Anda di halaman 1dari 37

DENGUE HAEMORRAGIC FEVER GRADE I

DENGUE HEMORRHAGIC FEVER

OLEH:
Hidro Muhammad Perdana
NIM: 70700119026

PEMBIMBING:
dr Widyaningrum Sp.PD, M.Sc

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur yang sebesar – besarnya penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya kepada kita semua

bahwa dengan segala keterbatasan yang penulis miliki akhirnya penulis dapat

menyelesaikan penulisan referat dengan judul “ Dengue Hemorrhagic Fever”

dalam rangka tugas kepaniteraan klinik Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Program

Pendidikan Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

Alauddin Makassar.

Keberhasilan penyusunan referat ini adalah berkat bimbingan, kerja sama,

serta bantuan moril dan materil dari berbagai pihak yang telah diterima penulis

sehingga segala rintangan yang dihadapi selama penulisan dan penyusunan referat

ini dapat terselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan memberikan

penghargaan yang setinggi-tingginya secara tulus dan ikhlas kepada yang

terhormat:

1. dr Widyaningrum Sp.PD, M.Sc selaku dosen pembimbing.

2. Serta semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan

satu-persatu.

Tidak ada manusia yang sempurna maka penulis menyadari sepenuhnya

bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna, sehingga dengan segala kerendahan

hati penulis siap menerima kritik dan saran serta koreksi yang membangun dari

semua pihak.

Makassar, 23 Mei 2020

Hidro Muhammad Perdana

i
LEMBAR PENGESAHAN

Case Referat dengan judul


“Dengue Hemorrhagic Fever”
Telah memenuhi persyaratan dan telah disetujui
Pada Tanggal……….
Oleh:

Pembimbing Supervisor

dr. Widyaningrum Sp.PD, M.Sc

Mengetahui,
Ketua Program Pendidikan Profesi Dokter
UIN Alauddin Makassar

dr. Dewi Setiawati Sp,OG, M.Kes


NIP: 19810621200604200

ii
DAFTAR ISI
JUDUL ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
PENGESAHAN REFERAT ......................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I LAPORAN KASUS ........................................................................... 1
A. Identitas Pasien ............................................................................. 1
B. Anamnesis .................................................................................... 1
C. Pemeriksaan Fisis Tanda Vital ..................................................... 2
D. Pemeriksaan Fisis General ........................................................... 2
E. Pemeriksaan Penunjang ............................................................... 3
F. Daftar Masalah .............................................................................. 4
G. Daftar Masalah dan Pengkajian .................................................... 4
G. Follow Up Pasien ......................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN LAPORAN KASUS ............................................. 8
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 11
A. Definisi ...................................................................................... 11
B. Epidemiologi ............................................................................. 11
C. Etiologi ...................................................................................... 12

iii
D. Patogenesis ................................................................................ 13
E. Klasifikasi dan Gejala Klinis...................................................... 14
F. Diagnosis .................................................................................... 17
G. Pemeriksaan Penunjang ............................................................ 17
H. Penatalaksanaan ....................................................................... 18
I. Tatalaksana Pada Pasien dewasa .…………………………….. 18
1. Tatalaksana DHF Pasien Tanpa Syok ……......................... 19
2. Tatalaksana DHF Pasien Rawat Inap .................................. 20
3. Tatalaksana DHF dengan Nilai Hematokrit > 20% ........... 21
4. Tatalaksana DHF Disertai Perdarahan Spontan ................ 22
5. Tatalaksana DSS ................................................................. 23
J. Kriteria Pemulangan Pasien DHF .…………………………….. 25
K. Prognosis ...................................................................................... 26
L. Pencegahan .................................................................................. 26
BAB IV KESIMPULAN ………………………………………………….. 28
Daftar Pustaka …………………………………………………………….. 29

iv
BAB I

LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien

Nama : Ny. R RS : RSP UIN Alauddin

Umur : 25 tahun Ruangan : 423

Alamat : Jln Dr. Leimana No.Register : 090808

Pekerjaan : IRT Tgl MRS : 7 Mei 2019 (jam 08.30)

Agama : Islam Status Pernikahan : Menikah

Suku : Bugis

B. Anamnesis

Keluhan Utama : Demam

Riwayat Penyakit Sekarang :

Demam di alami sejak 1 minggu yang lalu. Demam dirasakan tidak terus menerus, turun dengan

obat demam. Riwayat demam sebelumnya ada 2 minggu yg lalu selama 2 minggu, bebas demam 1

minggu, kemudian demam lagi 1 minggu terakhir. Awalnya pasien Menggigil kemudian demam,

perdarahan gusi tidak ada, mimisan tidak ada, perdarahan spontan lainnya tidak ada. nyeri kepala ada.

Nyeri belakang bola mata ada, Nyeri seluruh badan ada. Riwayat berobat ke klinik dilakukan

pemeriksaan darah dan dikatakan normal. Riwayat ke daerah endemis malaria tidak ada. Batuk lendir

tidak, sesak dan nyeri dada tidak. Pilek tidak ada. Nyeri menelan tidak ada.

Mual ada dan muntah tidak. Nyeri ulu hati tidak ada. Riwayat maag ada dan sering kambuh

dalam 6 bulan terakhir. Penurunan nafsu makan ada sejak 1 minggu yang lalu. Pasien hanya makan 4

sampe 5 sendok tiap makan. Minum sangat kurang.

Buang Air Kecil : belum sejak tdi malam sebelumnya lancar. warna kuning volume kesan

cukup. Nyeri saat berkemih tidak ada. BAK campur darah tidak ada.

Buang Air Besar : buang air besar kesan encer, sejak 3 hari terakhir. frekuensi 1-2x lendir dan

darah tidak ada. Riwayat Buang air besar hitam encer tidak ada. Riwayat BAB campur darah tidak

ada.
1
Riwayat Penyakit dahulu : .

• Riwayat tifoid tidak ada

• Riwayat demam berdarah tidak ada

• Riwayat malaria tidak ada

• Riwayat OAT tidak ada

• Riwayat menstruasi tidak teratur ada. Haid terakhir 1 bulan lalu. Riwayat menstruasi memanjang tidak ada

Riwayat Keluarga dan Psikososial :

• Pasien adalah seorang ibu rumah tangga dan memiliki seorang suami dalam keadaan sehat,

• Riwayat keluarga / sekitar rumah yang menderita DHF tidak ada.

• Riwayat penyekit dalam keluarga tidak diketahui

• Riwayat merokok dan konsumsi alkohol disangkal

• Riwayat minum jamu-jamuan tidak ada

C. Pemeriksaan Fisis Tanda Vital

Tanda vital

Tekanan Darah : 120/80 mmHg Suhu : 38,2oC

Nadi : 108 x/menit, reguler, kuat angkat TB : 155 cm

Pernapasan : 24 x/menit BB : 65 kg

IMT : 27 kg/m2

2
Deskripsi Umum

Kesan sakit : Sakit Sedang

Status gizi : Obese I

Kesadaran : Composmentis

GCS : E4M6V5

D. Pemeriksaan Fisis General

Kepala : normocephal, rambut hitam tidak mudah dicabut.

Mata : pupil isokor, diameter 2,5 mm/ 2,5 mm, refleks cahaya langsung ada kesan

normal, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus

Telinga : tidak tampak adanya sekret

Hidung : bentuk normal, tidak ada sekret,epistaksis tidak ada

Mulut : atrofi papil tidak ada, tidak hiperemis pada tonsi dan faring

Leher : dvs r+0 cmh2o, pembesaran kelenjar limfe leher tidak ada, pembesaran

Kelenjar tiroid tidak ada, trakhea di tengah.

3
Thoraks : I : Simetris kanan sama dengan kiri saat statis maupun dinamis

P : Nyeri tekan tidak ada, massa tumor tidak ada, vocal fremitus sama kiri dan kanan

P : Sonor pada hemithoraks bilateral

A : bunyi pernapasan vesikuler, ronki tidak ada, wheezing tidak ada.

Jantung : I : Ictus cordis tampak

P : Ictus cordis tidak teraba

P : pekak batas jantung kanan di linea parasternalis dextra; batas jantung kiri

linea medioclavicularis sinistra

A : Bunyi jantung I/II murni reguler, murmur tidak ada, gallop tidak

ada.

Abdomen: I : datar, ikut gerak napas, vena kolateral tidak tampak, tidak ada

sikatrik

A: peristaltik usus ada kesannormal P: Hepar dan lien tidak teraba

P : timpani.

Ekstremitas

Atas : Edema tidak ada, teraba hangat, RCT < 2 detik

Bawah : Edema tidak ada, teraba hangat, RCT < 2 detik

Rumple leede test : positif

E. Pemeriksaan Penunjang

Darah rutin (07/05/2019)

Hb : 11.2 GDS :112 mg/dl

HCT : 32% SGOT : 24 u/l

MCV : 77.3 SGPT : 32 u/l

MCH : 27.1 Ureum : 30 mg/dl

3
WBC : 3.590 Kreatinin : 1,1 mg/dl

PLT : 96.000

Neutrofil : 70.5%

Lymphosit : 19.2%

F. Daftar Masalah

Dengue haemorragic fever grade 1

G. Daftar Masalah dan Pengkajian

Dengue haemorragic fever grade 1

Dipikirkan atas dasar adanya febris sejak 1 minggu yang lalu, dirasakan terus menerus. Pasien

mengeluh cephalgia dan nyeri retroorbita myalgia ada. Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu 38.2º C.

rumple leed test positif, Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukopenia (WBC 3590 /uL),

trombositopenia (PLT 96000 /uL). berdasarkan gejala dan hasil laboratorium yang didapatkan, namun masih

diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menegakkan diagnosis pada pasien ini.

Plan Diagnostik : IgG IgM anti dengue

Plan Terapi

- IVFD RL (1500 + 20x(BB-20)) = 34 tetes/menit

- Paracetamol 1gr/8jam/intravena

Plan Edukasi dan monitoring :

- Darah Rutin/24 jam

- Edukasi mengenai kondisi pasien

- Monitoring tanda vital

- Awasi tanda-tanda perdarahan

4
H. FOLLOW UP

Tanggal Perjalanan Penyakit Terapi

8/5/2019 S : demam ada, manifestasi perdarahan tidak ada. - IVFD RL 34 tetes/menit


06.00
H-1 O : sakit sedang, composmentis GCS E4M6V5 - Paracetamol 1
TD : 110/60 mmhg gram/8jam/intravena

5
N : 108 x/mnt, regular, kuat Plan
angkat P : 24x/menit - Darah Rutin/24 jam
S: 38.1 º C - Monitoring tanda vital
konjuntiva Anemis tidak ada, sclera icterik - Awasi tanda-tanda perdarahan
tidak ada,
Bunyi pernafasan
vesikuler hepar dan lien
tidak teraba
Edema tidak ada, petekie tidak ada

A/
- Dengue haemorragic fever grade 1
9/5/2019 S : cenderung tidur, perdarah pervaginam ada, - O2 3 liter/menit via Nasal kanul
H-2
BAB hitam encer ada, frekuensi 1x kali ± 200 - Pasang 2 IV line
cc,
demam ada - Ringer laktat guyur 1300 cc
O: dalam 30 menit/intravena
GCS E4M5V3 - Parasetamol 1 gram/8
TD : 90/palpasi jam/intravena
N : 136 x/mnt, lemah - Transfusi TC 6 unit
P : 26x/menit
S: 38.9 º C Plan :
SpO2 : 89% - kontrol DR cito, PT,APTT,Inr,
konjuntiva Anemis ada, sclera icterik tidak ada, fibrinogen, D-Dimer, elektrolit,
Bunyi pernafasan vesikuler GDS
hepar dan lien tidak teraba - AGD cito
Edema tidak ada, petekie tidak ada, akral dingin - Pasang kateter
- Kontrol DR/ 6 jam
Lab : 7-5-19 (07.00) → 8-5-19 (07.00)
Hb : 11.2 → 10.0
HCT : 32% → 29.2% (↑ 9,3%)
MCV : 77.3 → 80
MCH : 27.1 → 25.9
WBC : 3.590 →2.630
PLT : 96.000 → 66.000

5
IgG DHF : Positif, IgM DHF : Positif,

A/
- Dengue syok syndrome
9/5/2019 S :, cenderung tidur, perdarah pervaginam - O2 3 liter/menit via Nasal kanul
18.30
ada, BAB hitam encer ada 2 kali, ± 500 cc, - Ringer laktat 2000 cc
H-2
demam ada habis dalam 30 menit
O: - Gelofusin 500
GCS cc/24
E4M5V3 TD jam/intravena
: 100/50 - Parasetamol 1
N : 100 x/mnt, gram/8
lemah P : jam/intravena
24x/menit Plan :
S: 40.9 º C - AGD cito
SpO2 : 99% ( O2 3 liter/menit via nasal kanul ) - Inr, fibrinogen, D-
konjuntiva Anemis ada, sclera icterik tidak ada, Dimer, elektrolit
Bunyi pernafasan - Control DR cito → tunggu hasil
vesikuler hepar dan lien - Transfusi TC 6 unit
tidak teraba (belum dapat)
Edema tidak ada, petekie tidak ada, akral dingin
GDS : 140
mg/dl A/
- Dengue syok syndrome

6
9/5/2019 S : cenderung tidur, perdarah pervaginam ada, - O2 3 liter/menit via Nasal kanul
19.00
BAB hitam encer ada 1x, ± 200 cc demam ada - Ringer laktat 34 tetes/menit
H-2
O: - Gelofusal 1300 cc/24
GCS jam/intravena → 18
E4M5V3 TD tetes/menit
: 100/50 - Parasetamol 1
N : 100 x/mnt, gram/8
lemah P : jam/intravena
24x/menit Plan :
S: 40.9 º C - AGD
SpO2 : 99% - Konsul Obgyn untuk evaluasi
UO : 30 cc - Konsul Interna/GEH
konjuntiva Anemis ada, sclera icterik tidak ada, untuk evaluasi

7
BAB II

PEMBAHASAN LAPORAN KASUS

Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang yang

saya dapatkan saya mendiagnosis dengan Dengue Hemorrhagic Fever Grade I.

Berdasarkan teori Demam Berdarah Dengue atau Dengue Hemorrhagic Fever

(DBD/DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue melalui gigitan

nyamuk Aedes terutama Aedes aegypti. Infeksi Dengue disebabkan oleh salah satu

dari 4 serotipe virus Dengue (DENV) yakni DENV-1, DENV-2, DENV-3,dan

DENV-4.

Adapun penegakan diagmosis dari DHF berdasarkan derajat atau tingkat

keparahannya berdasarkan kriteria WHO 2011. Adapun pasien yang saya dapatkan

termasuk dalam kategori Dengue Hemorrhagic Fever Grade I berdasarkan kriteria

WHO 2011 karena didapatkan keluhan awal saat pertama kali masuk di rumah sakit

pasien mengalami demam sejak 1 minggu yang lalu, nyeri cephalgia, nyeri

retroorbital, ditemukan adanya test Rumple Leede (+), trombositopenia,

peningkatan hematokrit >20% tanpa disertai adanya perdarahan spontan

(epistaksis, melena, perdarahan di gusi, dsb). Penyebab terjadinya peningkatan

hematokrit berdasarkan teori karena Virus akan bereaksi dengan antibody dan

terbentuklah kompleks virus antibodi. Dalam sirkulasi, akan mengaktifkan sistem

komplemen. Akibat dari aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a untuk

melepaskan histamine, akibat yang ditimbulkan oleh hal tersebut akan terjadi

peningkatan permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah dan terjadi kebocoran

plasma, akibatnya dari hal tersebut dapat menyebabkan syok hipovolemi.

Trombositopenia dapat terjadi akibat dari penurunan produksi trombosit sebagai

reaksi dari antibody melawan virus.

8
Setelah melakukan diagnosis maka langkah selanjutnya akan dilakukan

pemberian terapi untuk pasien. Tidak ada terapi yang spesifik untuk DD dan

DBD, prinsip utama adalah terapi supoetif. Penanganan yang tepat oleh dokter

dapat menyelamatkan pasien DBD. Dengan terapi suportif yang adekuat, angka

kematian dapat diturunkan hingga kurang dari 1%. Pemeliharaan volume cairan

sirkulasi merupakan tindakan yang paling penting dalam penanganan kasus

DBD. Asupan cairan pasien harus tetap dijaga, terutama cairan oral. Jika asupan

cairan oral pasien tidak mampu dipertahankan, maka dibutuhkan suplemen

cairan melalui intravena untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi.

Pada hari pertama pasien dirawat tanggal 08-05-2019, diberikan terapi

IVFD RL berguna untuk keseimbangan asupan cairan pasien, dan pemberian

paracetamol berguna untuk menurunkan set point suhu di hipotalamus, yang

dimana paracetamol bekerja dengan menghambat sintesis prostaglandin.

Selanjutnya akan dilakukan rencana pemeriksaan darah rutin/24 jam, memantau

tanda vital pasien, dan mengawasi apakah ada tanda-tanda perdarahan.

Pada hari kedua pasien dirawat pada tanggal 09-05-2019, diberikan terapi

O2 via nasal kanul dengan indikasi pemberian SpO2 <95, berdasarkan teori

pemberian O2 bekerja untuk mencegah terjadinya hipoksia jaringan. Pasien juga

diberikan terapi Ringer Laktat 2 IV line dengan indikasi pasien sudah mengalami

tanda-tanda syok. Pasien tetap diberikan paracetamol dikarenakan pasien masih

mengalami demam, dan pasien diberikan transfuse Trombosit Concentrate

dikarenakan pasien mengalami perdarahan yang disertai trombositopenia.

Selanjutnya akan dilakukan rencana pemeriksaan untuk melihat faktor

pembekuan darah (PT,APTT, Fibrinogen), pemeriksaan AGD cito, dan pasang

kateter

9
Pada hari kedua pasien dirawat pada tanggal 09-05-2019 pukul 18.30,

diberikan terapi O2 via nasal kanul, pemberian Gelofusal dan Ringer Laktat

berguna untuk menggantikan kehilangan volume plasma sehingga tidak terjadi

syok hipovolemi, dan pasien tetap diberikan paracetamol dikarenakan pasien

masih mengalami demam. Selanjutnya akan dilakukan rencana pemeriksaan

AGD cito, pemeriksaan faktor pembekuan darah, dan rencana transfuse TC

Pada hari kedua pasien dirawat pada tanggal 09-05-2019 pukul 19.00,

pasien diberikan terapi O2 via nasal kanul, pemberian Gelofusal dan Ringer

Laktat berguna untuk menggantikan kehilangan volume plasma sehingga tidak

terjadi syok hipovolemi, dan pasien tetap diberikan paracetamol dikarenakan

pasien masih mengalami demam. Selanjutnya akan dilakukan rencana

pemeriksaan AGD, konsul ke Obgyn dan Interna bagian GEH untuk evaluasi.

Pada hari kedua pasien dirawat pada tanggal 09-05-2019 pukul 19.30,

pasien mengalami perdarahan hebat dengan nilai Hb 4,4 disertai adanya indikasi

anemia berat maka diberikan transfuse PRC dan TC, pasien diberikan terapi O2

via nasal kanul. Pemberian Gelofusal dan Ringer Laktat berguna untuk

menggantikan kehilangan volume plasma sehingga tidak terjadi syok

hipovolemi. Rencana tindakan selanjutnya konsul ke Obgyn dan Interna bagian

GEH untuk evaluasi, pindahkan ke ruang ICU jika kondisi perdarahan pasien

tidak membaik.

Pada hari ketiga pasien dirawat pada tanggal 10-05-2019, keadaan pasien

membaik, perdarahan teratasi, dan hasil pemeriksaan labolatorium sudah mulai

membaik, maka terapi yang kita berikan pemberian O2 nasal canul untuk

menjaga sirkulasi pasien, pemberian RL bertujuan sebagai rehidrasi, dan

pemberian paracetamol tetap diberikan sampai suhu tubuh pasien normal.

Rencana selanjutnya pemantauan tanda-tanda vital.

10
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Demam Berdarah Dengue atau Dengue Hemorrhagic Fever

(DBD/DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue melalui

gigitan nyamuk Aedes terutama Aedes aegypti.2 Infeksi Dengue disebabkan

oleh salah satu dari 4 serotipe virus Dengue (DENV) yakni DENV-1, DENV-2,

DENV-3,dan DENV-4.3

Infeksi dengue merupakan penyakit sistemik yang dinamis dan

memiliki spectrum manifestasi klinis yang sangat luas, mulai dari tanpa gejala

klinis (asimptomatik) sampai dengan gejala yang sangat serius seperti syok

hipovolemi.4 Gejala klinis berupa demam yang muncul secara tiba-tiba setelah

fase inkubasi selesai (4-10 hari).6 Gejala klinis yang muncul terbagi atas tiga

fase, yaitu fase febris, fase kritis, dan fase penyembuhan.3

Dengue Hemorrhagic Fever dapat diawali dengan gejala demam tinggi

mendadak berlangsung 2-7 hari.5 Adapun manifestasi klinis terjadinya tanda-

tanda perdarahan antara lain, uji tourniket positif atau adanya peteki,

epistaksis, perdarahan gusi, melena, atau hematemesis. Selain itu adanya

hepatomegali dan kegagalan sirkulasi (syok), pada pemeriksaan laboratorium

ditemukan adanya trombositopenia (<100.000) serta peningkatan

hemokonsentrasi (hematokrit) > 20%. 9

B. Epidemiologi

Menurut World Health Organization (WHO) diperkirakan 50-100 juta

penduduk mengalami dengue hemorrhagic fever setiap tahun.19 Terdapat

500.000 kasus diantara terdapat 22.000 kasus kematian dengue hemorrhagic


fever yang banyak terjadi pada anak-anak.7 Jumlah kasus dengue hemorrhagic

11
fever di negara Amerika, Asia Tenggara, dan negara Pasifik berjumlah

1.200.000 juta kasus pada tahun 2008, dan pada tahun 2013 terjadi peningkatan

jumlah kasus lebih dari 3.000.000 juta kasus.8,10

Penyakit dengue hemorrhagic fever masih menjadi permasalahan

kesehatan yang ada di Indonesia, dimana pada tahun 2015 jumlah kasus demam

berdarah sebanyak 129.650 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 1.071

orang.11 Penyebaran penyakit DBD terkait dengan perilaku masyarakat yang

sangat erat hubungannya dengan kebiasaan hidup bersih. Faktor lain yaitu

masih kurangnya pengetahuan, sikap, dan tindakan untuk menjaga kebersihan

lingkungan.12 Dari data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2014

terdapat 2.282 kasus demam berdarah dengan angka kematian 12 orang, dan

pada tahun 2014 kasus kejadian demam berdarah meningkat hampir dua kali

lipat dari angka kejadian sebelumnya.13,18

C. Etiologi

Demam berdarah dengue dan demam dengue disebabkan oleh virus

dengue yang termasuk dalam genus Flavirus, keluarga Flaviridae. Flavirus

merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai

tunggal.20

Terdapat 4 serotipe virus yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan

DENV-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam

berdarah dengue. Keempat jenis serotipe dapat ditemukan di Indonesia dengan

DENV-3 merupakan serotipe terbanyak.9,20

Vektor virus dengue adalah nyamuk Aedes aegypti atau Aedes

albopictus. Virus dengue ditransmisikan ke manusia melalui gigitan nyamuk

Aedes betina yang terinfeksi. Setelah melewati masa inkubasi yang biasanya

sekitar 8-10 hari, nyamuk tersebut dapat menularkan infeksi virus dengue

12
kepada manusia lain hingga seumur hidupnya saat sedang mencari makanan

dalam darah manusia. Nyamuk betina tersebut juga dapat menularkan infeksi

virus melalui telur yang dikeluarkannya, tetapi mekanisme transmisi tersebut

hingga saat ini belum diketahui secara rinci.20,17

D. Patogenesis

Virus dengue yang telah masuk ke tubuh penderita akan menimbulkan

viremia. Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di

hipotalamus yang diakibatkan oleh karena pelepasan zat-zat mediator radang

seperti bradikinin, histamine, serotonin, dsb dan akibatnya akan terjadi

perubahan suhu. Selain itu, viremia menyebabkan pelebaran pada dinding

pembuluh darah yang menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari

intravascular ke interstisial yang menyebabkan hipovolemia. Trombositopenia

dapat terjadi akibat dari penurunan produksi trombosit sebagai reaksi dari

antibody melawan virus.16,15

Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan

seperti petekie, atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan

adanya kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme

hemostatitis secara normal. Hal tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan

jika tidak tertangani maka akan menimbulkan syok. Masa inkubasi virus

dengue rata-rata 5-8 hari. Virus ini akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan

nyamuk Aedes aegypti.16,15

Virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus

antibodi. Dalam sirkulasi, akan mengaktifkan sistem komplemen. Akibat dari

aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a untuk melepaskan histamine,

akibat yang ditimbulkan oleh hal tersebut akan terjadi peningkatan

permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah dan terjadi kebocoran plasma.16

13
Akibat kebocoran tersebut terjadi kekurangan volume plasma, terjadi

hipotensi, hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit> 20%), hipoproteinemia,

dan syok. Indikasi pemeriksaan hematokrit menjadi penting sebagai patokan

pemberian cairan intravena. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan

jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma teratasi, sehingga pemberian

cairan harus dikurangi jumlah tetesan per menit dan jumlahnya untuk

mencegah terjadi edema paru. Sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang

cukup, pasien akan mengalami kekurangan cairan yang akan mengakibatkan

kondisi yang buruk bahkan mengalami renjatan (syok). Jika renjatan (syok)

berlangsung lama maka akan timbul anoksia jaringan, dan kematian apabila

tidak segera diatasi dengan baik. 16,15

E. Klasifikasi dan Gejala Klinis

Klasifikasi infeksi Dengue berdasarkan WHO 2011 dibagi menjadi 2

berdasarkan gejala klinis yang ditemukan, yaitu asimptomatik (tanpa gejala)

dan simptomatik (dengan gejala klinis). Dengue simptomatik terbagi menjadi

4, yaitu undifferentiated fever (viral syndrome), Dengue fever (DF/demam

Dengue), Dengue hemorrhagic fever (DHF/demam berdarah Dengue), dan

expand Dengue syndrome (Dengue dengan manifestasi yang tidak umum).

DHF terbagi menjadi 4 kelompok yaitu DHF grade I dan DHF Grade II

berlangsung tanpa fase syok hipovolemi.14

1. Undifferentiated Fever (viral syndrome)

Undifferentiated fever merupakan demam yang sulit

dibedakan dengan demam yang disebabkan oleh virus lainnya.

Anak-anak, remaja, atau dewasa muda yang terinfeksi Dengue untuk

pertama kalinya (infeksi primer) memiliki gejala demam yang sulit

dibedakan dari demam yang disebabkan oleh virus lain.14

14
Terdapat Makulopapular rash bisa timbul pada fase febris

atau pada saat fase penyembuhan. Biasa disertai gejala-gejala

gangguan pernapasan dan saluran cerna.14

2. Dengue Fever (DF)

Dengue Fever atau demam Dengue merupakan bentuk

infeksi Dengue yang paling ringan. DF paling sering ditemukan pada

usia anak-anak yang telah beranjak dewasa. Pasien dapat didiagnosis

DF jika memenuhi 2 kriteria berikut:14

- Sefalgia

- Nyeri retroorbital

- Myalgia/Arthralgia

- Leukopenia (WBC < 5000/uL)

- Trombositopenia (<150.000/uL)

- Peningkatan Hematokrit (5-10%)

Pada anak-anak, DF biasanya ringan. Pada orang dewasa, DF

biasanya sering disertai nyeri tulang atau persendian yang hebat

(Break Bone Fever).

3. Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)

DHF terbagi menjadi 4 kategori, yaitu:14

a. DHF Grade I

Jika terdapat manifestasi klinis berupa demam,

sefalgia, nyeri retroorbital, nyeri sendi atau nyeri otot

ditambah dengan tes Rumple Leed positif, leukopenia,

trombositopenia, dan peningkatan nilai hematocrit >

20%.

15
b. DHF Grade II

Jika telah memenuhi kriteria DHF Grade I,

ditambah adanya manifestasi perdarahan spontan

(peteki, ekimosis, purpura, perdarahan gusi, epistaksis,

melena, dan perdarahan mukosa lainnya.

c. DHF Grade III

Jika telah memenuhi kriteria DHF Grade II,

ditambah adanya tanda-tanda syok atau kegagalan

sirkulasi seperti:

- Gelisah

- Akral dingin

- Takikardi

- Nadi lemah

- Hipotensi

- Nadi melemah

d. DHF Grade IV

Jika telah memenuhi kriteria DHF Grade III,

ditambah adanya nadi tidak teraba, dan tekanan darah

tidak dapat diukur.

e. Dengue Shock Syndrome (DSS)

Pasien dapat diagnosis DSS jika telah memenuhi

kriteria diagnosis DHF Grade III, atau DHF Grade IV

4. Expanded Dengue Syndrome

Merupakan bentuk infeksi Dengue dengan manifestasi klinis

yang melibatkan beberapa organ seperti ginjal, jantung, dan otak,

yang dimana tidak ditemukan adanya tanda-tanda kebocoran plasma.

16
F. Diagnosis

Diagnosis DHF ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut

WHO tahun 2011 terdiri dari kriteria klinis dan pemeriksaan labolatorium:9,14

a. Kriteria Klinis

- Demam berlangsung antara 2-7 hari, bersifat bifasik

- Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan:

- Rumple Leede positif

- Petekie, ekimosis, atau purpura

- Perdarahan mukosa (paling sering epistaksis atau perdarahan gusi)

atau perdarahan dari tempat lain

- Hematemesis atau melena

b. Kriteria Hasil Pemeriksaan Labolatorium

- Trombositopenia (<100.000 sel/mm3)

- Hemakonsentrasi (perningkatan hematokrit >20%)

Dua kriteria pertama ditambah trombositopenia dan peningkatan

hematokrit cukup untuk menegakkan diagnosis DHF

G. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Darah Lengap

Pemeriksaan ini untuk memeriksa kadar hemoglobin , hematokrit,

jumlah trombosit. Peningkatan hemtokrit yang selalu dijumpai pada

pasien DHF, didapatkan juga trombositopenia, dan leukopenia.

c. Pemeriksaan Labolatorium Lain

Pemeriksan PT, APPT, untuk melihat apakah ada tidaknya

kelainan pembekuan darah. Pemeriksaan ureum kreatinin berguna untuk

melihat apakah ada gangguan fungsi ginjal. Pemeriksaan

17
protein/albumin bila terjadi hypoproteinemia kita bisa mencurigai

adanya kebocoran plasma. Pemeriksaan SGPT/SGOT untuk melihat

apakah ada peningkatan dari enzim hati.

d. Pemeriksaan Serologi

Pemeriksaan menggunakan metode RT-PCR (Reverse

Transcriptase Polymerase Chain Reaction).

e. Pemeriksaan Radiologi

Pada Pemeriksaan Foto Thoraks dada dapat ditemukan efusi

pleura, dan apabila terjadi perembesan plasma hebat dapat ditemukan

pada kedua hemitoraks. Pada pemeriksaan USG dapat ditemukan Asites

H. Penatalaksanaan

Tidak ada terapi yang spesifik untuk DD dan DBD, prinsip utama adalah

terapi suportif. Dengan terapi suportif yang adekuat, angka kematian dapat

diturunkan hingga kurang dari 1%. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi

merupakan tindakan yang paling penting dalam penanganan kasus DBD. Asupan

cairan pasien harus tetap dijaga, terutama cairan oral. Jika asupan cairan oral

pasien tidak mampu dipertahankan, maka dibutuhkan suplemen cairan melalui

intravena untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi.9

I. TATALAKSANA PADA DEWASA

Perhimpunan Dokter Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) bersama

dengan Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi dan Divisi Hematologi dan Onkologi

18
Medik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia telah menyusun protokol

penatalaksanaan DBD pada pasien dewasa berdasarkan kriteria :9

1. Tatalaksana dengan rencana tindakan sesuai indikasi

2. Praktis dalam pelaksanaannya

3. Mempertimbangkan cost effectiveness

Protokol ini terbagi dalam 5 kategori :9

a. Protokol 1. Penanganan pasien (Probable) DBD dewasa tanpa syok.

b. Protokol 2. Pemberian cairan pada pasien DBD dewasa di ruang

rawat.

c. Protokol 3. Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan Ht > 20%.

d. Protokol 4. Penatalaksanaan Perdarahan Spontan pada DBD dewasa.

e. Protokol 5. Tatalaksana Sindoma Syok Dengue pada dewasa.

1. Protokol 1 Penanganan pasien DBD dewasa tanpa syok

Potokol 1 ini digunakan sebagai petunjuk dalam memberikan

pertolongan pertama pada penderita DBD atau yang diguga DBD di

Instalasi Gawat Darurat dan juga dipakai sebagai petunjuk dalam

memutuskan indikasi rawat.

Seseorang yang tersangka menderita DBD di ruang Gawat

Darurat dilakukan pemeriksaan Hemoglobin (Hb), hematoktrit dan

trombosit apabila didapatkan :

• Hb, Ht dan trombosit normal atau trombosit antara 100.000 –

150.000, pasien dapat dipulangkan dengan anjuran kontrol atau

19
berobat jalan ke Poliklinik dalam waktu 24 jam berikutnya

(dilakukan pemeriksaan Hb, Ht, Leukosit dan trombosit tiap 24

jam) atau bila keaadaan penderita memburuk segera kembali ke

Instansi Gawat Darurat)

• Hb, Ht normal tetapi trombosit <100.000 dianjurkan untuk dirawat.

• Hb, Ht meningkat dan trombosit normal atau turun juga dianjurkan

untuk dirawat.

2. Protokol 2 Pemberian cairan pada pasien DBD dewasa di ruang

rawat

Pasien yang tersangka DBD tanpa perdarahan spontan dan

masif dan tampak syok maka di ruang rawat diberikan cairan infus

kristaloid dengan jumlah seperti rumus berikut ini:

Volume cairan kristaloid per hari yang diperlukan

Sesuai rumus berikut 1500 + 20 x (BB dalam kg – 20)

Contoh volume rumatan untuk BB 55kg : 1500 + 20 x (55 – 20)

= 2200 ml

Setelah pemberian cairan dilakukan pemeriksaan HB, Ht tiap

24 jam :

• Bila Hb, HT meningkat 10 – 20% dan trombosit <100.000 jumlah

pemberian cairan tetap seperti rumus diatas tetapi pemantauan Hb,

Ht dan trombosit dilakukan tian 12 jam.

20
• Bila Hb, Ht meningkat >20% dan trombosit <100.000 maka

pemberian cairan sesuai dengan protokol penatalaksanaan DBD

dangan peningkatan Ht > 20 %.

3. Protokol 3 Penatalaksanaan DBD dengan Peningkatan Ht >20%

Meningkatnya Ht > 20 % menunjukkan bahwa tubuh

mengalami defisit sebanyak 5%. Pada keadaan ini terapi awal

pemberian cairan adalah dengan memberikan infus cairan kristaloid

sebnayal 6-7 ml/kgBB/jam. Pasien kemudian dipantau setelah 3-4 jam

pemberian cairan. Bila terjadi perbaikan yang ditandai dengan tanda-

tanda Ht turun, frekuensi nadi turun, tekanan darah stabil, produksi

urin meningkat maka jumlah cairan harus dikurangi menjadi 5

ml/kgBB/jam. 2 jam kemudian dilakukan pemantauan keadaan tetap

membaik maka pemberian cairan dapat dihentikan 24-48 jam

kemudian.

Apabila setelah pemberian terapi cairan awal 6 – 7 ml/ kgBB/

jam tadi keadaan tetap tidak membaik, yang ditandai dengan Ht dan

nadi meningkat, tekanan nadi menurun <20 mmHg, produksi urin

menurun, maka kita harus menaikkan jumlah cairan infus menjadi 10

ml/kgBB/jam. 2 jam kemudian dilakukan pemantauan kembali dan

bila keadaan menunjukkan perbaikan maka jumlah cairan dikurangi

menjadi 5 ml/kgBB/jam tetapi bila keaadaan tidak menunjukkan

perbaikan maka jumlah cairan infus dinaikkan menjadi

15ml/kgBB/jam dan bila dalam perkembangannya kondisi menjadi

21
memburuk dan didapatkan tanda-tanda syok maka pasien ditangani

sesuai dengan protokol tatalaksana sindrom syok dengue pada

dewasa. Bila syok telah teratasi maka pemberian cairan dimulai lagi

seperti terapi cairan awal.

4. Protokol 4 Penatalaksanaan Perdarahan spontan pada DBD

dewasa

Perdarahan spontan dan masif pada penderita DBD dewasa

adalah : perdarahan hidung/epistaksis yang tidak terkendali walaupun

telah diberikan tampon hidung, perdarahan saluran cerna

(hematemesis dan melena atau hematoskesia), perdarahan saluran

kencing (hematuria), perdarahan otak atau perdarahan tersembunyi

dengan jumlah perdarahan sebanyak 4-5 cc/kgBB/jam. Pada keadaan

ini jumlah dan kecepatan pemberian cairan tetap seperti keadaan DBD

tanpa syok lainnya. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernafasan dan

jumlah urin dilakukan sesering mungkin dengan kewaspadaan Hb, Ht

dan trombosit serta hemostase harus segera dilakukan dan

pemeriksaan Hb, Ht dan trombosit sebaiknya diulang setiap 4-6 jam.

Pemberian heparin diberikan apabila secara klinis dan

laboratoris didapatkan tanda-tanda KID. Transfusi komponen darah

diberikan sesuai indikasi. FFP diberikan bila didapatkan defisiensi

faktor-faktor pembekuan (PT dan aPTT yang memanjang), PRC

diberikan bila nilai Hb kurang dari 10g%. Transfusi trombosit hanya

22
diberikan pada pasien DBD dengan perdarahan spontan dan masif

dengan jumlah trombosit <100.000/ul disertai atau tanpa DIC.

5. Protokol 5 Tatalaksana Sindrom Syok Dengue pada dewasa

Bila kita berhadapan dengan Sindroma Syok Dengue (SSD)

maka hal pertama yang harus diingat adalah bahwa renjatan ini harus

segera diatasi oleh karena itu penggantian cairan intravaskuler yang

hilang harus segera dilakukan. Angka kematian sindrom syok dengue

sepuluh kali lipat dibandingkan dengan penderita DBD tanpa renjatan,

dan renjatan dapat terjadi karena keterlambatan penderita DBD

mendapatkan pertolongan / pengobatan, penatalaksanaan yang tidak

tepat termasuk kurangnya kewaspadaan terhadap tanda – tanda

renjatan dini, dan penatalaksanaan renjatan yang tidak adekuat.

Pada kasus SSD cairan kristaloid adalah pilihan utama yang

diberikan. Selain resusitasi cairan, penderita juga diberikan oksigen 2-

4 liter/menit. Pemeriksaan – pemeriksaan yang harus dilakukan adalah

pemeriksaan darah perifer lengkap (DPL), hemostasis, AGD, kadar

natrium, kalium dan klorida, serta ureum dan kereatinin.

Pada fase awal, cairan kristaloid diguyur sebanyak 10-20

ml/kgBB dan dievaluasi setelah 15-30 menit. Bila renjatan telah

teratasi (ditandai dengan TD sistolik 100mmHg dan tekanan nadi

lebih dari 20 mmHg, frekuensi nadi kurang dari 100 kali per menit

dengan volume yang cukup, akral teraba hangat, dan kulit tidak pucat

serta diuresis 0,5-1cc/kgBB/jam) jumlah cairan dikurangi menjadi

23
7ml/kgBB/jam. Bila dalam waktu 60 – 120 menit keadaan tetap stabil

pemberian cairan menjadi 5ml/kgBB/jam. Bila dalam 60 – 120 menit

kemudian keadaan tetap stabil pemberian caira menjadi

3ml/kgBB/jam. Bila 24-48 jam setelah renjatan teratasi tanda-tanda

vital dan hematokrit tetap stabil serta diuresis cukup maka pemberian

cairan perinfus harus dihentikan (karena jika rebsorbsi cairan plasma

yang mengalami ekstravasasi telah terjadi, ditandai dengan turunnya

hematokrit, cairan infus terus diberikan maka keadaan hipervolemi

edema paru atau gagal jantung dapat terjadi).

Pengawasan dini kemungkinan terjadinya renjatan berulang

harus dilakukan terutama dalam waktu 48 jam pertama sejak terjadin

renjatan (karena selain proses patogenesis penyakit masih

berlangsung, ternyata cairan kristaloid hanya sekitar 20% saja yang

menetap dalam pembuluh darah setelah 1 jam saat pemberian). Oleh

karena untuk mengetahui apakah renjatan telah teratasi dengan baik,

diperlukan pemantauan tanda vital yaitu status kesadaran, tekanan

darah, frekuensi nadi, frekuensi jantung dan napas, pembesaran hati,

nyeri tekan daerah hipokondrium kanan dan epigastrik serta jumlah

diuresis. Diuresis diusahakan 2ml/kgBB/kam. Pemantauan kadar

hemoglobin, hematoktrit, dan jumlah trombosit dapat dipergunakan

untuk pemantauan perkalanan penyakit.

Bila stelah fase awal pemberian cairan ternyata renjatan belum

teratasi, maka pemberian cairan kristaloid dapat ditingkatkan menjadi

24
20-30 ml/kgBB dan kemudian dievaluasi detelah 20-30 menit. Bila

nilai hematokrit meningkat berarti perembesan plasma masih

berlangsung maka pemberian cairan koloid merupakan pilihan, tetapi

bila nilai hematokrit menurun , berarti terjadi perdarahan ( internal

bleeding) maka pada penderita diberikan transfusi darah segar

10ml/kgBB dan dapat diulang sesuai kebutuhan.

Sebelum cairan koloid diberikan maka sebaiknya kita harus

mengetahui sifat-sifat cairan tersebut. Pemberian koloid sendiri mulu-

mula diberikan dengantetesan cepat 10-20 ml/kgBB dan dievaluasi

setelah 10-30 menit. Bila keadaan tetap belum teratasi maka untuk

memantau kecukupan cairan dilakukan pemasangan kateter vena

sentral dan pemberian koloid dapat ditambah hingga jumlah

maksimum 30ml/kgBB (maksimal 1-1,5 1/hari) dengan sasaran

tekanan vena sentral 15-18 smH2O. Bila keadaan tetap belum teratasi

harus diperhatikan dan dilakukan koreksi terhadap gangguan asam

basa, elektrolit, hipoglikemia, anemia, KID, infeksi sekunder. Bila

tekanan vena sentral penderita sudah sesuai dengan target tetapi

renjatan belum teratasi maka dapat diberikan obat

inotropik/vasopresor.

J. KRITERIA PEMULANGAN PASIEN DHF

Pasien DHF dapat dipulangkan jika memenuhi seluruh kriteria berikut:

a. Bebas demam paling tidak 24 jam tanpa penggunaan antipiretik

b. Nafsu makan baik

25
c. Keadaan klinis membaik

d. Trombosit di atas 50.000/ul

e. Produksi urin lancer

f. Tidak ada distress pernafasan

K. Prognosis

Kematian oleh Demam Dengue (DD) hampir tidak ada. Sebaliknya pada

kasus DHF/DSS mortalitasnya cukup tinggi.

L. Pencegahan

Selain dari sisi bidang sains dan kedokteran betapa pentingnya untuk

menjaga kebersihan sebagai bentuk pencegahan agar kita tidak terinfeksi virus

Dengue, menjaga kebersihan dijelaskan pula dalam Al-Qur’an Surah Al-Maidah

ayat 6 :

Terjemahnya:
“Hai orang-orang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu
dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub
maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali
dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak
memperoleh air, maka bertayammulah dengan tanah yang baik (bersih),
sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak

26
menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”

Dari ayat diatas kita diwajibkan menjaga kebersihan diri sendiri baik

ketika hendak menunaikan ibadah shalat dan pada saat kita dalam kondisi junub.

Pencegahan agar kita terhindar dari infeksi virus Dengue seperti rajin

membersihkan ataupun menguras saluran-saluran pembuangan air ataupun bak

mandi yang ada di rumah kita agar tidak terbentuk tempat perkembangbiakan

untuk nyamuk Aedes aegypti.

27
BAB IV

KESIMPULAN

Demam Berdarah Dengue atau Dengue Hemorrhagic Fever (DBD/DHF)

adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue melalui gigitan nyamuk

Aedes terutama Aedes aegypti. Infeksi Dengue disebabkan oleh salah satu dari

4 serotipe virus Dengue (DENV) yakni DENV-1, DENV-2, DENV-3,dan DENV-

4.

Untuk diagnosis Kasus DHF kita dapatkan berdasarkan kriteria

berdasarkan WHO tahun 2011. Tidak ada terapi yang spesifik untuk DD dan

DBD, prinsip utama adalah terapi suportif. Dengan terapi suportif yang adekuat,

angka kematian dapat diturunkan hingga kurang dari 1%. Pemeliharaan volume

cairan sirkulasi merupakan tindakan yang paling penting dalam penanganan

kasus DBD. Asupan cairan pasien harus tetap dijaga, terutama cairan oral. Jika

asupan cairan oral pasien tidak mampu dipertahankan, maka dibutuhkan

suplemen cairan melalui intravena untuk mencegah dehidrasi dan

hemokonsentrasi.

28
DAFTAR PUSTAKA
1. Al-Quran Al-Karim
2. Candra Aryu. Asupan Gizi dan Penyakit Demam Berdarah Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF). Journal of Nutrition and Health. 2019,
3. Sukohar A. Demam Berdarah Dengue. Jurnal Medulla Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung. 2014.
4. Timothy J, Prasan K, Robert W. Wolford. Dengue Fever. StatPearls NCBI.
2019.
5. Shamimul Hasan, Sami Faisal Jamdar, Munther Alalowi. Dengue virus: A global
human threat: Review of literature. Journal of International Society of
Preventive and Community Dentistry. 2016.
6. Anish Laul, Poonam Laul, Vamsi Merugamala. Clinical Profile of Dengue
Infection during an Outbreak in Northern India. Journal of Tropical Medicine.
2016.
7. World Health Organization. Dengue and severe dengue. Fact Sheet No.117,
Geneva. 2012.
8. World Health Organization. Impact of dengue. 2015.
9. Suhendro, Nainggolan Leonard, Chen Khie. Demam Berdarah Dengue. Buku
Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi VI: Interna Publishing. 2014.
10. Centers for Disease Control and Prevention. Epidemiology Dengue. 2014.
11. Priesley Fuka, Reza Mohamad, Rusjdi Renita Selfi. Artikel Penelitian:
Hubungan Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan Menutup,
Menguras, dan Mendaur Ulang Plus (PSN M Plus) terhadap Kejadian Demam
Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Andalas. Jurnal Kesehatan Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas. 2018.
12. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Informasi Umum Demam Berdarah
Dengue. Ditjen PP dan PI. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta: 2011.
13. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat. Laporan kasus angka kejadian
Demam Berdarah Kota Padang. Padang. 2014.
14. World Health Organization. Dengue Guidelines for Diagnosis, Treatment, and
Control of Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever. New Delhi: WHO Press.
2011.
15. Chuang YC, Wang SY, Lin YS. Re-evaluation of the pathogenic roles of
nonstructural protein 1 and its antibodies during dengue virus infection. J
Biomed Sci 20(42): 1-7. 2013.
16. Widyorini P, Shafrin Ka, Wahyuningsih Ne. Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)
Cases in Semarang City Are Related To Air Temperature, Humidity, and
Rainfall. 2016;P1-2.
17. World Health Organization. Dengue and severe dengue. Fact Sheet No.117,
Revised January 2012. 2013.
18. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan kasus angka kejadian
Demam Berdarah di Indonesia. Indonesia. 2015.
19. Herrero LJ, Zakhary A, Gahan ME. Dengue virus therapeutic intervention
strategies based on viral, vector, and host factors involved in disease
pathogenesis. Pharmacology & Therapeutics. 2013.
20. Wang Hung-Wen, Urbina Nayim Aspiro, Chang R. Max. Dengue hemorrhagic
fever a systemic literature review of current perspective on pathogenesis,
prevention, and control. Division Of Infection Disease, Departement Internal
Medicine, Kaahsiung Medical University, Taiwan. 2019.

29

Anda mungkin juga menyukai