Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PATIENT SAFETY

Disusun Oleh :

Nama : Ervin Zulianti

NIM : 071201005

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2020
LAPORAN PENDAHULUAN KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian Keselamatan Pasien


Keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan
dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra perumahsakitan (Depkes
RI, 2008). Keselamatan dinyatakan sebagai ranah pertama dari mutu dan
definisi dari keselamatan ini merupakan pernyataan dari perspektif pasien
(Kohn, dkk, 2000 dalam Sutanto, 2014). Pengertian lain menurut Hughes
(2008) dalam Sutanto (2014), menyatakan  bahwa keselamatan
keselamatan pasien merupakan merupakan pencegahan pencegahan
cedera terhadap terhadap pasien. pasien. Pencegahan cedera didefinisikan
sebagai bebas dari bahaya yang terjadi dengan tidak sengaja atau dapat
dicegah sebagai hasil perawatan medis. Komite Keselamatan Pasien
Rumah Sakit/ KKP-RS (2008) mendefinisikan  bahwa keselamatan
keselamatan ( safety) adalah bebas dari bahaya atau risiko (hazard ).
Keselamatan pasien ( patient  patient safety) adalah pasien bebas
dari harm/ cedera yang tidak seharusnya terjadi atau bebas dari harm yang
potensial akan terjadi (penyakit, cedera fisik/ sosial/ psikologis, cacat,
kematian dan lain-lain), terkait dengan pelayanan kesehatan. Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1691/ Menkes/ Per/ VIII/ 2011,
keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.
B. Pelaksanaan Keselamatan Pasien Rumah Sakit
1. Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Menurut Permenkes Nomor 1691/ Menkes/ Per/ VIII/ 2011 bahwa
rumah sakit dan tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit wajib
melaksanakan program dengan mengacu pada kebijakan nasional
Komite  Nasional  Nasional Keselamatan Keselamatan Pasien Rumah
Sakit. Setiap rumah sakit wajib membentuk Tim Keselamatan Pasien
Rumah Sakit (TKPRS) yang ditetapkan oleh kepala rumah sakit
sebagai pelaksana kegiatan keselamatan pasien. Keanggotaan TKPRS
terdiri dari manajemen rumah sakit dan unsur dari profesi kesehatan di
rumah sakit.
TKPRS melaksanakan tugas:
a. Mengembangkan program keselamatan pasien di rumah sakit
sesuai dengan kekhususan rumah sakit tersebut.
b. Menyusun kebijakan dan prosedur terkait dengan program
keselamatan pasien rumah sakit.
c. Menjalankan peran untuk melakukan motivasi, edukasi, konsultasi,
pemantauan  pemantauan (monitoring) (monitoring) dan penilaian
penilaian (evaluasi) (evaluasi) tentang tentang terapan terapan
(implementasi) program keselamatan pasien rumah sakit
d. Bekerja sama dengan bagian pendidikan dan pelatihan rumah sakit
untuk melakukan pelatihan internal keselamatan pasien rumah
sakit.
e. Melakukan pencatatan, pelaporan insiden, analisa insiden serta
mengembangkan solusi untuk pembelajaran;
f. Memberikan masukan dan pertimbangan kepada kepala rumah
sakit dalam rangka pengambilan kebijakan keselamatan pasien
rumah sakit dan
g. Membuat laporan kegiatan kepada kepala rumah sakit.
2. Standar Keselamatan Pasien
Setiap rumah sakit wajib menerapkan Standar Keselamatan Pasien.
Standar Keselamatan Pasien meliputi (Permenkes 1691/ Menkes/ Per/
VIII/ 2011):
a. Hak pasien.
b. Mendidik pasien dan keluarga.
c. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan.
d. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien.
e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
f. Mendidik staf tentang keselamatan pasien; dan Komunikasi
merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.

3. Sasaran Keselamatan Pasien


Dalam Permenkes 1691/ Menkes/ Per/ VIII/ 2011 menyatakan
bahwa setiap rumah sakit wajib mengupayakan pemenuhan Sasaran
Keselamatan Pasien. Menurut Joint Commission International (2013)
terdapat enam sasaran keselamatan pasien yaitu:
a. Ketepatan identifikasi pasien. Standar SKP I Rumah sakit
mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki / meningkatkan
ketelitian identifikasi pasien.
- Maksud dan Tujuan Sasaran I Maksud sasaran ini adalah untuk
melakukan dua kali  pengecekan  pengecekan yaitu: pertama,
pertama, untuk identifikasi identifikasi pasien sebagai individu
yang akan menerima pelayanan atau  pengobatan;  pengobatan;
dan kedua, untuk kesesuaian kesesuaian pelayanan pelayanan
atau  pengobatan  pengobatan terhadap terhadap individu
individu tersebut. tersebut. Kebijakan Kebijakan atau  prosedur
prosedur yang secara kolaboratif kolaboratif dikembangkan
dikembangkan untuk memperbaiki proses identifikasi,
khususnya pada proses untuk mengidentifikasi pasien ketika
pemberian obat, darah, atau produk darah; pengambilan darah
dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau pemberian
pengobatan atau tindakan lain.
Kebijakan atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara
untuk mengidentifikasi seorang pasien, seperti nama  pasien, n
pasien, nomor rekam omor rekam medis, tanggal medis,
tanggal lahir, gelang lahir, gelang identitas identitas  pasien
pasien dengan bar-code, dan lain-lain. Nomor kamar  pasien
atau lokasi tidak bisa digunakan untuk identifikasi. Kebijakan
atau prosedur juga menjelaskan penggunaan dua identitas
berbeda di lokasi yang berbeda di rumah sakit, seperti di
pelayanan rawat jalan, unit gawat darurat, atau ruang operasi
termasuk identifikasi pada pasien koma tanpa identitas. Suatu
proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan kebijakan
dan/atau prosedur agar dapat memastikan semua kemungkinan
situasi untuk dapat diidentifikasi. - Elemen Penilaian Sasaran I
a. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien,
tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi  pasien.
b. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau
produk darah.
c. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan
spesimen lain untuk pemeriksaan klinis.
d. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan
tindakan/ prosedur.
e. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan
identifikasi yang konsisten pada semua situasi dan lokasi.

b. Peningkatan komunikasi yang efektif. Sasaran II : Peningkatan


Komunikasi Yang Efektif Standar SKP II Rumah sakit
mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan efektivitas
komunikasi antar para pemberi layanan.
- Maksud dan Tujuan Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan
yang lain adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis,
seperti melaporkan hasil laboratorium klinik cito melalui
telepon ke unit pelayanan. Rumah sakit secara kolaboratif
mengembangkan suatu kebijakan atau prosedur untuk  perintah
perintah lisan dan telepon telepon termasuk termasuk :
mencatat mencatat (memasukkan ke komputer) perintah yang
lengkap atau hasil pemeriksaan oleh penerima perintah;
kemudian  penerima  penerima perintah perintah membacakan
membacakan kembali kembali (read back)  perintah  perintah
atau hasil pemeriksaan; pemeriksaan; dan mengkonfirmasi
mengkonfirmasi  bahwa apa yang sudah dituliskan dituliskan
dan dibaca ulang adalah akurat.
Kebijakan dan/atau prosedur pengidentifikasian  juga
menjelaskan menjelaskan bahwa diperbolehkan diperbolehkan
tidak melakukan melakukan  pembacaan  pembacaan kembali
kembali (read back ) bila tidak memungkinkan seperti di kamar
operasi dan situasi gawat darurat di IGD atau ICU.
- Elemen Penilaian Sasaran II
a. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon
atau hasil pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh
penerima perintah.  
b. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil  pemeriksaan
pemeriksaan dibacakan dibacakan kembali kembali secara
lengkap lengkap oleh  penerima perintah.
c. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh  pemberi
pemberi perintah perintah atau yang menyampaikan
menyampaikan hasil  pemeriksaan.
d. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan
verifikasi keakuratan komunikasi lisan atau melalui telepon
secara konsisten.
c. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai. Standar SKP
III Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk
memperbaiki keamanan obat-obat yang perlu diwaspadai
(highalert).
- Maksud dan Tujuan Sasaran III Bila obat-obatan menjadi
bagian dari rencana pengobatan  pasien,  pasien, manajemen
manajemen harus berperan berperan secara kritis untuk
memastikan keselamatan pasien. Obat-obatan yang perlu
diwaspadai (high-alert medications) adalah obat yang sering
menyebabkan terjadi kesalahan-kesalahan serius ( sentinel
sentinel event ), obat yang berisiko tinggi menyebabkan
dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) seperti obat-
obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat
Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau  Look  Alike Soun
Alike/LASA). Alike/LASA). Obat-obatan yang sering
disebutkan dalam isu keselamatan pasien adalah pemberian
elektrolit konsentrat secara tidak sengaja (misalnya, kalium
klorida klorida 2meq/ml 2meq/ml atau y ang lebih pekat, lebih
pekat, kalium fosfat, fosfat, natrium klorida lebih pekat dari
0.9%, dan magnesium sulfat =50% atau lebih pekat).
Kesalahan ini bisa terjadi  bila perawat perawat tidak
mendapatkan mendapatkan orientasi orientasi dengan baik di
unit pelayanan pasien, atau bila perawat kontrak tidak
diorientasikan terlebih dahulu sebelum ditugaskan, atau  pada
keadaan gawat darurat. Cara yang paling efektif untuk
mengurangi atau mengeliminasi kejadian tersebut adalah
dengan meningkatkan proses pengelolaan obat-obat yang perlu
diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari
unit pelayanan pasien ke farmasi.
Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu
kebijakan dan/atau  prosedur  prosedur untuk membuat
membuat daftar obat-obat obat-obat yang perlu diwaspadai
berdasarkan data yang ada di rumah sakit. Kebijakan dan/atau
prosedur juga mengidentifikasi area mana saja yang
membutuhkan elektrolit konsentrat, seperti di IGD atau kamar
operasi, serta pemberian label secara  benar pada elektrolit
elektrolit dan bagaimana bagaimana penyimpanannya
penyimpanannya di area tersebut, sehingga membatasi akses,
untuk mencegah  pemberian yang tidak sengaja/kurang hati-
hati.
- Elemen Penilaian Sasaran III
a. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar memuat
proses  proses identifikasi, identifikasi, menetapkan
menetapkan lokasi, lokasi, pemberian pemberian label, dan
penyimpanan elektrolit konsentrat.  
b. Implementasi kebijakan dan prosedur.
c. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien
kecuali jika dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil
untuk mencegah pemberian yang kurang hati-hati di area
tersebut sesuai kebijakan.
d. Elektrolit konsentrat yang disimpan pada unit pelayanan
pasien harus diberi label yang  pasien harus diberi label
yang jelas, dan disimpan jelas, dan disimpan pada area pada
area yang dibatasi ketat (restricted).

d. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi.


Standar SKP IV Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan
untuk memastikan tepat-lokasi, tepat-prosedur, dan tepat- pasien.
- Maksud dan Tujuan Sasaran IV Salah-lokasi, salah-prosedur,
salah-pasien pada operasi, adalah sesuatu yang
mengkhawatirkan dan tidak jarang terjadi di rumah sakit.
Kesalahan ini adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif
atau yang tidak adekuat antara anggota tim bedah, kurang/tidak
melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site marking),
dan tidak ada  prosedur  prosedur untuk verifikasi verifikasi
lokasi operasi. operasi. Di samping samping itu, asesmen
pasien yang tidak adekuat, penelaahan ulang catatan medis
tidak adekuat, budaya yang tidak mendukung komunikasi
terbuka antar anggota tim bedah,  permasalahan  permasalahan
yang berhubungan berhubungan dengan tulisan tulisan tangan
yang tidak terbaca (illegible handwritting) dan pemakaian
singkatan adalah faktor-faktor kontribusi yang sering terjadi.
Maksud proses verifikasi praoperatif adalah untuk:
1. memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar;
2. memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging),
hasil pemeriksaan yang relevan tersedia, diberi label
dengan baik, dan dipampang; dan
3. melakukan verifikasi ketersediaan peralatan khusus
dan/ atau implant- implant yang dibutuhkan. Tahap
“Sebelum insisi” (Time out) memungkinkan semua
pertanyaan  pertanyaan atau kekeliruan kekeliruan
diselesaikan. diselesaikan. Time out dilakukan di
tempat, dimana tindakan akan dilakukan, tepat sebelum
tindakan dimulai, dan melibatkan seluruh tim operasi.
Rumah sakit menetapkan bagaimana proses itu
didokumentasikan secara ringkas, misalnya
menggunakan checklist .
- Elemen Penilaian Sasaran IV
a. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan
dimengerti untuk identifikasi lokasi operasi dan melibatkan
pasien di dalam proses penandaan.  
b. Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain
untuk memverifikasi saat preoperasi tepat lokasi, tepat
prosedur, dan tepat pasien dan semua dokumen serta
peralatan yang diperlukan tersedia, tepat, dan fungsional.
c. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat
prosedur  prosedur “sebelum “sebelum insisi/ insisi/time-
out ” tepat sebelum dimulainya suatu prosedur/tindakan
pembedahan.
d. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung
proses yang seragam untuk memastikan tepat lokasi, tepat
prosedur, dan tepat pasien, termasuk  prosedur  prosedur
medis dan dental yang dilaksanakan dilaksanakan di luar
kamar operasi.

e. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan; dan


Standar SKP V Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan
untuk mengurangi risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
- Maksud dan Tujuan Sasaran V Rumah sakit mempunyai proses
kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan dan/ atau
prosedur yang menyesuaikan atau mengadopsi petunjuk hand
hygiene yang diterima secara umum dan untuk implementasi
petunjuk itu di rumah sakit.
- Elemen Penilaian Sasaran V
a. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand
hygiene terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara
umum (al.dari WHO Patient Safety).  
b. Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang
efektif.
c. Kebijakan dan/ atau prosedur dikembangkan untuk
mengarahkan pengurangan secara berkelanjutan risiko dari
infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
f. Pengurangan risiko pasien jatuh.
Standar SKP VI Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan
untuk mengurangi risiko pasien dari cedera karena jatuh.
- Maksud dan Tujuan Sasaran VI Jumlah kasus jatuh cukup
bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien rawat inap.
Dalam konteks  populasi/masyarakat  populasi/masyarakat
yang dilayani, dilayani, pelayanan pelayanan yang disediakan,
dan fasilitasnya, rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien
jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera
bila sampai jatuh. Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat
dan telaah terhadap konsumsi alkohol, gaya jalan dan
keseimbangan, serta alat bantu  berjalan yang digunakan oleh
pasien. P  berjalan yang digunakan oleh pasien. Program terse
rogram tersebut harus but harus diterapkan rumah sakit. -
Elemen Penilaian Sasaran VI
a. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal atas  pasien
pasien terhadap terhadap risiko jatuh dan melakukan
melakukan asesmen asesmen ulang pasien bila
diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan,
dan lain-lain.  
b. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko  jatuh
bagi mereka yang pada hasil asesmen asesmen dianggap
dianggap  berisiko jatuh.
c. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan
pengurangan  pengurangan cedera akibat jatuh dan dampak
dari kejadian tidak diharapkan.
d. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk
mengarahkan pengurangan berkelanjutan risiko pasien
cedera akibat jatuh di rumah sakit.
4. Asuhan Keperawatan

Tgl Diagnosa keperawatan Luaran Intervensi Keperawatan Nama


Keperawatan TT
Risiko Jatuh d.d Setelah dilakukan Pencegahan Jatuh
Faktor Risiko : Intervensi Observasi :
 Usia  65 tahun keperawatan  Identifikasi faktor risiko
(pada selama ...... maka jatuh (mis. Usia>65
 dewasa) atau ≤2 tingkat jatuh tahun, penurunan tingkat
tahun (pada anak) (L.0077) kesadaran, defisit
 Riwayat jatuh menurun, dengan kognitif,
Anggota gerak Kriteria Hasil : hipotensiortostatik,
bawah  Jatuh saat gangguan kseimbangan,
 protesis (buatan) Berdiri gangguan penglihatan,
 Penggunaan alat menurun neuropati)
bantu berjalan  Jatuh saat  Identifikasi resiko jatuh
 Penurunan tingkat berjalan setidaknya sekali setiap
kesadaran menurun shift atau sesuai dengan
 Perubahan fungsi  Jatuh dari kebijakan institusi
koqnitif tempat tidur  Identifikasi faktor
 Lingkungan tidak menurun lingkungan yang
aman (licin, gelap,  Jatuh saat meningkatkan risiko
lingkungan asing) Duduk jatuh
 Kondisi pasca menurun  􀀀 Identifikasi defisit
operasi  Jatuh saat kognitif atau fisik pasien
 Hipotensi ortostatik berpindah yang dapat
menurun meningkatkan potensi
 Perubahan kadar
 Jatuh saat terjatuh dilingkungan
glukosa darah
naik tangga tertentu
 Anemia
tanpa jatuh  Identifikasi perilaku dan
 Kekuatan otot
menurun faktor yang
menurun
 Jatuh saat ke mempengaruhi risiko
 Gangguan terjatuh
kamar mandi
pendengaran
menurun  Identifikasi riwayat jatuh
 Gangguan
 Jatuh saat  Hitung risiko jatuh
keseimbangan
membungkuk  Monitor kemampuan
 Gangguan
menurun berpindah dari tempat
penglihatan
tidur ke kursi roda dan
(glukoma, katarak,
sebaliknya
ablasio retina,
Terapeutik :
neuritis opticus)
 Orientasikan ruangan
 Neuropati
pada pasien dan
 Efek agen keluarga
farmakologis
 Pastikan roda tempat
(sedasi, alcohol,
tidur dan kursi roda
anestesi umum)
selalu dalam keadaan
terkunci
 Pasang hand rail
tempat tidur
 Atur tempat tidur
mekanis pada posisi
terendah
 Tempatkan pasien
berisiko tinggi
jatuh dekat dengan
pantauan perawat dari
nurse station
 Gunakan alat bantu
berjalan (mis.kursi
roda, walker)
 Dekatkan bel
pemanggil dalam
jangkauan pasien
Edukasi :
 Anjurkan memanggil
perawat jika
membutuhkan bantuan
untuk berpindah
 Anjurkan
menggunakan alas kaki
yang tidak licin
 Ajarkan cara
menggunakan bel
pemanggil untuk
memanggil perawat
 Anjurkan
berkonsentrasi untuk
menjaga keseimbangan
tubuh
 Anjurkan melebarkan
jarak kedua kaki untuk
meningkatkan
DAFTAR PUSTAKA

Depkes R.I., 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta

JCI., 2013,  Joint Commission Commission International International


Accreditation Accreditation Standards Standards for  Hospitals, 4th
Edition. Oakbrook Terrace, Illinois USA.

Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia. 2007.  Pedoman  Pedoman


Pelaporan Pelaporan  Insiden  Insiden Keselamatan Keselamatan Pasien
(IKP) (Patient (Patient Safety Incident Incident Report). Report). Jakarta :
Komite Keselamatan Pasien Rumah sakit (KKP-RS).

Susanto D. (2004).  Peningkatan  Peningkatan Program Program pasien safety


berdasar berdasar 7 prinsip prinsip menuju keselamatan pasien rumah sakit

Anda mungkin juga menyukai