Anda di halaman 1dari 4

MODUL

PELAKSANAAN KEUANGAN DESA

Pelaksanaan keuangan desa merupakan penerimaan dan pengeluaran desa yang dilaksanakan
melalui rekening kas desa (RKD) pada bank yang ditunjuk Bupati/Walikota. Penerimaan dan
pengeluaran desa yang dimaksud adalah yang terkait dengan pelaksanaan berbagai program
dan kegiatan yang telah ditetapkan dalam APB Desa dan DPA.
Rekening Kas Desa adalah rekening tempat menyimpan uang Pemerintahan Desa yang
menampung seluruh penerimaan desa dan digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran
desa dalam 1 (satu) rekening pada bank yang ditetapkan. RKD dibuat oleh Pemerintah desa
dengan spesimen tanda tangan kepala Desa dan Kaur Keuangan. Kaur Keuangan dapat
menyimpan uang tunai pada jumlah tertentu untuk memenuhi kebutuhan operasional
pemerintah desa yang besarannya diatur dalam peraturan bupati/walikota mengenai
pengelolaan keuangan desa.

A. Pelaksanaan Pendapatan Desa


Pelaksanaan pendapatan desa adalah proses penerimaan berbagai sumber pendapatan desa,
antara lain sebagaimana telah disebutkan dalam bagian sebelumnya yaitu Pendapatan Asli
Desa (PA Desa) yang meliputi hasil usaha, hasil aset, swadaya, partisipasi dan gotong
royong, dan pendapatan asli desa lain. Pendapatan ini umumnya diterima oleh Kaur
Keuangan secara tunai. Pemerintah desa dilarang melakukan pungutan sebagai pen
erimaan desa selain yang ditetapkan dalam peraturan desa.

Selain PA Desa, juga terdapat pendapatan dari transfer yang meliputi Dana Desa, bagian
dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota, alokasi dana desa, bantuan
keuangan dari APBD provinsi, dan bantuan keuangan dari anggaran APBD
kabupaten/kota. Pendapatan transfer umumnya diterima oleh Kaur Keuangan melalui
bank (bank transfer).

Sumbangan dari masyarakat desa umumnya diserahkan langsung oleh masyarakat


kepada Kasi Pelaksana Kegiatan Anggaran atau dikoordinir dari lingkup kewilayahan
terkecil yaitu tingkat Rukun Tetangga (RT) atau dusun kemudian dikumpulkan dan
diserahkan ke Kasi Pelaksana Kegiatan Anggaran. Atas pendapatan ini, Kasi Pelaksana
Kegiatan Anggaran harus melaporkan kepada Kaur Keuangan dan dibuatkan bukti
penerimaan berupa kuitansi/tanda terima uang sumbangan. Namun demikian dalam
prakteknya, mungkin saja terdapat sumbangan dari masyarakat berupa barang atau tenaga.
Mengenai hal ini, walaupun tidak diatur secara jelas dalam ketentuan, penerimaan
1
bantuan berupa barang atau tenaga tetap harus ditatausahakan dengan baik dan tertib.
Tidak seperti sumbangan berupa uang yang dikelola oleh Kaur Keuangan, maka
sumbangan berupa barang atau tenaga dikelola oleh Kaur dan Kasi Pelaksana Kegiatan
Anggaran.

B. Pelaksanaan Belanja Desa


Pelaksanaan belanja desa adalah proses pengeluaran dari RKD untuk melaksanakan
berbagai program dan kegiatan yang telah ditetapkan sebagaimana tercantum dalam APB
Desa yang selanjutnya dijabarkan secara rinci dalam DPA dan RAK Desa. Dalam
pelaksanaan berbagai kegiatan sebagaimana telah disusun oleh Kaur dan Kasi Pelaksana
Kegiatan Anggaran dalam DPA tersebut, Kaur Keuangan melakukan pengeluaran belanja
desa atas kegiatan dimaksud. Proses pelaksanaan Belanja Desa dimulai dari pelaksanaan
kegiatan pengadaan barang dan jasa desa hingga pencairan SPP berupa pemberian
uang/dana dari Kaur Keuangan kepada pelaksana kegiatan. Alur proses pelaksanaan
belanja desa dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Kegiatan Pengadaan Barang dan Jasa Desa
Berdasarkan DPA yang telah disetujui oleh kepala desa, Kaur dan Kasi Pelaksana
Kegiatan Anggaran melaksanakan kegiatan pengadaan barang dan jasa (PBJ) sesuai
bidang tugasnya, secara bersama-sama dengan Tim Pengelola Kegiatan (TPK). Kaur
dan Kasi Pelaksana Kegiatan Anggaran bertanggung jawab terhadap tindakan
pengeluaran yang dilakukannya atas beban APB Desa, dan mencatatnya dalam Buku
Pembantu Kegiatan.

2. Pengajuan SPP
Kaur dan Kasi Pelaksana Kegiatan mengajukan SPP dalam setiap pelaksanaan kegiatan
anggaran sesuai dengan periode yang tercantum dalam DPA dengan nominal
maksimal sebesar anggaran yang tertera dalam DPA. Untuk kegiatan pengadaan
barang/jasa secara swakelola dapat diberikan uang panjar, sedangkan untuk
pengadaan yang dilakukan melalui penyedia barang/jasa pembayarannya dilakukan
melalui SPP definitif. Pembayaran dengan SPP Definitif bisa dilakukan secara
langsung oleh kaur Keuangan kepada pihak ketiga, baik secara tunai (dengan kas
tunai yang dipegang oleh Kaur Keuangan) atau melalui bank (transfer bank).

Kaur dan Kasi Pelaksana Kegiatan Anggaran dapat meminta uang panjar dalam rangka
pelaksanaan kegiatan PBJ, dimana barang atau jasanya belum diterima. Hal ini dapat
dilakukan untuk kegiatan PBJ secara swakelola. Untuk keperluan tersebut, Kaur dan
Kasi Pelaksana Kegiatan Anggaran mengajukan permohonan panjar kepada Kepala
2
Desa melalui Sekretaris Desa. Setelah uang panjar diterima, maka dilaksanakan
kegiatan PBJ secara swakelola dan kemudian memperoleh bukti transaksi pembayaran
PBJ, yang nantinya dilampirkan bersama dengan pertanggungjawaban panjar (SPP
panjar).

Terkait pembayaran dengan uang panjar, perlu diperhatikan mengenai


pengendaliannya agar tidak terjadi penyalahgunaan panjar yang dberikan. Dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri, disebutkan mengenai prosedur pemberian panjar
dan batasan waktu pertanggungjawaban panjar yang diberikan. Hal ini perlu
dijabarkan lebih lanjut dalam pedoman pengelolaan keuangan desa.

3. Verifikasi SPP dan Pencairan SPP


SPP diajukan kepada Sekretaris Desa untuk diperiksa kesesuaian bukti dengan
pembayarannya (verifikasi). Verifikasi oleh sekretaris desa meliputi:
a. Meneliti kelengkapan SPP yang diajukan oleh Kaur dan Kasi Pelaksana
Kegiatan Anggaran.
b. Menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APB Desa yang tercantum dalam
SPP.
c. Menguji ketersediaan dana untuk kegiatan dimaksud.
d. Sekretaris desa dapat menolak pengajuan SPP oleh Kaur dan Kasi pelaksana kegiatan
anggaran apabila tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

Selanjutnya Kaur Keuangan melakukan pencairan anggaran sesuai dengan besaran


yang tertera dalam SPP yang telah diverifikasi setelah mendapatkan persetujuan dari
kepala desa. Atas setiap pengeluaran Kas Desa, Kaur Keuangan selaku wajib
pungut pajak melakukan pemotongan pajak, baik pajak pusat maupun pajak daerah.

Transaksi keuangan yang dikenakan pajak antara lain terkait pembayaran belanja
pegawai/honor, belanja barang dan jasa, dan belanja modal. Jenis- jenis pajak yang
dipungut oleh Kaur Keuangan meliputi PPh 21, PPh 22, PPh 23, PPh Pasal 4 ayat 2
dan PPN serta bea materai. Khusus untuk pajak daerah seperti pajak restoran (saat
pembelian konsumsi makan minum), kewajiban pemungutannya disesuaikan dengan
kondisi daerah masing-masing. Kaur Keuangan dapat melakukan pemungutan pajak
daerah tersebut jika diberi amanat yang diatur dalam Peraturan Bupati/Walikota.
Peraturan ini juga sekaligus menjadi acuan bagi Kaur Keuangan terkait mekanisme
tata cara pemungutan, bukti pemungutan, pencatatan serta penyetorannya ke

3
Rekening Kas Daerah. Jika tidak ada peraturan yang mendasarinya maka Kaur
Keuangan tidak boleh melakukan pemungutan dan penyetoran pajak daerah.

C. Pelaksanaan Pembiayaan Desa


Pelaksanaan pembiayaan desa yaitu proses penerimaan dan pengeluaran pembiayaan desa
sebagaimana yang telah tercantum dalam APB Desa. Pembiayaan desa meliputi semua
penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali,
baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran
berikutnya.

SiLPA desa tahun sebelumnya sebagai penerimaan pembiayaan, penggunaannya diatur


dan disepakati dalam musyawarah desa. Begitu juga dengan pengeluaran pembiayaan
seperti penyertaan modal pemerintah desa atau pembentukan Dana Cadangan harus
disepakati terlebih dahulu dalam musyawarah desa dan ditetapkan dalam peraturan desa.

Pelaksanaan penyertaan modal dilakukan melalui pengajuan SPP pembiayaan yang


diajukan oleh Kaur Keuangan, diverifikasi sekretaris desa untuk selanjutnya disetujui oleh
Kepala Desa. Setelah disetujui oleh kepala desa, Kaur Keuangan mentrasfer ke rekening
dana cadangan ataupun ke rekening BUMDES penerima.

Anda mungkin juga menyukai