Anda di halaman 1dari 9

RESUME KELOMPOK 6

Mata Kuliah : Akuntansi Sektor Publik


Dosen Pengampu : Moh. Danang Bahtiar, S.Pd., M.Pd
Anggota Kelompok : 1. Musyarrofah (22080304029)
2. Augustara Mega Pertiwi (22080304047)
3. Fitria Ningsih (22080304080)
4. Bagus Sampurno (22080304068)
5. Siti Nur Laily Setiawati (22080304101)
6. Angelina Zahra Ramadhaneiva (22080304104)
Materi : Pelaksanaan APBDesa

Pelaksanaan APBDesa

A. Tugas dan tanggungjawab kepala desa, prinsip pelaksanaan APBDesa,


mekanisme dan operasionalisasi pelaksanaan APBDesa TUGAS DAN
TANGGUNG JAWAB KEPALA DESA
1. Dalam Pelaksanaaan APBdesa Menetapkan:

• Kebijakan
• Bendahara
• Pelaksana Kegiatan
• Menguji, memberikan perintah menagih dan membayar

2. Dibidang Pendapatan

•Memberi perintah kepada perangkat desa


•Merancang dan menetapkan peraturan desa
•Meninjau atau mengajukan usul perubahan tarif
•Segala hal yang berhubungan

3. Dibidang Pengeluaran

•Memberi perintah kepada bendahara


•Pengeluaran tidak boleh dibebankan pada anggaran desa
•Dilarang menjanjikan/mengeluarkan pengeluaran atas tujuan lain
•Sahnya pembayaran didasarkan atas peraturan.

2.PRINSIP-PRINSIP PELAKSANAAN APBDESA

• Seluruh penerimaan dan pengeluaran desa dilaksanakan melalui Rekening Kas


Desa.
• Pencairan dana dalam Rekening Kas Desa ditandatangani oleh Kepala Desa dan
Bendahara Desa.

• Pembayaran kepada pihak ketiga secara normatif dilakukan melalui transfer ke


rekening bank pihak ketiga.

•. Bendahara Desa dapat menyimpan uang dalam kas desa pada jumlah tertentu untuk
memenuhi kebutuhan operasional pemerintah desa.

• Dimungkinkan juga pembayaran kepada pihak ketiga dilakukan dengan


menggunakan kas tunai melalui pelaksana kegiatan (panjar kegiatan).

• Semua penerimaan dan pengeluaran desa didukung oleh bukti yang lengkap dan sah
serta ditandatangani oleh Kepala Desa dan Bendahara Desa.

B. Pendapatan Asli Desa


Jenis-jenis Pendapatan Asli Desa (PADesa) adalah penerimaan desa yang bersumber
dari:
1.) Hasil usaha desa
Hasil usaha desa antara lain :
● Hasil Bum Desa dan/atau Bum Desa bersama
● Hasil tanah kas desa
● Hasil usaha desa lainnya yang syah menurut ketentuan
perundang-undangan
2.) Hasil aset
Hasil aset desa antara lain :
● Hasil obyek wisata desa
● Pasar desa, pasar kaget, bazar/ atau sebutan lainnya
● Kios desa
● Irigasi desa
● Air bersih desa
● Hasil pengelolaan situs-situs dan tempat ziarah di desa
● Hasil pelepasan asset/kekayaan desa
● Hasil persewaan asset desa yang tidak dipisahkan menjadi asset bum
desa (alat, gedung, mesin dil)
● Hasil asset lainnya yang diperoleh desa secara syah.

3.) Swadaya, partisipasi dan gotongroyong


Hasil Partisipasi, swadaya dan gotong royong masyarakat meliputi:
● Peran serta partisipasi dan gotong royong dalam pembangunan desa berupa
tenaga atau barang yang dapat dinilai dengan uang
● Peran serta partisipasi masyarakat secara kelompok atau perorangan dalam
pembangunan desa dalam bentuk uang yang diberikan secara sukarela dan
tidak mengikat
● Peran serta partisipasi pihak ketiga dan pelaku usaha yang memiliki usaha
diwilayah desa dalam bantuan uang maupun bentuk lain yang dapat dinilai
dengan uang.

4.) Lain-lain pendapatan asli desa


Lain-lain Pendapatan Asli Desa (PADesa) antara lain:
● Hasil retribusi
● Hasil pungutan Desa.

C. Pelaksanaan Belanja Desa


Pelaksanaan belanja desa adalah proses pengeluaran dari RKD untuk
melaksanakan program dan kegiatan yang telah ditetapkan sebagaimana tercantum
dalam APBDesa.
Proses Pelaksanaan Belanja Desa
1. Verifikasi Rencana Anggaran Biaya (RAB)
2. Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP)
3. Perencanaan Surat Permintaan Pembayaran (SPP)
a. Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Sebelum pelaksanaan kegiatan dilakukan, setelah APBDesa ditetapkan
maka pelaksana kegiatan menyusun RAB terlebih dahulu. RAB harus
diverifikasi terlebih dahulu olej sekretaris Desa untuk kemudian disahkan
Kepala Desa. RAB kegiatan ini menjadi dasar bagi pelaksana kegiatan untuk
melakukan tindakan pengeluaran atas beban anggaran belanja kegiatan.
➔ Alur Persetujuan RAB

b. Mekanisme Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP)


SPP merupakan dokumen yang berisi permintaan pembayaran atau
pengesahan belanja. SPP yang diajukan oleh Pelaksana. Kegiatan diverifikasi
terlebih dahulu oleh Sekretaris Desa(ordonator) untuk kemudian mendapat
persetujuan dari Kepala Desa (otorisator).
Dalam pengeluaran belanja desa terdapat dua cara pembayaran yang
dapat dilakukan oleh Bendahara Desa, yaitu :
i. Bendahara Desa melakukan pembayaran tanpa panjar (Definitif)
Mekanisme Pembayaran tanpa melalui panjar dilakukan atas
pembayaran terhadap barang/jasa yang telah diterima terlebih dahulu.
Lampirannya yaitu : Pernyataan tanggung jawab belanja dan bukti
transaksi.
➔ Alur Mekanisme pembayaran tanpa melalui panjar (Definitif)

ii. Pembayaran melalui panjar kepada Pelaksana Kegiatan.


SPP Panjar Kegiatan dilakukan oleh pelaksana kegiatan untuk meminta
uang dalam rangka akan melaksanakan kegiatan. Hal ini berarti belum
ada barang/jasa yang diterima. Lampirannya yaitu : Pernyataan
tanggung jawab belanja dan rencana penanggunaan uang panjar
kegiatan.
➔ Alur Proses Pemberian Panjar
D. Penyelenggaraan Kewajiban Pajak
Pajak yang dipungut oleh Bendahara Desa
1. Pajak PPh Pasal 21 : Dikenakan atas pembayaran gaji, upah, dan honorarium
yang diterima oleh orang pribadi.

2. Pajak PPh Pasal 22 : Dipungut dari Pengusaha/Toko atas pembayaran pembelian


barang.
3. Pajak PPh Pasal 23 : Dipotong atas penghasilan yang diterima rekanan atas sewa
(Tidak termasuk tanah dan bangunan) serta imbalan jasa manajemen, jasa teknik,
jasa konsultan dan jasa lain dengan tarif 2%.
4. Pajak PPh Pasa 4 ayat 2 : PPH Final yang dikenakan untuk:
a. Tarif 10% = Sewa Tanah dan Bangunan
b. Tarif 5% = Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
c. Tarif 2% = Jasa Konstruksi

5. PPN
Dipungut atas pembelian barang/jasa kena pajak (BKP dan JKP) yang jumlahnya
diatas Rp 1.000.000,00 dengan tarif 10%.
Kewajiban Pemungutan Pajak Daerah
Untuk Pajak Daerah seperti Pajak Restoran (pada saat pembelian konsumsi
makanan dan minuman), kewajiban pemungutannya disesuaikan dengan kondisi
daerahmasing-masing.
Bendahara Desa dapat melakukan pemungutan Pajak Daerah tersebut, jika diberi
amanat yang diatur dalam Peraturan Bupati/Walikota.
Contoh Belanja Desa

E. Pengadaan Barang dan Jasa


Pengadaan Barang/Jasa di desa adalah kegiatan untuk memperoleh Barang/jasa oleh
pemerintah desa, Baik dilakukan melalui Swakelola dan atau penyedia Barang/Jasa.
Ruang lingkup yang diatur oleh bupati/walikota adalah pelaksanaan kewenangan desa
yang kegiatan dan anggarannya bersumber dari apb desa dibagi menjadi 2 yakni
sebagai berikut:
1) Swakelola
2) Penyedia
TPK menyusun rencana pelaksanaan pengadaan meliputi :
● Menyusun RAB
● Menyusun spesifikasi teknis barang/jasa jika diperlukan
● Melaksanakan pembelian / pengadaan
● Memeriksa penawaran
● Melakukan negosiasi (tawar menawar)
● Menandatangani surat perjanjian (ketua TPK)
● Melakukan perubahan ruang lingkup pekerjaan
● Melaporkan kemajuan pelaksanaan pengadaan kepada kepala desa
● Menyerahkan hasil pekerjaan setelah selesai 100% kepada kepala desa

Pengadaan Barang/Jasa Melalui Penyedia:


● Pembelian Langsung
● Permintaan Penawaran
● Lelang atau Trender
Pengelompokan nominal
Pengadaan barang/jasa dengan nilai sampai dengan Rp 50.000.000,00.
Pengadaan barang/jasa dengan nilai diatas Rp. 50.000.000,00 sampai dengan Rp
200.000.000,00.
Pengadaan barang/jasa dengan nilai diatas Rp 200.000.000,00.

PELAKSANAAN PEMBIAYAAN DESA


Pada pasal 1 angka (14) Permendagri 20/2018 dikatakan, bahwa pengertian
pembiayaan desa adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun anggaran berikutnya.
Secara garis besar sebagaimana diatur dalam regulasi terbaru, kelompok dari
pembiayaan desa itu dibagi menjadi 2 macam yaitu sebagai berikut:
1) Pelaksanaan Pembiayaan (penerimaan)
Secara sederhana penerimaan merupakan sejumlah uang yang ditransfer
melalui rekening pemerintah baik itu pemerintah pusat, provinsi, ataupun
kabupaten ke rekening kas desa atau hasil penjualan kekayaan desa yang
dipisahkan. untuk jenis-jenisnya, sebagaimana yang telah diatur dalam pasal
25 ayat (1) Permendagri 20/2018 tentang pengelolaan keuangan desa adalah
sebagai berikut:
● SiLPA Tahun Sebelumnya
SiLPA adalah Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan
yaitu selisih antara surplus/defisit anggaran dengan pembiayaan netto.
SiLPA sendiri paling sedikit meliputi: Pelampauan penerimaan
pendapatan terhadap belanja, penghematan belanja, dan sisa dana
kegiatan yang belum selesai atau lanjutan.
● Pencairan Dana Cadangan
Pencairan Dana Cadangan adalah dana yang digunakan untuk
menganggarkan kebutuhan dana cadangan yang selanjutnya dicatatkan
dalam penerimaan pembiayaan dalam APB Desa.
● Hasil Penjualan Kekayaan Desa
Hasil Penjualan Kekayaan Desa adalah penerimaan hasil penjualan
kekayaan desa yang dipisahkan dari tanah dan bangunan.
2) Pengeluaran Pembiayaan
Pengeluaran adalah pembayaran yang dilakukan saat ini untuk kewajiban pada
masa akan datang dalam rangka memperoleh beberapa keuntungan baik pada
tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun anggaran berikutnya.
untuk jenis-jenis pengeluaran sendiri dibagi menjadi 2 macam (diatur dalam
pasal 26 Permendagri 20 tahun 2020).
● Pembentukan Dana Cadangan
Pembentukan dan cadangan dimaksudkan untuk mendanai kegiatan
yang penyediaan dananya tidak dapat sekaligus dibebankan dalam 1
tahun anggaran yang ditetapkan didalam peraturan desa. Dalam hal
penetapan peraturan desa, setidaknya memuat beberapa hal penting
yaitu sebagai berikut:
a. Penetapan tujuan pembentukan dana cadangan
b. Program dan kegiatan yang akan dibiayai dari dana cadangan
c. Besaran dan rincian tahunan dana cadangan yang harus
dianggarkan
d. Sumber dana cadangan dan
e. Tahun anggaran pelaksanaan dana cadangan
Selanjutnya. pembentukan dana cadangan dapat bersumber dari
penyisihan atas penerimaan desa. Kecuali dari penerimaan yang
penggunaannya telah ditentukan secara khusus berdasarkan peraturan
perundang-undangan serta anggarannya tidak melebihi tahun akhir
masa jabatan kepala desa.
● Penyertaan Modal
Penyertaan Modal dimaksudkan untuk menganggarkan kekayaan
pemerintah desa yang diinvestasikan dalam BUM Desa untuk
meningkatkan pendapatan desa atau pelayanan kepada masyarakat.
Perlu diketahui, bahwa penyertaan modal terpisah dari kekayaan desa
yaitu tanah dan bangunan yang dianggarkan dari pengeluaran
pembiayaan dalam APB Desa. kemudian, terkait bagaimana tata cara
penyertaan modal itu haruslah melalui proses analisis kelayakan yang
biasanya diatur dalam peraturan bupati/wali kota mengenai
pengelolaan keuangan desa.

Anda mungkin juga menyukai