NUTRISI
DISUSUN OLEH :
FITRA MASJIDI
2008149010113
( ) ( )
(NUTRISI)
1. Pengertian
2. Fisiologi
a. Ingesti
1
Ingesti adalah proses masuknya makanan dan cairan dari
lingkungan ke dalam tubuh melalui proses menealn baik melalui
koordinasi gerakan volunter dan involunter. Tahap pertama pada
proses ingesti ini adalah koordinasi otot lengan dan tangan
membawa makanan ke mulut. Makanan di mulut terjadi proses
mengunyah yaitu proses penyederhanaan ukuran makanan yang
melibatkan gigi, kontrol volunter otot mulut, gusi, dan lidah.
Proses mengunyah ini dilakukan secara sadar dan diatur oleh
sistem saraf pusat. Proses mengunyah ini dilakukan untuk
memudahkan makanan masuk ke dalam esofagus dan tidak
mengiritasinya.
Dalam proses mengunyah ini, terjadi pencampuran
makanan dengan saliva. Bercampurnya saliva ini bukan hanya
menyebabkan terjadi pemecahan ukuran makanan di mulut,
melainkan juga terjadi proses digesti. Hal tersebt disebabkan
terdapatnya kandungan enzim ptialin dalam saliva, yang dapat
mengubah amilum menjadi maltosa. Saliva juga membuat
proses menelan lebih mudah sebab mengandung banyak air
yang berfungsi sebagai pelumas.
Tahap selanjutnya makanan dikunyah adalah proses
menelan. Menelan merupakan bergeraknya makanan dari mulut
ke esofagus menuju ke lambung. Proses menaln ini terjadi
secara refleks akibat penekanan pada bagian faring.
(Asmadi.2008; 75).
b. Digesti
Digesti merupakan rangkaian kegiatan fisik dan kimia
pada makanan yang dibaea ke dalam lambung dan usus halus.
Pada proses digesti ini terjadi penyederhanaan ukuran makanan
sampai dapat diabsorbsi oleh intestinal. Organ pencernaan yang
berperan pada proses ini diantaranya adalah mulut, faring,
esofagus, lambung, usus halus, dan kolon. (Asmadi.2008; 75).
2
c. Absorbsi
Absorbsi merupakan proses nutrien diserap usus melalui
saluran darah dan getah bening menuju ke hepar. Proses
absorbsi ini tidak merata di tiap bagian saluran pencernaan.
Misalnya, di lambung hanya terjadi proses absorbsi alkohol,
pada usus halus terjadi proses absorbsi yang paling utama yaitu
90% dari nutrien yang sudah dicerna dan sedikit absorbsi air.
Secara spesifik, absorbsi yang dilakukan pada usus halus adalah
sebagai berikut: pada usus halus bagian atas mengabsorbsi
vitamin yang larut dalam air, asam lemak, dan gliserol, natrium,
kalsium, Fe, serta klorida. Usus halus bagian tengah
mengabsorbsi monosakarida, asam amino, dan zat lainnya.
Sedangkan usus halus bagian bawah mengabsorbsi garam
empedu dan vitamin B12. Absorbsi air paling banyak dilakukan
di kolon. (Asmadi.2008; 77).
d. Metabolisme
Metabolisme adalah proses akhir penggunaan makanan
dalam tubuh yang meliputi semua perubahan kimia yang dialami
zat makanan sejak diserap oleh tubuh hingga dikeluarkan oleh
tubuh sebagai sampah. Proses metabolisme terjadi berbeda –
beda berdasarkan jenis nutrien. (Asmadi.2008; 78).
Metabolisme zat nutrisi terdiri atas tiga proses utama,
yaitu:
1) Katabolisme glikogen menjadi glukosa, karbon
dioksida, dan air (glikogenolisis).
2) Anabolisme glukosa menjadi glikogen yang akan
disimpan (glikogenesis).
3) Katabolisme asam amino dan gliserol menjadi
glukosa untuk energi (glukoneogenesis). (Potter &
Perry.2010; 281).
3
Glukosa yang merupakan hasil akhir digesti karbohidrat
akan mengalami proses oksidasi dan menghasilkan kalori,
energi, dan zat buangan seperti karbondioksida. Bila glukosa ini
tidak dipakai sebagai sumber energi, maka glukosa akan
mengalami proses glikogenesis dan menghasilkan glikogen yang
kemudian disimpan di hepar dan otot. Bila sewaktu – waktu
glukosa kurang, maka glikogen diubah kembali menjadi glukosa
(glikolisis). (Asmadi.2008; 78).
Protein oleh tubuh digunakan untuk aktivitas dalam tubuh,
sistem imun dan normalisasi pertumbuhan, memproduksi enxim,
memelihara sel, perbaikan jaringan, dan menjadi keseimbangan
cairan tubuh. Bila kekurangan protein, maka dapat
menyebabkan terjadinya edema, asites, dan gangguan
pertumbuhan. (Asmadi.2008; 78).
Jenis Metabolisme:
1) Metabolisme Karbohidrat
Metabolisme karbohidrat yang berbentuk
monosakarida dan disakarida diserap melalui
mukosa usus. Setelah proses penyerapan (di dalam
pembuluh darah), semua berbentuk monosakarida.
Bersama – sama dengan darah, karbohidrat ini di
bawa ke hati.
Monosakarida (fruktosa, galaktosa, serta
glukosa) yang masuk bersama – sama darah dibawa
ke hati. Di hati, ketiga monosakarida ini diubah
menjadi glukosa dan dialirkan melalui pembuluh
darah ke otot untuk dibakar, membentuk glikogen
melalui proses glikoneogenesis.
(AAA.Hidayat.2006; 64).
2) Metabolisme Lemak
4
Lemak diserap dalam bentuk gliserol asam
lemak. Gliserol larut dalam air sehingga dapat
diserap secara pasif, lagsung memasuki pembuluh
darah dan dibawa ke hati. Melalui beberapa proses
kimiawi, gliserol diubah menjadi glikogen,
selanjutnya mengikuti metabolisme hidrat arang
sampai menghasilkan tenaga. Jadi, gliserol diubah
menjadi tenaga melewati proses yang dilakukan oleh
karbohidrat. Asam lemak yang telah membentuk
emulsi setelah melewati dinding usus halus
memasuki pembuluh limpa. Bersama – sama dengan
getah bening emulsi, lemak dibawa ke dalam darah.
Pertemuan pembuluh darah bening dengan
pembuluh darah terjadi pada vena porta.
Bersama – sama dengan darah, sebagian
emulsi asam lemak dibawa ke hati dan dibentuk
menjadi trigliserida yang akan dialirkan kembali ke
dalam pembuluh darah. Trigliserida yang dialirkan
kembali ke dalam pembuluh darah tersebut adalah
lipoprotein. Metabolisme lemak menghasilkan
tenaga berbentuk ATP dengan sisanya
hidrogendioksida dan karbondioksida. Lemak akan
dibakar mempunyai hasil sampingan yang disebut
kolesterol. (AAA.Hidayat.2006; 64).
3) Metabolisme Protein
Pada umumnya protein diserap dalam bentuk
asam amino dan bersama – sama dengan darah di
bawah ke hati, kemudian dibersihkan dari toksin.
Proses masuknya asam amino dapat dikatakan tidak
5
bersifat dinamis dan selalu diperbarui. Asam amino
yang masuk tidak sebanding dengan jumlah asam
amino yang diperlukan untuk menutupi kekurangan
amino yang dipakai oleh tubuh.
(AAA.Hidayat.2006; 65).
e. Ekskresi
Ekskresi yaitu proses pembuangan zat – zat sisa
metabolisme dalam tubuh untuk menjaga homeostatis. Caranya
melalui defekasi, miksi, diaforesis, ekspirasi. Defekasi ialah
mengekskresi sisa metabolisme berupa fese melalui saluran
cerna. Miksi membuang sisa metabolisme dalam bentuk urin
yang dikeluarkan oleh urogenitalia. Diaforesis merupakan
mengeluarkan air dan karbondioksida. (Asmadi.2008; 78).
a. Karbohidat
b. Protein
c. Lemak
d. Kalsium
e. Zat besi
a. Ukuran Tubuh.
Merupakan peubah utama dalam menentukan pengeluaran energi
seseorang. Tubuh yang besar memiliki kebutuhan nutrisi yang
lebih besar (Almatsier,2001).
b. Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan dengan tinggi, berat, dan umur
yang sama mempunyai komposisi tubuh yang berbeda.
8
Perempuan memiliki banyak jaringan lemak dan lebih sedikit otot
daripada laki-laki (Almatsier, 2001).
c. Umur
Kebutuhan nutrisi pada usia muda lebih tinggi dari pada usia tua.
Waktu lahir akan meningkat kebutuhan nutrisi hingga umur dua
tahun dan akan berangsur menurun untuk meningkat lagi pada saat
remaja (Almatsier, 2001).
9
dan protein). Metode ini memiliki keunggulan dimana alat mudah, dapat
digunakan berulang-ulang & objektif (Mardalena, 2017).
10
Nutrisi kurang >-2SD sampai ≥ -3 SD Kurus <-2 SD sampai
≥ -3 SD
Nutrisi buruk <- 3 SD Kurus <- 3 SD
sekali
6. Jenis Gangguan
a. Kekurangan nutrisi
b. Kelebihan nutrisi
11
pencetus berbagai penyakit, misalnya penyakit jantung, diabetes
mellitus, penyempitan pembuluh darah, dan tekanan darah tinggi.
7. Pengkajian
Status nutrisi seseorang, dalam hal ini klien dengan gangguan status
nutrisi, dapat dikaji dengan menggunakan pedoman A-B-C-D (Mubarak,
2008).
A: Pengukuran antropometrik
B: data biomedis
D: Diet
Pemeriksaan biokimia
Pemeriksaan fisik
12
Pemeriksaan yang dilakukan pada klien merupakan penilaian
kondisi fisik yang berhubungan dengan masalah nutrisi. Prinsip
pemeriksaan ini adalah head to toe yaitu dari kepala sampai kekaki.
Selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap tanda – tanda atau
gejala klinis defisiensi nutrisi.
Pengukuran antropometri
1) Tinggi badan
2) Berat badan
a. Defisit nutrisi
1). Subjektif
(tidak tersedia)
2). Objektif
1). Subjektif
2). Objektif
h). Diare
1). Subjektif
2). Objektif
1). Subjektif
2). Objektif
b). Muntah
c). Regurgitasi
f). Diare
c. Diare
(tidak tersedia)
2). Objektif
1). Subjektif
a). Urgency
2). Objektif
9. Rencana Keperawatan
n. Enterokolitis e. Berikan
makanan tinggi
o. Fibrosis kostik kalori dan tinggi
protein
18
f. Berikan
suplemen
makanan, jika
perlu
g. Hentikan
pemberian
makanan
melalui selang
nasogastrik jika
asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
a. Anjurkan posisi
duduk, jika
mampu
b. Ajarkan diet
yang
diprogramkan
Kolaborasi
a. Kolaborasi
pemberian
medikasi
sebelum makan
(mis. Pereda
nyeri, atlemetik)
b. Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori
dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika
19
perlu
e. Pertimbangkan
faktor-faktor yang
mempengaruhi
pemenuhan
kebutuhan gizi
(mis. Usia, tahap
pertumbuhan, dan
perkembangan
penyakit)
Edukasi
a. Informasikan
perlunya
modifikasi diet
(mis. Penurunan
atau penambahan
berat badan,
pembatasan
natrium atau
cairan,
pengurangan
kolesterol)
b. Jelaskan program
gizi dan persepsi
pasien terhadap
diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
21
dan tidak berbentuk membaik (mis. Inflamasi
gastroitestinal.
Penyebab: b. Mengejan saat Iritasi
defekasi membaik gastrointestinal,
fisiologis
c. Distensi abdomen proses infeksi,
a. Inflamasi membaik malabsorpsi,
gastrointestinal ansietas, stres,
d. Teraba massa efek obat-obatan,
b. Iritasi pada rektal pemberian botol
gastrointestinal membaik susu)
c. Proses infeksi e. Urgency b. Identifikasi
d. Malabsorpsi membaik riwayat
pemberian
f. Nyeri abdomen
makanan
membaik
Psikologis c. Identifikasi
g. Kram abdomen
gejala invaginais
a. Kecemasan membaik
(mis. Tangisan
b. Tingkat stress h. Konsistensi feses keras, kepucatan
tinggi membaik bayi)
22
antibiotik) didaerah perianal
Edukasi
a. Anjurkan
makanan porsi
kecil dan sering
secara bertahap
23
b. Anjurkan
menghindari
makanan
pembentuk gas,
pedas dan
mengandung
laktosa
c. Anjurkan
melanjutkan
pemberian ASI
Kolaborasi
a. Kolaborasi
pemberian obat
antimotilitas
(mis.
Loperamide,
difenoksilat)
b. Kolaborasi
pemberian obat
antispasmodic/
spasmolitik (mis.
Papaverin,
ekstrak
belladona,
mebeverine)
c. Kolaborasi
pemberian obat
pengeras feses
(mis. Atapulgit,
smektit, kaolin-
pektin)
24
10. Daftar Pustaka
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2018) Standar Luaran Keperawatan: Defenisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
25