Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai

dengan peningkatan kadar glukosa darah(hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi

insulin, kerja insulin atau keduanya (smelzel dan Bare,2015). Diabetes melitus

merupakan suatu kelompok penyakit atau gangguan metabolik dengan karakteristik

hipeglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi urin, kerja insulin, atau kedua – duanya

( ADA,2017).

Berdasarkan patologinya, DM dibedakan kepada emapat golongan, yaitu; DM

disebabkan oleh kerusakan sel β pankreas, DM tipe-2 disebabkan oleh gangguan pada

reseptor sel β pankreas sehingga sel tidak mampu memproduksi insulin dalam jumlah dan

kualitas mencukupi, DM tipe-3 disebabkan oleh intoleransi glukosa yang timbul selama

masa kehamilan (diabetes gestasional), dan DM tipe lain disebabkan oleh berbagai faktor

yang menyebabkan jumlah atau kualitas insulin tidak mencukupi. DM tipe lain ini antara

lain disebabkan oleh defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit

eksokrin pankreas, endokrinopati, akibat kerja obat seperti kortikosteroid atau zat kimia,

infeksi, imunologi dan sindroma genetik lain. Kortikosteroid merupakan anti inflamasi

yang identik dengan kortisol, hormon steroid alami pada manusia yang disintesin dan

disekresi oleh korteks adrenal.Efek samping dari terapi kortikosteroid ini baik

kortikosteroid topikal maupun sistemik dapat timbul akibat pemberian yang terus

menerus terutama dalam dosis yang besar diantaranya seperti osteoporosis, katarak,

gejala Cushingoid, dan gangguan kadar gula darah.

Data WHO terdapat 347 juta orang yang menderita diabetes mellitus di seluruh

dunia, jika hal tidak diperhatikan tanpa adanya pencegahan dapat dipastikan jumlah

penderita diabetes mellitus akan meningkat setiap tahunnya termasuk Indonesia


(WHO,2014). Indonesia menempati urutan keempat setelah Amerika Serikat, India dan

Cina. Prevalansi diabetes mellitus di provinsi D.I.Yogyakarta sebanyak 1,6% tiap bulan,

angka tersebut di atas prevalensi rata rata nasional yaitu 0,7%. Kasus baru yang di

diagnosis pada tahun 2010 sebanyak 1,9 juta kasus (ADA,2014).

Selain prevalensi diabetes mellitus yang terus meningkat, penyakit diabetes juga

dapat menyebabkan berbagai gangguan.Gangguan yang dialami sangat mempengaruhi

dan memberikan dampak terhadap kehidupan.Komplikasi akut mapun kronis DM dapat

mengakibatkan kematian. Sampai saat ini DM merupakan salah satu faktor penyebab

kematian sebanyak 4-5 kali lebih besar (Permana,2009). Pengelolaan DM untuk

mencegah komplikasi meliputi 5 pilar yaitu perencanaan makan, latihan jamani, obat,

penyuluhan, dan pemantauan kadar glukosa sendiri (Mashudi,201). Pengelolaan DM ini

harus dilakukan seumur hidup.

Angka kejadian penderita di Sumatera Barat, diabetes mellitus yang mencapai

peringkat ke 16 dari 34 provinsi di Indonesia 9.569 juta jiwa (Riskesdas 2013).

Prevalensi diabetes mellitus di Sumatera Barat yang penderita diabetes melitus sebanyak

2,1% (2007) menjadi 2,2% dengan karakteristik umur 40-60, yang berjenis kelamin

perempuan dan perguruan tinggi 2,8% dan status pekerjaan wiraswasta 2,4% yang tinggal

di perkotaan (Riskesdas, 2013). Data yang diperoleh dari Rekam Medis RSI bukitinggi,

Diabetes melitus merupakan penyakit dengan peringkat ke tiga dari penyakit terbanyak di

RSI sedangkan menempati urutan pertama dari poliklinik penyakit dalam pada tahun

2017, dengan jumlah kunjungan penderita DM tipe II pada tahun 2016 sebanyak 1899

orang dan meningkat pada tahun 2017 sebanyak 2590 orang, sedangkan jumlah pasien

DM tiap bulan sebanyak 124 orang (Rekam Medik RSI, 2019).

Berdasarkan latar belakang diatas kelompok tertari untuk menyusun makalah

dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan Diabetes Melitus di Ruang

Rawat Interne RSI Ibnu Sina Yarsi Bukittinggi”


B. RumusanMasalah

Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah dari makalah ini adalah “Bagaimana

Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah dari makalah ini adalah “Bagaimana

Asuhan Keperawatan Pada Ny.R Dengan Diabetes Melitus di Ruang Rawat Interne RSI Ibnu Sina

Yarsi Bukittinggi?”

C. TujuanPenulisan

1. Tujuan Umuam

Mampu melaksanakan asuhan keperawatanPada Ny. R Dengan Diabetes Melitus di Ruang

Rawat Interne RSI Ibnu Sina Yarsi Bukittinggi

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien Diabetes Melitus

b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien Diabetes Melitus

c. Mahasiswa mampu merumuskan intervensi keperawatan pasien Diabetes Melitus

d. Mahasiswa mampu memberikan implementasi keperawatan pada pasien Diabetes Melitus

e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien Diabetes Melitus

f. Mahasiswa mampu melakukan dokumentasi keperawatan pada pasien Diabetes Melitus.

g. Manfaat Penulisan

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk peningkatan pasien dalam

keluarga pasien Diabetes Melitus yang di rawat di ruang Interne RSI Ibnu Sina Yarsi Sumbar

Bukittinggi dengan riwayat penyakit diabetes mellitus .


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR DIABETES MELLITUS

1. Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan

peningkatan kadar glukosa darah(hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin,

kerja insulin atau keduanya (smelzel dan Bare,2015). Diabetes melitus merupakan suatu

kelompok penyakit atau gangguan metabolik dengan karakteristik hipeglikemia yang

terjadi karena kelainan sekresi urin, kerja insulin, atau kedua – duanya (ADA,2017).

Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak

cukup dalam memproduksi insulin atau ketika tubuh tidak efisien menggunakan insulin

itu sendiri. Insulin adalah hormon yang mengatur kadar gula darah. Hiperglikemia atau

kenaikan kadar gula darah, adalah efek yang tidak terkontrol dari diabetes dan dalam

waktu panjang dapat terjadi kerusakan yang serius pada beberapa sistem tubuh, khususnya

pada pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner), mata (dapat terjadi

kebutaan), ginjal (dapat terjadi gagal ginjal) (WHO,2011) Diabetes Mellitus (kencing

manis) adalah suatu penyakit dengan peningkatan glukosa darah diatas normal. Dimana

kadar diatur tingkatannya oleh hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas (Shadine,

2010).
2. Anatomi Fisiologi

Menurut Gonzaga.B (2010), prankreas terletak melintang dibagian atas abdomen

dibelakang glaster didalam ruang retroperitonial. Disebelah kiri ekor prankreas mencapai

hiluslinpa diarah kronio dorsal dan bagian kiri atas kaput prankreas dihubungkan dengan

corpus oleh leher prankreas yaitu bagian prankreas yang lebar biasanya tidak lebih dari 4

cm, arteri dan vena mesentrika superior berada dibagian kiri prankreas ini disebut processus

unsinatis prankreas.

Menurut Gonzaga Prankreas terdiri dari 2 jaringan utama yaitu:

a) Asinus yang menyekresi getah pencernaan keduodenum.

b) Pulau langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi insulin

d24eddan glukagon langsung ke darah.Pulau langerhans manusia mengandung tiga

jenis sel utama yaitu sel alfa, beta dan delta yang satu sama lain dibedakan dengan

struktur dan sifat pewarnaannya. Sel beta mengekresi insulin, sel alfa mengekresi

glukagon, dan sel-sel delta mengekresisomatostatin.

a. FisiologiPrankreas

Menurut Gongzaga 2010, Prankreas disebut sebagai organ rangkap, mempunyai 2

fungsi yaitu sebagai kelenjer eksokrin dan kelenjer endokrin.Fungsi eksokrin

menghasilkan sekret yang mengandung enzim yang dapat menghidrolisis protein,

lemak, dan karbohidrat, sedangkan endokrin menghasilkan hormon insulin dan

glukagon yang memegang peranan penting pada metabolisme karbohidrat.Kelenjer


prankreas dalam mengatur metabolisme glukosa dalam tubuh berupa hormon hormon

yang disekresikan oleh sel-sel di pulau langerhans.

Hormon ini dapat diklasifikasikan sebagai hormon yang merendahkan kadar

glukosa darah yaitu insulin dan hormon yang dapat meningkatkan glukosa darah

yaituglukagon.

Menururt Gonzaga (2010) ,Prankreas dibagi menurut bentuk nya :

a. Kepala (kaput) merupakan bahagian paling besar terletak di sebelah kanan

umbilical dalam lekukanduodenum.

b. Badan (korpus) merupakan bagian utama organ itu letaknya sebelah lambung dan

depan vertebra lumbalispertama.

c. Ekor(kauda) adalah bagian runcing sebelah kiri, dan yang sebenarnya menyentuh

lympa

Pulau langerhans mengandung 3 jenis sel utama yakni sel-alfa, sel beta dan sel

delta. Sel beta mencakup kira kira 60% dari semua sel terletak terutama ditengah

setiap pulau dan mensekresikan insulin.granula sel Bmerupakan bungkusan insulin

dalam sitoplasma sel. Tiap bungkusan bervariasi antara spesies 1 sengan yang lain.

Dalam sel B, muloekus insulin membentuk polimer komplek dengan seng.Perbedaan

dalam bentuk bungkusan ini mungkin karena perbedaan ukuran polimer atau akregat

sel dari isulin.Insulin disintesis dalam retikulum endoplasma sel B, kemudian diangkut

ke aparatus kolgi, tempat ini dibungkus didalam granula yang diikat membran.

Kranula ini bergerak ke dinding sel oleh suatu proses yang sel mengeluarkan insulin

kedaerah luar gengangexsosotosis.

Kemudian insulin melintasi membran basalis sel B serta kapiler berdekatan dan

endotel fenestra kapiler untuk mencapai aliran darah.Sel alfa yang mencakup kira kira

25% dari seluruh sel mensekresikan glukagon.Sel delta yang merupakan 10% dari

seluruh sel yang mensekresikan somatostatin.


b. HormonInsulin

Insulin terdiri dari dua rantai asam amino satu sama lain dihubungkan oleh ikatan

disulfide. Sekresi insulin diatur oleh glukosa darah dan asam amino yang memegang

peran penting. Perangsang adalah glukosa darah. Kadar glukosa darah 80-90 mg/ml.

(Gongzaga2010)

Efek utama insulin terhadap metabolisme karbohidrat :

a. Manambah kecepatan metabolismeglukosa

b. Mengurangi kosentrasi guladarah

c. Menambah penyimpanan glukosa kejaringan

c. Glukagon

Glukagon adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel sel alfa pulau langerhans

mempunyai beberapa fungsi berlawanan dengan insulin fungsi terpenting adalah

meningkatkan kosentrasi glukosa dalam darah. (Biologi Gongzaga 2010)

Dua efek glukagon pada metabolisme glukosa darah:

a. Pemecahan glikagon(glikogenolisis)

b. Peningkatan glikogen(glikogenesis)

Menurut Smelzer 2015, Diabetes melitus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil

dari sel sel beta dari pulau pulau langerhans pada prankreas yang berfungsi menghasilkan

insulin, akibatnya kekurangan insulin.

3. Etiologi Diabetes Mellitus

Menurut Smeltzer 2015Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi

1) Diabetes Melitus tergantung insulin (DM TIPE1)

a. Genetik

Umunya penderita diabetes tidak mewarisi diabetes type 1 namun mewarisi sebuah

predisposisis atau sebuah kecendurungan genetik kearah terjadinya diabetes type

1.Kecendurungan genetik ini ditentukan pada individu yang memiliki type antigen
HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA ialah kumpulan gen yang

bertanggung jawab atas antigen tranplantasi & proses imunnya. (Smeltzer 2015

danbare,2015)

b. Imunologi

Pada diabetes type 1 terdapat fakta adanya sebuah respon autoimum.Ini adalah

respon abdomal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh secara bereaksi

terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya sebagai jaringan asing. (Smeltzer 2015

danbare,2015)

c. Lingkungan

Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi

selbeta. (Smeltzer 2015 dan bare,2015).

2) Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin (DM TIPEII)

Menurut Smeltzel 2015 Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin

dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor

genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

Faktor-faktor resiko :

a) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)

b) Obesitas

c) Riwayatkeluarga

3) DM Tipe Lain Atau Diabetes Sekunder

diabetes sebagai akibat dari penyakit lain. Diabetes sekunder muncul setelah adanya

suatu penyakit yang mengganggu produksi insulin atau memengaruhi kerja insulin

(Tandra,2017)

4. Manifestasi Klinis

Menurut PERKENI (2015) , penyakit diabetes melitus ini pada awalnya seringkali

tidak dirasakan dan tidak disadari penderita. Tanda awal yang dapat diketahui bahwa
seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan

kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160-180

mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula

(glucose),sehingga urine sering dilebung atau dikerubutisemut.


Menurut PERKENI gejala dan tanda tanda DM dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:

1) Gejala akut penyakitDM


Gejala penyakit DM bervariasi pada setiap, bahkan mungkin tidak menunjukan gejala

apapun sampai saat tertentu. Pemulaan gejala yang ditunjukanmeliputi:

a. Lapar yang berlebihan atau makanbanyak(poliphagi)

Pada diabetes,karena insulin bermasalah pemaasukan gula kedalam sel sel tubuh

kurang sehingga energi yang dibentuk pun kurang itun sebabnya orang menjadi

lemas. Oleh karena itu, tubuh berusaha meningkatkan asupan makanan dengan

menimbulkan rasa lapar sehingga timbulah perasaan selalu ingin makan

b. Sering merasahaus(polidipsi)

Dengan banyaknya urin keluar, tubuh akan kekurangan air atau dehidrasi.untu

mengatasi hal tersebut timbulah rasa haus sehingga orang ingin selalu minum dan

ingin minum manis, minuman manis akan sangat merugikan karena membuat kadar

gula semakin tinggi.

c. Jumlah urin yang dikeluarkanbanyak(poliuri)

Jika kadar gula melebihi nilai normal , maka gula darah akan keluar bersama
60
urin,untu menjaga agar urin yang keluar, yang mengandung gula,tak terlalu pekat,

tubuh akan menarik air sebanyak mungkin ke dalam urin sehingga volume urin yang

keluar banyak dan kencing pun sering.

2) Gejala kronik penyakitDM


Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM (PERKENI, 2015) adalah:

a. Kesemutan

b. Kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusukjarum

c. Rasa tebaldikulit
d. Kram

e. Mudahmengantuk

f. Matakabur

g. Biasanya sering ganti kacamata

h. Gatal disekitar kemaluan terutama padawanita

i. Gigi mudah goyah dan mudahlepas

j. Kemampuan seksualmenurun

k. Dan para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam

kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari4kg

5. Patofisiologi Diabetes Mellitus

Menurut Price dan Sylvia (2012), diabetes Mellitus (DM) merupakan kelainan

metabolisme yang disebabkan oleh terjadinya kerusakan pada sel-sel β pulau Langerhans

dalam kelenjar pankreas, sehingga hormon insulin disekresikan dalam jumlah yang sedikit,

bahkan tidak sama sekali. Diabetes mellitus juga dapat disebabkan oleh terjadinya penurunan

sensitifitas reseptor hormon insulin pada sel.

Metabolisme adalah proses pembentukan energi di dalam tubuh. Dalam proses


61
metabolisme insulin memegang peranan penting yaitu bertugas memasukkan glukosa ke dalam

sel, untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan bakar. Insulin adalah suatu zat atau

hormone yang disekresikan oleh sel–sel beta yang salah satu dari empat tiap sel dalam pulau–

pulau langerhans pankreas.Insulin diumpamakan sebagai anak kunci yang dapat membuka

pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk kemudian di dalam sel glukosa itu dioksidasi

menjadi energi atau tenaga (Julianto Eko, 2011).

Pada diabetes tipe lainnya terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin

karena sel–sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Disamping itu, glukosa
yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah

dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan) (Brunner and Suddarth, 2013).

Tidak adanya insulin disebabkan oleh reaksi autoimun yang disebebkan karena adanya

peradangan di sel beta pankreas.Ini menyebabkan timbulnya reaksi antibodi terhadap sel beta

yang disebut ICA (Islet Cell Antibody).Reaksi antigen dengan antibodi yang ditimbulkan

menyebabkan hancurnya sel beta (Julianto Eko, 2011).

Menurut Brunner and Suddarth (2013), apabila konsentrasi glukosa dalam darah cukup

tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar.Akibatnya,

glukosa tersebut muncul dalam urine (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan

diekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang

berlebihan. Keadaan ini dinamakan diueresis osmotic. Sebagai akibat dari kehilangan cairan

yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus

(polidipsia).

Penderita Diabetes Mellitus dapat mengalami perubahan atherosklerotik pada arteri-

arteri besar, perubahan-perubahan ini sama seperti pada orang non diabetik, insulin berperan

utama dalam memetabolisme lemak atau lipida. Pada penderita Diabetes Mellitus sering terjadi
62
kelainan lipida.Hiperliproteinemia pada Diabetes mellitus merupakan akibat dari adanya very

low density lipoprotein yang berlebihan. Pengecilan lumen pembuluh-pembuluh darah besar

membahayakan pengiriman oksigen ke jaringan dan dapat menyebabkan iskemia jaringan,

sehingga dapat timbul penyakit vaskuler seperti: penyakit cerebravaskuler, penyakit arteri

koroner, sternosis arteri renalis, vaskuler perifer dan penyakit ekstermitas seperti gangren.

Pada diabetes tipe lainnya terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan

insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat

dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut, terjadi suatu reaksi dalam metabolisme glukosa dalam sel. Resistensi insulin pada

diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi

tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa olehjaringan.

Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin, namun masih terdapat insulin dengan jumlah

yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang

menyertainya.Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe lainnya.Untuk

sebagian besar pasien (kurang lebih 75%), penyakit diabetes tipe lainnya yang didieritanya

ditemukan secara tidak sengaja (misalnya, pada saat pasien menjalani pemeriksaan laboratorium

yang rutin).Salah satu konsekuensi tidak terdeteksinya penyakit diabetes jangka bertahun–tahun

adalah komplikasi diabetes jangka panjang (misalnya, kelainan mata, neuropati perifer, kelainan

vaskuler perifer) mungkin sudah terjadi sebelum diagnosa ditegakan.

6. Pemeriksaan diagnostic

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :

1. Pemeriksaandarah
63
No Pemeriksaan Normal

1 Glukosa darah >200mg/dl

2 sewaktu Glukosa >140mg/dl

3 darah puasa >200mg/dl

Glukosa darah 2 jam setelah makan

(Menurut WHO (World Health Organization) ,2015)

2. Pemeriksaan fungsitiroid

Peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan
akan insulin.

3. Urine

Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan

cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine :

hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).

7. Penatalaksanaan Diabetes mellitus

a. Diet

Syarat diet hendaknya dapat:

1) Memperbaiki kesehatan umum penderita

2) Mengarahkan pada berat badannormal

3) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopatidiabetic

4) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita

Prinsip dietDM,adalah:

1) Jumlah sesuaikebutuhan

2) Jadwal dietketat

3) Jenis: boleh dimakan/tidak 64


Dalam melaksanakan diet diabetes sehari hari hendaknya diikuti

pedoman 3 J yaitu:

1) Jumlah kalori yang diberikan harus habis,jangan dikurangi atau

ditambah

2) Jadwal diet harus sesuai dengan intervalnya

3) Jenis makanan yang manis harusdihindari

Penentuan jumlah kalori diet DM harus disesuaikan oleh status gizi


penderita,penetuan gizi dilaksankan dengan menghitung percentage of

relative body weight( BPR=berat badan normal) dengan rumus:

BPR=BB(kg) X 100%

TB(cm) -100

Keterangan :

1) Kurus(underweight) :BPR<90%

2) Normal(ideal) :BPR 90% -110%

3) Gemuk(overweight) :BPR >110%

4) Obesitasapabila :BPR>120%

a) Obesitasringan :BPR 120% -130%

b) Obesitassedang :BPR 130% -140%

c) Obesitasberat :BPR 140 – 200%

d) Morbid :BPR >200%

b. Olahraga

Beberapa kegunaan olahraga teratur setiap hari bagi penderita DM adalah:

1) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 11/2 jam


65
sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita

dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan

meningkatkan sensivitas insulin denganreseptornya

2) Mencegah kegemukan bila ditambah olahraga pagi dansore

3) Memperbaiki aliran perifer dan menanbah suplaioksigen

4) Meningkatkan kadar kolestrol – high densitylipoprotein

5) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka olahraga akan

dirangsang pembentukan glikogenbaru


6) Menurunkan kolesterol(total) dan trigliserida dalam darah karena

pembakaran asam lemak menjadi lebihbaik

c. Edukasi/penyuluhan

Harus rajin mencari banyak informasi mengenai diabetes dan pencegahannya.

Misalnya mendengarkan pesan dokter, bertanya pada dokter, mencari artikel

mengenai diabetes

d. Pemberianobat-obatan

Pemberian obat obatan dilakukan apabila pengcegahan dengan cara

(edukasi,pengaturan makan,aktivitas fisik) belum berhasil, bearti harus

diberikan obat obatan

e. Pemantauan guladarah

Pemantauan gula darah harus dilakukan secara rutin ,bertujuan untuk

mengevaluasi pemberian obat pada diabetes. Jika dengan melakukan lima

pilar diatas mencapai target,tidak akan terjadi komplikasi.

8. Komplikasi Diabetes Mellitus

Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang dapat menimbulkan berbagai macam
66
komplikasi, antara lain :

1. MetabolikAkut

Kompikasi metabolik akut pada penyakit diabetes melitus terdapat tiga macam yang

berhubungan dengan gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka

pendek,diantaranya:

a. Hipoglikemia

Hipoglikemia (kekurangan glukosa dalam darah) timbul sebagai komplikasi diabetes

yang disebabkan karena pengobatan yang kurang tepat (Smeltzer & Bare,2008).
b. Ketoasidosisdiabetik

Ketoasidosis diabetik (KAD) disebabkan karena kelebihan kadar glukosa dalam

darah sedangkan kadar insulin dalam tubuh sangat menurun sehingga mengakibatkan

kekacauan metabolik yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis

(Soewondo,2012).

c. Sindrom HHNK (koma hiperglikemia hiperosmoler nonketotik)

Sindrom HHNK adalah komplikasi diabetes melitus yang ditandai dengan

hiperglikemia berat dengan kadar glukosa serum lebih dari 600 mg/dl (Price &

Wilson, 2012).

2. Komplikasi metabolikkronik

Komplikasi metabolik kronik pada pasien DM menurut Price & Wilson (2012) dapat

berupa kerusakan pada pembuluh darah kecil (mikrovaskuler) dan komplikasi pada

pembuluh darah besar (makrovaskuler)diantaranya:

a. Komplikasi pembuluh darah kecil(mikrovaskuler)

Komplikasi pada pembuluh darah kecil (mikrovaskuler) yaitu:

- Kerusakan retina mata(Retinopati)


67
Kerusakan retina mata (Retinopati) adalah suatu mikroangiopati ditandai

dengan kerusakan dan sumbatan pembuluh darah kecil (Pandelaki, 2009).

- Kerusakan ginjal (Nefropatidiabetik)

Kerusakan ginjal pada pasien DM ditandai dengan albuminuria menetap

(>300 mg/24jam atau >200 ih/menit) minimal 2 kali pemeriksaan dalam

kurun waktu 3-6 bulan.Nefropati diabetik merupakan penyebab utama

terjadinya gagal ginjalterminal.

- Kerusakan syaraf (Neuropatidiabetik)


Neuropati diabetik merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan

pada pasien DM. Neuropati pada DM mengacau pada sekelompok

penyakit yang menyerang semua tipe saraf (Subekti, 2009).

b. Komplikasi pembuluh darah besar(makrovaskuler)

1. Penyakit jantungcoroner

Komplikasi penyakit jantung koroner pada pasien DM disebabkan karena adanya

iskemia atau infark miokard yang terkadang tidak disertai dengan nyeri dada atau

disebut dengan SMI (Silent Myocardial Infarction) (Widiastuti,2012).

2. Penyakitserebrovaskuler

Pasien DM berisiko 2 kali lipat dibandingkan dengan pasien non-DM untuk

terkena penyakit serebrovaskuler. Gejala yang ditimbulkan menyerupai gejala

pada komplikasi akut DM, seperti adanya keluhan pusing atau vertigo,

gangguan penglihatan, kelemahan dan bicara pelo (Smeltzer & Bare,2008).

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatan
68
Pengumpulan data meliputi :
1) Biodata
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan dan pekerjaan.

Penyakit Diabetes Mellitus sering muncul setelah seseorang memasuki usia 45 tahun

terlebih pada orang dengan berat badan berlebih (Sukarmin &Riyadi , 2013).

2) Riwayatkesehatan

Keluhan utama : Keluhan utama yang biasanya dirasakan oleh klien Diabetes Mellitus yaitu

badan terasa sangat lemas sekali disertai dengan penglihatan kabur, sering kencing
(Poliuria), banyak makan (Polifagia), banyak minum (Polidipsi) (Riyadi dan Sukarmin,

2013).

3) Riwayat kesehatansekarang

Keluhan dominan yang dialami klien adalah munculnya gejala sering buang air kecil

(poliuria), sering merasa lapar dan haus (polifagi dan polidipsi), luka sulit untuk sembuh,

rasa kesemutan pada kaki, penglihatan semakin kabur,cepat merasa mengantuk dan mudah

lelah, serta sebelumya klien mempunyai berat badan berlebih (Riyadi dan Sukarmin, 2013).

4) Riwayat penyakitdahulu

Menurut Riyadi dan Sukarmin (2013) penyakit Diabetes Mellitus klien pernah mengalami

kondisi suatu penyakit dan mengkonsumsi obat- obatan atau zat kimia tertentu. Penyakit

yang dapat menjadi pemicu timbulnya Diabetes Mellitus dan perlu dilakukan pengkajian

diantaranya:

a. Penyakitpankreas

b. Gangguan penerimaaninsulin

c. Gangguanhormonal

d. Pemberian obat-obatan seperti:


69
a. Furosemid(diuretik)

b. Thiazid(diuretik) (Riyadi dan Sukarmin,2013)

5) Riwayat penyakitkeluarga

Diabetes Mellitus dapat berpotensi pada keturunan keluarga, karena kelainan gen yang dapat

mengakibatkan tubuhnya tidak dapat menghasilkan insulin dengan baik (Riyadi dan

Sukarmin, 2013).

6) Riwayatkehamilan

Pada umumnya Diabetes Mellitus dapat terjadi pada masa kehamilan, yang terjadi hanyalah
pada saat hamil saja dan biasanya tidak dialami setelah masa kehamilan serta diperhatikan

pula kemungkinan mengalami penyakit Diabetes Mellitus yang sesungguhnya dikemudian

hari (Riyadi dan Sukarmin, 2013).

7) Riwayatpsikososial

Diabetes Mellitus dapat terjadi jika klien pernah mengalami atau sedang mengalami stress

baik secara fisik maupun emosional (yang dapat meningkatkan kadar hormone stress seperti

kortisol, epinefrin, dan glukagon) yang dapat menyebabkan kadar gula darah meningkat

(Susilowati, 2014).

8) Pola fungsi kesehatan

a. Pola metabolik nutrisi

Penderita Diabetes Mellitus selalu ingin makan tetapi berat badan semakin turun,

cenderung mengkonsumsi glukosa berlebih dengan jam dan porsi yang tidak teratur,

karena glukosa yang ada tidak dapat ditarik kedalam sel sehingga terjadi penurunan

masa sel. Pada pengkajian intake cairan yang terkaji sebanyak 2500 – 4000 cc per hari

dan cenderung manis (Susilowati,2014).

b. Pola eliminasi
70
Data eliminasi buang air besar pada klien Diabetes Millitus tidak ada perubahan yang

mencolok.Frekuensinya satu hingga dua kali perhari dengan warna kekuningan,

sedangkan pada eliminasi buang air kecil. Jumlah urin yang banyak akan dijumpai baik

secara frekuensi maupun volume ( pada frekuensi biasanya lebih dari 10 x perhari,

sedangkan volumenya mencapai 2500 – 3000 cc perhari). Untuk warna tidak ada

perubahan sedangkan bau ada unsur aroma gula (Susilowati, 2014).

c. Pola aktivitas

Penderita Diabetes Mellitus mengalami penurunan gerak karena kelemahan fisik, kram
otot, penurunan tonus otot gangguan istirahat dan tidur, takikardi atau takipnea pada

saat melakukan aktivitas hingga terjadi koma. Adanya luka gangren dan kelemahan

otot-otot bagian tungkai bawah pada penderita Diabetes Mellitusakan mengalami

ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara maksimal serta mudah

mengalami kelelahan. Penderita Diabetes Mellitus mudah jatuh karena penurunan

glukosa pada otak akan berakibat penurunan kerja pusat keseimbangan

(diserebrum/otak kecil) (Susilowati, 2014).

d. Pola tidur danistirahat

Pada penderita Diabetes Mellitus mengalami gejala sering kencing pada malam hari

(Poliuria) yang mengakibatkan pola tidur dan waktu tidur penderita mengalami

perubahan (Susilowati, 2014).

e. Pola konsep diri

Mengalami penurunan harga diri karena perubahan penampilan, perubahan identitas diri

akibat tidak bekerja, perubahan gambaran diri karena mengalami perubahan fungsi dan

struktur tubuh, lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan serta pengobatan

menyebabkan klien mengalami gangguan peran pada keluarga serta kecemasan


71
(Susilowati, 2014).

f. Aktualisasidiri

Kebutuhan ini merupakan kebutuhan puncak pada hirarki kebutuhan Maslow, jika klien

sudah mengalami penurunan harga diri maka klien sulit untuk melakukan aktivitas di

rumah sakit enggan mandiri, tampak tak bergairah, dan bingung (Susilowati,2014).

g. Pola nilai keyakinan

Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan kebutuhan mendapatkan sumber

kesembuhan dari Tuhan (Susilowati, 2014).


1. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum :Cukup

2) Tingkat kesadarankesehatan

Kesadaran composmentis, latergi, strupor, koma, apatis tergantung kadar gula yang

tidak stabil dan kondisi fisiologi untuk melakukan konpensasi kelebihan gula darah.

3) Tanda tandavital

Frekuensi nadi dan tekanan darah : takikardi dan hipertensi dapat terjadi pada penderita

Diabetes Mellitus karena glukosa dalam darah yang meningkat dapat menyebabkan

darah menjadikental.

Frekuensi pernafasan: Takipnea (pada kondisi ketoasidosis)

Suhu tubuh

Hipertemi ditemukan pada klien Diabetes Mellitus yang mengalami komplikasi

infeksi pada luka atau pada jaringan lain. Sedangkan hipotermi terjadi pada penderita

yang tidak mengalami infeksi atau penurunan metabolik akibat penurunan masukan

nutrisi secara drastis

4) Berat badan dan tinggibadan


72
Kurus ramping pada Diabetes Mellitus fase lanjutan dan lama tidak melakukan

terapi.Sedangkan pada penderita Diabetes Mellitus gemuk padat atau gendut merupakan

fase awal penyakit atau penderita lanjutan dengan pengobatan yang rutin dan pola

makan yang masih belum terkontrol (Willem Pieter, 2013).

5) Kulit

Pemeriksaan ini untuk menilai warna, kelembapan kulit, suhu, serta turgor

kulit. Pada klien yang menderita Diabetes Mellitus biasanya ditemukan:

a) Warna : kaji adanya warna kemerahan hingga kehitaman pada luka.


Akan tampak warna kehitaman disekitar luka. Daerah yang seringkali

terkena adalah ekstermitasbawah

b) Kelembapan kulit : lembab pada penderita yang tidak memiliki diuresis

osmosis dan tidak mengalami dehidrasi. Kering pada klien yang

mengalami diuresis, osmosis dandehidrasi.

c) Suhu : klien yang mengalami hipertermi biasanya mengalami infeksi.

d) Turgor : menurun pada saatdehidrasi

6) Kuku

Warna : pucat, sianosis terjadi karena penurunan perfusi pada kondisi

ketoasidosis atau komplikasi saluran pernafasan

7) Kepala
a. Inspeksi : Kaji bentuk kepala warna rambut jika hitam kemerahan menandakan

nutrisi kurang, tekstur halus atau kasar penyebaran jarang atau merata, kwantitas

tipis atau tebal pada kulit kepala terdapat benjolan atau lesi antara lain : kista pilar

dan psoriasis yang rentan terjadi pada penderita DM karena penurunan antibody.

Amati bentuk wajah apakah simetris serta ekspresi wajah seperti paralisiswajah.
73
b. Palpasi : raba adanya massa dan atau nyeritekan

8) Mata
a. Inspeksi : pada klien dengan DM terdapat katarak karena kadar gula dalam cairan

lensa mata naik. Konjungtiva anemis pada penderita yang kurang tidur karena

banyak kencing pada malam hari. Kesimetrisan pada mata. penglihatan yang kabur

dan ganda serta lensa yang keruh serta kesimetrisan bolamata.

b. Palpasi : saat dipalpasi bola mata teraba kenyal, tidak teraba nyeri tekan.

9) Hidung

a. Inspeksi : Pengkajian daerah hidung dan fungsi sistem penciuman, septum nasi tepat
di tengah, kebersihan lubang hidung, jalan nafas/ adanya sumbatan pada hidung

seperti polip, peradangan, adanya sekret atau darah yang keluar, kesulitan bernafas

atau adanya kelainan bentuk dan kelainanlain

b. Palpasi : ada tidaknya nyeri tekan padasinus

10) Telinga

a. Inspeksi Pengkajian pada daerah telinga serta sistem fungsi pendengaran, keadaan

umum telinga gangguan saat mendengar, pengguanaan alat bantu dengar, adanya

kelainan bentuk dan kelainan lain, kebersihan telinga, kesimetrisan telinga kanan dan

kiri.

b. Palpasi : ada tidaknya nyeri tekan

11) Mulut dan gigi


a. Inspeksi : Adanya peradangan pada mulut (mukosa mulut, gusi, uvula dan tonsil),

adanya karies gigi, terdapat stomatitis, air liur menjadi lebih kental, gigi mudah

goyang, serta gusi mudah bengkak dan berdarah. Adakah bau nafas seperti bau buah

yang merupakan terjadinya ketoasidosis diabetik pada penderita DM serta mudah

sekali terjadiinfeksi.

12) Pemeriksaan Dada(Thorak)


74
Pada pasien dengan penurunan kesadaran acidosis metabolic pernafasan cepat dan

dalam.

13) Pemeriksaan Jantung(Cardiovaskuler)

Pada keadaan lanjut bisa terjadi adanya kegagalan sirkulasi.

14) Pemeriksaan Abdomen Dalam batasnormal

15) PemeriksaanMuskuloskeletal

Sering merasa lelah dalam melakukan aktifitas, sering merasa kesemutan

16) PemeriksaanEkstremitas
Kadang terdapat luka pada ekstermitas bawah bisa terasa nyeri, bisa terasa baal

17) PemeriksaanNeurologi

GCS :15, Kesadaran Compos mentis Cooperative(CMC)

2. Diganosa keperawatan

a. Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan resistensi insulin

b. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera fisik

c. Resiko infeksi b.d peningkatan Leukosit

d. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan imobilitas

75
3. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


1 Ketidakstabilan guladarah Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Manajemen hipe
b.d resistensi insulin selama 1x 24 jam maka ketidakstabilan gula Observasi:
darah membaik
KH : - Identifikasi kem
1.Koordinasi meningkat hiperglikemia
2.Mengantuk menurun - Monitor tanda da
3.Ousing menurun
4.Lelah atau lesu menurun Terapeutik:
5.Keluhan lapar sedang
6.Mulut kering menurun - Berikan asupan c
7.Rasa haus sedang
8.Kadar gula dalam darah menurun Edukasi:
9.Jumlah urun sesuai dalam batas normal
- Ajurkan kepatuh
olahraga
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemb

 Edukasi program
Observasi:
- Identifikasi
direkomendasi
Terapeutik :
- Berikan dukung
program pengoba
76
benar
Edukasi:
- Jelaskan mamfaat dan efek samping
pengobatan
- Anjurkan mengosomsi obat sesuai
indikasi
2 Nyeri Akut b.d Agen cedera Setelah dilakukan tindakan Keperawatan 1  Manajemen nyeri
fisik x24 jam diharapkan nyeri menurun
KH : Observasi:
1.kemampuan menuntaskan aktifitas - Identifikasi identifikasi lokasi,
meningkat karakteristik, durasi, frekuensi,
2.keluhan nyeri menurub kualitas,intensitasnyeri
3.sikap protektif menurun - Identifikasi skala nyeri
4.gelisah menurun
5.kesulitan tidur menurun Terapeutik:
6.menarik diri menurun
- Berikan teknik non farmakologis untuk
7.muntah menurun mengurangi rasanyeri
8.mual menurun
9.frekuensi nadi dalam batas normal Edukasi:
10.pola nafas normal
11,.tekanan darah normal - Jelaskan penyebab dan periode dan
pemicunyeri
Pola tidur normal
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberiananalgetik
 Edukasi teknik nafas dalam
Observasi:
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerimainformasi
Terapeutik :
- Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
Edukasi:
- Jelaskan tujuan dan mamafaat teknik
nafasdalam
- Jelaskan prosedur teknik nafasdalam

3 Resiko Infeksi b.d Setelah dilakukan tintdakan keperawatan  Pengcegahan Infeksi


peningkatan selama 1x 24 jam maka tingkat infeksi
Leukosit menurun Observasi
KH : - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal
1.kebersihan tangan meningkat dansistematik
2.kebersihan badan meningkat
3.makan meningkat Terapetik
4.demam menurun
5.kemerahan menurun - Berikan perawatan kulit pada area
6.nyeri menurun edema
7.bengkat menurun - Cuci tangan sebelum dan sesudah
8.kadar sel darah putih menurun kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejalainfeksi
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
 Perawatan luka
Observasi:
- Monitor karakteristik luka (drainase,
warna ukuran,bau)
- Monitor tanda tanda infeksi
Terapeutik:
- Lepaskan balutan dan plester seccara
perlahan
- Bersihkan denganNacl
- Bersihkan jaringannikrotik
- Berikan salaf yang sesuaikekulit
- Pertahan teknik steril saat
melakkanperawtanluka
Edukasi:
- Jelaskan tanda,gejalainfeksi
Kolaborasi:
- Kolaborasi prosedurdebridement
4 Intoleransi Aktivitas b.d Setelah dilakukan tintdakan keperawatan  Terapiaktivitas
imobilitas selama 1x 24 jam intoleransi aktivitas
membaik Observasi:
KH : - Identifikasi defisit tingkataktivitas
1.frekuensi nadi dalam batas normal - Identifikasi kemapuan berpartisipasi
2.kemudahan dalam melakukan aktifitas dalam aktivitastertentu
sehari-hari meningkat
3.keluhan lelah menurun Terapeutik :
4.dipsnea saat aktivitas menurun
- Fasilitasi pasien dan keluarga
5.dipsnea setelah aktifitas menurun
dalam menyesuiakan lingkungan
6.tekanan darah normal
untuk mengakomodasi aktivitas
7.pernapasan normal yang dipilih
- Libatkan keluarga dalam aktivitas
Edukasi:
- Ajarkan cara melakukan aktivitas
yangdipilih
 Manajenen programlatihan
Observasi:
- Identifikasi pengetahuan dan
pengalaman aktivitas fisik
sebelumnya
- Identifikasi kemampuan pasien
beraktivitas
Terapeutik :
- Motivasi untuk memulai/
melanjutkan aktivitas fisik
Edukasi:
- Jelaskan mamnfaat aktivitasfisik
4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang

dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan

kriteria hasil yang diharapkan (Potter, 2011)

Komponen tahapimplementasi :

a. Tindakan keperawatan mandiri.

b. Tindakan Keperawatan edukatif.

c. Tindakan keperawatan kolaboratif.

d. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap

asuhan keperawatan

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan yang bertujuan

untuk menilai hasil akhir dari seluruh tindakankeperawatan yang telah

dilakukan(Bararah, 2013).
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Nama : Ny. R

Umur : 35 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Sungai Pua

Diagnos medis : Diabetes Melitus

Identitas Keluarga

Nama : Tn. Z

Pendidikan Terakir : Sarjana

Pekerjaan : Swasta

Hubungan : Suami

Alamat : Sungai Pua

Umur : 38 tahun
Tanggal masuk : 9 Juni 2021

Waktu :07.45 WIB

Tanggal Pwngkajian : 12 Juni 2021

Waktu : 09.30 WIB

A. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Perjalanan Rawatan

Pasien dari IGD pindah keruangan ICU, pasien dirawat d ICU sampai

dengan tanggal 11 Juni 2021.Pasien mengatakan selama di ICU keluhan

sesak, letih, pusing, mual, muntah tidak ada.

Di ICU pat mendapatkan penatalaksanaan sesuai protap KAD.

Terapi Selama Rawatan ICU

Protap KAD

a. Loading Cairan

1 jam pertama : 2000cc

1 jam kedua : 1000-2000cc

1 jam ketiga : 1000cc

1 jam keempat : 500cc

1 jam kelima : 500cc

Selanjutnyan Infus Nacl 0,9% 8 jam / kolf

b. Bolus insulin 10 unit intra vena

c. Insulin 50 unit dalam 50cc nacl 0,9% (syiring pam) star 5cc/ jam
d. Cek GDR /jam

e. Bila penurunan GDR < 10% atau > 5% naikkan drip 1 unit, bila penurunan

GDR > 10% turunkan drip 1 unit

f. Pertahankan kecepatan drip jika GDR 140-180gr/dl

g. Payungi D5% 16 gtt/I jika GDR < 250 gr/dl

h. Stop insulin jika GDR <100gr/dl

i. Cek GDR 1 jam kemudian

j. Jika GDR > 100% hidupkan insulin ½ dari dosis sebelumnya, stenbay D5%

10 tts/i

09 juni 2021

Pasien Koreksi Nacl 3% 1 kolf 12jam / kolf

12 juni 2021

Protap KAD stop, ganti sleading scale / 4 jam, insulin sesuai protap

2. Keluhan Utama Saat Pengkajian

Pada saat pengkajian tanggal 12 Juni 2021 pasien mengatakan pasien

merasa letih tidak ada tenaga, pusing dan mual.

3. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien dating ke RSI Ibnu Sina Bukittinggi tanggal 09 Juni 2021 jam

07.45 dengan keluhan muntah sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit,

muntah kurang lebih 6x sejak malam sebelum dating ke IGD, muntahnya


air saja. BAB encer 2x dirunah tidak berlendir, tidak ada darah, nyeri ulu

hati, badan tersa sakit-sakit, letih, nafas sesak, TD 170/112 mmHg, HR

113x/I, RR 26x/I, T 36,7, GDR Hight, dari IGD pat dipindahkan ke ruang

ICU, pasien dirawat d ICU sampai tanggal 12 Juni 2021 kemudian pindah

ke ruangan interne.

Pada saat pengkajian tanggal 12 Juni 2021 jam 09.30 pasien mengatakan

kepala terasa pusing, pasien mengatakan badan terasa letih tidak ada

tenaga, pasien mengatakan sering mengantuk. Pasien menceritakan dalam

2 bulan terakir ini kondis pasien semakin menurun, pasien mengatakan 2

bulan terakir sering merasakan haus meningkat dari sebelumnya, ferkuensi

BAK meningkat terutama pada malam hari. Klien tampak letih, tidak

bersemangat saat diajak komunikasi, orientasi klien bagus. Pasien

mengatakan pasien merasakan mual, terutama setelah makan, pasien

mengatakan tidak ada selera untuk makan, pasien mengeluhkan mulut

terasa tidak enak, klien tampak tidak bersemangat, pasien tampak tidak

menghabiskan diitnya hanya ¼ dari porsi yabg dihabiskan paling banyak.

Pasien mengatakan merasa kawatir dengan kondis badannya saat ini,

pasien merasa bingung kenapa tiba-tiba lansung mendapatkan penyakit

ini, klien tampak tegang, saat berkomunikasi kadang-kadang pasien

kehilangan kontak mata, klien tampak menangis saat ditanya kondisi saat

ini.
4. Riwayat Alergi

a. Alergi obat : tidak ada

b. Makanan : tidak ada

c. Lainnya : tidak ada

5. Riwayat Operasi

Pasien mengatakan belum pernah di operasi sebelumnya

6. Riwayat Penyakit Masa Lalu

6 tahun belakangan pasien di diagnose SLE, pasien berobat rutin di

Rumah sakit di Bandung, dan mengkosnsumsi obat rutin

7. Riwayat Penyakit Keturunan

Pasien mengatakan ayahnya menderita penyakit Hipertensi, semantara itu

tidak ada keluarganya yang mengidap penyakit DM

B. Pemeriksaan Fisik

1. Oksigenasi

Batuk : tidak ada

Sesak : tidak ada

Inpeksi : a. RR : 21x/i

b. Irama : normal

c. Simetris kiri dan kanan

d. SPO2 : 99%

e. jenis nafas : normal

Palpasi : fremitus sama kiri dan kanan di senua lapangan paru


Akral teraba hangat

Perkusi : sonor

Auskultasi : vesikuler

Hasil Rongen Thorax tanggal 09 Juni 2021 :Cor dan pulmo dalam batas

normal

2. Sirkulasi

Td : 131/71 mmHg

HR : 88x/i

Irama : regular

Kekuatan : kuat angkat di nadi perifer (arteri radialais)

Konjungtiva : normal

Membran : normal

CRT : < 2 detik

Bunyi jantung : S1 dan S2 normal, tidak ada bunyi tambahan

Jantung : Inpeksi : ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5

Perkusi : pekak

Auskultasi : irama teratur 86x/I , tidak ada bising

Laboratorium 9 Juni 2021

Hemoglobin 14,5g/dl 12,0 – 14,0


Leuksosit 21280 ul 4500 – 11000
Eritrosit 5050 ul 4000 – 4600
Trombosit 41700 ul 150000 – 410000
Ureum 76,8 mg/dl 10,0 – 50,0
Kreatinin 1,9 mg/dl 0,3 – 1,1
GDR 815mg/dl < 200
Natrium 120 mol/l 135 – 145
Kalium 6,9mmol/l 3,5 – 5,1
Clorida 86mmol/l 97 - 110

Laboratorium 10 Juni 2021

Natrium 131mol/l 135 – 145


Kalium 3,6mmol/l 3,5 – 5,1
Clorida 113mol/l 97 - 110

3. Nutrisi

Tinggi Badan : 148 cm

Berat badan : 50 kg

Penurunan BB dalam 1 bulan : kurang lebih 1kg

Keluahan : mual (+), muntah (-)

Kesulitan makan : ada rasa yang tidak enak di mulut

Diit saat ini : MLDD 1700 kkal

Konsumsi suplemen : tidak ada

Abdomen

Inspepsi : tidak ada lesi dan tidak ada asites

Palpasi : tidak ada nyeri tekan di semua lapangan

abdomen

Auskultasi : bising usus kurang lebih 16x/i

Perkusi : timpani

Hal Yang Dikaji Sebelum Sakit Dirumah Sakit


Frekuensi makan 3x sehari 3x sehari
Nafsu makan Baik Tidak selera untuk

makan
Porsi makanan yang dihabiskan Habis 1 piring Paling banayak ¼ piring
Makanan yang membuat alergi Tidak ada Tidak ada
Makanan pantangan Tidak ada Makanan yang

menganduk gula yang

banyak,makan dengan

porsi cukup
Penggunaan obat sebelum makan Tidak ada Tidak ada
Penggunaan alat bantu (NGT) Tidak Tidak

4. Eliminasi

BAK

Pasien terpasang kateter urin 1300cc/8 jam saat pengkajian

Warna : kuning

Penggunaan obat diuretic : tidak ada

BAB

Pasien mengeluh 2 hari ini belum ada BAB, sebelumnya saat dirawat d ICU

ada, warna kuning, tidak cair

Frekuensi : sebelum sakit : 1x/ hari

: sesudah sakit : 2 hari ini belum ada

Laboratorium 9 Juni 2021

Warna Kuning muda Kining muda


pH 5,5
Protein urin +2 Negative
Glukosa +3 Negative
Keton +2 Negative
Eritrosit 2-4 Negative
Leukosit 1-2 Negative
Epitel Positif negatif
Laboratorium 10 Juni 2021

Warna Kuning muda Kuning muda


pH 6,0
Protein urin +1 Negative
Glukosa +2 Negative
Keton +2 Negative
Eritrosit 18 – 20 Negative
Leukosit 2- 4 Negative
Epitel Positif Negative

Laboratorium 11 Juni 2021

Warna Kuning muda Kuning muda


pH 6,0
Protein urin +1 Negative
Glukosa +3 Negative
Keton +2 Negative
Eritrosit 2–4 Negative
Leukosit 0–2 Negative
Epitel +1 Negative

5. Aktifitas dan Istirahat

a. Fisik

Aktifitas 0 1 2 3 4
Makan 0
Mandi 1
Berpakaian 1
Eliminasi 1
Mobilisasi ditempat tidur 0
Berpindah 0
Ambulasi 0

Keterangan : 0 : mandiri

2 : dibantu sebagian

3 : dibantu orang lain

4 : dibantu alat dan peralatan

4 : ketergantunagan atau tidak mampu

ADL : bantuan sebagian

Kekuatan otot : 5555 5555

5555 5555

Keluhan tidur : pasien mengeluh sering mengantuk

Kebiasaan Tidur : Malam jam 21.00 sampai jam 05.00 total 8 jam

Siang , tidak menentu

Kegiatan : lampu terang

Pengantar tidur : tidak ada

6. Proteksi dan Perlindungan

a. Fisik :T : 36,3 C

Luka : tidak ada

b. Resiko jatuh : skor 35

c. Pasien terpasang infus Nacl 0,9% 8 jam/kolf

d. Pasien terpasang kateter urin

7. Sensosri
Nyeri : tidak ada

Penglihatan : konjungtiva tidak anemis

Sclera tidak ikterik

Penciuman : tidak ada keluhan

Pengecapan : rasa tidak nyaman di mulut

Pendengaran : kiri dan kadan tidak ada keluhan

8. Cairan Dan Elektrolit

Minum : kurang lebih 1500/ hari

Intravena : Inf. Nacl 0,9% 3 kolf/ 24 jam

Urin : 1300cc/8 jam

Turgor kulit : baik

Edema : tidak ada

9. Fungsi Neurologi

GCS : 15

Memori

Jangka panjang : pasien dapat menceritakan kejadian di masa

lalu

Jangka pendek : pasien dapat mengingat dengan jelas yang terjadi hari

ini

Bahasa : baik dan jelas

Orientasi

Orang : baik
Tempat : baik

Waktu : baik

10. Endokrin

Kelenjer tiroid : tidak ada pembesaran

Tremor : tidak ada

Pancreas : hiperglikemi GDR 347 gr/dl

11. Data Psikologis

Prilaku Verbal

a. Cara menjawab

Klien menjawab pertanyaan dari orang lain selalu jelas

b. Cara memberi informasi

Klien selalu memberi informasi dengan jelas dan mudah dipahami orang lain

c. Emosi

Klien tampak sedih sampai menangis saat menceritakan kondisinya saat ini

d. Persepsi penyakit

Klien tidak menyangka akan mendapat penyakit ini, karna telah menjaga pola

hidupnya, dan tidak ada dari keluarganya yang mengidap penyakit Diabetes

mellitus. Pasien mengatakan sangat awam dengan penyakit ini, pasien

antusias bertanya untuk pengobatan dan penanganannya.

e. Adaptasi

Sejak sakit klien kurang bergaul dengan orang sekitarnya. Suami pasien

mengatakan istrinya memang pendiam apalagi sejak didiagnosa penyakit SLE.

Klien tampak sedih dan tampak lebih terbuka kepada suaminya.


12. Data Sosial Ekonomi

Pasien mengatakan dia adalah seorang ibu rumah tangga, suaminya yang

mencari nafkah sebagai pedagang di Bandung. Mereka tidak memiliki kartu

jaminan kesehatan, sehingga saat ini mereka berstatus umum.

13. Data Spritual

Klien adlah seorang muslim. Klien yakin terhadap tuhan dan percaya penyakit

ini adalah ujian dari yang maha kuasa, klien yakin dengan agamanya, klien

sebelum sakit sholat 5 waktu dirumah, dan saat sakit pun pasien tetap

menjalankan ibadahnya di tempat tidur. Pasien tampak rajin berzikir saat

waktu luang.

C. Pengobatan

1. Infus Nacl 0,9% 8 jam / kolf


2.

Herbeser 100mg 1x Per oral Pagi


Bicnat 500mg 2x Per oral Pagi-sore
ceftriaxon 2g 1x Intra vena 18.00
OMZ 40mg 1x Intra vena 18.00

3. Tanggal 12 Juni 2021


Koreksi kalium (KCL) 40 meg dalam 500cc Nacl 0,9% habis dalam 10 jam

D. Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS : Gangguan toleransi Ketidakstabilan
1. Pasien mengatakan glukosa darah kadar glukosa darah
kepala terasa pusing
2. Pasien mengatakan
badan terasa tidak ada
tenaga
3. Pasien mengatakan
sering mengantuk
4. Pasien mengatakan 2
bulan belakangan
kondisi terasa menurun
5. Pasien mengatakan 2
bulan belakangan sering
haus
6. Klien mengatakan 2
bulan ini sering BAK
terutama pada malam
hari
DO :
1. Pasien tampak letih
2. Pasien tampak tidak
bersemangat
3. Saat diajak komunikasi
orientasi klien bagus
4. GDR : 347 gr/dl
5. Kesadaran : CMC
6. GCS : 15

2 DS : Iritasi lambung, Nausea


1. Pasien mengatakan Gangguan pancreas,
pasien merasakan mual faktor psikologis
2. Pasien mengatakan mual (kecemasan), efek agen
meningkat setelah farmakologis
makan
3. Pasien mengatakan tidak
ada selera untuk makan
4. Pasien mengatakan
mulut terasa tidak enak
DO :
1. Pasien tampak letih
2. Pasien tampak tidak
bersemangat
3. pasien tampak tidak
menghabiskan
diitnya,hanya ¼ dari
porsi paling banyak
4. HR : 88x/i
5. GDR : 347 gr/dl
3 DS : Gangguan mekanisme Resiko
1. Pasien mengatakan regulasi (diabetes), ketidakseimbangan
merasa mual disfungsi regulasi elektrolit
2. Pasien mengatakan tidak endokrin
ada nafsu makan
3. Pasien mengatakan
makanannya hanya habis
¼ dari porsi paling
banyak
DO :
1. Pasien tampak letih
2. Turgor kulit tampak baik
3. Oedema tidak ada
4. Jumlah urin dalam 8 jam
1300 cc
5. Kalium 2,4 mmol/L
6. Ureum :76,8
7. Kreatinin : 1,9
4 DS : Krisis situasional Ansietas
1. Pasien mengatakan kurang terpapar
merasakan kawatir informasi
dengan kondisi fisiknya
saat ini
2. Pasien mengatakan
pasien merasa bingung
kenapa tiba-tiba
langsung mendapatkan
penyakit ini
3. Pasien mengatakan
kepala pusing
4. Pasien mengatakan
badannya letih tidak
berdaya
DO :
1. Pasien tampak tegang
2. Saat berkomunikasi
kadang-kadang kontak
mata pasien tidak ada
3. Pasien tampak menangis
saat ditanya kondisi saat
ini
4. TD : 131/71 mmHg
5. HR : 88x/i
6. RR : 21x/i

E. Diagnose Keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar gula darah b,d gangguan toleransi glukosa darah
2. Nausea b,d iritasi lambung, gangguan pangkreas, faktor psikologis (kecemasan)
3. Resiko ketidakseimbangan elektrolit ditandai dengan gangguan mekanisme
regulasi (diabetes), disfungsi regulasi endokrin
4. Ansietas b,d krisis situasional kurang terpapar informasi

2. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan Dan Criteria Intervensi Keperawatan


Keperawata Hasil
n
Ketidakstabila Setelah dilakukan 1.Menajemen Hiperglikemia
n kadar intervensi keperawatan 3 x a. observasi
glukosa darah 24 jam diharapkan pasien 1. memonitor kadar glukosa darah
berhungan menunjukkan : 2. memonitor tanda dan gejala hiperglikemia
dengan 1.Koordinasi meningkat 3. monitor intake dan output cairan
gangguan 2.Mengantuk menurun b. Terapeutik
toleransi 3.Ousing menurun 1. berikan asupan cairan oral
glukosa darah 4.Lelah atau lesu menurun c. Edukasi
5.Keluhan lapar sedang 1. Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara
6.Mulut kering menurun mandiri
7.Rasa haus sedang d. Kolaborasi
8.Kadar gula dalam darah 1. Kolaborasi pemberian insulin
menurun 2. kolaborasi pemberian cairan intra vena
9.Jumlah urun sesuai 3. kolaborasi pemberian kalium
dalam batas normal

Nausea Setelah dilakukan Menajemen mual


berhubungan intervensi keperawatan 3 x Observasi
dengan iritasi 24 jam diharapkan pasien 1. Identivikasi dampak mual pada kualitas hidup
lambung, menunjukkan : 2. Monitor mual
gangguan 1. Nafsu makan 3. Monitor asupan nutisi dan kalor
pangkreas, meningkat Terapeutik
faktor 2. Keluhan mual 1. Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab
psikologis menurun mual
(kecemasan) 3. Perasaan ingin 2. Berikan makanan dalam jumlah kecil dan
muntah menurun menarik
4. Perasaan asam Edukasi
dimulut menurun 1. Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
5. Kemampuan 2. Anjurkan sering membersihkan mulut,
mengenali gejala kecuali jika merangsang mual
meningkat 3. Ajarkan penggunaan teknin non
6. Kemampuan farmakologis untuk mengatsi mual
mengenali Kolaborasi
penyebab 1. Kolaborasi pemberian antiemetic jika perlu
meningkat
7. Kemampuan
melakukan
tindakan untuk
mengontrol mual
atau muntah
meningkat
8. Melaporkan mual
dan muntah
terkontrol
meningkat
9. Menghindari
faktor penyebab
atau pemicu
meningkat

Resiko Setelah dilakukan Pemantauan Elektrolit


ketidakseimba intervensi keperawatan 3 x Observasi:
ngan elektrolit 24 jam diharapkan pasien 1. Identifikasi kemungkinan penyebab
ditandai menunjukkan dengan ketidakseimbangan elektrolit
dengan criteria hasil : 2. Monitor kadar elektrolit serum
gangguan - Serum natrium dalam 3. Monitor mual,muntah,dan diare
mekanisme batas normal 4. Monitor tanda dan gejala hypokalemia
regulasi - Serum kalium dalam 5. Monitor tanda dan gejala hiponatremia
(diabetes), batas normal
disfungsi - Serum klorida dalam Terapeutik:
regulasi batas normal
endokrin - Asupan cairan dalam 1. Atur interval waktu pemantauan sesuai
batas normal dengan kondisi pasien
- Haluaran urin dalam Edukasi:
batas normal
- Kelembaban 1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
membrane mukosa 2. Informasikan hasil pemantauan
- Edema menurun
Menajemen Elektrolit
- Dehidrasi menurun
- Tekanan darah normal Observasi
- Denyut nadi radial 1. Identifikasi tanda dan gejala
normal ketidakseimbangan kadar elektrolit
- Tekanan arteri rata-
rata dalam batas 2. Monitor efek samping pemberian suplemen
normal elektrolit
- Membrane mukosa Terapeutik
membaik
- Mata cekung membaik 1. Berikan cairan
- Turgor kulit membaik 2. Pasang akses intravena
Edukasi
1. Jelaskan jenis, penyebab, dan penanganan
ketidakseimbangan elektrolit
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian suplemen elektrolit
Ansietas Setelah dilakukan Reduksi Ansietas
berhubungan intervensi keperawatan 3 x Observasi
dengan krisis 24 jam diharapkan pasien 1. Identifikasi tingkat ansietas
situasional, menunjukkan dengan 2. Identifikasi kemampuan mengambil
kurang criteria hasil : keputusan
terpapar - Verbalisasi 3. Monitor tanda-tanda ansietas
informasi kebingungan menurun Terapeutik
- Verbalisasi khawatir 1. pahami situasi yang membuat ansietas
akibat kondisi yang 2. gunakan pendekatan yang tenang dan
dihadapi menurun meyakinkan
- Prilku gelisah 3. motifasi mengidentifikasi situasi yang
menurun memicu kecemasan
- Prilaku tegang Edukasi
menurun 1. anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
- Keluhan pusing 2. anjurkan mengungkapkan perasaan dan
menurun persepsi
- Konsentrasi membaik 3. latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
- Pola tidur membaik ketegangan
- Frekuensi pernapasan 4. latihan teknik relaksasi
membaik
- Frekuensi nadi
membaik
- Tekanan darah
membaik
- Kontak mata membaik

3. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari Diagnosa Implementasi Evaluasi Keperawatan


/Tanggal Keperawatan Keperawatan
Sabtu I Menajemen (17:00 WIB)
12/06/2021 (14:00 WIB) Hipergliekemia S:
Observasi - pasien mengatakan mengantuk
1.memonitor kadar berkurag
glukosa darah - pasien mengatakan badan terasa
2. memonitor tanda dan letih
gejala - pasien mengatakan kepla masih
3. memonitor intake dan pusing
output cairan - pasien mengatakan nafsu makan
4.memonitor keton urin, masih kurang karna rasa tidak
elektrolit, TD, HR nyaman dalam mulut
Terapeutik O:
1.memberikan asupan - pasien tampak letih
cairan oral - pasien dalam 3 jam ini minum air
Edukasi putih kurang lebih 100cc
1.anjurkan monitor - urin yang keluar dalam 3 jam ini
kadar glukosa darah kurang lebih 100cc
secara mandiri - TD: 97/72mmHg
Kolaborasi - HR:84x/i
1.berkolaborasi dalam - GDR: 294gr/dl
pemberian insulin - Kalium : 2,2 mMol
2.kolaborasi pemberian - Pasien terpasang Infs.NaCl 0,9% *
cairan intra vena jam/kolf
3.berkolaborasi - Koreksi KCL 40 Meg dalam
pemberian kalium 200cc NaCl 0,9% habis dalam
10jam
- Pemberian insulin sesuai protap
(12IU)
A : ketidakseimbangan kadar glukosa
darah belum terataasi
P : intervensi menajemen hiperglikemi
Observasi 1-4, terapeutik 1
dilanjutkan,kolaborasi 1-3
dipertahankan
II Menajemen Mual (17:00 WIB)
12/06/2021 Observasi S:
14.00 1.mengidentifikasi - Pasien mengatakan nafsu makan
dampak mual terhadap masih kurang
kualitas hidup - Pasien mengatakan mual masih
2.memonitor mual ada tapi tidak sekuat tadi pagi
3.memonitor asupan - Pasien mengatakan rasa tidak enak
nutrisi dan kalori di mulut berkurang
3.memonitor asupan - Pasien mengatakan jika mulai
nutrisi dan kalori terasa mual pasien segera minum
Terapeutik air hangat untuk menghilangkan
1.membantu mengurangi mual
atau menghilangkan - Pasien mengatakan mual sudah
keadaan penyebab mual jauh berkurang
2.memberikan makanan O:
dalam jumlah kecil dan - Pasien tampak letih
menarik - Diit yang disediakan tampak
Edukasi hanya habis ¼ porsi
1.menganjurkan - HR: 84x/i
istirahatdan tidur yang - TD: 97/72 mmHg
cukup A: Masalah nausea teratasi sebagian
2.Menganjurkan sering P: Intervensi observasi no 3, terapeutik
membersihkan no 2, edukasi no 1-3 dilanjutkan
mulut,kecuali jika
merangsang mual
3.mengajarkan
penggunaan teknin non
farmakologis untuk
mengatasi mual
Kolaborasi
1.berkolaborasi
pemberian antiumetik

III Pemantauan Elektrolit (17.00 WIB)


12/06/2021 Observasi S:
14.00 1.Mengidentifikasi - Pasien mengatakan badan tersa
kemungkinan penyebab letih
ketidakseimbangan - Pasien mengatakan rasa
elektrolit mengantuk berkurang
2.memonitor kadar O :
elektrolit serum - Natrium : 135mmol/L
3.memonitor - Kalium : 2,4mmol/L
mual,muntah,dan diare - Clorida : 109 mmol/L
4. memonitor tanda dan - TD : 97/72 mmHg
gejala hypokalemia - HR : 84 x/i
5.memonitor tanda dan - Membrane mukosa baik
gejala hiponatremia - Turgor kulit baik
Terapeutik A : masalah resiko ketidakseimbangan
1.mengatur interval elektrolit belum teratasi
waktu pemantauan sesuai P : Intervensi observasi no
dengan kondisi pasien 1,terapeutik no 1 dilanjutkan
Edukasi
1.menjelaskan tuhuan
dan prosedur
pemantauan
2.menginformasikan
hasil pemantauan
Menajemen Elektrolit
Observasi
1.mengidentifikasitanda
dan gejala
ketidakseimbangan kadar
elektrolit
2.memonitor efek
samping pemberian
suplemen elektrolit
Terapeutik
1.memberikan cairan
2.memasang akses intra
vena
Edukasi
1.menjelaskan jenis,
penyebab dan
penanganan
ketidakseimbangan
elektrolit
Kolaborasi
1.mengkolaborasikan
pemberian suplemen
elektrolit

IV Reduksi Ansietas (17.00 WIB)


12/06/2021 Observasi S:
(14.00) 1.mengidentifikasi - Pasien mengatakan menerima
tingkat ansietas penyakitnya dan mau melanjutkan
2.mengidentifikasi pengobatan
kemampuan mengambil - Pasien mengatakan lebih tenang
keputusan dan nyaman walupun kadang kala
3.monitor tanda-tanda rasa khawatir masih muncul
ansietas - Pasien mengatakan kepala pusing
Terapeutik masih ada
1.memahami situasi yang O :
membuat ansietas - Pasien tampak kooperatif dalam
2.menggunakan komunikasi
pendekatan yang tenang - Pasien tampak lebih rilek dan
dan meyakinkan tenang
3.memotifasi - Suami pasien tampak memberikan
mengidentifikasi situasi dukungan yang kuat untuk pasien
yang memicu kecemasan - TD : 97/72 mmHg
- HR : 84 x/i
Edukasi - RR : 22x/i
1.menganjurkan keluarga A : Masalah ansietas teratasi sebagian
untuk tetap bersama P : Intervensi observasi no 3, edukasi
pasien no 4 dilanjutkan
2.menganjurkan
mengungkapakan
perasaan dan persepsi
3.melatih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
4.melatih teknik relaksasi

Minggu I Menajemen (17:00 WIB)


13/06/2021 (10:00 WIB) Hipergliekemia S:
Observasi - pasien mengatakan mengantuk
1.memonitor kadar berkurag
glukosa darah - pasien mengatakan badan letih
2. memonitor tanda dan berkurang
gejala - pasien mengatakan kepala pusing
3. memonitor intake dan berkurang
output cairan - pasien mengatakan nafsu makan
4.memonitor keton urin, sudah mulai membaik
elektrolit, TD, HR O:
Terapeutik - pasien tampak lebih segar dari
1.memberikan asupan pada kemaren
cairan oral - pasien kooperatif saat
Kolaborasi berkomunikasi
1.berkolaborasi dalam - pasien dalam 9 jam ini minum air
pemberian insulin putih kurang lebih 500cc
2.kolaborasi pemberian - urin yang keluar dalam 9 jam ini
cairan intra vena kurang lebih 350cc
3.berkolaborasi - TD: 122/74mmHg
pemberian kaliumberat - HR:80x/i
badan. - GDR: 253gr/dl
- Kalium : 2,4 mMol
- Pasien terpasang Infs.NaCl 0,9% *
jam/kolf
- Koreksi KCL 25 meg dalam 200cc
NaCl 0,9% habis dalam 6 jam
- Pemberian insulin 3x10IU
A : ketidakseimbangan kadar glukosa
darah belum terataasi
P : intervensi menajemen hiperglikemi
Observasi 1-4, terapeutik 1
dilanjutkan,kolaborasi 1-3
dipertahankan
II Menajemen Mual (17:00 WIB)
(10:00 WIB) Observasi S:
3.memonitor asupan - Pasien mengatakan nafsu makan
nutrisi dan kalori sudah mulai membaik
Terapeutik - Pasien mengatakan mual sudah
2.memberikan makanan jauh berkurang
dalam jumlah kecil dan - Pasien mengatakan rasa tidak enak
menarik di mulut berkurang
Edukasi - Pasien mengatakan jika mulai
1.menganjurkan terasa mual pasien segera minum
istirahatdan tidur yang air hangat untuk menghilangkan
cukup mual
2.Menganjurkan sering - Pasien mengatakan selalu
membersihkan berkumur-kumur sebelum makan
mulut,kecuali jika O :
merangsang mual - Pasien tampak lebih segar dari
3.mengajarkan kemaren
penggunaan teknin non - Diit yang disediakan tampak habis
farmakologis untuk ¾ dari porsi
mengatasi mual - HR: 80x/i
- TD: 122/74 mmHg
A: Masalah nausea teratasi sebagian
P: Intervensi observasi no 3, terapeutik
no 2, edukasi no 1-3 dilanjutkan
III Pemantauan Elektrolit (17.00 WIB)
(10:00 WIB) Observasi S:
1.Mengidentifikasi - Pasien mengatakan badan tersa
kemungkinan penyebab lebih segar dari pada kemaren
ketidakseimbangan - Pasien mengatakan rasa
elektrolit mengantuk berkurang
Terapeutik O:
1.mengatur interval - Natrium : 135mmol/L
waktu pemantauan sesuai - Kalium : 2,4mmol/L
dengan kondisi pasien - Clorida : 109 mmol/L
- TD : 122/74 mmHg
- HR : 80 x/i
- Membrane mukosa baik
- Turgor kulit baik
A : masalah resiko ketidakseimbangan
elektrolit belum teratasi
P : Intervensi observasi no
1,terapeutik no 1 dilanjutkan
IV Reduksi Ansietas (17.00 WIB)
(10:00WIB) Observasi S:
3.monitor tanda-tanda - Pasien mengatakan lebih tenang
ansietas dan rileks dan siap melakukan
4.melatih teknik relaksasi pengobatan selanjutnya
- Pasien dapat kooperatif dalam
komunikasi
- Pasien mengatakan kepala pusing
berkurang
O:
- Pasien tampak kooperatif dalam
komunikasi
- Pasien tampak lebih rilek dan
tenang
- Suami pasien tampak memberikan
dukungan yang kuat untuk pasien
- TD : 122/74 mmHg
- HR : 80x/i
- RR : 20x/i
A : Masalah ansietas teratasi sebagian
P : Intervensi observasi no 3, edukasi
no 4 dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai