Disusun oleh :
Cheri Andayani (30101306901)
Pembimbing :
dr. Taufik Eko Nugroho, Sp.An., M.Si.Med.
1
HALAMAN PENGESAHAN
Bagian Anestesi
RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Mengetahui,
2
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis panjatkan kepada TuhanYang Maha Esa karena atas
rahmat dan berkat–Nya penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul
“Ekskalasi dan de eskalasi antibiotik di ICU”. Referat ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Anestesi di RSUD K.R.M.T.
Wongsonegoro Semarang. Tujuan pembuatan referat ini juga untuk meningkatkan
pengetahuan penulis serta pembaca agar dapat bermanfaat bagi masyarakat.
Dalam penyusunan referat ini, tidak sedikit hambatan yang dihadapi.
Namun, penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan referat ini tidak
lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan semua pihak, sehingga kendala-
kendala yang penulis hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dr. Taufik Eko N.,
Sp.An., M.Si.Med. sebagai dokter pembimbing dalam pembuatan referat ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan referat ini masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis terbuka terhadap kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak. Semoga referat ini dapat bermanfaat dan
membantu teman sejawat serta para pembaca pada umumnya dalam memahami
tentang total or high spinal anesthesia in obstetric.
Penulis
3
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.....................................................................................................................4
BAB I..................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.............................................................................................................5
BAB II.................................................................................................................................7
DEFINISI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK YANG BIJAK..............................................7
A. Faktor – Faktor yang Harus Dipertimbangkan pada Penggunaan Antibiotik
7
B. Prinsip Penggunaan Antibiotik Bijak (Prudent).............................................................8
C. Prinsip Penggunaan Antibiotik untuk Terapi Empiris dan Definitif...............................9
D. Penggunaan Antibiotik Kombinasi...............................................................................12
PASIEN KRITIS.............................................................................................................13
DEFINISI, INDIKASI ESKALASI DAN DE-ESKALASI.............................................14
PETA KUMAN DAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK EMPIRIS.................................15
SUMBER INFEKSI ATAU INFEKSI PRIMER............................................................18
GAMBARAN KLINIS....................................................................................................19
BAB III .............................................................................................................................20
RINGKASAN..................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................21
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
bangsal atau di ICU. Sistem eskalasi adalah sistem pemilihan antibiotik di mana
antibiotik ditingkatkan kelas spektrumnya secara bertahap jika respon klinis
antibiotik tidak adekuat. Sistem ini biasanya diterapkan pada pasien dengan
infeksi yang dirawat di bangsal termasuk pasien dengan derajat keparahan infeksi
ringan-sedang (kecuali pasien dirawat di bangsal karena tidak adanya bed kosong
yang tersedia di ICU). Sedangkan sistem de-eskalasi adalah sistem di mana
antibiotik dimulai dari spektrum yang paling luas kemudian diturunkan secara
bertahap jika respon antibiotik sudah adekuat. Sistem de-eskalasi biasanya
diterapkan pada pasien dengan infeksi sedang-berat seperti yang dirawat di ICU.
6
BAB II
7
B. Prinsip Penggunaan Antibiotik Bijak (Prudent)
8
a. Meningkatkan pemahaman tenaga kesehatan terhadap
penggunaan antibiotik secara bijak.
b. Meningkatkan ketersediaan dan mutu fasilitas penunjang,
dengan penguatan pada laboratorium hematologi, imunologi,
dan mikrobiologi atau laboratorium lain yang berkaitan dengan
penyakit infeksi.
c. Menjamin ketersediaan tenaga kesehatan yang kompeten di
bidang infeksi.
d. Mengembangkan sistem penanganan penyakit infeksi secara
tim (team work).
e. Membentuk tim pengendali dan pemantau penggunaan
antibiotik secara bijak yang bersifat multi disiplin.
f. Memantau penggunaan antibiotik secara intensif dan
berkesinambungan.
g. Menetapkan kebijakan dan pedoman penggunaan antibiotik
secara lebih rinci di tingkat nasional, rumah sakit, fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya dan masyarakat.
9
Dasar pemilihan jenis dan dosis antibiotik data
epidemiologi dan pola resistensi bakteri yang tersedia di
komunitas atau di rumah sakit setempat.
Kondisi klinis pasien.
Ketersediaan antibiotik.
Kemampuan antibiotik untuk menembus ke dalam
jaringan / organ yang terinfeksi.
Untuk infeksi berat yang diduga disebabkan oleh
polimikroba dapat digunakan antibiotik kombinasi.
d. Rute pemberian: antibiotik oral seharusnya menjadi pilihan
pertama untuk terapi infeksi. Pada infeksi sedang sampai berat
dapat dipertimbangkan menggunakan antibiotik parenteral.
e. Lama pemberian: antibiotik empiris diberikan untuk jangka
waktu 48-72 jam. Selanjutnya harus dilakukan evaluasi
berdasarkan data mikrobiologis dan kondisi klinis pasien serta
data penunjang lainnya.
f. Evaluasi penggunaan antibiotik empiris dapat dilakukan seperti
pada tabel berikut:
Hasil
Klinis Sensitivitas Tindak Lanjut
Kultur
+ Membaik Sesuai Lakukan sesuai prinsip “De-
Eskalasi”
+ Membaik Tidak Sesuai Evaluasi diagnosis dan terapi
+ Tetap / Sesuai Evaluasi diagnosis dan terapi
Memburuk
+ Tetap / Tidak Sesuai Evaluasi diagnosis dan terapi
Memburuk
- Membaik 0 Evaluasi diagnosis dan terapi
- Tetap / 0 Evaluasi diagnosis dan terapi
Memburuk
10
a. Penggunaan antibiotik untuk terapi definitif adalah
penggunaan antibiotik pada kasus infeksi yang sudah diketahui
jenis bakteri penyebab dan pola resistensinya.
b. Tujuan pemberian antibiotik untuk terapi definitif adalah
eradikasi atau penghambatan pertumbuhan bakteri yang
menjadi penyebab infeksi, berdasarkan hasil pemeriksaan
mikrobiologi.
c. Indikasi: sesuai dengan hasil mikrobiologi yang menjadi
penyebab infeksi.
d. Dasar pemilihan jenis dan dosis antibiotik:
Efikasi klinik dan keamanan berdasarkan hasil uji klinik.
Sensitivitas.
Biaya.
Kondisi klinis pasien.
Diutamakan antibiotik lini pertama / spektrum sempit.
Ketersediaan antibiotik (sesuai formularium rumah sakit).
Sesuai dengan Pedoman Diagnosis dan Terapi (PDT)
setempat yang terkini.
Paling kecil memunculkan risiko terjadi bakteri resisten.
e. Rute pemberian: antibiotik oral seharusnya menjadi pilihan
pertama untuk terapi infeksi. Pada infeksi sedang sampai berat
dapat dipertimbangkan menggunakan antibiotik parenteral.
Jika kondisi pasien memungkinkan, pemberian antibiotik
parenteral harus segera diganti dengan antibiotik per oral.
f. Lama pemberian antibiotik definitif berdasarkan pada efikasi
klinis untuk eradikasi bakteri sesuai diagnosis awal yang telah
dikonfirmasi. Selanjutnya harus dilakukan evaluasi
berdasarkan data mikrobiologis dan kondisi klinis pasien serta
data penunjang lainnya.
11
D. Penggunaan Antibiotik Kombinasi
12
PASIEN KRITIS
13
pada pasien kritis, maka akan menyulitkan pengendalian hemodinamik atau
menjadi resisten terhadap obat-obat inotropik positif dan vasokonstriktor.
Perburukan pasien bukan karena tidak berefeknya antibiotik sebagai bakterisid,
tetapi karena shock. Dan terdapat banyak kasus perburukan pasien-pasien kritis di
ICU bukan karena infeksi. Pasien di ICU sudah sulit dibedakan menurut asal
primer misal kasus ortopedi, bedah digesti, penyakit paru-paru, penyakit urologi
dan sebagainya, meskipun demikian pemberian antibiotik empiris di tempat
pelayanan primer (sebelum ICU), akan memperbaiki outcome 10.
14
sangat kritis dengan derajat keparahan infeksi berat-mematikan sehingga
sebaiknya pasien diterapi dengan antibiotik berspektrum luas yang kemudian
dipersempit spektrumnya secara bertahap jika respon klinis antibiotik sudah
adekuat, yang dapat dievaluasi melalui uji kepekaan 7. Hal ini disebabkan karena
bakteri di ICU cenderung sudah banyak yang mengalami resistensi. Dalam sebuah
penelitian terapi deeskalasi untuk infeksi berat (sepsis berat dan syok septik)
adalah strategi yang aman terkait dengan tingkat kematian yang lebih rendah.
Upaya untuk meningkatkan frekuensi strategi ini sepenuhnya dibenarkan2.
Pada enam Rumah Sakit di Amerika yang diteliti oleh Broykov et al.
(2014), didapatkan bahwa antibiotik broad spectrum empiris lazim digunakan di
rumah sakit di Amerika pada tahun 2009-2010, bahkan pada pasien tanpa tanda
klinis infeksi. Penyempitan (narrowing) spektrum atau penghentian (bila kuman
15
negative) biasanya dilakukan setelah lima hari. Eskalasi diikuti dengan multiple
11
site infection dan kultur positif . Di Australia, diantara pasien community
acquired pneumonia (CAP) karena infeksi Acinetobacter baumanii yang masuk
ICU (80%) mempunyai outcome yang baik (mortalitas 11%) dengan pemberian
protokol initial antibiotik empirik, kuman tersebut sensitive terhadap gentamycin,
meropenem, ciprofloxacin 12. Di Rumah Sakit Morison Hospital Swansea, United
Kingdom, pancreatitis paling banyak disebabkan oleh Enetrococcus faecalis, yang
sensitive terhadap gentamycin, dan resisten terhadap amoxicillin dan
erythromycin 13. Di RSUP Dr Sardjito peta kuman dan sensitivitas kuman pada
tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 1-3.
16
Untuk menentukan pilihan antibiotik empiris mungkin cukup dengan
informasi 5 - 10 jenis kuman terbanyak, bukan keseluruhan kuman-kuman yang
pernah ditemukan di ICU, walaupun mungkin saja sesorang di ICU terinfeksi oleh
kuman baru yang pelum pernah ada sebelumnya. Oleh karena itu pemeriksaan
kultur dan tes sensitivitas menjadi sangat penting untuk penentuan antibiotik
17
setelah empiris. Antibiotik yang dites diharapkan dapat mewakili berbagai
golongan dan spektrum serta generasinya. Seperti contoh pola kuman dan
sensitivitas antibiotik di ICU Rumah Sakit Sardjito di atas, penicillin G,
ampicillin, tetracycline diujikan dan masih sensitif untuk beberapa spesies kuman.
18
GAMBARAN KLINIS
19
BAB III
RINGKASAN
20
DAFTAR PUSTAKA
of antibiotic resistance in the intensive care unit. Curr Opin Infect Dis :
17:309-316.
A., García,E., Marco, M.A., Torres, A.,and Mensa, J., (Feb. 15, 2003).
Addition of a Macrolide to a β-Lactam-Based Empirical Antibiotic
Regimen Is Associated with Lower In-Hospital Mortality for Patients with
Bacteremic Pneumococcal Pneumonia, Clin Infect Dis, Vol. 36, No. 4, pp.
389-395 Published by: Oxford University Press Stable URL: http://
www.jstor.org/stable/4462322.
21
5. Matteo, B. and Baño, J.R., Should we take into account ESBLs in
antibiotic treatment: How can They get along? Dig Liver Dis,
http://dx.doi.org/10.1016/j.dld.2017.01.157.
10. Falcone, M.,• Corrao, S., Licata, G., Serra, P., Venditti, M., (2012).
Kelesidis, T., Weisenberg, S.A., Johannsson, B., Young, H., Cantey, J.,
22
Srinivasan, A., Perencevich, E., Septimus, E., Laxminarayan, R., (2014).
Assessment of empirical antibiotic therapy optimisation in six hospitals:
An observational cohort study, Lancet Infect Dis 14: 1220–27.
12. Davis , J.S., McMillan , M., Swaminathan , A., John A., Kelly,
J.A., Piera , K.E., Baird , R.W., Currie , B.J. and Anstey , N.M., (2014). A
16-Year Prospective Study of Community -Onset Bacteremic
Acinetobacter Pneumonia Low Mortality With Appropriate Initial
Empirical Antibiotic Protocols, CHEST 1 46 ( 4) :1038- 1045.
23