradipnea, napas menurun kapatenan jalan nafas

b. Gejala dan h. Pemanjangan fase dengan head-tilt dan


Tanda Minor
Subjektif ekspirasi menurun chin lift (jaw thrust jika
(ortopnea) Objektif
1. Pernafasan i. Ortopnea menurun curiga trauma servikal)
pursed-lip
2.Pernafasan j. Pernafasan pursed lip b. Posisikan semi
cuping hidung
3.Ventilasi semenit menurun fowler atau fowler
menurun
4.Tekanan k. Pernafasan cuping c. Berikan minum
ekspirasi menurun
5.Tekanan inspirasi hidung menurun hangat
menurun
l. Frekuensi napas d. Lakukan fisioterapi

membaik dada

m. Kedalaman nafas baik e. Lakukan penghisapan

n. Ekrusi dada membaik lendir kurang dari 15

detik

f. Lakukan

hiperoksigenasi

38
sebelum penghisapan

endotrakeal

g. Keluarkan sumbatan

benda padat dengan

forcep McGill

h. Berikan oksigen

Edukasi

a. Anjurkan asupan

cairan 2000 ml/hari b.

Ajarkan teknik batuk

efektif Kolaborasi

a. Kolaborasi

pemberian

bronkodilator,

ekspektoran, mukolitik
5 Resiko Gangguan Luaran Utama (Status Intervensi Utama

Perkembangan Perkembangan) Kriteria (Promosi

Defenisi: Hasil: Perkembangan Anak)

(beresiko a. Keterampilan/ prilaku Observasi

mengalami sesuai usia meningkat a. Identifikasi

gangguan untuk b. Respon sosial kebutuhan khusus anak

berkembang sesuai meningkat dengan teman sebaya

dengan kelompok c. Kontak mata meningkat Teraupetik

39
usianya) d. Kemarahan menurun b. Fasilitasi hubungan

e. Pola tidur membaik anak dengan teman

Faktor Resiko: sebaya

1.Ketidakadekuata c.Dukung anak

n nutrisi berinteraksi dengan

2.Ketidakadekuata anak lain

n perawatan d.Berikan mainan yang

prenatal 3.Kelainan sesuai dengan usia anak

genetik/kongenita4. e. Sediakan kesempatan

Kerusakan otak dan alat- alat untuk

5.Penyakit kronis menggambar,

6.Infeksi mewarnai, melukis

7.Efek samping

terapi – Edukasi

8.Ketidakmampuan a. Ajarkan sikap

belajar kooperatif bukan

kompetisi pada anak

b. Ajarkan anak cara

meminta bantuan dari

anak lain

c. Ajarkan teknik asertif

pada anak

d. Demosntrasikan

40
kegiatan yang

meningkatkan

perkembangan pada

pengasuh

6 Defisit Luara Utama (Tingkat Intervensi Utama

Pengetahuan Pengetahuan) Kriteria (Edukasi Kesehatan)

Defenisi: Hasil: Observasi :

(kurangnya a. Prilaku sesuai dengan a. Identifikasi kesiapan

informasi kognitif pengetahuan dan kemampuan

yang berkaitan b. Pertanyaan tentang menerima informasi

dengan topik masalah yang dihadapi

tertentu) menurun Terapeutik :

a. Gejala dan c. Prilaku yang keliru a. Sediakan materi dan

Tanda Mayor terhadap masalah menurun media pendidikan

Subjektif d. Prilaku membaik kesehatan

1. Menanyakan e. Kemampuan b. Jadwalkan

masalah yang menjelaskan pengetahuan pendidikan kesehatan

dihadapi Objektif tentang suatu topik c. Berikan

2. Menunjukkan meningkat kesemapatan bertanya

prilaku tidak sesuai Edukasi

dengan anjuran a. Jelaskan faktor resiko

3.Menunjukkan yang mempengaruhi

41
persepsi yang kesehatan

keliru terhadap b. Ajarkan prilaku

masalah yang bersih dan sehat d.

dihadapi Ajarkan strategi yang

dapat digunakan untuk

b. Gejala dan meningkat prilaku

Tanda Minor bersih dan sehat

Subjektif (tidak

tersedia) Objektif

1.Menjalani

pemeriksaan yang

tidak tepat

2.Menunjukkan

prilaku yang

berlebihan

BAB III

LAPORAN KASUS

1.Format Pengkajian
1.Anamnesis
1. Nama/Nama panggilan : An.A
2. Tempat tgl lahir/usia : Bukitinggi, 24 Mei 2020
3. Jenis kelamin : laki-laki
4. A g a m a : Islam

42
5. Pendidikan : Belum sekolah
6. Alamat : Mandiangin Bukttinggi
7. Tgl masuk : 21 Mei 2021 (jam 14:30)
8. Tgl pengkajian : 22 Mei 2021 (jam 15.00)
9. Diagnosa medik : Kejang Demam (KD)

1.Identitas Penanggung jawab


1. Ayah
a. N a m a : Tn.R
b. U s i a : 24 tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : wiraswasta
e. A g a m a : Islam
f. Alamat : Mandiangin Bukittinggi
2. Ibu
a. N a m a : Ny.N
b. U s i a : 23 tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : Kariawan Dinas Perhubungan
e. Agama : Islam
f. Alamat : Mandiangin, Bukittinggi

• Riwayat Kesehatan

• Alasan Masuk

Pasien masuk IGD RSI Ibnu Sina Bukittinggi tanggal 21 Mei 2021 jam

10.00WIB dengan keluhan kejang 1x dirumah, durasi kurang lebih 5 menit,

menurut ibu anaknya kejang seluruh badan, demam kurang lebih sejak 6 hari

yang lalu, demam tinggi terus menerus, batuk berdahak 3 hari ini, sesak tidak

ada, BAB air tambah ampas 1x dirumah.

• Riwayat Kesehatan Sekarang

43
Pada saat dilkukan pengkajian tanggal 21 Mei 2021 jam 15.00 WIB dengan

cara pengkajian allo anamnesa , dilakukan pemeriksaan TTV pada pasien

didapatkan Nadi: 105 x/menit, Pernafasan: 30x/menit dan suhu: 38,7˚C. Pasien

terpasang infus KA – EN 1B 8 tetes /menit pada tangan sebelah kanan. Saat

pengkajian pasien tampak istirahat dengan posisi semifowler, pasien tampak

letih, kulit tampak sedikit memerah, akral hangat, mukosa bibir tampak kering,

ibu pasien mengatakan kejang tidak ada sejak pindah dari IGD ke ruangan

rawatan, ibu pasien mengatakan anaknya dirumah kejang seluruh tubuh kurang

lebih 5 menit. Ibu pasien mengatakan pasien batuk berdahak, pasien tampak

batuk, pasien tampak susah untuk mengeluarkan dahaknya, pasien tampak

gelisah. Ibu pasien mengatakan anaknya tidak mau makan, reflek menelan

anaknya menurun, saat pengkajian anaknya menghabiskan hanya 1/4 dari

makanannya, ibu an.A juga mengatakan BAB encer tambah ampas 1x dirumah,

Ibu pasien sering menanyakan kondisi anaknya dan mengatakan bahwa saat

anaknya kejang ia panik dan tidak tau akan melakukan apa untuk membantu

anaknya. Saat pengkajian tampak anak gelisah, dan tampak tegang, menangis,

serta menolak jika didekati oleh perawat, ibu pasien juga mengatakan bahwa

anaknya khwatir dan takut berada dirumah sakit.

• Riwayat Kesehatan Dahulu

Pada saat dilakukan pengkajian ibu pat mengatakan ini kali pertama
anaknya dirawat di Rumah Sakit, sebelumnya anaknya hanya demam, batuk
dan flu ringan. Ibu pat mengatakan kondisi bayi saat lahir sehat dan

44
menangis kencang, tonus otot aktif, anak saat lahir tidak mengalami
gangguan, BB lahir 3000 gram, PB lahir 45 cm.

• Riwayat Kesehatan Keluarga

Ibu pasien mengatakan bahwa ibunya memiliki riwayat kejang saat berusia 6

bulan. Dan ibu pasien mengatakan bahwa pat tidak memiliki riwayat penyakit

keturunan seperti DM dan Hipertesnsi baik dari pihak ibu maupun ayah.

¤ Genogram

v v v

Ket : : perempuan sudah meninggal

45
: laki-laki sudah meninggal

: perempuan

: Laki-laki

: perempuan

• Riwayat ANC-PNC
• Antenatal care
Ibu pasien mengatakan waktu hamil ia memerksa kehamilannya
setiap trimester ke dokter kandungan. Selama hamil ibu tidak memiliki
riwayat penyakit, BB ibu waktu hamil 68 kg. Nutrisi ibu selama hamil
terpenuhi namun saat trimester 1 sering mual dan muntah. Golongan darah
ayah O, dan golongan darah ibu O

• Natal
Ibu melahirkan cukup bulan di rumah sakit dengan jenis persalinan
melalui persalinan normal. Ibu tidak memiliki komplikasi saat setelah
melahirkan

• Post Natal
Kondisi bayi saat lahir sehat dan menangis kencang, tonus otot aktif,
anak saat lahir tidak mengalami gangguan, BB lahir 3000 gram, PB lahir 45
cm.

• Riwayat Kecelakaan
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak pernah jatuh

• Riwayat Perkembangan Anak


Anak tumbuh kembang sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak seusianya. Untuk kemampuan berjalan anak saat usia 1
tahun

46
• Riwayat Alergi
Ibu pasien mengatakan anak tidak memiliki riwayat alergi terhadap
makanan ataupun obat- obatan

• Riwayat Sosial
Ibu pasien mengatakan pasien memiliki banyak teman di sekitar
tempat tinggalnya.

• Riwayat Imunisasi
Tabel 3.2 Riwayat Imunisasi

No Jenis Imunisasi Waktu Frekuensi Reaksi


Pemberian

Imunisasi

1 BCG 1 bulan 1 kali

2 DPT (I,II,III) 4 bulan 4 kali

3 Polio (I,II,III,IV) 1,2,3,4 bulan 4 kali

4 Campak 9 bulan 2 kali

5 Hepatitis 3 bulan 2 kali

• Riwayat Tumbuh Kembang


Berat badan sebelum sakit : 9,8

Berat badan saat sakit : 9,5 Kg

Tinggi badan : 60 cm berat badan normal

Waktu tumbuh gigi 12 bulan

• Perkembangan Tiap tahap


Usia anak saat

47
Berguling : 4 bulan

Duduk : 6 bulan

Merangkak : 7-8 bulan

Berdiri : 9-10 bulan

Berjalan : 1 tahun

Senyum kepada orang lain pertama kali : 4 tahun

Bicara pertama kali : 1,5 tahun dengan menyebutkan : ma


ma pa pa

Berpakaian tanpa bantuan : pasien belum bisa memakai


pakaian sendiri

• Pemeriksaan tingkat perkembangan (DDST II) :


• Kemandirian dan bergaul :
Klien mudah akrab dengan orang dan orangnya ceria

• Motorik halus
Klien sudah pandai berjalan walaupunbelum lanncar

• Kognitif dan bahasa


Klien sudah mampu mengucapkan ma,pa,ba

• Motoril kasar
Klien sudah mampu bermain dan mengerti dengan benda
yang ia pegang

• Pengkajian Pola Fungsional


Tabel 3.3 Pengkajian Pola Fungsional

NO POLA FUNGSIONAL
1 Presepsi sensori Sebelum sakit ibu pasien mengatakan anak tidak
ada memiliki gangguan pendengaran,
penglihatan, penciuman, serta pengecapan,

48
kesehatan anak sejak lahir sehat tidak ada
gangguan, imunisasi anak lengkap, saat sakit ibu
membawa anak
berobat ke bidan dan dokter, ayah anak memiliki

kebiasaan merokok
2 Nutrisi a.Saat ini anak ibu memberikan anak makanan 4
sehat 5 sempurna, seperti nasi, lauk pauk, sayur
serta buah-buahan namun saat sakit anak sedikit
tidak nafsu makan
d.Anak menyukai makanan yang berkuah seperti
sup ayam
e.Biasanya anak mampu menghabiskan porsi
makannya, namun saat sakit anak
menghabiskan ½ porsi makannnya
BB lahir 3000 kg dan BB saat ini 45 cm

f.Orang tua tidak memiliki masalah dalam

pemenuhan nutrisinya
3 Eliminasi a.Ibu pasien mengatakan anak tidak memiliki
kesulitan dalam eliminasi
b.Anak menggunakan pamper selama 24 jam
c.Eliminasi urin, ibu mengganti popok 3 kali
dalam sehari, urin bewarna kuning
d.Eliminasi feses, ibu pasien mengatakan biasanya
anak BAB 2 kali sehari, tekstur padat, namun saat
sakit anak BAB encer 1 kali
e.Orang tua tidak memiliki gangguan pola eliminasi
4 Aktivitas dan a.Ibu pasien mengatakan biasanya anak mandi 2
kali sehari, namun saat sakit anak tidak mandi
latihan
melainkan hanya dilap bagian tubuhnya
b.Sebelum sakit anak biasanya bermain dengan

49
teman seusianya, anak biasanya bermain masak-
masakan, mewarnai, dan menggambar, namun
saat sakit anak hanya dialihkan oleh ibunya untuk
menonton film kartun
c.Kemampuan mandi, makan, toileeting, serta
berpakaian masih dibantu oleh ibunya
d.Orang tua tidak memiliki gangguan aktivitas
5 Istirahat dan tidur a.Ibu pasien mengatakan anaknya tidur siang dan
tidur malam, saat sakit anak lebih tampak banyak
tidur
b.Pada malam hari terkadang anak terbangun, posisi
tidur anak terlentang
a.Ibu pasien mengatakan anak dapat merespon
saat berkomunikasi dengan ibunya
b.Anak sudah mampu berbicara namun terkadang
kurang jelas
c.Anak dapat mengikuti objek dengan matanya
d.Anak tampak suka menonton film kartun
e.Anak berbicara 2-3
7 Presepsi diri a. Orang tua mengatakan saat ini ia bingung dan

tidak tau melakukan apa saat anaknya kejang


8 Peran a.Anak dengan orangtuanya memiliki interaksi yang
baik
b.Anak menangis saat ibunya tidak disampingnya
9 Seksualitas a.Orangtua tidak memiliki riwayat gangguan

reproduksi
10 Koping a.Saat pengkajian tampak anak gelisah, dan
tampak tegang, menangis, serta menolak jika
didekati oleh perawat
c.Biasanya ibu mengalihkan perhatiannya dengan
menonton film kesukaannya
d.Orang tua memiliki semangat dan yakin anaknya

50
akan sembuh
• Pemeriksaan Fisik
1.Keadaan umum= Baik
2.Kesadaran Kompos Mentis
• N= 100X/menit

• S= 37,2oC
• P= 30x/ menit
• GCS= 15 normal
• TB= 60 cm
• BB= 9,5 kg
• Pemeriksaan Head To Toe
• Kepala:
inspeksi= simetris, tidak ada lesi, rambut hitam, rambut
bersih

Palpasi= tidak teraba adanya pembengkakan dan


benjolan

• Mata
Inspeksi= Konjungtiva tampak tidak anemis, sklera
tidak ikterik, pupil isokor dan refleks cahaya , mata
bersih, penglihatan normal, tidak ada edema, mata
sedikit cekung, gerakan bola mata normal

• Telinga
Inspeksi= bentuk simetris, lubang telinga bersih, tidak
ada memakai alat bantu

Palpasi= tidak ada nyeri tekan

Auskultasi= pendegaran berfungsi dengan baik

• Hidung

51
Inspeksi= posisi simetris, tidak ada polip, tidak ada
peradangan dan bersih, anak tampak batuk berdahak

• Mulut
Inspeksi= gigi tidak lengkap, tidak ada caries gigi, gusi
tidak meradang, lidah bersih, mukosa bibir pucat dan
kering, gigi bersih dan lengkap tidak ada caries , gusi
berwarna merah muda, kemampuan berbicara
mengucapkan 2-3 kalimat

• Leher
Inspeksi= tidak ada pembesaran pada kelenjer
tiroid Palpasi= tidak ada nyeri tekan

• Dada
• Jantung:
Inspeksi= iktus cordis tidak tampak

Palpasi= iktus cordis teraba pada mid calvicularis


sinistra ICS 5

Perkusi= batas jantung dalam batas normal


Auskultasi= bunyi jantung I-II tunggal,
reguler

• Paru
Inspeksi= pengembangan dada simetris kiri kanan,
tidak tampak sesak pada pasien, frekuensi nafas
30x/menit

Palpasi= tidak ada nyeri


tekan Perkusi= sonor

Auskultasi= vesikuler

52
• Abdomen
Inspeksi= tidak ada tampak luka, perut
datar Palpasi= terdapat nyeri tekan dan
nyeri lepas Perkusi= suara timpani

Aukskultasi= suara bising usus 15x/menit

• Genetalia

Inspeksi: ibu pasien mengatakan urin anaknya bewarna


kuning, ibu mengatakan mengganti pempers 2-3 jam
sekali sehari, tidak terjadi tanda- tanda infeksi saluran
kemih.

Palpasi: tidak teraba penumpukan urine

• Ekstremitas

Ekstremita atas : pergerakan simteris kiri dan kanan,


pergerakan normal, kekuatan otot lemah, tidak ada
nyeri, tangan kiri terpasang infus

Ekstremitas bawah: anak terbaring ditempat tidur, tidak


ada nyeri, kekuatan otot lemah

Kekuatan Otot

• Test Diagnostik
• Pemeriksaan darah lengkap
Tabel 3.4 Pemeriksaan Darah
Lengkap

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

53
HEMATOLOGI

Darah Lengkap

Hemoglobin 8,7 g/dL 11,5 – 12,5

Leukosit 10,9 10^3/ul 6,000-17.500

Eritrosit 5,11 10^3/ul 3,700– 4,500

Hematokrit 29,3% % 33,0 – 36,0

Trombosit 445 10^3/ul 150000– 400000

Kesan : hemoglobin, eritrosit hematokrit dan trombosit (tidak


dalam batas normal)

• Pemeriksaan Feses tanggal 13 Januari 2021


Tabel 3.5 Pemeriksaan Feses

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Konsistensi Lembek

Warna Coklat

Eritrosit Negatif Negatif

Leukosit Negatif Negatif

Telur cacing Negatif Negatif

Amuba Negatif Negatif

Lendir Negatif Negatif

Kesan : hasil dari pemeriksaan feses dalam batas normal

Terapi yang
Diberikan

Tabel 3.6 Terapi Medis

54
No Nama Obat Dosis Cara Frekuensi
Pemberian

1 Diazepam 1,25 ml puyer 3x

2 Proxion 1 sth puyer 3x

3 Sabutamol 1 sth Puyer 3x

4 GG 25 mg Puyer 3x

5 Ambroxol 1/6 Puyer


3x

55
ANALISA DATA

N DATA FOKUS ETIOLOG MASALAH


O I
1 DS Proses Hiperterm
• ibu pasien mengatakan anak demam sudah ia
Penyakit
7 hari yang lalu
• Ibu pasien mengatakan anak kejang 1x
dirumah
• Ibu pasien mengatakan sudah pergi ke
bidan Cuma panas nya masih naik turun

DO
• Pasien tampak istirahat dengan
posisi semifowler,
• Pasien tampak letih,
• Kulit tampak sedikit memerah,
• Akral hangat,
• Mukosa bibir tampak kering,
Pemer
iksaan
TTV :
S : 38,5C
N : 100x/menit
P : 20x/menit

2 DS Sekresi Bersihan
• Ibu pasien mengatakan anak batuk sudah yang jalan
3 hari napas
tertahan
• Batuk berdahak
• Ibu pasien mengatakan anaknya tidak bisa
mengeluarkan dahak

56
• Susah berhenti batuk
DO
• Pasien tampak batuk,
Pasien tampak susah untuk
mengeluarkan sputum,
• Pasien tampak gelisah
• Pasien tampak istirahat dengan
posisi semifowler,
Pemeriksaan TTV
S : 38,5C
N : 100x/menit
P : 20x/menit

3 DS : Faktor Resiko
Ibu pasien mengatkan anak nya tidak mau makan psikologis defisit nutrisi
Ibu mengatakan refleks menelan anak menurun (keenggan
Ibu mengatakan porsi makan an.A hanya habis ¼ an untuk
porsi makan )

DO :
Mukosa bibir kering
Makanan yang dihabiskan hanya ¼
Klien tampak lelah
HB : 8,9

B.DIAGNOSA KEPERAWATAN

A. Hipertermia b.d Proses Penyakit (ditandai dengan anak kejang 2x, kulit memerah,

kulit terasa hangat, dan suhu saat kejang 38,2oC)

B.Bersihan jalan napas tidak efektif b.d Sekresi yang tertahan (ditandai dengan
terdapatnya sputum, batuk, anak gelisah, dan pola napas tidak teratur

57
C.Resiko defisit nutrisi b.d faktor psikologis (keengganan untuk makan )

C.INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA SLKI SIKI

KEPERAWATAN
1 Hipertermi Setelah dilakukan Intervensi Utama
tindakan (Manajemen
keperawatan Hipertermi)
selama 3x/24 jam Observasi :
diharapkan a.Identifikasi penyebab
termoregulasi hipertermia
membaik dengan b.Monitor suhu tubuh
kriteria hasil : c.Monitor haluaran urine
a.Kulit merah
menurun Terapeutik :
b.Kejang menurun a.Sediakan lingkungan yang
dingin
c.Suhu tubuh
membaik b.Longgarkan atau lepaskan
pakaian
d.Suhu kulit
membaik c.Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
d.Berikan cairan oral

Edukasi
a. Anjurkan tirah baring

Kolaborasi
Intervensi Pendukung
(Manajemen Kejang)
Observasi :
a.Monitor terjadinya kejang
berulang
b.Monitor karakteristik
kejang (Mis, aktivitas
motorik, dan progresi
kejang)
c.Monitor tanda- tanda vital

58
Terapeutik :
a.Baringkan pasien agar tidak
terjatuh
b.Berikan alas empuk
dibawah kepala
c.Pertahankan kepatenan
jalan napas
d.Catat durasi kejang
e.Pasang akses IV jika perlu
f.Pasang Oksigen jika perlu

Edukasi
a.Anjurkan keluarga
menghindari memasukan
apapun kedalam mulut saat
kejang

Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian

antikovul

2 Bersihan Jalan Setelah dilakukan Intervensi utama


tindakan (Manajemen Jalan Napas)
Napas Tidak keperawatan Observasi
selama 3x/24 jam a.Monitor pola napas
Efektif
bersihan jalan b.Monitor bunyi napas
napas meningkat. tamba
Kriteria hasil: c. Monitor sputum
a.Batuk efektif
meningkat Terapeutik
b.Produksi sputum a.Pertahankan kepatena jalan
menurun napas
c.Gelisah menurun b.Posisikan semi fowler atau
d.Frekuensi napas fowler
membaik c.Berikan minum hangat
e.Pola napas d.Lakukan fisioterapi dada
e.Lakukan penghisapan
membaik lendir kurang dari 15
detik

59
f.Keluarkan sumbatan benda
padat
g.Berikan oksigen

Edukasi
a.Anjurkan asupan cairan
2000 ml/ hari
b.Ajarkan teknik batuk
efektif

Kolaborasi
a. Pemberian bronkodilator,

ekspektoran, mukolitik
3 Resiko defisit Setelah dilakukan MENAJEMEN NUTRISI
tindakan OBSERVASI
nutrisi b.d faktor keperawatan 3x24 a.Indentifikasi status nutrisi
jam, maka status
psikologis nutrisi membaik b.Identifikasi alergi makanan
dengan kritera c.Identifikasi makanan yang
(keenggan hasil : disukai
a.Porsi makan yang d.Monitor asupan makanan
dihabiskan
meningkat TERAPEUTIK
b.Menelan a.Sajikan makanan semenarik
meningkat mungkin
c.Kenyang menurun
b.Berikan makanan tinggi
d.Nafsu makan
serat untuk mencegah
konstipasi
membaik
c.Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein

EDUKASI
a.Anjurkan posisi duduk jika

KOLABORASI
a.Kolaborasi dengan ahli gizi

untuk menentukan jumlah

kalori
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI

60
N HARI/T DIAGNOSA WAK IMPLEMENTASI EVALUASI

O GL TU

/JAM
1. Jumat Hipertermi 11.00 Memberi Pukul, 13.00
21 kan S:
Mei asuhan a.Ibu
2021 keperawa pasien
tan mengata
Manajem kan
en anaknya
Hiperter masih
mi demam
dengan b.Ibu pasien
implemen mengatakan
tasi: kejang tidak
a.Mengidentifika ada sejak
si penyebab pindah dari
hipertemi IGD ke ruangan
b.Melakukan rawatan
Monitor suhu O:
tubuh
a.Penyebab
c.Melakuk
Hipertermi
an
adalah demam
Monitor
disertai flu
haluaran
dan batuk
urine
b.Suhu tubuh
d.Melonggarkan
37,2ºC
pakaian
c.Jumlah ganti
e.Melakukan
pepes 6x dalam
Kompres hangat
sehari
f.Memberikan d.Pakaian anak
Cairan Oral sudah
g.Menganjurkan dilonggarkan
tirah baring e.Anak terpasang
kompres hangat
f.Ibu pasien

61
memberikan
anak air putih
200 cc
g.Pasien
tampak
istirahat
dengan posisi
berbaring
h.Pasien tampak
letih,
i.Kuli
t
tampa
k
sediki
t
meme
rah
j.Akral hangat,
k.Mukosa bibir
tampak kering
k. TTV
N : 100x/menit
P: 26x/menit
S: 37x/menit

A:
Masalah
keperawatan
hipertermi
belum
teratasi
P:
Implementasi
dilanjutkan no
2,3,5,6
Jumat Bersihan 11. Memberikan Pukul, 13.00
21 jalan napas 00 asuhan
Mei tidak keperawatan S:

62
2021 efektif manajemen a.Ibu pasien
jalan napas mengatakan
dengan pasien batuk
implementasi: berdahak dan
a.Melakukan secret susah di
Monitor pola keluarkan
napas O:
b.Melakukan a.Pola napas
Monitor bunyi tampak teratur
napas tambahan b.Ti,a
c.Melakukan k ada
Monitor sputum bunyi
d.Mempertahanka napas
n kepatenan jalan tamba
napas dengan han
memberikan O2 c.Pasien
e.Memberikan tampak
minum hangat susah
f.Melakukan untuk
fisioterapi dada mengeluar
g.Menganjur kan
kan asupan sputum
cairan 2000 d. TTV
ml/ hari P : 26x/menit
N: 100x/menit
S: 37,2 C
A:
Masalah
keperawat
an
bersihan
jalan
napas
tidak
efektif
belum
Teratasi
P: lanjutkan
implementasi

63
poin
1,2,3,4,5,6,7
3 Jumat Defisit nutrisi Observasi S:
21 b/d
Mei ketidakmamp 1.Mengidentifikasi 1.Ibu pat
2021 uan
status nutrisi (ibu mengatakan nafsu
mengarbsosi
nutrien pat mengatakan makan anaknya

anaknya cuman masih kurang

menghabiskan ¼ 2. ibu pat

porsi makanan) mengatakan

2. mengidentifikasi anaknya masih

alergi dan sulit untuk makan

intoleransi makanan O:

(ibu pat mengatakan • Membran

pat tidak punya e mukosa

riwayat alergi kering

makanan) • Porsi

3. mengidentifikasi makan

makanan yang sesui habis

(ibu pat mengatakan hanya 1/3

anaknya makan nasi A:

biasa dengan lauk Masalah belum


teratasi
pauk) P: Intervensi
observasi 1,2,3
4. memonitor lanjut

64
asupan makanan

Terapeutik

• Menyajikan

makanan

secara

menarik dan

cukup

• Memberikan

makanan

tinggi serat

• Memberikan

makanan

tinggi kalori

dan tinggi

protein

Edukasi

Menganjurkan diit
yang diprogramkan

N IMPLEMENTASI EVALUASI

O
1 Sabt Hiperterm 08.0 Memberika Pukul,12.00
u 22 i 0 n asuhan S:

65
Mei keperawata a.Ibu pasien
202 n mengatakan
1 Manajemen kejang tidak
Hipertermi ada sejak
dengan pindah dari
implementa IGD ke
si: ruangan
rawatan
a.Melakukan
Monitor suhu O:
tubuh a.Suhu tubuh
b.Melakukan Monitor 36,8ºC
haluaran urine b.Jumlah
c.Melakukan Kompres haluaran urin
hangat 800 cc
c.Anak
d.Memberikan Cairan
Oral terpasan
g
kompres
hangat,
jika
panas
d.Pasie
n
tampak
istirahat
dengan
posisi
berbarin
g
e.Pasien tampak
letih,
f.Akral hangat
g.Mukosa
bibir masih
tampak
kering,
h.Pasien
terpasang

66
infus KA –
EN 1B 10
tetes / menit
pada tangan
sebelah
kanan.
A:
Masalah
keperawata
n
hipertermi
sebagian
teratasi

P:
a.Implementasi
dihentikan
2 Sabt Bersiha 08.0 Memberikan Pukul, 10.00
u 22 n jalan 0 asuhan
Mei napas keperawatan S:
202 tidak manajemen jalan • Ibu pasien
1 efektif napas dengan mengatak
implementasi: an pasien
batuk
a.Melakukan berdahak
Monitor pola napas dan secret
b.Melakukan susah di
Monitor bunyi napas keluarkan
tambahan O:
c.Melakukan monitor a.Pola napas
sputum tampak tidak
d.Mempertahankan teratur
kepatenan b.Tidak ada
bunyi napas
tambahan
c.Pasien tampak
akan
mengeluarkan
sputum
d.Ibu pasien

67
tampak
meminumkan
air dan meminta
anaknya untuk
mengeluarkan
anaknya
e.Pasien tampak
denga n posisin
semi fowler
f.Pemeriksaan :
TTV :
N : 110x/menit
P: 26x/menit
S:36,8C

A:
Masalah
keperawatan
jalan napas
tidak efektif
teratasi
P:
Implementasi
dihentikan

3 Defisit Observasi : S:

Nutrisi 1.Mengidentifikasi 1.Ibu pat

status nutrisi (ibu pat mengatakan

mengatakan anaknya anaknya masih

cuman menghabiskan sulit untuk

1/4 porsi makanan makan

3. Mengidentifikasi 2.ibu pat

makanan yang sesuai mengatakan

Terapeutik anaknya masih

68
1.Menyajikan makanan belum

secara menarik dan menghabiskan

suhu yang sesuai porsi makanan

yang disediakan

O:

1.Porsi makanan

pat tampak tidak

habis

A:

Masalah belum

teratasi

P:

Intervensi

observasi no 1

dilanjutkan,

teraputik no 1

dilanjutkan

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan Pada An.A dengan Kejang Demam simplek

(KDS) Di Ruang Rawat Inap Anak Siti Fatimah Rs Islam Ibn Sina Bukittinggi Tahun 2021.

69
Selanjutnya kelompok akan membahas permasalahan tentang Asuhan Keperawatan Pada

An.A dengan Kejang Demam Simplek (KDS) Kelompok membagi empat sub pembahasan

yaitu pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi keperawatan dan implementasi

keperawatan.

Pembahasan akan diuraikan sesuai masalah yang ditemukan dengan menggunakan

pendekatan konsep dasar yang mendukung. Kelompok akan menguraikan tentang

kesenjangan yang muncul pada asuhan keperawatan antara teoritis dengan kasus yang

kelompok kelola.

A. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang

sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan

mengidentifikasi status kesehatan pasien (Potter danperry, 2005). Kelompok tidak

menemukan kesenjangan dalam melakukan pengkajian pada saat membandingkan data yang

diperoleh dari pengkajian pada pasien dengan yang ada dalam teoritis. Sehingga kelompok

dapat menegakkan diagnosa keperawatan. Kelompok menegakkan diagnosa keperawatan

berdasarkan tanda dan gejala yang khas yang ada dalam teori.

Pada tinjauan teori didapatkan bahwa anak dengan demam kejang akan mengalami

tanda gejala sebagai berikut; Suhu tubuh mencapai >380C, Anak sering hilang kesadaran saat

kejang, mata mendelik, tungkai dan lengan mulai kaku, bagian tubuh anak berguncang

(gejala kejang bergantung pada jenis kejang), Kulit pucat dan membiru, dan Akral teraba

dingin (Dewanto,2009)

Pada saat pengkajian kelompok menemukan semua tanda dan gejala khas tersebut

pada pasien. Ibu pasien mengatakan anak sudah demam sejak 1 minggu yang lalu,

70
anak kejang 1x dirumah dan sudah berpbat kerumah bidan dan tidak ada angsuran

demam anak tetap naik turun. Suhu 38,5C, N : 80x/menit, P : 20x/menit, kulit pasien

tampak kemerahan, bibir tampak kemerahan, dan ibu pasien juga mengatakan anak

batuk berdahak sudah 3 hari yang lalu, batuk berdahak, susah mengeluarkan dahak,

ibu pasien mengatakan nafsu makan anaknya menurun, biasanya makan 3x sehari,

saat sakit Cuma 2 kali sehari kadang juga 1 kali sehari dalam porsi sedikit. Sebelum

dipindahkan keruangan pasien di UGD dipasang infus KA-EN 1B 10 tetes / menit

pada tangan sebelah kanan.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang meng1uraikan respon actual atau

potensial klien terhadap masalah kesehatan dan perawat mempunyai izin dan berkompeten

untuk mengatasinya. Respon actual dan potensial klien didapatkan dari data dasar pengkajian,

tinjauan literatur yang berkaitan, catatan medis klien dimasa lalu yang dikumpulkan selama

pengkajian (Potter danperry, 2005).

Pada diagnosa keperawatan ditemukan kesenjangan dalam jumlah masalah

keperawatan yang ditemukan. Diagnosa – diagnosa yang ditemukan pada prinsipnya sesuai

dengan yang ada pada teori, diagnosa sesuai dengan keluhan yang didapat dari pasien.

Berikut ini keluhan yang didapat dari pasien sehingga kelompok menegakkan 3 diagnosa

keperawatan melalui data objetik dan subjektif yang didapatkan yaitu:

a. Hipertermia b.d Proses Penyakit

b. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan

71
c. Risiko defisit nutrisi b.d faktor fisiologi (keenggaan untuk makan)

Diagnosa yang diteggakkan didapatkan berdasarkan keluhan yang disampaikan oleh

pasien, selain itu juga berdasarkan apa yang tampak saat pengkajian dan juga berdasarkan

pemeriksaan penunjang yang dilakukan. Semua keluhan ditampilkan dalam analisa data

melalui data objektif dan data subjektif yang terlampir pada bab 3.

Pada teori dengan asuhan keperawatan kejang demam didapatkan 5 diagnosa yang

kemungkinan muncul. Namum pada kasus kelolaan yang diteggakkan adalah 3 diagnosa.

Diagnosa yang tidak ada di tinjauan kasus yaitu yang pertama resiko gangguan

perkembangan, alasan penulis tidak menegakkan diagnosa tersebut karena tidak ada data

objektif maupun data subjektif yang mendukung untuk menengakan diagnosa tersebut seperti

pada saat pengkajian 22 mei 2021 pukul 15:00, dari hasil pengkajian tumbuh kembang anak

sesuai dengan tumbuh kembang anak seusianya. Yang kedua diagnosa yang tidak muncul

ialah resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral karena saat pengkajian ibu pasien

mengatakan anak kejang tidak lebih dari 5 menit, sedangkan pada teori ialah resiko

ketidakefektifan perfusi jaringan serebral terjadi pada kejang yang berlangsung lebih dari 15

menit. Dan yang ketiga yaitu pola nafas tidak efektif, kelompok tidak mengangkat diagnosa

tersebut karena saat pengkajian kelompok tidak menemukan data yang sesuai dengan

diagnosa untuk diangkat. Sedangkan terdapat 2 diagnosa diluar tinjauan kasus yaitu pertama

bersihan jalan nafas tidak efektif, kelompok mengangkat diagnosa tersebut karena terdapat

data yang sesuai saat pengkajian dimana anak batuk berdahak serta flu. Dan diagnosa kedua

diluar Penulis hanya membuat sesuai dengan kebutuhan klien, dan dari data yang di dapatkan

hasil pengkajian.

72
Dalam menegakan diagnosa keperawatan, penulis tidak menemukan adanya kesulitan

atau hambatan. Hal ini didukung oleh tersedianya sumber buku diagnosa keperawatan, data-

data yang ditunjukan oleh klien sesuai dengan konsep yang ada. Adanya kerjasama yang baik

dengan perawat ruangan dan klien secara terbuka dalam menyampaikan semua yang

dikeluhkan dan dirasakan saat ini, sehingga penulis dapat menyimpulkan 3 diagnosa.

C. Intervensi

Intervensi (perencanaan) adalah kategori dalam perilaku keperawatan dimana tujuan

yang terpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan dan ditetapkan sehingga perencanaan

keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter dan Perry, 2005).

Intervensi atau perencanaan asuhan keperawatan (nursing care plan) adalah acuan

tertulis dari berbagai intervensi keperawatan yang direncanakan dapat mengatasi diagnosis

keperawatan sehingga klien dapat terpenuhi kebutuhan dasarnya. kelompok menegakkan

diagnose, kemudian membuat rencana tindakan (intervensi) sesuai dengan diagnose yang

diangkat kelompok berdasarkan teori standar intervensi keperawatan Indonesia (SIKI)

D. Implementasi

Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk

membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih

baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.

Adapun faktor pendukung terlaksananya implementasi adalah:

1. Adanya Kooperatif pasien terhadap semua implementasi yang dilakukan

2. Adanya kerjasama yang baik dengan perawat ruangan dan tim kesehatan

73
lainnya.

Implementasi merupakan bagian aktif dari asuhan keperawatan,yaitu perawat

melakukan tindakan sesuai rencana. Implementasi yang dilakukan sesuai dengan rencana

tindakan keperawatan yang telah disusun. Selama melakukan implementasi kelompok tidak

menemukan kesulitan yang berarti karena keluarga klien yang kooperatif dan implementasi

yang dilakukan dapat dipahami oleh keluarga klien. Salah satu bentuk implementasi

keperawatan yang dilakukan adalah memberikan Penkes tentang kejang demam dan

bagaimana pencegahan untuk kedepannya. Kendala saat pelaksanaan impelementasi sesuai

dengan intervensi yang telah direncanakan sebelumnya ialah anak tampak tidak kooperatif

atau menolak saat didekati. Anak tampak menangis dan marah saat implementasi diberikan

salah satu contohnya ialah saat pemberian kompres hangat tampak anak mengambil dan

melepaskannya serta tampak anak menangis, sehingga suhu tubuh yang diharapkan dapat

turun seblumnya setelah pemberian kompres hangat tidak tercapai semaksimal mungkin.

E. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan untuk melengkapi proses keperawatan yang menundakan

seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan penatalaksanaan yang sudah

berhasil di capai (Potter dan Perry, 2005). Evaluasi dari masalah keperawatan pasien kejang

demam simplek (KDS) dari hasil implementasi selama 22 MEI 2021 sampai tanggal 24 Mei

2021 didapatkan semua diagnosa yang diteggakkan pada pasien dapat teratasi, Ketika pasien

persiapan pulang, penulis memberikan edukasi kepada ibu pasien agar orang tua selalu

memonitor suhu tubuh anaknya jika demam, dan memberikan penkes agar kejang demam

tidak berulang. Ibu pasien juga dianjurkan untuk memberikan pola makan yang sehat

terhadap anaknya

74
BAB V

PENUTUP

75
A. Kesimpulan

Pelaksanaan dilakukan Asuhan Keperawatan Pada An.A dengan Kejang Demam Simplek

(KDS) di Ruang Rawat Inap Anak Siti Fatimah Rs Islam Ibn Sina Bukittinggi Tahun 2021

selama 3 hari, berdasarkan pelaksanaan asuhan keperawatan tersebut maka dapat penulis

simpulkan sebagai berikut :

1. Dalam pengkajian An.A dengan Kejang Demam, didaptkan data sesuai dengan tinjauan

teori diantaranya, pada saat kejang suhu anak diatas 38oC, pada saat kejang ibu pasien

mengatakan mata anak melihat ketas, namun kaki dan tangan anak tidak tegang, didaptkan

data tambahan bahwa anak mengalami batuk berdahak, serta pada pengkajian orang tua anak

tampak kurangnya pengetahuan dalam mengatasi kejang demam pada anak

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin terdapat pada klien dengan kejang demam tidak

dapat penulis temukan semua. Sesuai dengan data yang didapat penulis pada saat pengkajian,

ditemukan 5 diagnosa yang dapat ditegakkan pada kasus, diagnosa tersebut antara lain :

Hipertermia b.d Proses Penyakit, Bersihan jalan napas tidak efektif b.d Sekresi yang tertahan,

Risiko defisit nutrisi b.d faktor fisiologis (keengganan untuk makan)

3. Perencanaan dirumuskan berdasarkan prioritas masalah sekaligus memperhatikan kondisi

klien serta kesanggupan keluarga dalam kerjasama.

4. Dalam melakukan perawatan pada klien kejang demam, penulis telah berusaha

melaksanakan tindakan keperawatan sesuai.

B. Saran

76
Rencana keperawatan dan ditujukan untuk mencegah masalah yang diderita klien.

Kesulitan yang ditemui saat pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien adalah terbatasnya

waktu, pemberi asuhan keperawatan tidak bisa terlalu lama atau adanya pembatasan saat

kontak dengan pasien karena kondisi COVID-19 sehingga tidak terlalu maksimal dalam

pemberian asuhan keperawatan.

1. Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan kemudahan dalam penggunaan perpustakaan dalam koleksi buku yang menjadi

fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilannya

dalam menjalani praktik dan pembuatan asuhan keperawatan.

2. Bagi Lahan Praktik

Meningkatkan mutu pelayanan untuk klien dengan melibatkan peran aktif keluarga sehingga

asuhan keperawatan dapat tercapai sesuai tujuan dan memberikan kenyamanan pada klien.

3. Bagi Perawat

Dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan kejang demam diharapkan juga

melakukan pendekatan psikologisnya yang dibutuhkan untuk proses penyembuhan

77

Anda mungkin juga menyukai