Penatausahaan keuangan desa yang merupakan bagian dari proses pengelolaan keuangan
desa adalaha proses administrasi pencatatan kegiatan keunagan desa dengan menggunakan
formulir/dokumen/buku yang dilakukan oleh Bendahara Desa, pelaksana kegiatan yang
melibatkan pihak terkait lainnya.
A. Penatausahaan Pendapatan Desa
Penatausahaan pendapatan desa adalah proses pencatatan yang dilakukan oleh
Bendahara Desa terhadap seluruh transaksi penerimaan pendapatan desa.
Atas penerimaan tunai yang diterimanya, Bendaha Desa harus membuat bukti kuitansi
tanda terima dan dicatat pada Buku Kas Umum Desa. Sedangkan untuk penerimaan
transfer yang masuk ke dalam RKD, Bendahara Desa akan mendapat informasi dari
bank berupa nota kredit. Berdasarkan nota kredit, Bendahara Desa melakukan
pencatatan ke dalam Buku Bank Desa. Selain pencatatan pada Buku Kas Umum dan
Buku Bank, juga dilakukan pencatatan pada Buku Pembantu Rincian Pendapatan dan
juga melakukan pencatatan penerimaan pendapatan dari swadaya masyarakat. Atas
penerimaan berupa material dan tenaga yang diterima dari masyarakat, Pelaksana
Kegiatan harus mengkonversinya ke dalam nilai rupiah.
Dokumen atau formulir yang terkait dengan penatausahaan belanja desa terdiri dari
Rencana Anggaran Biaya (RAB), Surat Permintaan Pembayaran (SPP), Surat
Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB), dan bukti kuitansi. Buku yang digunakan
dalam pennatausahaan belanja beerupa Buku Kas Umum (Tunai), Buku Bank, dan
Buku Kas Pembantu Pajak yang dikelola Bendahara Desa serta Buku Kas Pembantu
Kegiatan yang dikelola Pelaksana Kegiatan. Selain itu terdapat tambahan dokumen
sebagai alat pengendalian yaitu
1. Rencana Anggaran Biaya
Langkah awal yang harus dilakukan oleh Pelaksana Kegiatan setelah APBDesa
ditetapkan adalah mengajukan pendanaan untuk melaksanakan kegiatan.
Pengajuan tersebut harus disertai dengan dokumen antara lain yaitu RAB