Anda di halaman 1dari 12

MANAJEMEN KOPERASI & UMKM

Aliansi Strategik dan Pengembangan Klaster Koperasi dan UMKM

Oleh: Kelompok 12

Made Ayu Vikananda Narensi Sutela (1707532127)

Luh Putu Arwati Cahyaningrum (1707532142)

Anak Agung Istri Sintya Pradnyawati (1707532145)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI REGULER DENPASAR

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2020
PEMBAHASAN

1. Konsep dan Realitas Aliansi Strategik Koperasi dan UMKM


1.1 Pengertian Aliansi Strategis
Aliansi strategis adalah hubungan formal antara dua atau lebih kelompok untuk
mencapai satu tujuan yang disepakati bersama ataupun memenuhi bisnis kritis tertentu
yang dibutuhkan masing-masing organisasi secara independen. Aliansi strategis pada
umumnya terjadi pada rentang waktu tertentu, selain itu pihak yang melakukan aliansi
bukanlah pesaing langsung, namun memiliki kesamaan produk atau layanan yang
ditujukan untuk target yang sama. Dengan melakukan aliansi, maka pihak-pihak yang
terkait haruslah menghasilkan sesuatu yang lebih baik melalui sebuah transaksi. Rekanan
dalam aliansi dapat memberikan peran dalam aliansi strategis dengan sumberdaya seperti
produk, saluran distribusi, kapabilitas manufaktur, pendanaan proyek, pengetahuan,
keahlian ataupun kekayaan intelektual. Dengan aliansi maka terjadi kooperasi atau
kolaborasi dengan tujuan muncul sinergi.

1.2 Keuntungan Aliansi Strategis


Keuntungan aliansi strategis, yaitu:
1) Memungkinkan partner untuk konsentrasi pada aktivitas terbaik yang sesuai
dengan kapabilitasnya
2) Pembelajaran dari partner dan pengembangan kompetensi yang mungkin untuk
memperluas akses pasar
3) Memperoleh kecukupan sumber daya dan kompetensi yang sesuai agar organisasi
dapat hidup.

1.3 Bantuan Teknis untuk Kelas Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
Proyek Canada Indonesia Private Sector Enterprise Development (CIPSED) ini
menyampaikan bantuan teknis khusus kluster-kluster UKM dibidang subjek seperti
perencanaan usaha; desain produk; sistem produksi; pembuatan/pemanenan; kualitas
produk; analisa pasar; strategi pemasaran; logistik; administrasi usaha; manajemen
keuangan; penjualan dan pengembangan pasar; ekspor; teknologi dan manajemen sumber
daya manusia, dll. Setiap kluster UKM yang bekerjasama dengan CIPSED juga menerima
bantuan teknis yang berhubungan dengan kesetaraan gender dan perlindungan

1
lingkungan. Proyek CIPSED bekerja sama dengan mitra Indonesia saat ini bekerja dengan
kluster UKM berikut:
1) Sulawesi Selatan: rumput laut dan kacang mete
2) Sulawesi Utara: kelapa
3) Sulawesi Tenggara: rumput laut dan kelapa

1.4 Penguatan Kelembagaan untuk Pusat Pelayanan dan Pengembangan Usaha


(BDSPs)
Komponen Penguatan Kelembagaan dari Proyek CIPSED adalah memberikan
bantuan kepada Pusat Pelayanan Pengembangan Usaha dalam mengembangkan perluasan
jangkauan dari layanan dukungan nyata danp roduk yang akan menjadi menarik dan
bermanfaat bagi masing-masing anggota. Proyek ini bekerja sama baik dengan Nasional
(berlokasi di Jakarta) dan BDSP di daerah (Pulau Sulawesi) dalam usaha ini. Para BDSP
juga menerima bantuan teknis yang berhubungan dengan kesetaraan gender dan
perlindungan lingkungan. Proyek CIPSED bekerja sama dengan mitra Indonesia yang
saat ini bekerja dengan BDSPs berikut ini di Pulau Sulawesi dan ditingkat nasional di
Jakarta.
1) Sulawesi Selatan:
a) RETPC : Pusat Pelatihan dan Promosi Ekspor Daerah
2) Sulawesi Utara:
a) KAPET Manado-Bitung: Badan Zona Pengembangan Ekonomi Terpadu Sulawesi
Utara
b) BIMP-EAGA: Cabang Sulawesi Utara untuk Pertumbuhan Daerah Brunei-
Indonesia-Malaysia-Filipina-ASEAN Timur
c) Dewan Pariwisata Sulawesi Utara (NSTB).
3) Sulawesi Tenggara:
a) KAPET BANK Sejahtera (KBS): Badan Zona Pengembangan Ekonomi Terpadu
untuk Sulawesi Tenggara.
4) Gorontalo:
a) Kawasan Industri Agro Terpadu (KIAT) (Termasuk sejumlah agrobisnis UKM)
b) Program Pelatihan Kewirausahaan ToT CIPSED-UNG.
5) Pusat Pelayanan Pengembangan Usaha Nasional (BDSPs):

2
a) Pusat Promosi SME: SMEsCo UKM (MOCSME).
b) Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN/NAFED)-Pusat Pelatihan Ekspor
Indonesia (PPEI).

1.5 Pembiayaan Mikro


Area Program Pembiayaan Mikro CIPSED memiliki dua komponen utama: 1)
kapasitas pembangunan kelembagaan dari Lembaga Keuangan Mikro (LKM); dan, 2)
penyediaan pembiayaan bergulir dari LKM untuk mendukung penyediaan kredit mikro
bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Proyek ini memberikan bantuan teknis (TA) untuk meningkatkan kualitas layanan
yang diberikan kepada pelanggan oleh LKM, termasuk pengembangan rencana usaha;
peningkatan dalam penyelenggaraan aturan, kebijakan dan prosedur pengelolaan dana
lebih baik, dan, desain produk keuangan. Akses ke sumber dana tambahan akan diperoleh
untuk LKM sehingga peningkatan pembiayaan untuk usaha mikro dan kecil dapat terjadi.
LKM juga menerima bantuan teknis yang berhubungan dengan kesetaraan gender dan
perlindungan lingkungan. Program keuangan mikro diperkenalkan pertama kali di
Sulawesi Selatan (2008-2009/2009- 2010), diikuti oleh Sulawesi Utara (2010-2011).
Proyek CIPSED bekerja sama dengan mitra Indonesia yang saat ini bekerja dengan
Lembaga Keuangan Mikro utama berikut:
1) Sulawesi Selatan:
a) Koperasi Tani Hidayat, Jeneponto
b) Koperasi Rahmat, Jeneponto
c) KSP Teratai, Makassar
d) KSP Syariah Al Ikhlas, Takalar
e) KSP Syariah Al Azhar, Maros
f) KSP Jasa Niaga, Maros
g) KSP Syariah Al Amin, Makassar
2) Sulawesi Utara:
a) KUD Muung, Tomohon
b) KSP Ayamen, Minahasa
c) KSP Panaesaan, Minahasa
d) KSU Mandiri Nasional, Manado
e) KSU Makaria, Tomohon

3
f) KUD Kawangkoan, Minahasa

2. Pengertian Kluster
Dalam bahasa sederhana klaster (cluster) berarti kelompok, namun tidak semua
kelompok industri dapat disebut sebagai klaster. Ciri utama klaster menurut Schmitz and
Nadvi dalam Hartarto (2004) adalah konsentrasi usaha sejenis pada lokasi tertentu.
Pembentukan klaster (clustering) juga didefinisikan sebagai proses dari unit-unit usaha
dan aktor-aktor terkait untuk membangun usahanya pada lokasi yang sama dalam area
geografis tertentu, yang selanjutnya bekerja sama dalam lingkungan fungsional tertentu,
dengan mewujudkan keterkaitan dan kerjasama yang erat untuk meningkatkan
kemampuan kompetisi bersama (collective competitiveness) dalam suatu pertalian usaha.
Dalam definisinya Porter (1990) juga lebih menekankan pada konsep pertalian usaha
yang bernilai (value chain) dalam rangka menghasilkan suatu jenis produk. Kedekatan
jarak antar kelompok usaha selanjutnya dapat diterjemahkan menjadi ukuran nilai tambah
optimal karena adanya aglomerasi. Dampak kompetisi dalam klaster menyebabkan
peningkatan produktivitas perusahaan melalui inovasi dan perluasan serta perkuatan
perusahaan di dalam klaster itu sendiri (Porter, 1998).
 Sentra
Konsep pemberdayaan UKM melalui pendekatan ”Sentra” diartikan sebagai model
perkuatan, pengembangan dan penumbuhan UKM yang dilakukan melalui
pengelompokkan berdasar jenis usaha. Hal ini didasari pada pemikiran bahwa model
pembinaan UKM secara massal dinilai sangat tidak efektif, dan terkesan
menghabiskan anggaran. Sentra UKM, adalah pengelompokan jenis usaha yang
sejenis (minimal 20 UKM) dikelompokkan dalam satu wilayah tertentu (Maschasin,
2013).
 Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) adalah usaha kecil yang berskala “one man
enterprise” (mandiri) antara 5-20 karyawan, memiliki kebebasan yang relatif lebih
tinggi dalam memilih “masuk ke” atau “keluar dari” pasar dibandingkan dengan skala
usaha yang lain (Soeryadjaya, 1988, p.188).
Selanjutnya, sentra UKM dapat dicirikan sebagai berikut:
a) Merupakan unit kecil kawasan, memiliki ciri tertentu (minimal 20 UKM).

4
b) Didalamnya terdapat kegiatan proses produksi suatu jenis usaha yang
menghasilkan produk unggulan.
c) Satu kesatuan fungsional secara fisik lahan, geografis, agroklimat, infrstruktur,
dan kelembagaan sumber daya manusia.
d) Berpotensi untuk berkembangnya kegiatan ekonomi dibawah pengaruh pasar
dari suatu produk yang mempunyai nilai jual dan daya saing tinggi.

2.1 Pola Klaster


Pola pengembangan satuan usaha berbasis klaster adalah suatu pengembangan
investasi bagi kelompok usaha mikro, kecil, menengah berbasis klaster komoditas atau
industri yang mengoptimalkan hubungan antar pengusaha dalam perluasan kesempatan
kerja, pemanfaatan sumberdaya lokal, dan pemasaran. Usaha ini mengkaitkan antara
input-proses-output dan pasar secara terangkai yang berbasis pada satu jenis komoditas
(klaster komoditas) atau pada kelompok industri (klaster industri).
Banyak usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) gagal beroperasi karena tidak
mendapatkan kepastian terhadap penyediaan input dan pemasaran output. Lembaga
keuangan kurang melihat perspektif mata rantai produksi, pengolahan, pemasaran sebagai
suatu rangkaian usaha yang beroperasi secara menyatu dan modal dapat kembali.
Keterlibatan input, proses, output dan akses pasar pada UMKM sering tidak terorganisir
secara benar. Paket kebijakan pengembangan usaha sangat sektoral dan tidak terfokus
pada satuan kelompok usaha yang terangkai. Upaya pemerintah belum optimal dalam
mengembangkan jaringan kerja kemitraan dalam pengembangan UMKM.
Peran pemerintah termasuk pemerintah daerah adalah menyiapkan paket kebijakan
pengembangan UMKM berbasis klaster komoditas atau klaster industri, pengembangan
akses UMKM ke lembaga pasar lokal, domestik dan global.
Peran yang diharapkan dari pemerintah adalah:
a) Menciptakan peluang pasar lokal, domestik dan global sebagai respon
terhadap perkembangan yang ada.
b) Melakukan terbosan-terobosan dalam pengembangan teknologi sistem
produksi, pengolahan dan pemasaran.
c) Penguatkan dan mengaktifkan jalinan hubungan secara kemitraan antar pelaku
dalam proses produksi, pengolahan dan pemasaran.
d) Melakukan identifikasi sumberdaya yang potensial secara lebih intensif.

5
e) Menciptakan produk yang memiliki keunggulan komparatif.
f) Memanfaatkan sumber daya yang tersedia guna memperoleh nilai tambah
yang lebih tinggi.
Klaster adalah kelompok perusahaan yang saling berhubungan, berdekatan secara
geografis dengan institusi-institusi yang terkait dalam suatu bidang khusus karena
kebersamaan dan saling melengkapi. Faktor-faktor pembentuk klaster disebut sebagai
Diamond Model, yang terdiri dari faktor input, kondisi permintaan, industri pendukung
dan terkait, strategi perusahaan dan pesaing. Kondisi di Indonesia ditambahkan modal
sosial. (Michael Porter, 2000). Pendekatan klaster dilakukan dengan alasan yaitu 1)
bersifat terintegrasi, 2) meningkatkan daya tawar, 3) efisiensi biaya, dan 4) berdampak
bagi pengembangan ekonomi wilayah.

2.2 Tujuan Pengembangan Klaster


a) Meningkatkan kinerja suatu klaster yang berbasis komoditas unggulan daerah
b) Memberikan rekomendasi kepada stakeholders terkait mengenai upaya untuk
pengembangan klaster komoditas unggulan.

2.3 Manfaat Klaster


1. Manfaat Klaster secara Ekonomi Makro
a) Klaster bermanfaat dalam hal terjadinya perubahan-perubahan bagi UKM
khususnya dalam hal mempersiapkan adanya globalisasi dan pasar bebas
Internasional.
b) Dengan persaingan yang terus meningkat baik di dalam negeri maupun persaingan
dengan produk impor, maka klaster akan membantu para anggotanya untuk lebih
siap dan berdaya saing.
c) Klaster juga meningkatkan adanya teknologi baru, inovasi, peningkatan
produktifitas yang rendah, peningkatan kualitas manajemen, pelatihan dan
pendidikan, peningkatan kompetensi inti, akses pasar dan akses permodalan,
integrasi ke arah ranta nilai, penempatan pasar dan merek dagang.
2. Manfaat Klaster dari Skala Mikro
1) Bagi para anggota klaster (internal):
a) Para anggota klaster akan mendapatkan keuntungan ekonomi melalui kerjasama,
khususnya bagi usaha kecil dan mikro.

6
b) Adanya serangkaian sumber daya yang berkompeten yang menguntungkan
anggota dalam membangun kerjasama antar anggota.
c) Kisaran ekonomi dengan adanya rantai-nilai dalam klaster menguntungkan dalam
hal efesiensi dan efektifitas.
d) Pemasaran dan penempatan pasar (promosi ekspor) dapat dilakukan secara
bersama-sama.
e) Penyediaan jasa-layanan klaster memudahkan anggota dalam pengembangan
usahanya.
f) Dari sisi produktifitas: akses anggota klaster lebih baik untuk memperoleh input
berbagai faktor dan pengetahuan.
g) Adanya optimalisasi biaya yang berupa pembagian sumber-sumber dan daya-
tawar secara kolektif.
h) Kemungkinan melakukan lobi-lobi yang efisien.
i) Adanya akuisisi berbagai proyek dan dukungan publik.
j) Adanya dukungan berbagai stakeholder yang relevan dan terintegrasi dengan baik
k) Pada dasarnya klaster sebagai “sistem inovasi” atau perubahan ke arah perbaikan,
sehingga menguntungkan bagi para anggota untuk mempertahankan ataupun
meningkatkan usahanya.
2) Bagi para klien (ekternal)
a) Memudahkan karena satu-atap untuk para klien.
b) Skala: satu sumber.
c) Rantai-nilai yang efisien.
d) Adanya proses pengembangan.
e) Kualitas manajemen yang lebih baik karena diorganisir
f) Penyatuan tenaga kerja (SDM), karena berkumpul dalam satu lokasi
g) Adanya jasa-layanan portofolio terintegrasi
h) Pengurangan biaya dan fleksibilitas.
i) Kemampuan tanggap cepat (T2M)

2.5. Tantangan Pengembangan Klaster


a) Identifikasi Klaster berbasis komoditi unggulan.
b) Identifikasi permasalahan dalam upaya pengembangan klaster.
c) Mendapatkan komitmen stakeholders untuk pengembangan klaster.

7
d) Mendapatkan komitmen untuk business linkage (pelaku usaha hulu-hilir).
e) Mendapatkan komitmen stakeholders untuk kelanjutan pengembangan klaster.

2.6 Kunci Sukses Pengembangan Klaster


a) Keberadaan fungsi jejaring dan kerjasama
b) Inovasi yang kuat yang dihasilkan oleh kegiatan Litbang
c) Keberadaan/ketersediaan tenaga kerja terampil
d) Kecukupan infrastruktur fisik
e) Keberadaan perusahaan besar
f) budaya kewirausahaan yang tinggi
g) Akses sumber pendanaan

8
3. Alur Pikir Pengembangan Klaster di Indonesia

Gambar 3.1
Alur piker pengembangan Klaster

9
3.1 Proses Pemilihan Klaster

10
Daftar Pustaka

Sumantri, Bambang Agus dan Permana, Erwin Putera. 2017. Manajemen Koperasi dan
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), Perkembangan, Teori dan Praktek. Mojokorto,
Kediri : Fakultas Ekonomi Universitas Nusantara PGRI Kediri

Ocean86. 2011. Pengertian Aliansi Strategis.


http://lombokstar.blogspot.com/2011/07/pengertian-aliansi-strategis.html (diakses tanggal 3
Mei 2020)

Kompas.com. 2012. Aliansi Strategis Kompas.com dan Urbanesia.


https://tekno.kompas.com/read/2012/01/17/10213913/Aliansi.Strategis.Kompas.com.dan.Urb
anesia (diakses tanggal 3 Mei 2020)

Klaster UMKM. 2012. Definisi Klaster UMKM. http://klaster-


umkm.blogspot.com/2012/05/difinisi-klaster-umkm.html (diakses tanggal 3 Mei 2020)

Klaster UMKM. 2014. Memperkuat Daya Saing UKM. http://klaster-


umkm.blogspot.com/2014/12/memperkuat-daya-saing-ukm.html (diakses tanggal 3 Mei
2020)

Hestiningsih, Sri. 2010. Landasan Teori Klaster dan Management Klaster. http://klaster-
umkm.blogspot.com/2010/09/landasan-teori-klaster-dan-managemen.html (diakses pada
tanggal 3 Mei 2020)

11

Anda mungkin juga menyukai