Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Klinik


Stase Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :
JULIANA SUSANTI DILLAK
NIM SN201152

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADASURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 20201/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL

A. Masalah Utama
Isolasi Sosial : Menarik Diri

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Definisi
Isolasi sosial adalah suatu sikap dimana individu menghindari dari
interaksi dengan orang lain. Individu marasa dirinya kehilangan
hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi
perasaan, pikiran prestasi, atau kegagalan .ia kesulian untuk berhubungan
secara spontan dengan orang lain (Balitbang, 2010).

2. Tanda dan Gejala


a. Data subyektif
1) Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh
orang lain
2) Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3) Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan
orang lain
4) Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
5) Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat
keputusan
6) Pasien merasa tidak berguna
7) Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
b. Data obyektif
1) Tidak memiliki teman dekat
2) Menarik diri
3) Tidak komunikatif
4) Tindakan berulang dan tidak bermakna
5) Asyik dengan pikirannya sendiri
6) Tak ada kontak mata
7) Tampak sedih, afek tumpul
(Yosep, 2010)
3. Penyebab Terjadinya Masalah
Salah satu penyebab dari menarik diri (isos) adalah harga diri rendah,
harga diri adalah penilaian inividu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.
a Faktor Predisposisi
1) factor perkembangan
setiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan diri
masa bayi sampai dewasa tua akan menjadi pencetus seseorang
sehingga memiliki masalah respon social menarik diri.
2) factor biologic
factor genetic dapat menunjang terhadap respon social
maladaptive. Genetic merupakan salah satu factor pendukung
gangguan jiwa.
3) factor sosiokultural
isos merupakan factor dalam gangguan berhubungan.
Merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung
pendekatan terhadap oranglain, tidak menghargai anggota
masyarakat yng tidak produktif.
(Stuart & Suddeen, 2012)
b Faktor Presipitasi
1) factor perkembangan
tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan akan
maladaptive. System keluarga yng terganggu dapat menunjang
perkembangan respon maladaptive.
2) factor biologic
factor genetic dapat menunjang terhadap respon social
maladaptive.
3) factor sosiokultural
isos merupakan factor dalam hubungan. Dapat dari norma yang
mendukung pendektan orang lainatau tidak menghargai anggota
masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia, cacat dan
berpenyakit kronis.
4. Akibat Terjadinya Masalah
Akibat isolasi sosial adalah resiko perubahan sensori persepsi halusinasi.
Halusinasi adalah suatu keadaan yang merupakan gangguan pencerapan
(persepsi) panca indra tanpa ada rangsangan dari luar yg dapat meliputi
semua system penginderaan pada seseorang dalam keadaan sadar penuh
( baik ).

C. Pohon Masalah

Resiko Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

Isolasi Sosial : Menarik Diri

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

(Nita F, 2010)

D. Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji


1. Masalah keperawatan
a. Isolasi social : menarik diri
b. Gangguan persepsi sensori (D.0085)

2. Data yang perlu dikaji


Isolasi social : menarik diri
a Isolasi sosial : menarik diri
1) Data subjektif
Apatis, ekspresi sedih, berdiam diri dikamar, banyak diam,
menyendiri dan menolak berhubungan dengan orang lain.
2) Data objektif
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya
dijawab dengan singkat (ya/ tidak)
b Gangguan persepsi sensori
1) Data subjektif
Mengungkapkan :
Mendengar suara bisikan atau melihat bayangan
Merasakan sesuatu melalui indra perabaan, penciuman, atau
pengecapan
Menyatakan kesal
2) Data objektif :
Distorsi sensori
Respons tidak sesuai
Bersikap seolah melihat, mendengar, mengecap, meraba, atau
mencium sesuatu
Curiga
Melihat ke satu arah
Mondar mandir
Bicara sendiri

E. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi sosial: menarik diri (D0121)
2. Gangguan persepsi sensori (D.0085)

F. Rencana Keperawatan
1. Isolasi sosial
Tujuan umum:
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
Tujuan Khusus :
1 Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
a Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik dengan cara :
1) Sapa klien dengan ramah baik verbal
maupun non verbal
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama
panggilan yang disukai
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Jujur dan menepati janji
6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien
apa adanya
7) Berikan perhatian kepada klien dan
perhatian kebutuhan dasar klien
2 Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan:
a Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-
tandanya.
b Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri atau mau bergaul
c Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda
serta penyebab yang muncul
d Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya
3 Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.Tindakan :
a Identifikasi bersama klien cara tindakan yang
dilakukan jika terjadi halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
b Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan
keuntungan berhubungan dengan orang lain
1) Beri kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan
dengan prang lain
2) Diskusikan bersama klien tentang manfaat
berhubungan dengan orang lain
3) Beri reinforcement positif terhadap
kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan
berhubungan dengan orang lain
c Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak
berhubungan dengan orang lain
1) beri kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaan dengan orang lain
2) diskusikan bersama klien tentang kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain
3) beri reinforcement positif terhadap
kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain
4 Klien dapat melaksanakan hubungan sosial :
a Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan
orang lain
b Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan
orang lain melalui tahap :
1) K–P
2) K – P – P lain
3) K – P – P lain – K lain
4) K – Kel/Klp/Masy
c Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan
yang telah dicapai.
d Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama
klien dalam mengisi waktu
e Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
f Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam
kegiatan ruangan
2. Gangguan persepsi sensori
Tujuan dan kriteria hasil :
Persepsi sensori (L.09083)
Verbalisasi mendengar bisikan dari skala 1 meningkat menjadi skala
3 sedang
Verbalisasi melihat bayangan dari skala 1 meningkat menjadi skala 3
sedang
Verbalisasi merasakan sesuatu melalu indra perabaan dari skala 1
meningkat menjadi skala 3 sedang
Verbalisasi merasakan sesuatu melalui indra pengecap dari skala 1
meningkat menjadi skala 3 sedang

Intervensi

1. SP I : mengenal halusinasi.
1) Perawat menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu
mengenal suara-suara yang didengar tentang isinya, waktu
terjadinya, situasi terjadinya, dan perasaan pasien pada saat
terjadi.
2) Perawat meminta pasien untuk menceritakan tentang
halusinasinya, mulai dari pasien yang ada di sebelah kanan
perawat secara berurutan berlawanan jarum jam sampai
semua pasien mendapat giliran. Hasilnya ditulis di
whiteboard.
3) Beri pujian pada pasien yang melakukan dengan baik.
4) Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan
pasien dari suara yang biasa didengar.

2. Strategi PelaksanaanII : mengontrol halusinasi dengan teknik


menghardik.
1) Perawat menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu
cara pertama mengontrol halusinasi dengan teknik
menghardik
2) Perawat meminta pasien untuk menyebutkan cara yang
selama ini digunakan untuk mengatasi halusinasinya,
menyebutkan efektivitas cara, mulai dari pasien yang ada di
sebelah kanan perawat secara berurutan berlawanan jarum
jam sampai semua pasien mendapat giliran. Hasilnya ditulis
di whiteboard.
3) Perawat menjelaskan dan memperagakan cara mengontrol
halusinasi dengan teknik menghardik yaitu kedua tangan
menutup telinga dan berkata “Diamlah suara-suara palsu,
aku tidak mau dengar lagi”.
4) Perawat meminta pasien untuk memperagakan teknik
menghardik, mulai dari pasien yang ada di sebelah kanan
perawat sampai semua pasien mendapat giliran.
5) Beri pujian setiap kali pasien selesai memperagakan.

3. Strategi PelaksanaanIII : mengontrol halusinasi dengan


membuat jadwal kegiatan.
1) Perawat menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu
cara kedua mengontrol halusinasi dengan membuat jadwal
kegiatan. Jelaskan bahwa dengan melakukan kegiatan yang
teratur akan mencegah munculnya halusinasi.
2) Perawat meminta pasien menyampaikan kegiatan yang
biasa dilakukan sehari-hari, dan tulis di whiteboard.
3) Perawat membagikan formulir jadwal kegiatan harian.
Perawat menulis formulir yang sama di whiteboard
4) Perawat membimbing satu persatu pasien untuk membuat
jadwal kegiatan harian, dari bangun pagi sampai tidur
malam. Pasien menggunakan formulir, perawat
menggunakan whiteboard.
5) Perawat melatih pasien memperagakan kegiatan yang telah
disusun.
6) Perawat meminta pasien untuk membacakan jadwal yang
telah disusun. Berikan pujian dan tepuk tangan bersama
untuk pasien yang sudah selesai membuat jadwal dan
membacakan jadwal yang telah dibuat.
7) Perawat meminta komitmen masing-masing pasien untuk
melaksanakan jadwal kegiatan yang telah disusun dan
memberi tanda M kalau dilaksanakan, tetapi diingatkan
terlebih dahulu oleh perawat, dan T kalau tidak
dilaksanakan.
4. Strategi PelaksanaanIV : mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap.
1) Perawat menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu
cara ketiga mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
Jelaskan bahwa pentingnya bercakap-cakap dengan orang
lain untuk mencegah halusinasi.
2) Perawat meminta tiap pasien menyebutkan orang yang biasa
dan bisa diajak bercakap-cakap.
3) Perawat meminta pasien menyebutkan pokok pembicaraan
yang biasa dan bisa dilakukan
4) Perawat memperagakan cara bercakap-cakap jika halusinasi
muncul “Suster, ada suara di telinga, saya mau ngobrol saja
dengan suster” atau “Suster saya mau ngobrol tentang
kegiatan harian saya”.
5) Perawat meminta pasien untuk memperagakan percakapan
dengan orang disebelahnya.
6) Berikan pujian atas keberhasilan pasien.
7) Ulangi (5) dan (6) sampai semua mendapat giliran.
5. Strategi PelaksanaanV : mengontrol halusinasi dengan patuh
minum obat.
1) Perawat menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu
cara terakhir mengontrol halusinasi dengan patuh minum
obat. Jelaskan bahwa pentingnya patuh minum obat yaitu
mencegah kambuh karena obat memberi perasaan tenang,
dan memperlambat kambuh.
2) Perawat menjelaskan kerugian tidak patuh minum obat,
yaitu penyebab kambuh.
3) Perawat meminta pasien menyampaikan obat yang diminum
dan waktu meminumnya. Buat daftar di whiteboard.
4) Perawat menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar
obat, benar waktu, benar pasien, benar cara, benar dosis.
5) Minta pasien untuk menyebutkan lima benar cara minum
obat, secara bergiliran.
6) Berikan pujian pada paisen yang benar
7) Mendiskusikan perasaan pasien setelah teratur minum obat
(catat di whiteboard).
8) Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah
salah satu cara mencegah halusinasi atau kambuh.
9) Menjelaskan akibat/kerugian tidak patuh minum obat, yaitu
kejadian halusinasi atau kambuh.
10) Minta pasien menyebutkan kembali keuntungan patuh
minum obat dan kerugian tidak patuh minum obat.
11) Memberi pujian tiap kali pasien benar

DAFTAR PUSTAKA

Budi A Keliat. (2010). Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:


EGC
Fitria, N. (2010).Prinsip Dasar dan aplikasi penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan keperawatan ( LP dan SP). Jakarta:
Salemba Medika

Keliat, A.B. (2011). Model Keperawatan Profesional Jiwa.Jakarta : EGC

Stuart, G.W. (2011). Buku Saku Keperawataan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC

Yosep, I. (2010). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Townsend, M.C. (2012)Diagnosa Keperawatan Pada Perawatan Psikiatri:


Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Perawatan. Jakarta: EGC

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)


KLIEN DENGAN MASALAH ISOLASI SOSIAL
(SP 1 PASIEN)
PERTEMUAN 1
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien apatis, ekspresi sedih, berdiam diri dikamar, banyak diam, kontak
mata berkurang (menunduk), menolak hubungan dengan orang lain,
perawatan diri kurang.
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi social : Menarik diri
3. Tujuan SP 1
a. Klien mamp mengungkapkan hal-hal yang melatar belakangi
terjadinya isolasi.
b. Klien mampu mengungkapkan keuntungan berinteraksi
c. Klien mampu mengungkapkan kerugian jika tidak berinteraksi
dengan orang lain
d. Klien mampu mempraktikan berkenlan dengan orang lain
4. SP 1 Pasien
Membina hubungan saling percaya, membantu pasien pengenal penyebab
isolasi social, membantu pasien mengenal keuntungan berhubungan dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain dan mengajarkan pasien
berkenalan.
Tindakan Keperwatan :
a. Mendiskusikan factor-faktor yang melatar belakangi terjadinya
isolasi social
b. Mendiskusikan keuntungan berinteraksi
c. Mendiskusikan kerugian tiadak berinteraksi dengan orang lain
d. Mendiskusikan cara berkenalan dengan satu orang secara bertahap

B. STRATEGI KOMUNIKASI
1 Fase Orientasi
“Selamat pagi”
“Saya X, saya senang dipanggil X. Saya mahasiswa STIKes KUSUMA
HUSADA SURAKRTA yang akan merawat ibu”.
“Siapa nama ibu?Senang dipanggil siapa?”
“Apa keluhan ibu hari ini?Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang
keluarga dan teman-teman ibu?Mau dimana?Bagaimana kalau diruang
tamu? Mau Berapa lam? Bagaimana kalo 15 menit?”
2 fase kerja
(jika pasien baru)
“siapa saja yang tinggal serumah? Siapa saja yang paling dekat dengan
ibu?Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan ibu?Apa yang membuat
ibu jarang bercakap-cakap dengannya?”
(jika pasien sudah lama dirawat)
“apa yang ibu rasakan selama ibu dirawat disini? O… ibu merasa
sendirian? Siapa saja yang ibu kenal diruangan ini?”
“apa saja kegiatan yang ibu biasa lakukan dengan teman yang ibu
kenal?”
“apa yang menghambat ibu dalam berteman atau bercakap-cakap dengan
pasien lain?”
“menurut ibu apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman? Wah
benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ?(sampai pasien jiwa dapat
menyebutkan beberapa). Nah kalau kerugian tidak mempunyai teman apa
ya bu? Ya, apa lagi? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa)”
“jadi banyak juga ruginya tidak mempunyai teman ya. Kalau begitu
inginka ya bu? Belajar bergaul dengan orang lain? Bagus, bagaimana
kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain?”
“begini lo bu, untuk berkenalan dengan orang lain kita suka, asal kita dan
hobi. Contoh : nama saya T, senang berkenalan. Contoh : nama bapak
siapa? Senang dipanggil apa? Asal dari mana?Hobinya apa?”
“Ayo ibu dicoba!Misalnya saya belum kenal dengan ibu, coba
berkenalan dengan saya!”
“ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”
“setelah ibu berkenalan dengan orang tersebut ibu bisa melanjutkan
percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan. Misalnya tentang cuaca,
hobi, keluarga, pekerjaan dan sebagainya”

3 fase terminasi
“bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan berkenalan?”
“Ibu tadi sudah memperaktekkan cara berkenalan dengan baik sekali.”
“selanjutnya ibu dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama
saya tidak ada, sehingga ibu lebih siap berkenalan dengan orang lain. Ibu
mau praktekkan kepasien lain? Mau jam berapa mencobanya? Mari kita
masukkan pada jadwal hariannya”
“Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini untuk mengajak ibu
berkenalan dengan teman saya perawat N. bagaimana ibu mau kan?
Baiklah.Sampai jumpa.”

Anda mungkin juga menyukai