Anda di halaman 1dari 26

UJI KUANTITATIF BAKTERI ECOLI PADA AIR KRAN

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI SELATAN

LAPORAN PRAKTIKUM

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi Pathogen yang dibimbing oleh
Dra. Sulistiastutik, M.Kes, I Komang Suwita, S.ST,MP, Retno Ikayanti S. Farm,Apt,
Atik Kurniawat, S.Si

Disusun oleh :
Kelompok 3/2A

Andreas pramono ( P17120193025)


Raras Pramesti (P17120193027)
Dimar Inggi Fitasari (P17120193028)
Ellen Qalyubi Ashfa (P17120193029)
Amnesti Diah Eka Putri (P17120193034)
Zukhrufi Sekar Faathircia (P17120193039)
Shelly Dwi Agata (P17120193046)
Ajeng Dwi Martiana (P17120193047)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN GIZI
PRODI DIII ANALISIS FARMASI DAN MAKANAN
APRIL 2021
UJI KUANTITATIF BAKTERI METODE MPN

A. Topik : Uji Kuantitatif Bakteri Metode MPN


B. Tujuan : Untuk menghitung jumlah bakteri E.Coli dan Coliform dalam sampel
C. Tanggal Praktikum : Selasa, 27 April 2021
D. Dasar Teori
1. Bakteri
Bakteri merupakan uniseluler, pada umumnya tidak berklorofil, ada beberapa
yang fotosintetik dan produksi aseksualnya secara pembelahan dan bakteri mempunyai
ukuran sel kecil dimana setiap selnya hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop.
Bakteri pada umumnya mempunyai ukuran sel 0,5-1,0 µm kali 2,0-5,0 µm, dan terdiri
dari tiga bentuk dasar yaitu bentuk bulat atau kokus, bentuk batang atau Bacillus,
bentuk spiral. (Dwidjoseputro,1985)
Identifikasi jenis bakteri berdasarkan sifat morfologi, biokimia, fisiologi dan
serologi adalah sebagai berikut:
a. Bakteri gram positif
1) Kokus
a) Katalase positif: Staphylococcus
b) Katalase negatif: Streptococcus, Leuconostoc, Pediococcus
2) Batang
a) Anaerobik atau Fakultatif Anaerobik: Clostridium botulinum, Lactobacillus,
Propionic bacterium
b) Aerobik: Bacillus
b. Bakteri Gram Negatif
1) Fermentatif (batang): Proteus, Eschericia coli, Enterobacter
2) Non Fermentatif (spiral/batang): Pseudomonas, Alcaligenes

Fase Pertumbuhan Bakteri, yaitu:

a. Fase adaptasi yaitu fase untuk menyesuaikan dengan substrat dan kondisi
lingkungan disekitarnya
b. Fase pertumbuhan awal yaitu fase dimana sel mulai membelah dengan kecepatan
yang masih rendah

2
c. Fase logaritmik yaitu fase dimana mikroorganisme membelah dengan cepat dan
konstan
d. Fase pertumbuhan lambat yaitu fase dimana zat nutrisi di dalam medium sudah
sangat berkurang dan adanya hasil-hasil metabolisme yang mungkin beracun atau
dapat menghambat pertumbuhan bakteri
e. Fase pertumbuhan tetap (statis) yaitu fase dimana jumlah populasi sel yang tetap
karena jumlah sel yang hidup tumbuh sama dengan jumlah sel yang mati
f. Fase menuju kematin dan fase kematian yaitu fase dimana sebagian populasi baktei
mulai mengalami kematian karena beberapa sebab yaitu zat gizi di dalam medium
habis dan energi cadangan di dalam sel habis (Fardiaz, 1989)

2. Bakteri Gram Positif Dan Gram Negatif


Bakteri dibedakan atas dua kelompok berdasarkan komposisi dinding sel serta
sifat pewarnaannya, yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Selain
perbedaan dalam sifat pewarnaannya, bakteri gram positif dan bakteri gram negatif
berbeda dalam sentivitasnya terhadap kerusakan mekanis/fisis, terhadap enzim,
desinfektan dan antibiotik. Perbedaan relatif sifat bakteri gram positif dan bakteri gram
negatif dapat dilihat sebagai berikut (Fardiaz,1992)

No Sifat Perbedaan relatif

Bakteri gram positif Bakteri gram negatif

1. Komposisi dinding sel Kandungan lipid rendah Kandungan Lipid tinggi


(1-4%) (11-22%)

2. Ketahanan terhadap Lebih sensitive Lebih tahan lama


penisilin

3. Penghambat oleh Lebih dihambat Kurang dihambat


pewarna biasa
(misalnya violet kristal)

4. Kebutuhan Nutrient Kebanyakan spesies Relatif sederhana


relatif kompleks

3
5. Ketahanan terhadap Lebih tahan Kurang tahan
perlakuan fisik

3. Identifikasi Bakteri
Identifikasi bakteri dapat dilakukan dengan dua cara baik secara morfologi
ataupun secara fisiologi, identifikasi yang dilakukan secara morfologi dapat meliputi
bentuk koloni, struktur koloni, bentuk sel, ukuran sel, dan pewarnaan bakteri.
Pengamatan morfologi kemudian dapat dibagi lagi menjadi dua yaitu pengamatan
secara makroskopis dan mikroskopis, pengamatan makroskopis dilakukan dengan
cara mengamati mikroorganisme pada bagian-bagian yang Nampak dan dapat dilihat
dengan mata telanjang, seperti bentuk koloni, tepian koloni, elevasi koloni dan
permukaan koloni (Cappucino & Sherman, 1987).
Sedangkan pengamatan mikroskopis digunakan pada saat ingin mengamati
pergerakan, dan pembelahan secara biner, mengamati bentuk dan ukuran sel yang
alami, yang pada saat mengalami fiksasi panas serta selama proses pewarnaan
mengakibatkan beberapa perubahan (Irintokoes, 2006).
Pengamatan secara fisiologi dapat dilakukan dengan uji biokimia, pengamatan
fisiologi dapat dilakukan dengan cara pengujian seperti fermentasi karbohidrat,
pengujian Metyl red, pengujian Vogest Paskauer, pengujian oksidase, pengujian
protease dan lain-lain (Cappucino & Sherman, 1987).

4. Isolasi Bakteri
Isolasi dalam tahapannya membututhkan media untuk
membiakan mikroorganisme, media tersebut dibuat dari campuran bahan-
bahan tertentu yang dapat menumbuhkan mikroorganisme tertentu, pada derajat
keasaman dan inkubasi tertentu. Pembiakan dilakukan untuk dapat mempelajari sifat
bakteri yang kemudian digunakan untuk mengadakan identifikasi, determinasi, atau
differensiasi jenis-jenis yang ditemukan. Media pembiakan mempunyai beberapa
ragam yaitu:
a. Media pembiakan dasar
Media pembiakan dasar adalah media pembiakan sederhana yang mengandung
bahan-bahan umum yang diperlukan oleh sebagian besar mikroorganisme dan juga

4
dapat digunakan sebagai komponen dasar untuk membuat media pembiakan lain.
Media ini dibuat dari 3 g ekstrak daging, 5 g pepton dan 1000 ml air, media ini
dinamakan juga media Bulyon Nutrisi. Penambahan 15 g agar akan membuat media
ini menjadi media padat.
b. Media pembiakan penyubur (Euriched Media)
Media pembiakan penyubur merupakan media yang dibuat dari bahan-bahan pada
pembuatan media pembiakan dasar, dengan ditambah bahan-bahan lainya untuk
mempersubur pertumbuhan bakteri tertentu. Pembuatan media pembiakan
penyubur dilakukan saat mikroorganisme pada media pembiakan dasar tidak dapat
tumbuh dengan baik. Penambahan bahan yang sering ditambahkan adalah darah,
serum, cairan tubuh, ekstrak hati dan otak (Irintokoes, 2006).
c. Media pembiakan selektif
Media pembiakan selektif dibuat dan digunakan untuk menyeleksi bakteri yang
diinginkan dari campuran bakteri-bakteri lain yang terdapat dalam bahan
pemeriksaan. Penambahan bahan tertentu akan menyebabkan bakteri yang dicari
dapat dipisahkan dengan mudah. Media pembiakan ini dapat dibedakan
berdasarkan sifat kerjanya adalah sebagai berikut:
1) Selektivitas karena perbedaan tumbuh
2) Selektivitas karena penghambatan.
Media pembiakan selektif dalam pemakaiannya dapat berupa bermacam - macam
bentuk sesuai dengan tujuannya, yaitu sebagai berikut;
1) Bentuk media cair
2) Bentuk media padat dengan penambahan agar-agar atau gelatin (Irintokoes,
2006).

5. Bakteri Coliform
Coliform merupakan bakteri yang memiliki habitat normal di usus manusia dan
juga hewan berdarah panas. Kelompok bakteri Coliform diantaranya Escherechia,
Citrobacter, Klebsiella, dan Enterobacter. Beberapa definisi juga menambahkan
Serratia, Salmonella dan Shigella sebagai kelompok bakteri Coliform. Bakteri Coliform
terutama E. coli menjadi indikasi dari kontaminasi fekal pada air minum dan makanan.
Kehadiran bakteri Coliform dinilai untuk menentukan keamanan mikrobiologi dari
pasokan air dan makanan mentah atau makanan yang diolah. (Acton, 2013).

5
Ciri-ciri bakteri Coliform antara lain termasuk bakteri gram negatif, berbentuk
batang, tidak membentuk spora, bersifat areob atau anaerob fakultatif, bakteri Coliform
memproduksi gas dari glukosa (gula lainnya) dan memfermentasi laktosa menjadi asam
dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 350C, bakteri Coliform yang berada di dalam
makanan atau minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang bersifat
enteropatogenik atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan (Batt, 2014).
Bakteri Coliform dibagi menjadi 2 golongan yaitu Coliform fekal yang berasal
dari tinja manusia, dan Coliform non fekal yang bukan berasal dari tinja manusia.
Coliform fekal biasanya ditemukan di saluran usus dari kebanyakan hewan berdarah
panas, dan memiliki karakteristik yang halus guna membantu membedakan dari jumlah
Coliform lainnya. Hampir semua Coliform fekal mampu memfermentasi pada suhu
yang lebih tinggi dari 44,50C-45,50C. Bakteri Coliform mampu tumbuh baik pada
beberapa jenis substrat dan dapat mempergunakan berbagai jenis karbohidrat dan
komponen organik lain sebagai sumber energi dan beberapa komponen nitrogen
sederhana sebagai sumber nitrogen, mempunyai interval suhu pertumbuhan antara 10-
46,50C, mampu menghasilkan asam dan gas gula (Knechtges, 2011).

6. Bakteri Escherichia Coli


Escherichia coli merupakan bakteri batang gram negatif, tidak berspora, motil
berbentuk flagel peritrik, berdiameter ± 1,1 – 1,5 µm x 0,2 – 0,6 µm. E. coli dapat
bertahan hidup dimedium sederhana menghasilkan gas dan asam dari glukosa dan
memfermentasi laktosa. Pergerakan bakteri ini motil, tidak motil, dan peritrikus, ada
yang bersifat aerobik dan anaerobik fakultatif (Elfidasari et al. 2011).
Klasifikasi bakteri Escherichia coli
Kingdom: Bacteria
Divisi: Proteobacteria
Classis: Gammaproteobacteria
Ordo: Enterobacteriales
Family: Enterobacteriaceae
Genus: Escherichia
Species: Escherichia coli
Bakteri E. coli adalah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif fakultatif
anaerobic yang mempunyai alat gerak berupa flagel dan tersusun dari sub unit protein
yang disebut flagelin, yang mempunyai berat molekul rendah dengan ukuran diameter

6
12-18 nm dan dengan panjang 12 nm, kaku dan berdiameter lebih kecil dan tersusun
dari protein, pili dapat berfungsi sebagai jalan pemindahan DNA saat konjugasi. Selain
itu, mempunyai kapsul atau lapisan lendir yang merupakan polisakarida tebal dan air
yang melapisi permukaan luar sel (Ikmalia 2008)
Bakteri E. coli adalah salah satu bakteri yag digunakan sebagai indikator adanya
kontaminasi feces dan kondisi sanitasi yang tidak baik terhadap air, makanan, dan
minuman. E. coli menjadi patogen jika jumlah bakteri dalam saluran pencernaan
meningkat atau berada di luar usus, menghasilkan enterotoksin sehingga menyebabkan
terjadinya bebarapa infeksi yang berasosiasi dengan enteropatogenik kemudian
menghasilkan enterotoksin pada sel epitel. Manifestasi klinik infeksi oleh E. coli
bergantung pada tempat infeksi dan tidak dapat dibedakan dengan gejala infeksi yang
disebabkan oleh bakteri lain (Ismail 2012).

7. Metode Most Probable Number (MPN)


Metode Most Probable Number (MPN) adalah suatu metode untuk menaksir
populasi mikrobial di lahan, perairan dan produk agrikultur. Metode ini digunakan
untuk menaksir populasi mikroba berdasarkan pada ukuran kualitatif spesifik dari jasad
renik yang sedang terhitung. Menetapkan adanya bakteri koliform dalam contoh air dan
memperoleh indeks berdasarkan tabel MPNuntuk menyatakan perkiraan jumlah
koliform dalam sampel (Novel, dkk., 2010).
Metode Most Probable Number (MPN) menggunakan pendekatan
“pengenceran berganda hingga punah” telah dibuktikan sangat baik untuk
memperkirakan populasi mikroba, terutama jika mikroba ada dalam jumlah yang sangat
sedikit dalam makanan atau sampel air. Metode MPN didasarkan pada pembagian
sampel menjadi tiga macam pengenceran. Akurasi dari satu kali pengujian tergantung
dari jumlah tabung yang digunakan untuk tiap pengenceran. Lazimnya, digunakan
sistem 5 tabung atau 3 tabung untuk setiap pengenceran. Informasi yang sangat
memuaskan akan diperoleh apabila semua tabung dengan pengenceran rendah
menunjukkan pertumbuhan dan tabung-tabung dengan pengenceran tinggi
menunjukkan tidak adanya pertumbuhan (Nugroho, 2006).
Metode MPN biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam
contoh yang berbentuk cair, meskipun dapat pula digunakan untuk contoh padat dengan
terlebih dahulu membuat suspensi 1:10 dari contoh tersebut. Grup mikroba yang dapat
dihitung dengan metode MPNjuga bervariasi tergantung dari medium yang digunakan

7
untuk pertumbuhan. Metode MPN dapat digunakan untuk menghitung jumlah mikroba
jenis tertentu yang terdapat di antara mikroba mikroba lainnya. Sebagai contoh
penggunaan Lactose Broth dan tabung Durham dapat digunakan untuk menghitung
jumlah bakteri yang dapat memfermentasi laktosamembentuk gas, misalnya bakteri
koliform (Fardiaz, 1993).
Prinsip dari metode ini adalah fermentasi laktosa selama 24 jam oleh bakteri
koliform yang akan menghasilkan asam dan gas yang tertangkap oleh tabung Durham
dalam tabung uji (Hasruddin dan Husna, 2014). Uji koliform dilakukan dengan
tahapan-tahapan sebagai berikut, yaitu:
1. Uji Pendugaan (Presumptive Test) Medium yang digunakan adalah kaldu laktosa.
Baketri koliform menggunakan laktosa sebagai sumber karbonnya. Tes ini dikatakan
positif jika setelah diinkubasi pada suhu 37ºC selama 48 jam laktosa yang telah
difermentasi akan berubah warna dan terbentuk gas yang diletakkan terbalik (Nugroho,
2006).
2. Uji Penguat (Confirmed Test) Merupakan tes lanjutan dari tes pendugaan. Dari
tabung yang positif pada tes pendugaan, dilakukan tes menggunakan medium BGLB
(Brilliant Green Lactose Broth) yangdapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram
postif dan sebaliknya, yaitu menstimulasi pertumbuhan bakteri Gram negatif seperti
koliform (Nugroho,2006).
3. Uji Penentu atau Pelengkap (Completed Test) Untuk menentukan hasil benar-benar
positif, maka mikroba dari hasil tes konfirmasi/penguat yang positif diinokulasikan
pada kaldu laktosa kembali. Selain itu ditumbuhkan pada agar miring. Jika timbul gas
pada kaldu laktosa, maka tes penentu dinyatakan positif. Jumlah koliform dapat
dihitung dengan menggunkan tabel MPN (Most Probable Number) (Nugroho, 2006).
Pengambilan sampel, pengiriman dan pemeriksaan sampel air harus dilakukan
dengan cara aseptis dan dapat mewakili air yang diperiksa. Penggunaan alat-alat, media
dan reagensia serta pelaksanaan pengujian harus sesuai dengan jenis bakteri yang akan
ditentukan (Nugroho, 2006).

8. Uji Biokimia (IMVIC)


Uji biokimia dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat fisiologis koloni bakteri
hasil isolasi. Biokimia bakteri berkaitan dengan proses metabolisme sel bakteri.
Identifikasi bakteri tidak dapat dilakukan dengan mengetahui sifat mofologinya saja,
namun harus mengetahui sifat fisiologis bakteri juga. Sifat fisiologis bakteri sangat

8
penting diketahui apabila melakukan identifikasi bakteri karena sifat moroflogis bakteri
dapat tampak serupa bahkan tidak dikenal sehingga dengan melakukan uji biokimia
terhadap koloni bakteri dapat mengetahui sifat dan menentukan spesies bakteri. Uji
biokimia yang dilakukan menggunakan reagen test (Handayani, Ekowati, & Pakpahan,
2013).
a) Uji Indol Uji indol berfungsi untuk mengetahui apakah bakteri memiliki enzim
triptophanase sehingga bakteri tersebut mampu mengoksidasi asam amino triptophan
membentuk indol. Adanya indol dapat diketahui dengan penambahan reagen
Ehrlich/Kovac’s yang berisi paradimetil amino bensaldehid. Hasil uji indol dapat
diketahui negatif (-) ditandai dengan tidak adanya bentukan berwarna merah seperti
lapisan cincin di permukaan biakan. Apabila positif (+) ditandai dengan adanya
bentukan berwarna merah seperti lapisan cincin di permukaan biakan bakteri, dapat
diartikan bahwa sumber karbon berasal dari triptophan yang membentuk indol
(Lumantouw, Rondonuwu, & Singkoh, 2013)
b) Uji Methyl Red (MR) Uji MR berfungsi untuk mengatahui ada tidaknya fermentasi
asam campuran (metilen glikon) pada koloni bakteri. Hasil uji MR dapat diketahui
negatif (-) ditandai dengan setelah penambahan methyl red, media tidak mengalami
perubahan warna menjadi merah. Apabila positif (+) ditandai dengan setelah
penambahan methyl red, media mengalami perubahan warna menjadi merah, dapat
diartikan bahwa asam campuran (metilen glikon) dihasilkan oleh bakteri melalui proses
fermentasi glukosa pada media methyl red (Rahayu & Gumilar, 2017).
c) Uji Voges-Prokauer (VP) Uji VP berfungsi untuk mengetahui hasil fermentasi
glukosa membentuk (asetoin) asetil metil karbinol. Hasil uji VP dapat diketahui negatif
(-) ditandai dengan setelah media ditambahkan reagen a napthol dan KOH tidak
mengalami perubahan warna menjadi merah. Apabila positif (+) ditandai dengan
setelah media ditambahkan reagen a napthol dan KOH mengalami perubahan warna
menjadi merah, dapat diartikan bahwa hasil fermentasi glukosa dapat membentuk
(asetoin) asetil metil karbinol (Antriana, 2014).
d) Uji Citrat Uji citrat berfungsi untuk mengetahui sumber karbon bakteri menggunakan
sitrat atau tidak menggunakan sitrat. Hasil uji citrat dapat diketahui negatif (-) ditandai
dengan media bakteri tidak mengalami perubahan warna dari hijau menjadi warna biru.
Apabila positif (+) ditandai dengan media bakteri mengalami perubahan warna dari
hijau menjadi biru, dapat diartikan bahwa salah satu sumber karbon bakteri
menggunakan sitrat (Ummamie et al., 2017).

9
9. Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram dilakukan untuk mengelompokkan bakteri menjadi 2 yaitu bakteri
Gram positif dan bakteri Gram negative. Pada pewarnaan Gram, hasil yang didapat
akan ditentukan dari komposisi dinding sel bakteri. Pada pewarnaan Gram ini, reagen
yang digunakan ada 4 jenis, yaitu Kristal violet, iodine, alkohol dan safranin. Bakteri
Gram positif akan mempertahankan warna ungu dari kristalviolet sehingga ketika
diamati dengan mikroskop akan menunjukkan warna ungu sedangkan bakteri Gram
negative tidak dapat mempertahankan warna ungu dari Kristal violet tetapi zat warna
safranin dapat terserap pada dinding sel sehingga akan memperlihatkan warna merah.
Uji biokimia untuk gram negative adalah uji oksidasi sedangkan untuk gram positif
dapat dilakukan pewarnaan endospora (Pratita, Maria, & Surya, 2012).

E. Media
a) Lactose Broth Tunggal
b) Lactose Broth Ganda
c) EMBA
d) Nutrient Agar Slant
e) Media indol
f) Media MR-VP
g) Media SCA

F. Pereaksi
● Pewarnaan gram
a) Kristal violet
b) Alkohol 95%
c) Alkohol 70%
d) Iodin
e) Safranin

● Uji IMVIC
a) Metil merah

10
b) Alpha-napthol
c) KOH 40%
d) Citrat

G. Alat
a) Autoklaf j) Ose
b) Bunsen k) Pipet mikro
c) Cawan petri l) Pipet tetes
d) Inkubator m) Pipet ukur
e) Kaca objek n) Rak tabung reaksi
f) Kaca preparat o) Tabung durham
g) Korek api p) Tabung reaksi
h) Mikroskop q) Wadah pembuang limbah
i) Neraca ohaus

11
H. Prosedur

I. PEMBUATAN MEDIA
1. Media BGLB
Dalam 1 Liter mengandung
− Peptone 10 gr
− Oxgall 20 gr
− Lactosa 10 gr
− Brilliant green 0,0133 gr
Cara Pembuatan:
1) Dilarutkan 40 gr medium BLBB dalam 1000 mL aquades
2) Dipanaskan jika perlu untuk melarutkan media sepenuhnya
3) Diisikan pada tabung reaksi (yang juga diberi tabung durham terbalik)
4) Disterilkan dengan autoklaf pada tekanan 15 lbs suhu 121◦C selama 15 menit
5) Didinginkan sampai suhu 45-50◦C
6) pH akhir pada media BLBB yaitu 7,2 ± 0,2 pada suhu 25°C

2. Media EMBA
Komposisi media EMB Agar
− Peptone 10 gr
− Lactose 5 gr
− Sucrose 5 gr
− Dipotassium phosphate 2 gr
− Eosin Y 0,4 gr
− Methylene blue 0,065 gr
Cara Pembuatan:
1) Ditimbang 37,5 gr (atau sesuaikan pada botol Media EMB) bubuk Media EMB
2) Dilarutkan dengan aquadest sebanyak 1000 mL
3) Dipanaskan sampai mendidih untuk melarutkan media
4) Disterilkan dalam autoclave pada suhu 121°C selama 15 menit
5) Didinginkan sampai suhu 45-50◦C
6) Dihomogenkan dan dituang ke dalam cawan petri steril
7) pH akhir pada media EMB yaitu 7,2 ± 0,2 pada suhu 25°C

12
3. Media NAS
Komposisi:
− Agar 15 gr
− Lemco beef extract 1 gr
− NaCl 5 gr
− Peptone 5 gr
− Yeast extract 2 gr
Cara pembuatan:
1) Sebanyak 28 gr medium NA ditimbang dan dilarutkan dalam 1000 mL aquadest
2) Dipanaskan hingga melarutkan media sepenuhnya
3) Disterilkan dengan autoklaf pada tekanan 15 lbs suhu 121◦C selama 15 menit
4) Didinginkan sampai suhu 45-50◦C
5) Diaduk rata dan tuang ke dalam tabung reaksi

4. Media Indol
Komposisi
− Peptone from casein 20 gr
− Peptone from meat 6,6 gr
− Amonium iron (III) citrate 0,2 gr
− Sodium thiosulfate 0,2 gr
− Agar-agar 3,0 gr

Cara pembuatan:
1) Sebanyak 30 gr Sulfide Indole Motility (SIM) dilarutkan dalam 1000 mL aquadest
2) Dididihkan menggunakan hot plate
3) Dihomogenkan menggunakan magnetic stirrer
4) Disterilisasi dengan autoclave pada tekanan 15 lbs suhu 121◦C selama 15 menit

5. Media MR- VP
Cara Pembauatan:
1) Ditimbang sebanyak 17 gr medium MR-VP dan dilarutkan ke dalam 1000 mL
aquadest
5) Diaduk dan dipanaskan hingga homogen menggunakan magnetic stirrer
2) Dimasukkan medium MR-VP ke dalam tabung reaksi

13
3) Disterilisasi dengan autoclave pada tekanan 15 lbs suhu 121◦C selama 15 menit

6. Media SCA (Simmons Citrate Agar)


Cara Pembuatan:
1) Dilarutkan 24,28 gr medium dalam 1000 ml aquades
2) Dipanaskan hingga mendidih agar media larut sepenuhnya
3) Didinginkan hingga suhu 45-50◦C
4) Diaduk rata dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
5) Disterilkan dengan autoklaf pada tekanan 15 lbs suhu 121◦C selama 15 menit

7. Media Lactose Broth


Cara Pembuatan:
1) Ditimbang media Lactose Broth sebanyak 13 gr
2) Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan diukur pH 7,0
3) Dilarutkan dengan aquadest sebanyak 1000 mL
4) Dipanaskan sampai larut sempurna diatas Hot Plate
5) Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 16 x 160 mm sebanyak 10 ml (lengkap dengan
tabung durham)
6) Disterilkan pada autoclave dengan suhu 121˚C selama 15 menit

II. Skema Kerja MPN


STASE 1
Inokulasi sampel ke LB
1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan termasuk media LB
2) Diambil sampel air kran dimasukkan pada botol kaca
3) Botol kaca yang berisi sampel air disterilkan ketika akan dipipet ke media LB
4) Dipipet 10 ml sampel ke media LB dilakukan sebanyak tiga kali ke LB yang berbeda,
inokulasi dilakukan dalam Laminar Air Flow
5) Dipipet 1 ml sampel ke media LB dilakukan sebanyak tiga kali ke LB yang berbeda,
inokulasi dilakukan dalam Laminar Air Flow
6) Dipipet 0,1 ml sampel ke media LB dilakukan sebanyak tiga kali ke LB yang berbeda,
inokulasi dilakukan dalam Laminar Air Flow
7) Media LB yang telah di campur sampel air kran di inkubasi pada suhu 37°C

STASE 2

14
Inokulasi sampel LB ke BGLBB 37°C dan 44°C
1) Dilihat semua sampel LB dan di identifikasi keberadaan bakteri, 9 sampel diduga
terdapat bakteri
2) Dibuat reagen BGLBB pada 18 tabung
3) Bakteri pada sampel LB diinokulasikan ke dalam 18 tabung BGLBB dilakukan dalam
Laminar Air Flow.
4) Setiap membuka dan menutup tabung disterilkan dengan melewatkan tabung pada api
bunsen
5) 9 tabung BGLBB di inkubasi pada suhu 37° C dan 9 sampel BGLBB lainnya di
inkubasi pada suhu 44°C selama 24 jam.

STATE 3
1. Pembacaan tabung BGLB
1) Disiapkan hasil media BGLB yang terdiri dari 2 set tabung masing-masing set terdiri
dari 9 tabung dengan set 1 hasil inkubasi pada suhu 37◦C dan set 2 hasil inkubasi pada
suhu 44◦C
2) Diamati hasil positif yang ditandai dengan cairan keruh dan terdapat gas di dalam
tabung
3) Dicatat perolehan hasil positif yaitu 37◦C diperoleh 1-2-3 dan 44◦C diperoleh 1-2-1
4) Hasil dikonversikan ke tabel MPN 3-3-3

15
2. Inokulasi dari media BGLB ke EMBA
1) Diambil salah satu hasil positif pada tabung BGLB 37◦C dan 44◦C
2) Disiapkan ose, media EMBA, hasil media BGLB, bunsen atau pemanas spiritus
3) Dihidupkan dan disterilkan Laminar Air Flow dan diletakkan alat bahan di dalam
Laminar Air Flow
4) Dipanaskan ose sampai ujung membara dan diseterilkan mulut tabung berisi kultur
melewati api
5) Diambil bakteri dari media BGLB dengan ose
6) Digoreskan pada media EMBA hingga semua kuadrat terpenuhi
7) Disterilkan lagi ujung tabung dengan api kemudian ditutup
8) Dipanaskan ose dan dimatikan api
9) Diinkubasi bakteri yang berada di media EMBA pada suhu 37◦C selama 24 jam

3. Inokulasi dari media EMBA ke NAS


1) Diambil media EMBA yang telah diinkubasi pada suhu 37◦C dan disiapkan media
NAS
2) Dihidupkan dan disterilkan Laminar Air Flow dan diletakkan alat bahan di dalam
Laminar Air Flow
3) Dipanaskan ose sampai ujung membara dan diambil cawan petri media EMBA berisi
koloni bakteri
4) Diambil pada koloni yang terpisah dengan ose dan digoreskan secara zig zag pada
media NAS
5) Dipanaskan ose dan dimatikan api
6) Diinkubasi bakteri yang berada di media NAS pada suhu 37◦C selama 24 jam

4. Inokulasi dari media NAS ke IMVIC


1) Diambil media NAS yang telah diinkubasi pada suhu 37◦C dan disiapkan media
IMVIC yang terdiri dari Uji Indol, MR, VP dan sitrat
2) Untuk Uji Indol, dipanaskan ose jarum pada api hingga membara dan disterilakan
media berisi kultur melewati api
3) Ditusukkan ose jarum ke dalam media uji indol sebanyak 1 kali
4) Disterilkan lagi media berisi kultur, ditutup dan dipanaskan ose jarum

16
5) Untuk Uji MR, dipanaskan ose jarum pada api hingga membara dan disterilkan media
berisi kultur melewati api
6) Dimasukkan ose ke dalam media uji MR, disterilkan lagi media berisi kultur, ditutup
dan dipanaskan ose
7) Untuk Uji VP, dipanaskan ose jarum pada api hingga membara dan disterilkan media
berisi kultur melewati api
8) Dimasukkan ose ke dalam media uji VP, disterilkan lagi media berisi kultur, ditutup
dan dipanaskan ose
9) Untuk Uji Citrate, dipanaskan ose jarum pada api hingga membara dan disterilkan
media berisi kultur melewati api
10) Digoreskan ose ke dalam media uji MR-VP, disterilkan lagi media berisi kultur,
ditutup dan dipanaskan ose
11) Setelah semua telah diinokulasi, dilanjut dengan inkubasipada inkubator seluruh Uji
IMVIC pada suhu 37◦C selama 24 jam

STATE 4
1. Pembacaan Hasil IMVIC
1) Untuk uji indole, dilakukan penambahan 3 tetes pereaksi Indol, hasil positif apabila
terbentuk cincin merah
2) Untuk uji MR, ditambahkan 5 tetes pereaksi methyl red , hasil positif apabila larutan
berubah menjadi merah
3) Untuk uji VP, ditambahkan 5 tetes aplha-naphthol dan diitambahkan 3 tetes KOH
,warna merah yang terjadi menunjukkan hasil tes yang positif.
4) Untuk uji citrate, dilakukan penambahan sitrat, hasil positif apabila terjadi perubaha
warna dari biru ke hijau

2. Pewarnaan Gram
1) Dipanaskan ose sampai membara
2) Diteteskan akuades pada preparate dan diambil koloni yang berwarna hijau mengkilap
pada media
3) Dilakukan fiksasi diatas nyala api bunsen
4) Dilakukan pewarnaan dengan 2-3 tetes larutan kristal violet selama 1 menit.
5) Dicuci dengan akuades mengalir
6) Ditetesi 2-3 tetes larutan iodin, dan dibiarkan selama 1 menit.

17
7) Dicuci dengan akuades mengalir
8) Ditetesi dengan larutan alkohol 95 % selama 30 detik
9) Dicuci dengan akuades mengalir
10) Diwarnai dengan safranin atau selama 1 menit.
11) Dicuci dengan akuades mengalir, dimiringkan hingga air hilang
12) Dikeringkan preparat
13) Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 1000 kali.

I. Hasil dan Data

Tabel 1. Hasil uji penduga dengan menggunakan medium LB

Sampel LB 10 mL LB 1,0 mL LB 0 ,1mL Pembaca


kombinasi
1 2 3 1 2 3 1 2 3

Sampel A + + + + + + + + + 3,3,3

Keterangan :
+ : Adanya bakteri
- : Tidak ada bakteri

Tabel 2. Hasil uji penegasan dengan menggunakan medium BGLB

Suhu BGLB 10 mL BGLB 1,0 mL BGLB 0 ,1mL Pembaca Pembacaan


kombinasi table mpn
1 2 3 1 2 3 1 2 3

Suhu 37OC + - - + + - + + + 1-2-3 23

Suhu 44OC + - - + + - + - - 1-2-1 15

Keterangan :
+ : Adanya bakteri
- : Tidak ada bakteri

18
Tabel 3. Uji kesempurnaan
IMVIC Perubahan Warna Hasil

Indol Tidak terbentuk cincin -


merah

MR Tidak berubah merah -

VP Tidak berubah merah -

Asam citrat Tidak berubah biru -

J. Diskusi dan Pembahasan

Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Poltekkes Kemenkes Malang


pada bulan April 2021 untuk mengetahui ada tidaknya cemaran Escherichia coli pada air kran
yang berasal dari Laboraorium Mikrobiologi selatan di Poltekkes Kemenkes Malang
menggunakan metode Most Probable Number (MPN) dengan ragam tabung 3-3-3.

A. Uji Pendahuluan
Identifikasi ada tidaknya cemaran Escherichia coli diawali dengan uji pendahuluan. Uji
pendahuluan dimaksudkan untuk mengetahui ada atau tidaknya pertumbuhan bakteri.
Sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi yang sebelumnya sudah dimasukkan tabung
durham dan media Lactosa Broth kemudian diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 37°C.
Tabung yang menghasilkan gas dan kekeruhan dalam masa inkubasi diduga mengandung
bakteri golongan Coliform dan bukan Coliform. Hasil uji pendahuluan menunjukkan bahwa
dari 9 sampel yang diuji, ke 9 sampel positif ditumbuhi bakteri. Bakteri patogen yang dapat
memfermentasi laktosa antara lain :Escherichia coli, Enterobacter aerogenes, Klebsiella
dan lain sebagainya. Untuk memastikan bahwa gas yang terdapat pada uji pendahuluan
dihasilkan oleh organisme enterik, maka sampel yang positif pada uji pendahuluan
dilanjutkan dengan melakukan uji penegasan.

B. Uji Penegasan
Uji penegasan dilakukan dengan menggunakan media BGLBB. Media BGLBB dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dan meningkatkan pertumbuhan bakteri
Gram negatif (Kusuma, 2009). Uji penegasan dilakukan dengan cara memindahkan

19
sebanyak 1-2 ose penuh dari tiap tabung Lactosa Broth yang membentuk gas kedalam
tabung yang berisi 10 ml media BGLBB kemudian diinkubasi pada suhu 37°C. Hasil positif
ditandai dengan adanya gas dan kekeruhan pada tabung durham. Hal ini menunjukkan hasil
positif terkontaminasi bakteri Coliform, dengan jumlah bakteri yang dibandingkan dengan
tabel MPN 3-3-3 pada suhu 37°C. Hasil reaksi positif terbentuknya gelembung gas pada uji
pendahuluan tidak menjamin bahwa hasil pada uji penegasan juga akan sama, karena pada
uji pendahuluan bukan hanya bakteri Coliform saja yang tumbuh tetapi bakteri patogen lain
selain bakteri golongan Coliform juga ikut tumbuh.

C. Uji Pelengkap
Untuk memastikan adanya bakteri Escherichia coli maka perlu dilanjutkan ke uji
pelengkap dengan menggunakan media EMB dengan cara mengambil 1 ose koloni bakteri
dari tabung yang positif pada uji penegasan (tabung yang dipilih adalah tabung positif yang
memiliki gas pada tabung durham paling panjang dan kekeruhan paling tinggi) kemudian
digoreskan pada media EMB dan diinkubasi pada suhu 37°Cdan 44°Cselama 24 jam.
Koloni berwarna hijau metalik merupakan ciri khas bakteri Escherichia coli. Hasil uji
pelengkap 1-2-3 pada suhu 37°C dan 1-2-1 pada suhu 44°C menunjukkan bahwa dari
sampel terdapat koloni bakteri yang merupakan ciri-ciri dari bakteri Escherichia coli. EMB
mengandung eosin dan metilen biru sehingga memberikan perbedaan yang nyata antara
koloni yang meragikan laktosa dengan yang tidak meragikan laktosa (Habibah, 2016). Jika
bakteri Escherichia Coli positif maka akan menunjukkan hasil koloni yang berwarna hijau
metalik.

EMB-NAS

Dalam media LSTB (lauryl sulfate tryptose broth), koliform memfermentasi laktosa
dan menghasilkan gas yang terperangkap dalam tabung Durham dalam waktu 48 jam pada
suhu 37°C. Untuk konfirmasi keberadaan koliform digunakan medium brilliant-green untuk
menghambat bakteri yang membentuk endospora dan mengakibatkan pembacaan uji positif
yang salah pada uji tabung LSTB. Uji lengkap koliform dilakukan dengan menumbuhkan
biakan dari media BGLBB (brilliant green bile lactose broth) ke media cawan agar EMB
(eosine methylene blue). Pada media EMB, koloni Escherichia coli membentuk kilauan
hijau metalik dan gelap di pusat koloni. Kilauan hijau metalik tampak jelas dengan cahaya
refleksi.

20
Digores satu koloni tipikal (bagian tengah koloni gelap dengan kilauan hijau metalik
untuk E. coli atau koloni kecoklatan konvek, mukoid untuk Enterobacter dan organisme
koliform lain) dari EMB ke media agar miring NA dan inokulasi ke media LSTB. Inkubasi
agar miring selama 24 jam dan tabung LSTB selama 48 jam pada suhu 37°C. - Uji lengkap
dilakukan untuk melihat apakah isolat yang diambil benar merupakan bakteri koliform. -
Buat pewarnaan Gram terhadap biakan dalam media agar miring NA dan amati adanya
pembentukan gas pada media LSTB. Adanya gas dalam tabung LSTB dan penampakan
bakteri Gram negatif, yang tidak membentuk spora merupakan uji lengkap adanya koliform.

D. Uji IMVIC (Indol, Motile, Methyl Red-Voges Proskauer,Simmons sitrat)


Uji IMVIC dilakukan pada sampel yang menunjukan hasil positif pada presumptif tes,
bersifat basil Gram negatif yang dilihat dari pewarnaan Gram dan terhadap koloni kilap
logam yang tumbuh pada NAS.Uji IMVIC ini dilakukan untuk mendukung hasil yang
diperoleh hingga uji mikroskopis 23 dengan memastikan sifat-sifat kimia dari Escherichia
coli. Hasil uji IMVIC menunjukkan hasil yaitu (-) Sulfur, (-) Indol, (-) Motil, (-) MR, (-)
VP, dan (-) Sitrat.

a. Uji SIM (Sulfur Indole Motility)


Uji Indol bertujuan mengidentifikasi kemampuan bakteri menghasilkan indol dengan
menggunakan enzim tryptophanase (Bambang dkk, 2014). Produksi indol di dalam media
dimungkinkan karena adanya tryptophan. Bakteri yang memiliki enzim tryptophanase
menghidrolisis tryptophan. menjadi indol, piruvat dan amonia. Hal ini digunakan sebagai
bagian dari prosedur IMVIC, sebuah tes yang dirancang untuk membedakan antara anggota
keluarga Enterobacteriaceae (Rohadi dkk, 2016). Tryptophan adalah asam amino esensial,
yang teroksidasi oleh beberapa bakteri yang mengakibatkan pembentukan indol, asam
piruvat dan amonia. Uji indol dilakukan dengan inokulasi organisme uji ke dalam
tryptophan broth, yang mengandung tryptophan. Indol yang dihasilkan dideteksi dengan
menambahkan reagen Kovac’s ini yang menghasilkan cincin berwarna merah. Lapisan
alkohol berkonsentrasi warna merah berbentuk cincin terdapat di bagian atas. Hasil indol
positif dinyatakan dengan adanya cincin merah hal ini disebabkan karena Indol bereaksi
dengan aldehida (Bambang dkk, 2014). Hasil uji indol pada isolat bakteri Escherichia coli
adalah positif yang ditunjukan adanya cincin merah pada bagian atas. Media uji motilitas
digunakan untuk menentukan motilitas dari suatu mikroorganisme. Uji motilitas sering kali
digunakan dalam diferensiasi dari Enterobacteriaceae (Rohadi dkk, 2016). Hasil
pengamatan uji motilitas Escherichia coli adalah negatif.

21
b. Uji Methyl Red
Escherichia coli dan anggota lain dari organisme tingkat rendah memfermentasi gula
melalui jalur asam yang merubah gas CO2 menjadi H2 dalam jumlah yang sedikit yang
dihasilkan melalui fermentasi (Ryadi, 2011). Uji MR bertujuan untuk mendeteksi
kemampuan organisme dalam memproduksi dan mempertahankan produk akhir asam stabil
dari fermentasi glukosa. Beberapa bakteri menghasilkan sejumlah besar asam dari
fermentasi. Methyl Red adalah indikator pH, yang tetap berwarna merah pada pH 4,4 atau
kurang. (Bambang dkk, 2014) Setelah inkubasi, indikator pH Methyl Red ditambahkan ke
dalam kultur bakteri. Methyl Red berwarna merah pada pH di bawah 4,4 (hal ini
menunjukkan hasil positif) dan kuning pada pH di atas 6,0. Warna oranye menunjukkan pH
menengah dan dianggap hasil negatif (Rohadi, 2016). Hasil pengamatan untuk Uji MR pada
isolat bakteri Escherichia coli adalah negatif yang ditunjukkan dengan larutan berwarna
oranye.

c. Uji Voges-Proskauer
Voges-Proskauer adalah tes yang digunakan untuk mendeteksi acetoin dalam kultur cair
bakteri. Pengujian ini dilakukan dengan menambahkan alpha-naftol dan kalium hidroksida
dengan kaldu Voges Proskauer yang telah diinokulasi dengan bakteri. Warna merah cherry
menunjukkan hasil yang positif, sedangkan warna kuning coklat menunjukkan hasil negatif.
Tes ini tergantung pada pencernaan glukosa 25 menjadi acetylmethylcarbinol. Jika glukosa
pecah, maka akan bereaksi dengan alpha-naftol (VP reagen 1) dan kalium hidroksida (VP
reagen 2) untuk membentuk warna merah. Alpha-naftol dan kalium hidroksida adalah bahan
kimia yang mendeteksi acetoin (Bambang dkk, 2014). Asetil-metil carbinol (acetoin) adalah
perantara dalam produksi butilen glikol. Dalam tes ini dua reagen, 40% KOH dan alpha-
naftol ditambahkan setelah inkubasi dan terkena oksigen. Jika terdapat acetoin, acetoin akan
teroksidasi dengan adanya udara dan KOH menjadi diacetyl. Diacetyl kemudian bereaksi
dengan komponen guanidin dari pepton, adanya alpha-naftol menghasilkan warna merah.
Peran alpha-naftol adalah untuk katalis dan penguat warna (Rohadi dkk, 2016). Hasil
pengamatan untuk uji VP adalah negatif yang ditunjukan tidak adanya perubahan warna
terhadap larutan VP.

22
d. Uji Simmons sitrat
Tes Simmons sitrat bertujuan mendeteksi kemampuan suatu organisme untuk
memanfaatkan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi. Bakteri diinokulasi
pada medium yang mengandung natrium sitrat dan indikator pH bromothymol biru. Media
juga mengandung garam amonium anorganik, yang digunakan sebagai satusatunya sumber
nitrogen. Pemanfaatan sitrat melibatkan enzim citrat permease, yang memecah sitrat
menjadi oksaloasetat dan asetat. Oksaloasetat lebih lanjut dipecah menjadi piruvat dan CO2.
Produksi Na2CO3 serta NH3 dari pemanfaatan natrium sitrat dan garam amonium masing-
masing menghasilkan pH basa. Hal ini menyebabkan perubahan warna medium dari hijau
menjadi biru (Rohadi dkk, 2016). Uji sitrat dilakukan dengan inokulasi mikroorganisme ke
dalam media sintetis organik, "Simons Citrate broth" apabila natrium sitrat adalah satu-
satunya sumber karbon dan energi. Bromothymol blue digunakan sebagai indikator saat
asam sitrat dimetabolisme, menghasilkan karbondioksida yang menggabungkan natrium
dengan air untuk membentuk natrium karbonat yang merupakan produk alkaline yang
menghasilkan perubahan warna dari hijau menjadi biru dan hal ini 26 menunjukkan tes
tersebut positif (Bambang dkk, 2014). Hasil pengamatan untuk uji Sitrat adalah negatif yang
ditunjukan tidak adanya perubahan warna terhadap media uji Sitrat F.

E. Uji Mikroskopis
Uji Mikroskopis bertujuan untuk menentukan kelompok bakteri Gram positif dan
bakteri Gram negatif, dari bakteri yang dihasilkan pada media EMBA. Pewarnaan Gram
dilakukan dengan cara mengambil koloni bakteri dari media EMBA lalu dibuat sediaan, dan
dilakukan pengamatan secara mikroskopis. Hasil uji mikroskopis menunjukkan bahwa
diperoleh bakteri berwarna merah dan berbentuk batang pendek yang merupakan ciri dari
bakteri Gram negatif yaitu Escherichia coli. Bakteri Gram positif mempertahankan zat
warna kristal violet sehingga warnanya tetap ungu sedangkan bakteri Gram negatif
kehilangan kristal violet ketika dicuci dengan alkohol sehingga zat warna kristal violet akan
hilang dan membentuk kompleks berwarna merah oleh safranin.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada air kran yang berasal dari
Laboraorium Mikrobiologi selatan di Poltekkes Kemenkes Malang tidak diperoleh sampel
hasil positif (terkontaminasi bakteri Escherichia coli), sehingga air kran yang berasal dari
Laboraorium Mikrobiologi selatan di Poltekkes Kemenkes Malang bebas dari cemaran
bakteri E.coli.

23
Hasil Pewarnaan Gram Escherichia coli Hasil Pewarnaan Gram Escherichia coli
37◦C pembesaran 1000× 44◦C pembesaran 1000×

K. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, terbukti bahwa sampel air kran laboratorium
mikrobiologi sebelah selatan mengandung bakteri ecoli, pada uji pewarnaan gram. Dan negatif
pada uji IMVIC.

24
L. Daftar pustaka

Acton, Q.A., 2013. Advances in Gammaproteobacteria Reasearch and Application 2013th ed.,
Scholarly Edition, 2013. Available from: Google book [10 April 2016]
Antriana, Nur. (2014). Isolasi bakteri asal saluran pencernaan rayap pekerja (Macrotermes
sp). Jurnal Saintifika, 16(1).
Batt, C.A. & Tortorello, M.-L., 2014. Encyclopedia Food Microbiology II., USA: Elsevier
Cappuccino, JG.& Sherman, N. 1987. Microbiology: A Laboratory Manual. The
Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc. Clifornia.
Dwidjoseputro, D. 1985. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Elfidasari, D. et al., 2011. Perbandingan Kualitas Es di Lingkungan Universitas Al Azhar
Indonesia dengan Restoran Fast Food di Daerah Senayan dengan Indikator Jumlah
Escherichia coli Terlarut. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains dan Teknologi,
Vol.1(No.1).
Fardiaz, S. 1989. Mikrobiologi Pangan. Departemen Pendidikan dan kebudayaan Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Bogor: Institut
Pertanian Bogor
Handayani, K., Ekowati, C. N., & Pakpahan, M. (2013). Karakterisasi fisiologi dan
pertumbuhan isolat bakteri Bacillus thuringiensis dari tanah naungan di lingkungan
Universitas Lampung. Seminar Nasional Sains dan Teknologi V, Lembaga Penelitian
Universitas Lampung, Lampung
Ikmalia. 2008.Analisa profil protein isolat escherichia coli S1 hasil iradiasi sinar gamma.
Fakultas sains teknologi universitas islam negeri syarif hidayatullah. Jakarta
Ismail, D. 2012. Uji Bakteri Escherichia coli Pada Minuman Susu Kedelai Bermerek dan
Tanpa merek di kota surakarta. Naskah publikasi, Fakultas Kedokteran. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Knechtges, P.L., 2011. Food Savety Teory and Practice, East Carolina University, Jones &
Bartlett. Available from: Google book [10 April 2016].
Koes Irianto. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Jilid 2. Jakarta.
Lumantouw, Rondonuwu, & Singkoh. (2013). Isolasi dan identifikasi bakteri yang toleran
terhadap fungisida mankozeb pada lahan pertanian tomat di Desa Tempok,
Kecamatan Tompaso, Sulawesi Utara. Jurnal Bios Logos, 3(2).
Novel, dkk. 2010. Praktikum Mikrobiologi Dasar. Jakarta. CV Trans Info Media.
Nugroho, A. (2006). Bioindikator Kualitas Air. Jakarta: Universitas Trisakti. Halaman 23.

25
Pratita, Maria, Y. E., & Surya, R. P. (2012). Isolasi dan IDentifikasi Bakteri Termofiliki dari
Sumber Mata Air Panas di Songgoriti Setelah Dua Hari Inkubasi. Jurnal Teknik
Pomits, 1.
Rahayu & Gumilar. (2017). Uji Cemaran air minum masyarakat sekitar margahayu raya
bandung dengan identifikasi bakteri Escherichia coli. IJPST, 4(2).
Srikandi Fardiaz, 1992, Mikrobiologi Pangan 1, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Ummamie. (2017). Isolasi dan identifikasi Escherichia coli dan Staphylococcus aureus pada
keumamah di Pasar Tradisional Lambaro, Aceh Besar. JIMVET, 1(3).

26

Anda mungkin juga menyukai