Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


TERMOREGULASI

OLEH :
NAMA : ERVIN ZULIANTI
NIM : 071201005

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2020
A.    Definisi
Termoregulasi adalah Suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai
keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan.
Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme fisiologis dan prilaku.
Agar suhu tubuh tetap konstan dan berada dalam batasan normal, hubungan antara
prodksi panas dan pengeluaran panas harus dipertahankan. Hubungan diregulasi
melalui mekanisme neurologis dan kardiovaskular. Perawat menerapkan
pengetahuan mekanisme kontrol suhu untuk meningkatkan regulasi suhu.

B.     Asal panas pada tubuh manusia


1.      Laju metabolism basal (Basal Metabolisme Rate, BMR)
 BMR merupakan pemanfaatan energy di dalam tubuh.
 Besarnya BMR bervariasi sesuai dengan umur  dan jenis kelamin.
 Faktor yang menyebabkan BMR meningkat diantaranya cidera, demam,
dan infeksi.
 Meningkatnya BMR menunjukkan tingginya  metabolism yang dialami
klien.
2.      Laju cadangan metabolism yang disebabkan aktifitas otot. Termasuk
kontraksi otot akibat menggigil.
3.      Peningkatan produksi tiroksin
 Hipotalamus merespon terhadap dingin dengan melepas factor releasing.
 Faktor ini merangsang tirotropin pada adenohipofise untuk merangsang
pengeluaran tiroksin oleh kelenjar tiroid.
 Efek tiroksin meningkatkan nilai metabolisme sel di seluruh tubuh dan
memproduksi panas.
4.      Termogenesis kimia
perangsangan produksi panas melalui sirkulasi norepineprin dan epineprin
atau melalui perangsangan saraf simpatis. Hormon-hormon ini segera
meningkatkan nilai metabolisme sel di jaringan tubuh. Secara langsung
norepineprin dan epineprin mempengaruhihati dan el-sel otot sehingga
meningkatkan aktifitas otot.
5.      Demam
Demam meningkatkan metabolisme tubuh. Reaksi-reaksi kimia meningkat
rata-rata 120% untuk setiap peningkatan suhu 10o.

C.    Sistem pengaturan suhu


Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Titik tetap tubuh
dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 36,8-37,4oC. Apabila pusat
temperature hipotalamus mendekati suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan
melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu
inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang
disebut titik tetap (set point). Tubuh manusia memiliki seperangkat system yang
memungkinkan tubuh menghasilkan, mendistribusikan, dan mempertahankan
suhu tubuh dalam keadaan konstan. Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh,
dikanal suhu inti (core temperature) yaitu suhu yang terdapat  pada jaringan
dalam, seperti cranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini
biasanya dipertahankan relative konstan (±37oC). selain itu ada suhu
permukaan (surface temperature), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan
subkutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 40 oC. Lokasi
pengukuran temperature tubuh : ketiak (aksila), sub lingual, atau rectal (dubur).
Temperature dubur lebih tingggi 0,3-0,5oC daripada temperature aksila. Suhu
rectal agak konstan bila dibandingkan dengan suhu-suhu di daerah lain.

D.    Perbedaan Suhu
USIA SUHU
3 bulan 37.5
6 bulan 37.7
1 tahun 37.7
3 tahun 37.2
5 tahun 37.0
7 tahun 36.8
9 tahun 36.7
11 tahun 36.7
13 tahun 36.6
Dewasa 36.4
>70 tahun 36.0

         Hipotermi : suhu tubuh <36oC.


         Normal : suhu tubuh antara 36-37.5oC
         Febris/pireksia : suhu tubuh 37.5-40oC
         Hipertermi : suhu tubuh >40oC
E.     Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Termoregulasi
a.       Usia
suhu tubuh bayi dapat berespon secara drastis terhadap perubahan suhu
lingkungan. Bayi baru lahir mengeluaran lebih dari 30% panas tubuhnya
melalui kepala oleh karena itu perlu menggunakan penutup kepala untuk
mencegah pengeluaran panas.
Regulasi suhu tidak stabil sampai pubertas. Rentang suhu normal turun
secara berangsur sampai seseorang mendekati masa lansia. Lansia mempunyai
rentang suhu tubuh lebih sempit daripada dewasa awal. Suhu oral 35 ºC tidak
lazim pada lansia dalam cuaca dingin. Namun rentang suhu tubuh pada lansia
sekitar 36 ºC. Lansia terutama sensitif terhadap suhu yang ekstrem karena
kemunduran mekanisme kontrol, terutama pada kontrol vasomotor (kontrol
vasokonstriksi dan vasodilatasi), penurunan jumlah jaringan subkutan,
penurunan aktivitas kelenjr keringat dan penurunan metabolisme.
b.      Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dalam pemecahan
karbohidrat dan lemak. Hal ini menyebabkan peningkatan metabolisme dan
produksi panas. Segala jenis olahraga dapat meningkatkan produksi panas
akibatnya meningkatkan suhu tubuh. Olahraga berat yang lama, seperti lari
jarak jauh, dapat meningatkan suhu tubuh untuk sementara sampai 41 ºC.
c.     Kadar hormon
Secara umum, wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar
dibandingkan pria. Variasi hormonal selama siklus menstruasi menyebabkan
fluktuasi suhu tubuh. Kadarprogesteron meningkat dan menurun secara
bertahap selama siklus menstruasi. Bila kadar progesteron rendah, suhu tubuh
beberapa derajat dibawah kadar batas. Suhu tubuh yang rendah berlangsung
sampai terjadi ovulasi. Perubahan suhu juga terjadi pada wanita menopause.
Wanita yang sudah berhenti mentruasi dapat mengalami periode panas tubuh
dan berkeringat banyak, 30 detik sampai 5 menit. Hal tersebut karena kontrol
vasomotor yang tidak stabil dalam melakukan vasodilatasi dan vasokontriksi.
d.      Irama sirkadian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5 ºC sampai 1 ºC selama periode 24
jam. Bagaimanapun, suhumerupakan irama stabil pada manusia. Suhu tubuh
paling rendah biasanya antara pukul 1:00 dan 4:00 dini hari. Sepanjang hari
suhu tubuh naik, sampai sekitar pukul 18:00 dan kemudian turun seperti pada
dini hari. Penting diketahui, pola suhu tidak secara otomatis pada orang yang
bekerja pada malam hari dan tidur di siang hari. Perlu waktu 1-3 minggu untuk
perputaran itu berubah. Secara umum, irama suhu sirkadian tidak berubah
sesuai usia. Penelitian menunjukkan, puncak suhu tubuh adalah dini hari pada
lansia.
e.     Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan
persarafan. Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan panas. Klien yang
cemas saat masuk rumah sakit atau tempat praktik dokter, suhu tubuhnya dapat
lebih tinggi dari normal.
f.      Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam ruangan
yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi suhu tubuh
melalui mekanisme pengluaran-panas dan suhu tubuh akan naik. Saat berada di
lingkungan tanpa baju hangat, suhu tubuh mungkin rendah karena penyebaran
yang efektif dan pengeluaran panas yang konduktif. Bayi dan lansia paling
sering dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena mekaisme suhu mereka
kurang efisien.
F.     Efek panas pada manusia
Efek panas terbagi dalam 3 bagian :
1.    Fisik.
Panas menyebabkan zat cair, padat, dan gas mengalami pemuaian ke segala
arah.
2.    Kimia.
Kecepatan reaksi kimia akan meningkat dengan kecepatan temperature.Reaksi
oksidasi  permeabilitas   pada jaringan akan terjadi peningkatan metabolisme 
peningkatan pertukaran zat kimia tubuh dalam cairan tubuh.
3.     Biologis.
Efek panas terhadap fisik dan kimia  peningkatan sel darah putih, peradangan
dan dilatasi pembuluh darah  peningkatan sirkulasi darah dan peningkatan
tekanan kapiler dan pH darah menurun.
G.    Perubahan  suhu
1.      Demam   
Terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu untuk
mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas yang
mengakiatkan peningkatan suhu abnormal. Demam biasanya tidak berbahaya
jika <39o C. Demam terjadi akibat perubahan set point hipotalamus.
Pola demam :
a. Terus menerus                   : tingginya menetap >24 jam, bervariasi (1-2)oC.
b. Intermitten              : demam memuncak secara berseling dengan suhu
normal.
c. Remitten                  : demam memuncak dan turun tanpa kembali ke
tingkat suhu normal.
d. Relaps                       : periode episode demam diselingi dengan tingkat
suhu normal, episode demam dengan normotermia
dapat memanjang lebih dari 24 jam.
2. Kelelahan akibat panas
Terjadi bila diaphoresis yang banyak menyebabkan kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan. Juga disebabkan olehlingkungan yang panas.
3. Hipotermia
peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk
meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas. Setiap
penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat mempengaruhi mekanisme
pengeluaran panas.
4.      Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu
tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini
disebut heatstroke, kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka mortalitas
yg tinggi. Klien berisiko termasuk yang masih sangat muda atau sangat tua,
yang memiliki penyakit kardiovaskular, hipotiroidisme, diabetes atau
alkoholik. Yang juga termasuk beresiko adalah orang yang mengkonsumsi obat
yang menurunkan kemampuan tubuh untuk mengeluarkan panas (mis.
Fenotiasin, antikolinergik, diuretik, amfetamin, dan antagonis reseptor beta-
adrenergik) dan mereka yang menjalani latihan olahraga atau kerja yang berat
(mis. Atlet, pekerja kontruksi dan petani). Tanda dan gejala heatstroke
termasuk gamang, konfusi, delirium, sangat haus, mual, kram otot, gangguan
visual, dan bahkan inkotinensia. Tanda yang paling dari heatstroke adalah kulit
yang hangat dan kering.
Penderita heatstroke tidak berkeringat karena kehilangn elektrolit sangat
berat dan malfungsi hipotalamus. Heatstroke dengan suhu lebih besar dari 40,5
ºC mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua organ tubuh. Tanda
vital menyatakan suhu tubuh kadang-kadang setinggi 45 ºC, takikardia dan
hipotensi.
5.      hipotermia
pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas, mengakibatkan
hipotermia. Hipotermia diklasifikasikan melalui pengukuran suhu inti. Hal
tersebut dapat terjadi kebetulan atau tidak sengaja selama prosedur bedah untuk
mengurangi kebutuhan metabolik dan kebutuhan tubuh terhada oksigen.
Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak diketahui
selama beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35 ºC, klien menglami
gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak mampu
menila. Jika suhu tubuh turun di bawah 34,4 ºC, frekuensi jantung, pernafasan,
dan tekanan darah turun. kulit menjadi sianotik.
H.    Mekanisme tubuh ketika terjadi perubahan suhu
1.      Mekanisme ketika suhu tubuh naik
a.       Vasodilatasi   : disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada
hipotalamus posterior (penyebab vasokontriksi) sehingga terjadi
vasodilatasi yang kuat pad kulit, yang memungkinkan percepatan
perpindahan panas dari tubuh ke kulit hingga 8x lipat lebih banyak.
b.      Berkeringat    : pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan
pengeluaran panas melalui evaporasi.
c.       Penurunan pembentukan panas : beberapa mekanisme pembentukan
panas, seperti termogenesis kimia dan menggigil dihambat dengan kuat.
2.      Mekanisme tubuh saat suhu tubuh turun
a.       Vasokontriksi  kulit di seluruh tubuh  karena rangsangan pada pusat
simpatis hipotalamus posterior.
b.      Piloreksi rangsangan simpatis menyebabkan otot erector pili yang
melekat pada folikel rambut berdiri.
c.       Peningkatan pembentukan panas system metabolisme meningkat melalui
mekanisme menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan simpatis,
serta peningkatan sekresi tiroksin.
I.       Mekanisme kehilangan panas melalui kulit
1.      Radiasi
pemindahan panas dari permukaan suatu objek ke permukaan objek lain tanpa
keduanya bersentuhan. Panas berpindah melalui gelombang elektromagnetik.
Aliran darah dari organ internal inti membawa panas ke kulit dan pembuluh
darah permukaan.
2.      Konduksi
perpindahan panas dari suatu objek ke objek lain dengan kontak langsung.
Terjadi melalui getaran dan gerakan elektro bebas. Ketika kulit hangat
menyentuh objek yang lebih dingin maka panas hilang. Panas berkonduksi
melalui benda padat, cair, dan gas.
3.      Konveksi
perpindahan karena gerakan udara. Aliran konveksidapat terjadi
dikarenakanmassa jenis udara panas sangat ringan dibandingkan dengan
massa jenis udara dingin. Contoh : kipas angin listrik meningkatkan
kehilangan panas melalui konveksi.
4.      Evaporasi
perpindahan aliran panas ketika cairan berubah menjadi gas. Evaporasi ini
tidak dapat dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat difusi molekul air
secara terus menerus melalui kulit dan system pernafasan.

J.      ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
Pengkajian pada pasien yang mengalami demam
a. Identitas diri  :
Umur, jenis kelamin, pekerjaan
b.  Status kesehatan :
keluhan utama : panas
c. Riwayat penyakit sekarang :
1) hipertermi : Pola Demam
a. Terus menerus      : tingginya menetap >24 jam, bervariasi (1-2)oC.
b. Intermitten           : demam memuncak berseling dengan suhu normal.
c. Remitten             : demam memuncak dan turun tanpa kembali ke
tingkat suhu normal.
d. Relaps                 : periode episode demam diselingi dengan tingkat
suhu normal, episode demam dengan
normotermia dapat memanjang    lebih dari 24
jam. Mulai timbulnya panas, berapa lama,
waktu, upaya untuk mengurangi.
2) hipotermi : Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan
tidak diketahui selama beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi
35 ºC, klien mengalami gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan,
depresi, dan tidak mampu menelan. Jika suhu tubuh turun di bawah
34,4 ºC, frekuensi jantung, pernafasan, dan tekanan darah turun. kulit
menjadi sianotik.
d.      Riwayat kesehatan lalu
1)      Hipertermi : sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang
menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi, nyeri
otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
2)      Hipotermi : tanyakan  suhu pasien sebelumnya, sejak kapan timbul gejala
gemetar, hilang ingatan, depresi dan gangguan menelan.
e.       Riwayat penyakit keluarga.
(riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh
anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak)
f.       Riwayat psikologis.
g. Pemeriksaan fisik :
1)      hitung TTV ketika panas terus menerus dan sesuai perintah (2/4 jam)
2)      inspeksi dan palpasi kulit, ceg turgor (dingin, kering, kemerahan, hangat,
turgor menurun).
3)      tanda-tanda dehidrasi
4)      perubahan tingkah laku : bingung, disorientasi, gelisah, disertai dengan
sakit kepala, nyeri otot, nousea, photopobia, lemah, letih, dll.
2.      Diagnosa
a.       Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan hipertermia
b.      Hipertermia berhubungan dengan penyakit
c.       Hipotermia berhubungan dengan penuaan
3.      Intervensi
a.       Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan hipertermia
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam suhu
tubuh dalam rentang normal.
Kriteria hasil :
1)      Suhu tubuh dalam rentang normal 36,5 – 37,5 0C
2)      Kulit tidak teraba hangat
Intervensi :
1. Evaluasi lingkungan rumah tentang faktor – faktor yan dapat
mengganggu suhu tubuh.
2. Kaji tanda dan gejal hipertermia
3. Anjurkan pasien atau keluarga untuk minum secara adekuat
4. Instruksikan keluarga unutk mengenali tanda dan gejala awal hipertermia
: kulit kering, sakit kepala, penignkatan suhu, iritabilitas, suhu diatas
37,8 0C, dan kelemahan.
5. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik sesuai kebutuhan
6. Sesuaikan suhu lingkungan sesuai dengan kebutuhan pasien.
b.      Hipertermia berhubungan dengan penyakit
Tujuan  : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam suhu
tubuh dalam rentang normal.
Kriteria hasil :
1. Suhu tubuh dalam rentang normal 36,5 – 37,5 0C
2. Kulit tidak teraba hangat
3. Nadi dan pernafasan dalam rentang normal yaitu :
Nadi : 60 -100 x/ menit, RR : 16 – 24 x / menit, sistole : 90 – 140 mmHg,
diastole : 60 – 90 mmHg.
Intervensi :
1. Pantau hidrasi ( turgor kulit, kelembapan membran mukosa )
2. Pantau TTV dan warna kulit
3. Ajarkan pasien atau keluarga dala mebgukur suhu untuk mencegah dan
mengenali secara dini hipertermia.
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antipiretik sesuai dengan
kebutuhan.
5. Kompres dengan air dingin atau hangat
6. Anjurkan asupan cairan oral
7. Lepaskan pakaian yang berlebihan

c.       Hipotermia berhubungan dengan penuaan


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam suhu
tubuh kembali dalam rentang normal.
Kriteria hasil :
1) Suhu tubuh dalam rentang normal 36,5 – 37,5 0C
2) Kulit tidak teraba dingin
3) Pasien tidak tampak menggigil, pucat dan merinding
4) TTV dalam rentang normal
Nadi : 16 – 24 x / menit, RR : 60 – 100 x / menit, sistole : 90 – 140
mmHg, diastole : 60 – 90 mmHg.
Intervensi :
1. Kaji gejala hipotermia ( perubahan warna kulit, menggigil, kelelahan,
kelemahan, apatis, dan bicara yang bergumam ).
2. Kaji suhu tubuh paling sedikit setiap 2 jam sesuai kebutuhan.
3. Ajarkan pada pasien, khusunya pasien lansia tentang tindakan untuk
mence
4. gah hipotermia dari pajanan dingin.
5. Kolaborasi dalam teknik menghangatkan suhu basal ( hemodialisa, dialisis
peritonial, irigasi kolon).
6. Berikan pakaian yang hangat, kering, selimut penghangat, alat – alat
pemanas mekanik, suhu ruangan yang disesuaikan, botol dengan air
hangat, minum air hangat sesuai dengan toleransi.
DAFTAR PUSTAKA

Cameron, J.R, dkk. Fisika Tubuh Manusia, EGC. Jakarta, 2006.


Gabriel, J.F. Fisika Kedokteran, EGC. Jakarta, 1996.
Guyton & Hall, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 9, EGC. Jakarta, 1997.
M. Wilkinson, judith. 2006. Buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi
NIC dan kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC
Nanda international. 2012. Diagnosis keperawatan: definisi dan klasifikasi 2012 –
2014. Jakarta : EGC
Potter & Perry, Fundamental Keperawatan, volume 1, EGC. Jakarta, 2005

Anda mungkin juga menyukai