Disusun Oleh :
Kelompok 11
Agatha Hafifah Maulana
Dianita Nur Fitriani
Muhamad Fajar Kurniawan
Susanti
Tiara Cahyaningtias
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji dan syukur atas rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya.
Shalawat serta salam tetap terlimpahkan curahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang
membawa kita dari zaman yang gelap menuju zaman yang terang benderang yakni dengan
agama islam. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang " PEMBERIAN OBAT
MELALUI BEBERAPA RUTE DAN MENERAPKAN PRINSIP PEMBERIAN OBAT " dalam
rangka menjalankan tugas harian semester dua mata pelajaran Fatofisiologi yang diampu oleh
bapak
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita dengan adanya makalah ini. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam
tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Sebelumnya
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Sukabumi
PENULIS
i
DAFTAR ISI
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu tugas terpenting seorang perawat/bidan adalah memberi obat yang aman dan
akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien yang memiliki
masalah. Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat. Walaupun obat
menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang
serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila kita memberikan obat tersebut
tidak sesuai dengan anjuran yang sebenarnya.
Seorang perawat/bidan juga memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja obat dan
efek samping yang ditimbulkan oleh obat yang telah diberikan, memberikan obat dengan tepat,
memantau respon klien, dan membantu klien untuk menggunakannya dengan benar dan
berdasarkan pengetahuan.
Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat-obatan yang aman. Perawat juga harus
mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut
jika tidak lengkap atau jelas/dosis yang diberikan diluar batas yang direkomendasikan.
Adapun prinsip-prinspi pemberian obat yang benar meluputi 6 hal, yaitu :
Benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu, benar rute dan benar dokumentasi. Benar
pasien dapat dipastikan dengan memeriksa identitas pasien dan harus dilakukan setiap akan
memberikan obat. Benar obat memastikan pasien setuju dengan obat yang telah diresepkan
berdasarkan kategori perintah pemberian obat, yaitu :perintah tetap (standing order), perintah satu
kali (single order), perintah PRN (jika perlu), perintah stat (segera). Benar dosis adalah dosis yang
diresepkan pada pasien tertentu. Benar waktu adalah saat dimana obat yang diresepkan harus
diberikan. Benar rute disesuaikan dengan tingkat penyerapan tubuh pada obat yang telah
diresepkan. Benar dokumentasi meliputi nama, tanggal, waktu, rute, dosis dan tanda tangan atau
insial petugas.
1
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui rute pemberian obat
2. Untuk mengetahui teknik pemberian obat secara intramuscular
3. Untuk mengetahui teknik pemberian obat secara intervena
4. Untuk mengetahui teknik pemberian obat secara subcutan
5. Untuk mengetahui teknik pemberian obat secara intracutan
6. Untuk mengetahui prinsip – prinsip pemberian obat
7. Untuk mengetahui pedoman pemberian obat
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Pemberian parenteral memberikan kontrol paling baik terhadap dosis yang sesungguhnya
dimasukkan kedalam tubuh.
1. Intravena (IV)
suntikan intravena adalah cara pemberian obat parenteral yan sering dilakukan. Untuk
obat yang tidak diabsorbsi secara oral, sering tidak ada pilihan. Dengan pemberian IV, obat
menghindari saluran cerna dan oleh karena itu menghindari metabolisme first pass oleh hati.
Rute ini memberikan suatu efek yang cepat dan kontrol yang baik sekali atas kadar obat dalam
sirkulasi. Namun, berbeda dari obat yang terdapat dalam saluran cerna, obat-obat yang
disuntukkan tidak dapat diambil kembali seperti emesis atau pengikatan dengan activated
charcoal. Suntikan intravena beberapa obat dapat memasukkan bakteri melalui kontaminasi,
menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan karena pemberian terlalu cepat obat konsentrasi
tinggi ke dalam plasma dan jaringan-jaringan. Oleh karena it, kecepatan infus harus dikontrol
dengan hati-hati. Perhatian yang sama juga harus berlaku untuk obat-obat yang disuntikkan
secara intra-arteri.
2. Intramuskular (IM)
obat-obat yang diberikan secara intramuskular dapat berupa larutan dalam air atau
preparat depo khusus sering berpa suspensi obat dalam vehikulum non aqua seperti etilenglikol.
Absorbsi obat dalam larutan cepat sedangkan absorbsi preparat-preparat depo berlangsung
lambat. Setelah vehikulum berdifusi keluar dari otot, obat tersebut mengendap pada tempat
suntikan. Kemudian obat melarut perlahan-lahan memberikansuatu dosis sedikit demi sedikit
untuk waktu yang lebih lama dengan efek terapetik yang panjang.
3. Subkutan
suntikan subkutan mengurangi resiko yang berhubungan dengan suntikan intravaskular.
Contohnya pada sejumlah kecil epinefrin kadang-kadang dikombinasikan dengan suatu obat
untuk membatasi area kerjanya. Epinefrin bekerja sebagai vasokonstriktor lokal dan mengurangi
pembuangan obat seperti lidokain, dari tempat pemberian. Contoh-contoh lain pemberian obat
subkutan meliputi bahan-bahan padat seperti kapsul silastik yang berisikan kontrasepsi
levonergestrel yang diimplantasi unutk jangka yang sangat panjang.
2.2.3 Lain-lain
1. Inhalasi
inhalasi memberikan pengiriman obat yang cepat melewati permukaan luas dari saluran
nafas dan epitel paru-paru, yang menghasilkan efek hampir sama dengan efek yang dihasilkan
oleh pemberian obat secara intravena. Rute ini efektif dan menyenangkan penderita-penderita
dengan keluhan pernafasan seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronis karena obat
diberikan langsung ke tempat kerja dan efek samping sistemis minimal.
2. Intranasal
Desmopressin diberikan secara intranasal pada pengobatan diabetes insipidus; kalsitonin
insipidus; kalsitonin salmon, suatu hormon peptida yang digunakan dalam pengobtana
4
osteoporosis, tersedia dalam bentuk semprot hidung obat narkotik kokain, biasanya digunakan
dengan cara mengisap.
3. Intratekal/intraventrikular
Kadang-kadang perlu untuk memberikan obat-obat secara langsung ke dalam cairan
serebrospinal, seperti metotreksat pada leukemia limfostik akut.
4. Topikal
Pemberian secara topikal digunakan bila suatu efek lokal obat diinginkan untuk
pengobatan. Misalnya, klortrimazol diberikan dalam bentuk krem secara langsung pada kulit
dalam pengobatan dermatofitosis dan atropin atropin diteteskan langsung ke dalam mata untuk
mendilatasi pupil dan memudahkan pengukuran kelainan refraksi.
5. Transdermal
Rute pemberian ini mencapai efek sistemik dengan pemakaian obat pada kulit, biasanya
melalui suatu “transdermal patch”. Kecepatan absorbsi sangat bervariasi tergantun pada sifat-
sifat fisik kulit pada tempat pemberian. Cara pemberian obat ini paling sering digunakan untuk
pengiriman obat secara lambat, seperti obat antiangina, nitrogliserin.
MACAM-MACAM JENIS TEKNIK PEMBERIAN OBAT
2.2. Secara Intramuscular
1. Pengertian
Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot. Lokasi penyuntikan dapat
dilakukan pada daerah paha (vastus lateralis) dengan posisi ventrogluteal (posisi berbaring),
dorsogluteal (posisi tengkurap), atau lengan atas (deltoid).
2. Tujuan
a. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
Tempat injeksi.
Jenis spuit dan jarum yang digunak
Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
Kondisi atau penyakit klien.
Obat yang tepat dan benar.
Dosis yang diberikan harus tepat.
Pasien yang tepat.
Cara atau rute pemberian obat harus tepat dan benar
5
bisa dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak
memungkinkan untuk diberikan obat secara oral, bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut,
tonjolan tulang, otot atau saras besar di bawahnya.
kontra indikasi :
Infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, otot atau saraf besar di bawahnya.
1. Alat dan bahan
Daftar buku obat/catatan dan jadwal pemberian obat.
Obat dalam tempatnya.
Spuit da jarum suntik sesuai dengan ukuran. Untuk dewasa panjangnya 2,5-3 cm,
untuk anak-anak panjangnya 1,25-2,5 cm.
Kapas alkohol dalam tempatnya.
Cairan pelarut.
Bak injeksi.
Bengkok
2. Prosedur kerja:
cuci tangan.
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
Ambil obat dan masukkan ke dalam spuit sesuai dengan dosisnya. Setelah itu
letakkan dalam bak injeksi.
Periksa tempat yang akan di lakukan penyuntikan (perhatikan lokasi
penyuntikan).
Desinfeksi dengan kapas alcohol pada tempat yang akan dilakukan injeksi.
Lakukan penyuntikan :
– Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara, anjurkan pasien untuk berbaring
telentang dengan lutut sedikit fleksi.
– Pada ventrogluteal dengan cara, anjurkan pasien untuk miring, tengkurap atau telentang
dengan lutut dan pinggul pada sisi yang akan dilakukan penyuntikan dalam keadaan fleksi.
cara, anjurkan pasien untuk tengkurapüPada daerah dorsogluteal dengan dengan lutut di putar
kearah dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan diletakkan di depan tungkai bawah.
cara, anjurkan.
6
– Pada daerah deltoid (lengan atas) dilakukan dengan pasien untuk duduk atau berbaring
mendatar lengan atas fleksi.
Lakukan penusukan dengan posisi jarum tegak lurus.
Setelah jarum masuk, lakukan aspirasi spuit, bila tidak ada darah yang tertarik
dalam spuit, maka tekanlah spuit hingga obat masuk secara perlahan-lahan hingga
habis.
Setelah selesai, tarik spuit dan tekan daerah penyuntikan dengan kapas alcohol,
kemudian spuit yang telah di gunakan letakkan dalam bengkok.
Catat reaksi pemberian, jumlah dosis, dan waktu pemberian.
Cuci tangan
3. Daerah penyuntikan :
8
2.3.3. Secara langsung
1. Pengertian
Cara memberikan obat pada vena secara langsung. Diantaranya vena mediana kubiti/vena
cephalika (lengan), vena sephanous (tungkai), vena jugularis (leher), vena frontalis/temporalis
(kepala).
2. Tujuan
Pemberian obat intra vena secara langsung bertujuan agar obat dapat bereaksi langsung dan
masuk ke dalam pembuluh darah.
Hal-hal yang diperhatikan
Setiap injeksi intra vena dilakukan amat perlahan antara 50 sampai 70 detik
lamanya.
Tempat injeksi harus tepat kena pada daerha vena.
Jenis spuit dan jarum yang digunakan.
Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
Kondisi atau penyakit klien.
Obat yang baik dan benar.
Pasien yang akan di injeksi adalah pasien yang tepat dan benar.
Dosis yang diberikan harus tepat harus benar.
Cara atau rute pemberian obat melalui injeksi
2.3.4. Indikasi dan kontra indikasi
Indikasi :
bisa dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak
memungkinkan untuk diberikan obat secara oral dan steril.
Kontra indikasi :
tidak steril, obat yang tidak dapat larut dalam air, atau menimbulkan endapan dengan protein
atau butiran darah.
a. Alat dan bahan
Daftar buku obat/catatan dan jadual pemberian obat.
Obat dalam tempatnya.
Spuit sesuai dengan jenis ukuran
Kapas alcohol dalam tempatnya.
Cairan pelarut (aquades).
Bak injeksi.
Bengkok.
Perlak dan alasnya.
Karen pembendung.
b. Prosedur kerja
9
Cuci tangan.
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
Bebaskan daerah yang akan disuntik dengan cara membebaskan pakaian pada daerah
penyuntikan, apabila tertutup, buka dan ke ataskan.
Ambil obat pada tempatnya sesuai dosi yang telah ditentukan. Apabila obat dalam bentuk
sediaan bubuk, maka larutkan dengan aquades steril.
Pasang perlak atau pengalas di bawah vena yang akan dilakukan injeksi.
Tempatkan obat yang telah di ambil ke dalam bak injeksi.
Desinfeksi dengan kapas alcohol.
Lakukan pengikatan dengan karet pembendung pada bagian atas daerah yang akan
dilakukakn pemberian obat atau minta bantuan untuk membendung daerah yang akan
dilakukan penyuntikan dan lakukan penekanan.
Ambil spuit yang berisi obat.
Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan memasukkan ke
pembuluh darah.
Lakukan aspirasi, bila sudah ada darah lepaskan karet pembendung dan langsung
semprotkan hingga habis.
Setelah selesai ambil spuit dengan menarik secara perlahan-lahan dan lakukan masase
pada daerah penusukan dengan kapas alcohol, spuit yang telah digunakan di masukkan ke
dalam bengkok.
Catat hasil pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat.
Cuci tangan.
c. Daerah Penyuntikan :
Pada Lengan (v. mediana cubiti / v. cephalika)
Pada Tungkai (v. Spahenous)
Pada Leher (v. Jugularis)
Pada Kepala (v. Frontalis atau v. Temporalis) khusus pada anak – anak
2.4. Secara Subcutan
1. Pengertian
Merupakan cara memberikan obat melalui suntikan di bawah kulit yang dapat dilakukan
pada daerah lengan bagian atas sebelah luar atau sepertiga bagian dairi bahu, paha sebelah luar,
daerah dada dan sekitar umbilicus (abdomen).
2. Tujuan
Pemberian obat melalui jaringan sub kutan ini pada umumnya dilakukan dengan program
pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah. Pemberian insulin
terdapat 2 tipe larutan yaitu jernih dan keruh karena adanya penambahan protein sehingga
memperlambat absorbs obat atau juga termasuk tipe lambat.
3.Hal-hal yang perlu diperhatikan:
Tempat injeksi
10
Jenis spuit dan jarum suntik yang akan digunakan
Infeksi nyang mungkin terjadi selama injeksi
Kondisi atau penyakit klien
Apakah pasien yang akan di injeksi adalah pasien yang tepat
Obat yang akan diberikan harus benar
Dosis yang akan diberikan harus benar
Cara atau rute pemberian yang benar
Waktu yang tepat dan benar.
a. Indikasi dan Kontra Indikasi
Indikasi :
Bisa dilkakukan pada pasien yang tidak sadar, tidak mau bekerja sama karena tidak
memungkinkan untuk diberikan obat secara oral, tidak alergi. Lokasinya yang ideal adalah
lengan bawah dalam dan pungguang bagian atas.
Kontra Indikasi :
Luka, berbulu, alergi, infeksi kulit
b. Alat dan Bahan
Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat.
Obat dalam tempatnya
Spuit 1 cc/spuit insulin
Cairan pelarut
Bak steril dilapisi kas steril (tempat spuit)
Bengkok
Perlak dan alasnya.
c. Prosedur Kerja
Cuci tangan
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan baju lengan panjang
terbuka dan keatasan
Pasang perlak/pengalas di bawah bagian yang akan disuntik
Ambil obat untuk tes alergi kemudian larutkan/encerkan dengan aquades.
Kemudian ambil 0,5 cc dan encerkan lagi sampai kurang lebih 1 cc dan
siapkan pada bak injeksi atau steril.
Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang akan dilakukan suntikan.
Tegangkan dengan tangan kiri daerah yang akan disuntik.
Lakukan penusukan dengan lubang jarum suntik menghadap ke atas dengan
sudut 15-20 derajat di permukaan kulit.
Suntikkkan sampai terjadi gelembung.
11
Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan masase.
Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/tes obat, waktu, tanggal dan jenis
obat.
d. Daerah Penyuntikan :
Dilengan bawah : bagian depan lengan bawah 1/3 dari lekukan siku atau 2/3
dari pergelangan tangan pada kulit yang sehat, jauh dari PD.
Di lengan atas : 3 jari di bawah sendi bahu, di tengah daerah muskulus
deltoideus.
2.5. Prinsip- Prinsip pemberian Obat
Pemberian obat dibagi menjadi 3,yaitu : formulasi, cara pemberian obat, dan regimen dosis.
1. Formulasi
Formulasi obat tergantung pada faktor-faktor :
Penghalang yang dapat dilewati oleh obat.
Keadaan saat obat akan digunakan.
Mendesaknya situasi medis.
Kestabilan obat.
Efek lintasan pertama.
2. Cara pemberian obat :
Cara pemberian obat meliputi :
Oral ( PO ) : paling cocok untuk obat-obat yang diberikan sendiri.
Sublingual : absorpsinya baik melalui jaringan kapiler di bawah lidah.
Rektal (PR ): berguna untuk pasien yang tidak sadar atau muntah-muntah atau anak
kecil
Cara pemberian obat secara tradisional/ parenteral ( sekitar saluran pencernaan ) :
Intravena ( IV ) : awitan ( onset ) kerjanya cepat karena obat disuntikkan langsung
kedalam aliran darah.
Intramuskular ( IM ) : obat melalui dinding kapiler untuk memasuki aliran darah.
Subkutan ( SubQ,SC ) : obat disuntikkan dibawah kulit dan menembus dinding
kapiler untuk memasuki aliran darah
Inhalasi : secara umum absorpsinya cepat.
Topikal : berguna untuk pemberian obat-obat lokal, khusus nya yang mempunyai
efek toksik jika diberikan secara sistemik.
Transdermal : sedikit obat-obatan yang dapat diformulasikan sedemikian sehingga
“ koyo “ yang berisi obat tersebut ditempelkan kekulit.
3.Regimen Dosis
Tiga regiman dosis yang umum diperbandingkan :
Dosis tunggal :
12
Plasma : konsentrasi obat dalam plasma meningkat saat obat
didistribusikan kedalam aliran darah, kemudian turun saat obat
didistribusikan ke jaringan, dimetabolisme, dan di eskresi.
Oral : obat yang diberika secara oral mencapai konsentrasi plasma puncak
lebih lambat dari pada obat yang diberikan secara intra vena.
Infus kontinu ( IV ) : keadaan stabil ( keseimbangan ) konsentrasi obat
dalam plasma di capai setelah infus kontinu selama 4-5 waktu paruh.
Dosis intermiten : sebuah obat harus diberikan selama 4-5 waktu paruh
sebelum tercapai keadaan stabil ( keseimbangan )
Puncak adalah nilai-nilai tinggi pada fluktuasi. Efek toksik paling
mungkin terjadi selama konsentrasi puncak obat.
Lembah adalah nilai-nilai rendah pada fluktuasi. Kurangnya efek obat
paling mungkin terjadi selama konsentrasi lembah obat.
Berikut ini yang dimaksud waktu paruh, ialah :
Waktu paruh adalah jumlah waktu yang dibutuhkan oleh konsentrasi suatu
obat dalam plasma untuk turun menjadi 50% setelah penghentian obat.
Waktu paruh distribusi ( t½α ) mencerminkan penurunan konsentrasi obat
dalam plasma yang cepat saat suatu dosis obat didistribusikan diseluruh
tubuh.
Waktu paruh eliminasi (t½β ) sering kali jauh lebih lambat, mencerminkan
metabolisme dan ekskresi obat.
Kadar terapeutik obat dapat dicapai lebih cepat dengan memberikan dosis
muatan yang di ikuti dengan dosis rumatan. Dosis rumatan adalah dosis
awal obat yang lebih tinggi dari dosis-dosis selanjutnya dengan tujuan
mencapai kadar obat terapeutik dalam serum dengan cepat. Dosis rumatan
merupakan dosis obat yang mempertahankan konsentrasi plasma dalam
keadaan stabil pada rentang terapeutik.
Regimen dosis ( cara, jumlah, dan frekuensi) pemberian obat
mempengaruhi awitan dan durasi ( lama ) kerja obat. Awitan adalah
jumlah waktu yang diperlukan oleh suatu obat untuk mulai bekerja. Durasi
adalah lamanya waktu suatu obat bersifat terapeutik.
13
resmi yang memiliki arti nama di bawah lisensi salah satu publikasi yang resmi, nama kimiawi
merupakan nama yang berasal dari susunan zat kimianya seperti acetylsalicylic acid atau aspirin,
kemudian nama dagang ( trade mark) merupakan nama yang keluar sesuai dengan perusahaan
atau pabrik dalam menggunakan symbol seperti ecortin, bufferin, empirin, anlagesik, dan lain-
lain.
Obat yang digunakan sebaiknya memenuhi berbagai standar persyaratan obat diantaranya
kemurnian, yaitu suatu keadaan yang dimiliki obat karena unsure keasliannya, tidak ada
pencampuran dan potensi yang baik.selain kemurnian, obat juga harus memiliki bioavailibilitas
berupa keseimbangan obat, keamanan, dan efektifitas.
2.6.2. Reaksi Obat
Sebagai bahan atau benda asing yang masuk kedalam tubuh obat akan bekerja sesuai
proses kimiawi, melalui suatu reaksi obat. Reaksi obat dapat dihitung dalam satuan waktu paruh
yakni suatu interval waktu yang diperlukan dalam tubuh untuk proses eliminasi sehingga terjadi
pengurangan konsentrasi setengah dari kadar puncak obat dalam tubuh.
Adapun faktor yang mempengaruhi reaksi obat yaitu :
1. Absorbs obat
2. Distribusi obat
3. Metabolisme obat
4. Eksresi sisa
Ada 2 efek obat yakni efek teurapeutik dan efek samping. Efek terapeutik adalah obat
memiliki kesesuaian terhadap efek yang diharapkan sesuai kandungan obatnya seperti paliatif (
berefek untuk mengurangi gejala), kuratif ( memiliki efek pengobatan) dan lain-lain. Sedangkan
efek samping adalah dampak yang tidak diharapkan, tidak bias diramal, dan bahkan
kemungkinan dapat membahayakan seperti adanya alerg, toksisitas ( keracunan), penyakit
iatrogenic, kegagalan dalam pengobatan, dan lain-lain.
14
ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan
harus dikembalikan ke bagian farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat
harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.
2. Tepat Dosis
Untuk menghindari kesalahan pemberian obat, maka penentuan dosis harus diperhatikan
dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi alat tetes, gelas ukur, spuit
atau sendok khusus, alat untuk membelah tablet dan lain-lain sehingga perhitungan obat benar
untuk diberikan kepada pasien.
3.Tepat pasien
Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang diprogramkan dengan cara
mengidentifikasi kebenaran obat dengan mencocokkan nama, nomor register, alamat dan
program pengobatan pada pasien.
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur,
gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak
sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk.
Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus
dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus
selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.
4. Tepat cara pemberian obat/ rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan
pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang
diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan
peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
a. Oral, adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena
ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut
(sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.
b. Parenteral, kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping,enteron berarti
usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui
vena (perset / perinfus).
c. Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep,
losion, krim, spray, tetes mata.
d. Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan
mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal
seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar / kejang
(stesolid supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan
pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam
bentuk supositoria.
15
e. Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel
untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara
lokal pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma,
atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen.
5. Tepat waktu
Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengna waktu yang diprogramkan , karena
berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat.
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau
mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk
memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam
pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat
sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan,
untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.
6. Tepat pendokumentasian
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat itu
diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum, harus
dicatat alasannya dan dilaporkan.
2.6.4. Penghitungan Dosis Obat
Dosis pada Bayi dan Anak Balita
Pembagian dosis obat pada bayi dan anak balita dibedakan berdasarkan 2 standar, yaitu
berdasarkan luas permukaan tubuh dan berat badan.
a. DM tercantum berlaku untuk orang dewasa, bila resep mengandung obat yang ber-DM,
tanyakan umurnya.
b. Bila ada zat yang bekerja searah, harus dihitung DM searah (dosis ganda).
c. Urutan melihat daftar DM berdasarkan Farmakope Indonesia edisi terakhir (FI. Ed.III,
Ekstra Farmakope, FI. Ed.I, Pharm. Internasional, Ph. Ned. Ed. V, CMN dan lain-lain).
d. Setelah diketahui umur pasien, kalau dewasa langsung dihitung, yaitu untuk sekali
minum : jumlah dalam satu takaran dibagi dosis sekali dikali 100%.Begitu juga untuk
sehari minum : jumlah sehari dibagi dosis sehari dikali 100%.
e. Dosis Maksimum (DM) searah : dihitung untuk sekali dan sehari.
f. Cara menghitung Dosis Maksimum (DM) untuk oral berdasarkan :
Young
Untuk umur 1-8 tahun dengan rumus :
Da = n/ n +12 x Dd (mg) tidak untuk anak > 12 tahun
n = umur dalam tahun
Dilling
Untuk umur di atas 8 tahun dengan rumus :
16
Da = n / 20 + Dd ( mg )
n = umur dalam tahun
Gaubius
Da = 1/12 + Dd ( mg ) ( untuk anak sampai umur 1 tahun )
Da = 1/8 + Dd ( mg ) ( untuk anak 1-2 tahun )
Da = 1/6 + Dd ( mg ) ( untuk anak 2-3 tahun )
Da = 1/ 4 + Dd ( mg ) ( untuk anak 3-4 tahun )
Da = 1/3 + Dd ( mg ) ( untuk anak 4 – 7 tahun )
Fried
Da = m/150 x Dd ( mg )
Sagel
Da = (13 w + 15)/100 + Dd ( mg ) ( umur 0 – 20 minggu )
Da = ( 8w + 7)/100 + Dd ( mg ) ( umur 20 – 52 minggu )
Da = ( 3w+ 12)/100 + Dd ( mg ) ( umur 1-9 minggu )
Clark
Untuk umur <1tahun
Da = w anak/ w dewasa x Dd
Berdasarkan area permukaan tubuh :
Dosis anak = area permukaan tubuh anak/ 1,7 mm² x dosis dewasa normal
17
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Obat dapat diberikan dengan berbagai cara disesuaikan dengan kondisi pasien,
diantaranya 2 sub kutan, intra kutan, intra muscular, dan intra vena. Dalam pemberian obat ada
hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu indikasi dan kontra indikasi pemberian obat. Sebab ada
jenis-jensi obat tertentu yang tidak bereaksi jika diberikan dengan cara yang salah.
3.2. SARAN
Pemberian obat yang tepat dan sesuai dengan dosis adalah salah satu tanggung jawab
penting bagi seorang perawat. Terutama bila dilakukan perawatan dan proses penyembuhan yang
dilakukan di tempat pelayanan kesehatan seperti hal nya rumah sakit dan puskesmas. Meskipun
obat bermanfaat bila digunakan sesuai dengan dosis serat aturan paki , namun bukan berarti
tanpa reaksi yang merugikan.
18
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved
=2ahUKEwitv-
_Vu83vAhXV4XMBHdPvCaIQFjAHegQICRAD&url=https%3A%2F%2Fseputarkuliahkesehat
an.blogspot.com%2F2018%2F03%2Fmakalah-pemberian-
obat.html&usg=AOvVaw1Hqe43fCdRzpXpP7bL9Fsr
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved
=2ahUKEwitv-
_Vu83vAhXV4XMBHdPvCaIQFjADegQIBBAD&url=https%3A%2F%2Fwww.academia.edu
%2F15069006%2FPRINSIP_PEMBERIAN_OBAT&usg=AOvVaw020ipfQMUrKzGtwJ-
wBfHG
19