Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

NUTRISI

(STASE PRAKTEK KEPERAWATAN DASAR PROFESI)

DISUSUN OLEH :

FITRA MASJIDI
2008149010113

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

( ) ( )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES YARSI SUMBAR BUKITINGGI

TAHUN AJARAN 2020/2021


KONSEP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

(NUTRISI)

1. Pengertian

Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan dasar


manusia yang sangat vital. Nutrisi merupakan sumber energi untuk segala
aktivitas dalam sistem tubuh. Sumber nutrisi dalam tubuh berasal dari
dalam tubuh itu sendiri, seperti glikogen yang terdapat dalam otot dan hati
ataupun protein dan lemak dalam jaringan dan sumber lain yang berasal
dari luar tubuh seperti yang sehari-hari dimakan oleh manusia (Sutanto
dan Fitriana, 2017). Nutrisi adalah elemen yang dibutuhkan untuk proses
dan fungsi tubuh. Kebutuhan energi didapatkan dari berbagai nutrisi,
seperti: karbohidrat, protein, lemak, air, vitamin, dan mineral (A. P. Potter
& Perry, 2010).

Nutrisi adalah salah satu komponen penting yang menunjang


kelangsungan proses tumbuh kembang. Selama masa tumbuh kembang,
anak sangat membutuhkan zat gizi seperti protein, karbohidrat, lemak,
mineral, vitamin, dan air. Apabila kebutuhan tersebut kurang terpenuhi,
maka proses tumbuh kembang selanjutnya dapat terhambat (Hidayat,
2006). Nutrisi berfungsi menghasilkan energi bagi fungsi organ, gerak dan
fungsi fisik, sebagai bahan dasar untuk pembentukan dan perbaikan
jaringan sel-sel tubuh dan sebagai pelindung dan pengatur suhu tubuh
(Tarwoto & Wartonah,2006).

2. Fisiologi

Dalam sistem pencernaan, terjadi proses pencernaan untuk


menyediakan nutrisi tubuh. Proses tersebut meliputi ingesti, digesti,
absorbsi, metabolisme, dan eksresi. (Asmadi.2008; 74).

a. Ingesti
1
Ingesti adalah proses masuknya makanan dan cairan dari
lingkungan ke dalam tubuh melalui proses menealn baik melalui
koordinasi gerakan volunter dan involunter. Tahap pertama pada
proses ingesti ini adalah koordinasi otot lengan dan tangan
membawa makanan ke mulut. Makanan di mulut terjadi proses
mengunyah yaitu proses penyederhanaan ukuran makanan yang
melibatkan gigi, kontrol volunter otot mulut, gusi, dan lidah.
Proses mengunyah ini dilakukan secara sadar dan diatur oleh
sistem saraf pusat. Proses mengunyah ini dilakukan untuk
memudahkan makanan masuk ke dalam esofagus dan tidak
mengiritasinya.
Dalam proses mengunyah ini, terjadi pencampuran
makanan dengan saliva. Bercampurnya saliva ini bukan hanya
menyebabkan terjadi pemecahan ukuran makanan di mulut,
melainkan juga terjadi proses digesti. Hal tersebt disebabkan
terdapatnya kandungan enzim ptialin dalam saliva, yang dapat
mengubah amilum menjadi maltosa. Saliva juga membuat
proses menelan lebih mudah sebab mengandung banyak air
yang berfungsi sebagai pelumas.
Tahap selanjutnya makanan dikunyah adalah proses
menelan. Menelan merupakan bergeraknya makanan dari mulut
ke esofagus menuju ke lambung. Proses menaln ini terjadi
secara refleks akibat penekanan pada bagian faring.
(Asmadi.2008; 75).

b. Digesti
Digesti merupakan rangkaian kegiatan fisik dan kimia
pada makanan yang dibaea ke dalam lambung dan usus halus.
Pada proses digesti ini terjadi penyederhanaan ukuran makanan
sampai dapat diabsorbsi oleh intestinal. Organ pencernaan yang
berperan pada proses ini diantaranya adalah mulut, faring,
esofagus, lambung, usus halus, dan kolon. (Asmadi.2008; 75).
2
c. Absorbsi
Absorbsi merupakan proses nutrien diserap usus melalui
saluran darah dan getah bening menuju ke hepar. Proses
absorbsi ini tidak merata di tiap bagian saluran pencernaan.
Misalnya, di lambung hanya terjadi proses absorbsi alkohol,
pada usus halus terjadi proses absorbsi yang paling utama yaitu
90% dari nutrien yang sudah dicerna dan sedikit absorbsi air.
Secara spesifik, absorbsi yang dilakukan pada usus halus adalah
sebagai berikut: pada usus halus bagian atas mengabsorbsi
vitamin yang larut dalam air, asam lemak, dan gliserol, natrium,
kalsium, Fe, serta klorida. Usus halus bagian tengah
mengabsorbsi monosakarida, asam amino, dan zat lainnya.
Sedangkan usus halus bagian bawah mengabsorbsi garam
empedu dan vitamin B12. Absorbsi air paling banyak dilakukan
di kolon. (Asmadi.2008; 77).

d. Metabolisme
Metabolisme adalah proses akhir penggunaan makanan
dalam tubuh yang meliputi semua perubahan kimia yang dialami
zat makanan sejak diserap oleh tubuh hingga dikeluarkan oleh
tubuh sebagai sampah. Proses metabolisme terjadi berbeda –
beda berdasarkan jenis nutrien. (Asmadi.2008; 78).
Metabolisme zat nutrisi terdiri atas tiga proses utama,
yaitu:
1) Katabolisme glikogen menjadi glukosa, karbon
dioksida, dan air (glikogenolisis).
2) Anabolisme glukosa menjadi glikogen yang akan
disimpan (glikogenesis).
3) Katabolisme asam amino dan gliserol menjadi
glukosa untuk energi (glukoneogenesis). (Potter &
Perry.2010; 281).
3
Glukosa yang merupakan hasil akhir digesti karbohidrat
akan mengalami proses oksidasi dan menghasilkan kalori,
energi, dan zat buangan seperti karbondioksida. Bila glukosa ini
tidak dipakai sebagai sumber energi, maka glukosa akan
mengalami proses glikogenesis dan menghasilkan glikogen yang
kemudian disimpan di hepar dan otot. Bila sewaktu – waktu
glukosa kurang, maka glikogen diubah kembali menjadi glukosa
(glikolisis). (Asmadi.2008; 78).
Protein oleh tubuh digunakan untuk aktivitas dalam tubuh,
sistem imun dan normalisasi pertumbuhan, memproduksi enxim,
memelihara sel, perbaikan jaringan, dan menjadi keseimbangan
cairan tubuh. Bila kekurangan protein, maka dapat
menyebabkan terjadinya edema, asites, dan gangguan
pertumbuhan. (Asmadi.2008; 78).
Jenis Metabolisme:
1) Metabolisme Karbohidrat
Metabolisme karbohidrat yang berbentuk
monosakarida dan disakarida diserap melalui
mukosa usus. Setelah proses penyerapan (di dalam
pembuluh darah), semua berbentuk monosakarida.
Bersama – sama dengan darah, karbohidrat ini di
bawa ke hati.
Monosakarida (fruktosa, galaktosa, serta
glukosa) yang masuk bersama – sama darah dibawa
ke hati. Di hati, ketiga monosakarida ini diubah
menjadi glukosa dan dialirkan melalui pembuluh
darah ke otot untuk dibakar, membentuk glikogen
melalui proses glikoneogenesis.
(AAA.Hidayat.2006; 64).

2) Metabolisme Lemak

4
Lemak diserap dalam bentuk gliserol asam
lemak. Gliserol larut dalam air sehingga dapat
diserap secara pasif, lagsung memasuki pembuluh
darah dan dibawa ke hati. Melalui beberapa proses
kimiawi, gliserol diubah menjadi glikogen,
selanjutnya mengikuti metabolisme hidrat arang
sampai menghasilkan tenaga. Jadi, gliserol diubah
menjadi tenaga melewati proses yang dilakukan oleh
karbohidrat. Asam lemak yang telah membentuk
emulsi setelah melewati dinding usus halus
memasuki pembuluh limpa. Bersama – sama dengan
getah bening emulsi, lemak dibawa ke dalam darah.
Pertemuan pembuluh darah bening dengan
pembuluh darah terjadi pada vena porta.
Bersama – sama dengan darah, sebagian
emulsi asam lemak dibawa ke hati dan dibentuk
menjadi trigliserida yang akan dialirkan kembali ke
dalam pembuluh darah. Trigliserida yang dialirkan
kembali ke dalam pembuluh darah tersebut adalah
lipoprotein. Metabolisme lemak menghasilkan
tenaga berbentuk ATP dengan sisanya
hidrogendioksida dan karbondioksida. Lemak akan
dibakar mempunyai hasil sampingan yang disebut
kolesterol. (AAA.Hidayat.2006; 64).

3) Metabolisme Protein
Pada umumnya protein diserap dalam bentuk
asam amino dan bersama – sama dengan darah di
bawah ke hati, kemudian dibersihkan dari toksin.
Proses masuknya asam amino dapat dikatakan tidak
5
bersifat dinamis dan selalu diperbarui. Asam amino
yang masuk tidak sebanding dengan jumlah asam
amino yang diperlukan untuk menutupi kekurangan
amino yang dipakai oleh tubuh.
(AAA.Hidayat.2006; 65).

e. Ekskresi
Ekskresi yaitu proses pembuangan zat – zat sisa
metabolisme dalam tubuh untuk menjaga homeostatis. Caranya
melalui defekasi, miksi, diaforesis, ekspirasi. Defekasi ialah
mengekskresi sisa metabolisme berupa fese melalui saluran
cerna. Miksi membuang sisa metabolisme dalam bentuk urin
yang dikeluarkan oleh urogenitalia. Diaforesis merupakan
mengeluarkan air dan karbondioksida. (Asmadi.2008; 78).

3. Macam- macam Nutrisi

Nutrisi yang dibutuhkan tubuh secara umum dapat dikelompokkan


menjadi lima, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.
Terdapat beberapa zat gizi yang berperan penting dalam proses
pertumbuhan yaitu :

a. Karbohidat

Fungsi utama karbohidrat ialah sebagai penyedia sumber


tenaga utama bagi tubuh berbentuk energi. 1 gram karbohidrat
menyediakan energi sebesar 4 kilokalori (Kal) bagi tubuh.
Karbohidrat berbentuk glukosa merupakan satu-satunya sumber
energi bagi otak dan sistem saraf. Karbohidrat disimpan sebagai
cadangan energi dalam tubuh berbentuk glikogen yang disimpan
dalam hati dan otot (Fikawati, Syafiq, & Veratamala, 2017).
Karbohidrat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu karbohidrat
sederhana dan karbohidrat kompleks. Karbohidrat sederhana
seperti fruktosa, glukosa, dan laktosa, dapat dijumpai dalam buah-
6
buahan, gula dan susu. Sedangkan karbohidrat kompleks dapat
ditemukan dalam sayuran berserat, gandum, nasi, sereal, oat dan
lain sebagainya (Boyle & Roth, 2010).

b. Protein

Protein merupakan komponen utama protoplasma di dalam


sel, selain ia dapat menjadi sumber energy juga berperan penting
dalam proses pertumbuhan. Protein berperan dalam pemeliharaan
jaringan, perubahan komposisi tubuh, serta proses regenerasi
jaringan. Komponen protein di dalam tubuh meningkat dari 14,6%
pada masa pertumbuhan menjadi 18-19% ketika berusia 4 tahun.
Estimasi kebutuhan protein pada masa pertumbuhan sekitar 1-
4g/kg BB (Boyle & Roth, 2010).

c. Lemak

Lemak menyumbangkan 40-50% energi yang dikonsumsi


oleh bayi. Lemak menyediakan sekitar 60% energi yang diperlukan
tubuh selama beristirahat. Walaupun kelebihan karbohidrat dan
protein dapat diubah dalam bentuk lemak, namun lemak tidak
dapat diubah dalam bentuk karbohidrat dan protein. Lemak
sebagai komponen utama pembentuk membran sel. Lemak juga
membantu penyerapan dan penyimpanan vitamin larut lemak,
seperti vitamin A, D, E dan K. Asam lemak esensial, seperti asam
lemak omega 3 dan omega 6 merupakan zat nutrisi penting yang
dibutuhkan dalam pertumbuhan otak. Namun, asam lemak ini
diperoleh dari luar, tidak disintesis sendiri oleh tubuh (Boyle &
Roth, 2010).

d. Kalsium

Kalsium berfungsi untuk pertumbuhan dan mineralisasi


tulang. Lebih dari 98% kalsium tubuh berebntuk tulamg dan 1%
nya lagi ada dalam cairan tubuh dan otot. Sebanyak 30-60% asupan
7
kalsium diserap oleh tubuh. Selain itu, kalsium juga membantu
menjaga detak jantung agar teratur dan mengirimkan impuls
saraf. Kalsium juga digunakan dalam pembentukan protein RNA
dan DNA untuk membantu aktivitas neuromuskuler. Kekurangan
kalsium dapat mengakibatkan insomnia, kram otot, gugup, mati
rasa, gangguan kognitif, depresi dan hiperaktif (Boyle & Roth,
2010).

e. Zat besi

Zat besi adalah bahan dasar dalam pembentukan hemoglobin


dan juga berperan dalam pengangkutan oksigen dan sari-sari
makanan ke seluruh sel di dalam tubuh. Hal ini penting untuk
pertumbuhan, sistem kekebalan tubuh dan produksi energy.
Kekurangan zat besi dapat disebabkan oleh aktivitas berlebih,
kurangnya asupan, pencernaan yang buruk, atau konsumsi teh dan
kopi yang berlebih. Tanda-tanda kekurangan zat besi, seperti
pusing, kelelahan, gugup, dan reaksi mental melambat (Boyle &
Roth, 2010).

4. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi

Beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi yaitu :

a. Ukuran Tubuh.
Merupakan peubah utama dalam menentukan pengeluaran energi
seseorang. Tubuh yang besar memiliki kebutuhan nutrisi yang
lebih besar (Almatsier,2001).
b. Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan dengan tinggi, berat, dan umur
yang sama mempunyai komposisi tubuh yang berbeda.

8
Perempuan memiliki banyak jaringan lemak dan lebih sedikit otot
daripada laki-laki (Almatsier, 2001).
c. Umur
Kebutuhan nutrisi pada usia muda lebih tinggi dari pada usia tua.
Waktu lahir akan meningkat kebutuhan nutrisi hingga umur dua
tahun dan akan berangsur menurun untuk meningkat lagi pada saat
remaja (Almatsier, 2001).

5. Penilaian Status Nutrisi

Status nutrisi menurut (Tarwoto dan Wartonah, 2010), karakteristik


status nutrisi ditentukan melalui adanya indeks massa tubuh (body mass
index-BMI) dan berat badan tubuh ideal (ideal body weight- IBW).

a. Body mass index (BMI)

Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang


dengan tinggi badan. BMI dihubungkan dengan total lemak
dalam tubuh dan sebagai panduan untuk mengkaji kelebihan
berat badan (over weight) dan obesitas.

Rumus BMI diperhitungkan :

BB(kg)/ TB(M) atau BB (pon) x 704,5/ TB (inchi)²

b. Ideal body weight (IBW)

Merupakan perhitungan berat badan optimal dalam


fungsi tubuh yang sehat. Berat badan ideal adalah jumlah
tinggi badan dalam sentimeter dikurangi 100 dan dikurangi
atau ditambah 10% dari jumlah tersebut.

Rumus IBW diperhitungkan :

(TB – 100) + 10%

Penilaian status nutrisi secara langsung

Antropometri memiliki arti sebagai ukuran tubuh manusia.


Pengukuran menggunakan metode ini dilakukan karena manusia
mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Metode antropometri
digunakan untuk melihat ketidakseimbangan nutrisi (asupan karbohidrat

9
dan protein). Metode ini memiliki keunggulan dimana alat mudah, dapat
digunakan berulang-ulang & objektif (Mardalena, 2017).

Antropometri sebagai indikator status nutrisi dapat dilakukan dengan


mengukur beberapa parameter. Parameter ini disebut dengan Indeks
Antropometri yang terdiri dari :

a. Berat badan menurut umur (BB/U)

b. Tinggi badan menurut umur (TB/U)

c. Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

d. Lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U)

e. Indeks masa tubuh (IMT)

Banyak sumber yang dapat digunakan untuk menggolongkan status


nutrisi dengan menggunakan indeks antropometri tetapi diperlukan tabel
bantu untuk mengetahui parameter normal kemudian untuk selanjutnya
digolongkan (Mardalena, 2017).

Penggolongan Keadaan Nutrisi Menurut Indeks Antropometri

Status nutrisi Ambang batas baku untuk keadaan nutrisi


berdasarkan indeks
BB/U TB/U BB/TB LLA/U LLA/
Nutrisi baik >80% >85% >90% >85% >85%
TB
Nutrisi kurang 61-80 % 71-85% 81-90% 71-85% 76-
Nutrisi buruk ≤60% ≤70% ≤80% ≤70% ≤75%
85%
Mardalena, 2017

Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Rujukan Buku WHO-NCHS

Berat badan menurut Berat badan


menurut
umur (BB/U)
tinggi badan
(BB/TB)
Nutrisi lebih >2 SD Gemuk >2 SD
Nutrisi baik ≤ 2 SD sampai 2 SD Normal ≥ -2 SD
sampai 2 SD

10
Nutrisi kurang >-2SD sampai ≥ -3 SD Kurus <-2 SD sampai
≥ -3 SD
Nutrisi buruk <- 3 SD Kurus <- 3 SD
sekali

6. Jenis Gangguan

Secara umum, gangguan nutrisi terdiri atas kekurangan dan


kelebihan nutrisi, obesitas, malnutrisi, diabetes melitus, hipertensi, jantung
korener, kanker dan anoreksia nervosa (Hidayat, 2009).

a. Kekurangan nutrisi

Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami


seseorang dalam keadaan tidak berpuasa (normal) atau resiko
penurunan berat badan akibat tidak kecukupan asupan nutrisi untuk
kebutuhan metabolisme. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari
yang kebutuhan, hal tersebut menyebabkan berat badan
berkurang dari normal. Apabila kondisi ini disertai kekurangan
protein, kerusakan sel terjadi yang tidak dapat diperbaiki,
akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit
menurun, atau mudah terkena infeksi pada organ tubuh yang vital.

b. Kelebihan nutrisi

Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang


dialami seseorang yang mempunyai resiko peningkatan berat badan
akibat asupan kebutuhan metabolisme secara berlebih. Kebiasaan
makan tersebut sulit untuk di ubah walaupun klien telah menyadari
untuk mengurangi makan.Kegemukan merupakan salah satu

11
pencetus berbagai penyakit, misalnya penyakit jantung, diabetes
mellitus, penyempitan pembuluh darah, dan tekanan darah tinggi.

7. Pengkajian

Status nutrisi seseorang, dalam hal ini klien dengan gangguan status
nutrisi, dapat dikaji dengan menggunakan pedoman A-B-C-D (Mubarak,
2008).

A: Pengukuran antropometrik

B: data biomedis

C: tanda – tanda klinis status nutrisi

D: Diet

Tujuan mengkaji kebutuhan nutrisi :

a. Mengidentifikasi adanya defisiensi nutrisi dan pengaruh


terhadap status kesehatan.

b. Mengumpulkan informasi khusus guna menetapkan rencana


asuhan keperawatan terkait nutrisi.

c. Menilai keefektifan asuhan keperawatan terkait


nutrisi dan kemungkinan untuk memodifikasi asuhan
tersebut.

d. Mengidentifikasi kondisi kelebihan nutrisi yang


berisiko menyebabkan obesitas, diabetes mellitus, penyakit
jantung, hipertensi.

e. Mengidentifikasi kebutuhan nutrisi pasien.

Pemeriksaan biokimia

Nilai yang umum digunakan pemeriksaan ini adalah kadar total


limfosit albumin serum, zat besi, transferrin serum,
kreatinin, hemoglobin, hematocrit, keseimbangan nitrogen, dan tes
antigen kulit (Mubarak, 2008).

Pemeriksaan fisik

12
Pemeriksaan yang dilakukan pada klien merupakan penilaian
kondisi fisik yang berhubungan dengan masalah nutrisi. Prinsip
pemeriksaan ini adalah head to toe yaitu dari kepala sampai kekaki.
Selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap tanda – tanda atau
gejala klinis defisiensi nutrisi.

Temuan Fisik Pada Pengkajian Head to Toe


Sistem Temuan pemeriksaan fisik
Integument 1. Lemak subkutan menyusut
2. Kulit kering dan tipis, rentan
terhadap trauma dan iritasi, serta
lambat sembuh
Mata Arcus senilis, penurunan visus

Telinga Pendengaran berkurang yang


selanjutnya dapat
berakibat gangguan bicara
Kardiopulmunar Curah jantung berkurang serta elastisitas
jantung dan
pembuluh darah berkurang. Walaupun
tidak ada kelainan paru namun dapat
terdengar ronki basal.
Muskuloskeletal Massa tulang berkurang, lebih jelas pada
wanita.

Gastrointestinal Mobilitas dan absorbsi saluran cerna


berkurang, daya
pengecap serta produksi saliva menurun.
Neurological Rasa raba juga berkurang, langkah
menyempit pada
wanita, dan pada pria agak melebar

Sumber: (Muhith Abdul, 2016)

Pengukuran antropometri

Metode pengukuran ini meliputi pengkajian ukuran dan proporsi


tubuh manusia. Pengukuran antropometrik terdiri atas:

1) Tinggi badan

Tinggi badan merupakan antropometri yang


menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada
13
keadaan normal, TB tumbuh seiring dengan pertambahan
umur. Tinggi badan merupakan parameter paling penting
bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika
umur tidak diketahui dengan tepat, serta dapat digunakan
sebagai ukuran kedua yang penting, karena dengan
menghubungkan BB terhadap TB (qua stick) faktor umur
dapat di kesampingkan.

Pengukuran tinggi badan dapat menggunakan alat


pengukur tinggi badan microtoise dengan kepekaan 0.1
cm dengan menggunakan satuan sentimeter atau inci.
Pengukuran dilakukan pada posisi berdiri lurus dan tanpa
menggunakan alas kaki.

2) Berat badan

Merupakan ukuran antropometri terpenting dan paling


sering digunakan. Pengukuran berat badan juga dapat
memberikan gambaran status gizi seseorang dengan
mengetahui indeks massa tubuh. Pengukuran berat badan ini
menggunakan timbangan injak seca.

3) Tebal lipatan kulit

Pengukuran ketebalan lipatan kulit merupakan cara


menentukan presentasi lemak pada tubuh. Lemak tubuh
merupakan penyusun komposisi tubuh yang merupakan salah
satu indikator yang bisa digunakan untuk memantau
keadaan nutrisi melalui kadar lemak dalam tubuh.
Pengukuran lipatan kulit mencerminkan lemak pada jaringan
subkutan, massa otot dan status kalori. Pengukuran ini dapat
juga digunakan untuk mengkaji kemungkinan malnutrisi,
berat badan normal atau obesitas.

4) Lingkar lengan atas

Lingkar lengan atas merupakan pengkajiam umum yang


digunakan untuk menilai status nutrisi. Pengukuran LILA
dilakukan dengan menggunakan sentimeter kain (tape
around). Tujuan pengukuran ini adalah mengevaluasi
pertumbuhan dan mengkaji status nutrisi serta ketersediaan
energi tubuh (Nasrullah, 2016).
14
Riwayat diet

Pengkajian riwayat diet dilakukan dengan mengkaji jumlah dan


jenis makanan yang dikonsumsi pasien selama 24 jam yang meliputi
karbohidrat, protein, lemak, sayur, buah – buahan, air, dan mineral.
Pengkajian asupan dan pola makan meliputi pengkajian dan
informasi mengenai makanan yang dikonsumsi, persiapan makanan,
dan kebiasaan makan (Moore 1997 dalam Mubarak, 2008).

Analisis diet klien dapat dilakukan dengan menggunakan


kelompok makanan harian (daily food groups) dan table komposisi
makanan (food composition table). Pola makan dan kebiasaan makan
dipengaruhi oleh budaya, latar belakang etnis, status sosial ekonomi,
dan aspek psikologi (Mubarak, 2008).

8. Diagnosa Keperawatan (SDKI)

a. Defisit nutrisi

Tanda dan Gejala Mayor

1). Subjektif

(tidak tersedia)

2). Objektif

a). Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal

Tanda dan Gejala Minor

1). Subjektif

a). Cepat kenyang setelah makan

b). Kram / nyeri abdomen

c). Nafsu makan menurun

2). Objektif

a). Bising usus hiperaktif

b). Otot mengunyah lemah

c). Otot menelan lemah

d). Membran mukosa pucat


15
e). Sariawan

f). Serum albumin turun

g). Rambut rontok berlebihan

h). Diare

b. Disfungsi motilitas gastrointestinal

Tanda dan Gejala Mayor

1). Subjektif

a). Mengungkapkan flatus tidak ada

b). Nyeri/ kram abdomen

2). Objektif

a). Suara peristaltik berubah (tidak ada, hipoaktif, atau


hiperaktif)

Tanda dan Gejala Minor

1). Subjektif

a). Merasa mual

2). Objektif

a). Residu lambung meningkat/ menurun

b). Muntah

c). Regurgitasi

d). Pengosongan lambung cepat

e). Distensi abdomen

f). Diare

g). Feses kering dan sulit keluar

h). Feses keras

c. Diare

Tanda dan Gejala Mayor


16
1). Subjektif

(tidak tersedia)

2). Objektif

a). Defekasi lebih dari tiga kali dalam 24 jam

b). Feses lembek atau cair

Tanda dan Gejala Minor

1). Subjektif

a). Urgency

b). Nyeri / kram abdomen

2). Objektif

a). Frekuensi peristaltik meningkat

b). Bising usus hiperaktif

9. Rencana Keperawatan

No Diagnosa SLKI SIKI

1. Defisit nutrisi Luaran Utama Manajemen Nutrisi

Defenisi: Kriteria Hasil: Observasi

Asupan nutrisi tidak a. Kekuatan otot a. Identifikasi status


cukup untuk menguyah nutrisi
memenuhi kebutuhan meningkat
metabolisme b. Identifikasi alergi
b. Kekuatan otot dan intoleransi
Penyebab: menelan makanan
meningkat
a. ketidak mampuan c. Identifikasi
menelan makanan c. Serum albumin makanan disukai
meningkat
b. ketidakmampuan d. Identifikasi
mencerna makanan d. Verbalisasi kebutuhan kalori
keinginan untuk dan jenis nutrien
c. ketidakmampuan meningkatkan
mengabsorpsi nutrisi nutrisi meningkat e. Identifikasi
17
d. peningkatan e. Pengetahuan perlunya
kebutuhan tentang pilihan penggunaan
metabolisme makanan yang selang nasogatrik
sehat meningkat
e. faktor ekonomi (mis f. Monitor asupan
. finansial tidak f. Pengetahuan makanan
mencukupi) tentang standar
asupan nutrisi yang g. Monitor berat
f. faktor psikologis tepat meningkat badan
(mis.stress, keenganan
untuk makan) g. Penyiapan dan h. Monitor hasil
penyimpanan pemeriksaan
Kondisi Klinis minuman aman laboratorium
Terkait meningkat Teraupetik
a. Stroke h. Penyiapan dan a. Lakukan oral
b. Parkinson penyimpanan hygiene
makanan aman sebelum
c. Mobius syndrome meningkat makan , jika
d. Cerebral palsy i. Sikap terhadap perlu
makanan/ b. Fasilitasi
e. Cleft lip
minuman sesuai menentukan
f. Cleft palate dengan tujuan pedoman diet
kesehatan (mis. Piramida
g. Amyotropic lateral meningkat makanan)
sclerosis
c. Sajikan
h. Kerusakan
makanan secara
neuromuskular
menarik dan
i. Luka bakar suhu yang
sesuai
j. Kanker
d. Berikan
k. Infeksi makanan tinggi
serat untuk
l. AIDS
mencegah
m. Penyakit crohn’s konstipasi

n. Enterokolitis e. Berikan
makanan tinggi
o. Fibrosis kostik kalori dan tinggi
protein

18
f. Berikan
suplemen
makanan, jika
perlu

g. Hentikan
pemberian
makanan
melalui selang
nasogastrik jika
asupan oral
dapat ditoleransi

Edukasi

a. Anjurkan posisi
duduk, jika
mampu

b. Ajarkan diet
yang
diprogramkan

Kolaborasi

a. Kolaborasi
pemberian
medikasi
sebelum makan
(mis. Pereda
nyeri, atlemetik)

b. Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori
dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika
19
perlu

2. Disfungsi motilitas Luaran Utama Konseling Nutrisi


gastrointestinal
Kriteria Hasil: Observasi
Defenisi:
a. Nyeri kram a. Identifikasi
Peningkatan, abdomen menurun kebiasaan makan
penurunan, tidak dan perilaku
efektif atau kurangnya b. Mual menurun makan yang akan
aktivitas peristaltik c. Muntah menurun diubah
gastrointestinal
d. Regurgitasi b. Identifikasi
Kondisi Klinis menurun kemajuan
Terkait: modifikasi diet
e. Distensi abdomen secara reguler
a. Pembedahan menurun
abdomen atau c. Monitor intake
usus f. Diare menurun output cairan,
nilai hemoglobin,
b. Malnutrisi g. Suara peristaltik
tekanan darah,
meningkat
c. Kecemasan kenaikan berat
h. Pengosongan badan, dan
d. Kanker empedu lambung kebiasaan
meningkat membeli makanan
e. Kolesistektomi

f. Infeksi i. Flatus meningkat Teraupetik


pencernaan a. Bina hubungan
teraupetik
g. Gastroesophageal
reflux disease b. Sepakati lama
(GERD) waktu pemberian
konseling
h. Dialisis
peritoneal c. Tetapkan tujuan
jangka pendek dan
i. Terapi radiasi
jangka panjang
j. Multiple organ yang realistis
dysfunction
d. Gunakan standar
syndrom
nutrisi sesuai
program diet
dalam
mengevaluasi
20
kecukupan asupan
makanan

e. Pertimbangkan
faktor-faktor yang
mempengaruhi
pemenuhan
kebutuhan gizi
(mis. Usia, tahap
pertumbuhan, dan
perkembangan
penyakit)

Edukasi

a. Informasikan
perlunya
modifikasi diet
(mis. Penurunan
atau penambahan
berat badan,
pembatasan
natrium atau
cairan,
pengurangan
kolesterol)

b. Jelaskan program
gizi dan persepsi
pasien terhadap
diet yang
diprogramkan

Kolaborasi

a. Rujuk pada ahli


gizi, jika perlu

3. Diare Luaran Utama Manajemen Diare

Defenisi: Kriteria Hasil: Observasi

Pengeluaran feses a. Keluhan defekasi a. Identifikasi


yang sering, lunak, lama dan sulit , penyebab diare

21
dan tidak berbentuk membaik (mis. Inflamasi
gastroitestinal.
Penyebab: b. Mengejan saat Iritasi
defekasi membaik gastrointestinal,
fisiologis
c. Distensi abdomen proses infeksi,
a. Inflamasi membaik malabsorpsi,
gastrointestinal ansietas, stres,
d. Teraba massa efek obat-obatan,
b. Iritasi pada rektal pemberian botol
gastrointestinal membaik susu)
c. Proses infeksi e. Urgency b. Identifikasi
d. Malabsorpsi membaik riwayat
pemberian
f. Nyeri abdomen
makanan
membaik
Psikologis c. Identifikasi
g. Kram abdomen
gejala invaginais
a. Kecemasan membaik
(mis. Tangisan
b. Tingkat stress h. Konsistensi feses keras, kepucatan
tinggi membaik bayi)

i. Frekuensi d. Monitor warna,


defekasi membaik volume,
Situasional frekuensi, dan
j. Peristaltik usus konsistensi tinja
a. Terpapar
membaik
kontaminan e. Monitor tanda
b. Terpapar toksin dan gejala
hipovelemia
c. Penyalahgunaan (mis. Takikardi,
laksatif nadi teraba
lemah, tekanan
d. Penyalah gunaan
darah turun,
zat
turgor kulit
e. Program turun, mukosa
pengobatan (agen mulut kering,
tiroid, analgesik, CRT lambat, bb
pelunak feses, menurun)
ferosulfat,
f. Monitor iritasi
antasida,
dan ulserasi kulit
cimetidine dan

22
antibiotik) didaerah perianal

f. Perubahan air dan g. Monitor jumlah


makanan pengeluaran diare

g. Bakteri pada air h. Monitor


keamanan
Kondisi Klinis penyiapan
Terkait: makanan
a. Kanker kolon Teraupetik
b. Diverticulitis a. Berikan asupan
c. Iritasi usus cairan oral
(mis.larutan
d. Crohn’s disease garam gula,
oralit, pedialite,
e. Ulkus peptikus
renalite)
f. Gastritis
b. Pasang jalur
g. Spasme kolon intravena

h. Kolitis ulseratif c. Berikan cairan


intravena
i. Hipertiroidisme (mis.ringer
asetat, ringer
j. Demam typoid
laktat)
k. Malaria
d. Ambil sampel
l. Sigelosis darah untuk
pemeriksaan
m. Kolera darah lengkap
n. Disentri dan elektrolit

o. Hepatitis e. Ambil sampel


feses untuk
kultur, jika perlu

Edukasi

a. Anjurkan
makanan porsi
kecil dan sering
secara bertahap

23
b. Anjurkan
menghindari
makanan
pembentuk gas,
pedas dan
mengandung
laktosa

c. Anjurkan
melanjutkan
pemberian ASI

Kolaborasi

a. Kolaborasi
pemberian obat
antimotilitas
(mis.
Loperamide,
difenoksilat)

b. Kolaborasi
pemberian obat
antispasmodic/
spasmolitik (mis.
Papaverin,
ekstrak
belladona,
mebeverine)

c. Kolaborasi
pemberian obat
pengeras feses
(mis. Atapulgit,
smektit, kaolin-
pektin)

24
10. Daftar Pustaka

Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) Standar Diagnosa Keperawatan


Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2018) Standar Luaran Keperawatan: Defenisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Asmadi.2008.Teknik Prosedural Keperawatan, Konsep dan Aplikasi


Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta:Salemba Medika

Perry & Potter. 2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,


Proses, dan Praktik Vol. 1. Edisi 4.Jakarta:EGC

Wartonah & Tartowo.2006.Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan Edisi 3.Jakarta:Salemba Medika

25

Anda mungkin juga menyukai