Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS

SEA POWER DI BULUKUMBA

Oleh

ANDI NUR HIKMA HAKIM PETTA BAU

A1M119022

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI


2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang bejudul “Analisis Sea Power di

Kabupaten Bulukumba’’ ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalsah ini

adalh memenuhi tugas yang diberikan dari dosen yaitu Ananlisisi Ses Power .selain itu, makalah

ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentng topic makalah bagi para pembaca dan

penulis.

Peulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah yang telah memberikan

tugas ini sehingga dapat menabah pengetahuan dan wawasan.Penulis juga mengucapkan terima

kasih kepada teman teman yang telah berbagi wawasan sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah ini.

Penulis

5 Juni2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai Negara kepulauan terbesar, Indonesia memiliki sector maritim yang luas yang di
kembangkan dengan baik sehingga dapat membantu negara untuk mencapai tujuan
ekonomi,sosial dan politik. Pengembangan dari sector maritime antara lain dapat
menyumbangkan :

1. Integrasi ekonomi dari kepulauan,dengan pergerakan komoditas yang di perdagangkan


dan tenaga kerja yang bebas hambatan antara pulau-pulau

2. Integrasi sosial dan politik dari bangsa dengan pergerakan warga Negara yang bebas
hambatan diantara pulau-pulau untuk berbagai tujuan.

Sebagai Negara bahari indonesia, tidak hanya memiliki satu “laut utama” atau heart of sea tetapi
paling tidak ada tiga laut utama yang membentuk Indonesia sebagai sea system yaitu laut jawa,
laut flores dan laut banda. Laut jawa merupakan kawasan jantung perdagangan laut kepulauan
Indonesia dan telah terintegrasi oleh jaringan pelayaran dan perdagangan sebelum datangnya
bangsa barat .bahkan houben menyatakan bahwa laut jawa bukan hanya merupakan laut utama
bagi Indonesia, tetapi juga merupakan laut inti bagi kawasan Asia Tenggara.

Sejarawan belanda lainya yang secara lebih khusus menulis mengenai sejarah perdagangan
maritime di Indonesia adalah Melink Roelofzs. Dalam bukunya di lukiskan bahwa di wilayah
Indonesia sebelum datangnya para pedagang protugis dan belanda telah berlangsung
perdagangan antar pulau.Barang-barang dagangan utama yang di perdagangkan dalam skala
yang besar adalah beras dan lada, dan dengan menggunakan kapal-kapal pribumi yang cukup
besar.

Dunia bahari dalam sejarah Indonesia juga tidak bisa di lepaskan kaitanya dari kondisi fisik atau
geografis wilayah Indonesia. Menurut Ensiklopedi nasional Indonesia dapat di ketahui bahwa
wilayah Indonesia terletak antara dua benua yaitu Asia dan Australia dan antara dua samudra
yaitu Samudra Hindia ( Indonesia) dan samudra Pasifik, terdiri dari lebih 13.000 pulau,mulai dari
pulau We di ujung utara/barat sampai pulau Irian di ujung timur, dengan perbandingan wilayah
laut dan darat .

Pulau-pulau dalam wilayah Indonesia itu terbentang menyebar sejauh 6.400 km dari timur ke
barat dan sejauh 2.500 km dari ke selatan, sedangkan garis terluar selatan,sedangkan garis terluar
yang mengelilingi wilayah itu sekitar 81.000 km.

Sumber yang lain menyebutkan bahwa Indonesia memiliki wilayah seluas sekitar 587.000 km²,
sementara dari jarak ujung paling timur ke ujung paling barat sebagaimana di gambarkan oleh
Multatuli adalah lebih panjang dari pada jarak antara London sampai Siberia.

Sehubungan dengan hal itu, adalah kurang bijaksana melihat sejarah Indonesia dari sisi daratan
saja, sehingga pengetahuan dan pandangan tentang masa lampau yang merupakaan dasar untuk
mengenal dan mengerti masa kini menjadi berat sebelah. Penulisan sejarah yang berpretensi atau
beraspirasi Nasional i yang sebenarnya dianggap tidak lengkap apabila yang diutamakan hanya
unsur darat saja dari yang seharusnya sejarah tanah air. Hal ini menjadi lebih penting lagi
sesudah Wawasan Nusantara diterima dan diakui sebagai pandangan resmi yang dianut oleh
pemerintah dan bangsa Indonesia.

Wawasan ini tidak lagi melihat Negara Republik Indonnesia sebagai suatu kesatuan berdasarkan
prinsip pilau-demi –pulau, melainkan suatu Negara kepulauan yang mempunyai kebulatan
territorial termasuk laut dan selat yang berada di dalam garis perbatasan yang telah di tentukan.
Azas ‘ Negara Kepulauan ‘ Resmi di umumkan lewat Dekralasi Juanda pada 13 Desember 1957
dan di perjuangkan pada tingkat internasional selama 25 tahun.

B. Rumusan Masalah

Apa saja syarat-syarat yang harus di penuhi suatu negara untuk membangun sea Power?
C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui syarat-syarat yang harus di penuhi suatu negara untuk membangun sea Power
di Kecamatan Kendari.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah untuk lebih memahami apa saja syarat-syarat yang harus dipenuhi
dalam suatu negara untuk membangun saya power di Kabupaten Bulukumba, serta dapat
memberikan manfaat kHazanah dalam ilmu pengetahuan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sea Power

Istilah sea power dipopulerkan oleh seorang laksamana terkemuka Angkatan Laut
Amerika Serikat (AS) pada era Perang Saudara Amerika bernama Alfred Thayer Mahan.Mahan
mendeskripsikan sea power sebagai kemampuan negara untuk melindung kepentingan politik,
ekonomi, dan militernya dengan menggunakan laut.Lebih lanjut, Mahan juga menyebutkan
empat prinsip yang terkandung didalam sea power yaitu naval power, ocean science, ocean
industry, and ocean commerce. Sedangkan menurut Sir Julian Corbett, sea power bukan hanya
membahas mengenai apa yang bisa negara lakukan di laut, tetapi juga mencakup seberapa efektif
tindakan suatu negara di laut dapat berdampak bagi aspek daratan. (Till, 2004).

Corbett mengatakan:“Since men live upon the land and not upon the sea, great issues
between nations at war have always been decided – except in the rarest cases – either by what
your army can do against your enemy’s territory and national life, or else by fear of what the
fleet makes it possible for your army to do”

Berdasarkan penjelasan dari Mahan dan Corbett, sea power tidak melulu membahas
mengenai kekuatan militer di laut melainkan juga mencakup aspek-aspek sepertipersaingan
perdagangan, persaingan militer, dan diplomasi.Meskipun aspek-aspek tersebut saling berkaitan
dan bersifat saling melengkapi, kekuatan militer tetap merupakan dasar dari sea power karena
militer merupakan elemen pelindung kepentingan nasional negara dalam hal apapun (Rubel,
2012).Sebagai contoh adalah Tiongkok yang sebelum mendeklarasikan keinginannya untuk
membangun ekonomi berbasis maritim sudah lebih dulu membangun kekuatan militernya,
terutama Angkatan Laut, secara bertahap.

Menurut Mahan, ada enam syarat yang harus dipenuhi oleh suatu negara jika negara
tersebut ingin membangun sea power. Keenam syarat itu adalah posisi geografis, atribut fisik
pendukung (kekayaan alam, panjang garis pantai), luas wilayah, jumlah penduduk, karakter
bangsa yang selaras dengan kelautan, dan karakter pemerintah yang berorientasi ke laut.Ketika
enam syarat tersebut terpenuhi, barulah negara dapat berfokus membangun kekuatan militer
sebagai elemen kunci dari sea power (Mahan, 2014).
Jika mengacu pada AS, nilai kegunaan sea power sangat besar hingga sebuah negara mampu
mengontrol sikap negara lain pada masa perang maupun damai. Sea power yang dimiliki AS,
dengan Angkatan Laut sebagai ujung tombaknya, telah lama memberi AS keistimewaan
tersebut.Pada masa perang, kekuatan Angkatan Laut AS yang tersebar di seluruh jalur
perdagangan dunia dapat menutup jalur distribusi yang menentukan kelangsungan hidup negara
musuh. Hal ini membuat AS mampu melakukan tekanan militer langsung terhadap musuh
sekaligus menghalangi musuh untuk melakukan tekanan yang sama terhadap kepentingan
nasional AS. Pada masa damai, kekuatan tersebut mampu mendikte sistem perdagangan
internasional sekaligus menjamin keberlangsungannya.Belum lagi jangkauan yang dimiliki oleh
Angkatan Laut AS hingga dapat menangani berbagai kasus kejahatan yang terjadi di perairan
internasional seperti pembajakan.

B. Hasil Analisis Kabupaten Bulukumba

1. Letak Geografis
ᨛ ᨅᨘᨒᨘᨀᨘᨅ) adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi
Kabupaten Bulukumba (Bugis: ᨀᨅᨘᨄᨈ
Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kota Bulukumba.

Secara geografis Kabupaten Bulukumba terletak pada koordinat antara 5°20” sampai 5°40”
Lintang Selatan dan 119°50” sampai 120°28” Bujur Timur. Kabupaten ini berbatasan dengan
Kabupaten Sinjai di sebelah utara, sebelah timur berbatasan dengan Teluk Bone, sebelah selatan
berbatasan dengan Laut Flores, dan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bantaeng.

2. Karasteristik Tanah dan Pantai

Kabupaten ini mempunyai suhu rata-rata berkisar antara 23,82 °C – 27,68 °C. Suhu pada
kisaran ini sangat cocok untuk pertanian tanaman pangan dan tanaman perkebunan, maka
klasifikasi iklim di Kabupaten Bulukumba termasuk iklim lembap atau agak basah. Kabupaten
Bulukumba berada di sektor timur, musim gadu antara Oktober – Maret dan musim rendengan
antara April – September. Terdapat 8 buah stasiun penakar hujan yang tersebar di beberapa
kecamatan, yakni: stasiun Bettu, stasiun Bontonyeleng, stasiun Kajang, stasiun Batukaropa,
stasiun Tanah Kongkong, stasiun Bontobahari, stasiun Bulo–bulo dan stasiun Herlang. Daerah
dengan curah hujan tertinggi terdapat pada wilayah barat laut dan timur sedangkan pada daerah
tengah memiliki curah hujan sedang dan pada bagian selatan curah hujannya rendah.

Tanah di Kabupaten Bulukumba didominasi jenis tanah latosol dan mediteran. Secara
spesifik terdiri atas tanah alluvial hidromorf coklat kelabu dengan bahan induk endapan liat pasir
terdapat dipesisir pantai dan sebagian di daratan bagian utara. Sedangkan tanah regosol dan
mediteran terdapat pada daerah-daerah bergelombang sampai berbukit di wilayah bagian barat.

Sungai di kabupaten Bulukumba ada 32 aliran yang terdiri dari sungai besar dan sungai
kecil. Sungai-sungai ini mencapai panjang 603,50 km dan yang terpanjang adalah sungai
Sangkala yakni 65,30 km, sedangkan yang terpendek adalah sungai Biroro yakni 1,50 km.
Sungai-sungai ini mampu mengairi lahan sawah seluas 23.365 Ha.

Kabupaten Bulukumba memiliki panjang pantai 128 km dengan karakteristik pada bagian
timur didominasi pasir putih (sedimen laut), sementara pada bagian barat didominasi pasir hitam
(sedimen daratan).
Bulukumba memiliki luas wilayah laut 4 mil laut dari darat yaitu, 921.600 km persegi, namun
hingga kini kabupaten dengan julukan Butta Panrita Lopi ini belum memiliki zonasi kawasan
perairan.

Adapun kondisi pantai di Kabupaten Bulukumba telah di manfaatkan dengan baik,


contohnya menjadikan pantai sebagai objek wisata. Berikut ini salah satu contoh pantai yang
populer di Kabupaten Bulukumba:

1. Pantai Lemo-Lemo

Kawasan wisata Pantai Lemo Lemo terkenal dengan pemandangannya yang mempesona.
Pantai berpasir putih dengan air laut yang begitu jernih. Pengunjung juga akan disambut dengan
beberapa burung yang biasa bermain di sepanjang pesisir pantai.

Suasana pantai masih sangat asri dengan diapit oleh bukit-bukit karang. Perjalanan
menuju Pantai Lemo Lemo, Bulukumba juga berupa perbukitan kecil dengan jalan yang
berkelok. Saat berkunjung ke pantai ini, jangan lewatkan pesona keindahan saat matahari mulai
terbenam.
Selain pantai, di sekitar objek wisata ini juga dapat ditemui sebuah gua yang memiliki
nama yang sama yaitu Gua Lemo-Lemo. Keberadaan gua akan menyambut wisatawan sebelum
memasuki kawasan pantainya.

Menariknya dari gua dengan air jernih ini adalah sumber mata air yang ada di
dalamnya.Kondisi gua dan Pantai Lemo-Lemo masih terjaga dengan baik kealamiannya.

2. Pantai Tanjung Bira

Salah satu pantai di Bulukumba yang hits di kalangan traveler adalah Tanjung Pira.
Sebuah pantai yang indah dan eksotis dengan hamparan pasir pantainya yang putih dan halus.
Panorama yang ada kian mempesona dengan air lautnya begitu jernih dengan warna biru yang
menyegarkan mata.

Pantai Tanjung Bira merupakan lokasi yang cocok untuk Anda menikmati langit
kemerahan saat sunrise maupun sunset. Lokasinya tidak jauh dari Pantai Lemo-Lemo yang
hanya sekitar 300 meter.
Salah satu aktivitas yang menarik untuk wisatawan yang berkunjung adalah snorkeling.
Pemandangan bawah lautnya cukup indah dengan terumbu karang yang masih terjaga dengan
baik.

Objek wisata Pantai Tanjung Bira menjadi salah satu destinasi liburan yang cukup
populer.Cocok untuk liburan bersama sahabat maupun keluarga.Pengunjung tidak hanya
bersantai di pinggir pantai, tetapi juga bisa mencoba permainan seru seperti banana boat atau
berkeliling dengan perahu nelayan.

3. Pantai Apparalang

Wisatawan yang berkunjung ke Pantai Apparalang akan disuguhkan dengan


pemandangan laut biru dan tebing karang. Gradasi warna air laut di pantai ini terlihat begitu
cantik dengan warna hijau toska tepat di bawah tebing karang yang mengelilinginya.

Objek wisata pantai yang cukup terkenal di Bulukumba ini lokasinya sekitar 5km dari
Pantai Tanjung Bira. Akses jalan menuju pantai tidak begitu sulit walaupun di beberapa titik
berupa jalanan berkelok. Bagi Anda yang membawa sepeda motor atau kendaraan pribadi
lainnya disarankan untuk berhati-hati.
Apabila Anda berencana mengunjungi pantai ini, sebaiknya membawa bekal makanan
sendiri. Fasilitas seperti warung makan cukup jarang dan biasanya hanya pada hari-hari libur
yang memang pengunjungnya lebih banyak.

4. Luas Wilayah

Secara kewilayahan, Kabupaten Bulukumba terbagi dalam 10 kecamatan, 24 kelurahan,


dan 123 desa. Kabupaten Bulukumba berada pada kondisi empat dimensi, yakni dataran tinggi
pada kaki Gunung Bawakaraeng – Lompobattang, dataran rendah, pantai dan laut lepas. Daerah
dataran rendah dengan ketinggian antara 0 s/d 25 meter di atas permukaan laut meliputi tujuh
kecamatan pesisir, yaitu Kecamatan Gantarang, Kecamatan Ujungbulu, Kecamatan Ujung Loe,
Kecamatan Bontobahari, Kecamatan Bontotiro, Kecamatan Kajang dan Kecamatan Herlang.

Daerah bergelombang dengan ketinggian antara 25 s/d 100 meter dari permukaan laut,
meliputi bagian dari Kecamatan Gantarang, Kecamatan Kindang, Kecamatan Bontobahari,
Kecamatan Bontotiro, Kecamatan Kajang, Kecamatan Herlang, Kecamatan Bulukumpa dan
Kecamatan Rilau Ale. Dan daerah perbukitan di Kabupaten Bulukumba terbentang mulai dari
Barat ke utara dengan ketinggian 100 s/d di atas 500 meter dari permukaan laut meliputi bagian
dari Kecamatan Kindang, Kecamatan Bulukumpa dan Kecamatan Rilau Ale.
Wilayah Kabupaten Bulukumba lebih didominasi dengan keadaan topografi dataran
rendah sampai bergelombang. Luas dataran rendah sampai bergelombang dan dataran tinggi
hampir berimbang, yaitu jika dataran rendah sampai bergelombang mencapai sekitar 50,28%
maka dataran tinggi mencapai 49,72%.

4. Jumlah Penduduk

jumlah penduduk di kabupaten bulukumba sebesar 432.141 jiwa dengan sebaran


penduduk 336 jiwa/km². Penduduk di Kabupaten Bulukumba dari berbagai macam suku bangsa
yang sebahagian besar adalah suku Bugis, dan Makassar. Selain itu terdapat juga satu suku yang
masih memegang teguh tradisi leluhur dengan mempertahankan pola hidup tradisional yang
bersahaja dan jauh dari kehidupan modern, yakni Suku Kajang. Suku Bugis Makassar yang
dikenal sebagai pelaut sejati, telah menumbuhkan budaya maritim yang cukup kuat dimasyarakat
Bulukumba dengan slogan "Bulukumba Berlayar", masyarakat Bulukumba menyatakan
eksistensinya dengan kata layar mewakili pemahaman subyek perahu sebagai refleksi kreatifitas
dan karya budaya yang telah mengangkat Bulukumba di percaturan kebudayaan nasional dan
internasional, sebagai 'Bumi Panrita Lopi'.

Selain itu budaya keagamaan yang kental juga cukup mempengaruhi tatanan kehidupan
masyarakat Bulukumba. Sentuhan ajaran agama islam yang dibawah oleh ulama besar dari
Sumatera, yang masing-masing bergelar Dato’ Tiro (Bulukumba), Dato Ribandang (Makassar),
dan Dato Patimang (Luwu), telah menumbuhkan kesadaran religius dan menimbulkan keyakinan
untuk berlaku zuhud, suci lahir bathin, selamat dunia akhirat dalam rangka tauhid
“appaseuwang” (Meng-Esa-kan Allah SWT).

Penduduk Bulukumba secara umum menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa


pengantar disamping bahasa daerah. Bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat adalah
Bahasa Bugis dan Bahasa Konjo yang berdialek Makassar, yang keduanya merupakan bahasa
pengantar dalam lingkungan keluarga dan terutama di daerah pedesaan.
• Penduduk yang turun kelaut

Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, menempati posisi pertama untuk produksi


perikanan tangkap, dengan hasil produksi 53.612 ton pada tahun 2015. Jumlah produksi ini terus
mengalami peningkatan di setiap tahunnya.Dengan demikian, sektor perikanan seharusnya dapat
memberikan kontribusi yang besar terhadap sektor perekonomian daerah maupun
provinsi.Namun, pemanfaatan hasil produksi perikanan tangkap Kabupaten Bulukumba saat ini
belum optimal kerena sarana dan prasarana perikanan yang belum memadai serta minimnya
pengetahuan nelayan terhadap hasil tangkapannya, sehingga hasil produksi yang besar tersebut
tidak memberikan dampak yang baik terhadap masyarakat setempat khususnya nelayan di
Kabupaten Bulukumba.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi perikanan tangkap
Kabupaten Bulukumba yang dapat dikembangkan.Potensi perikanan tangkap diketahui dengan
melakukan analisis Location Quotient (LQ).Selanjutnya, dilakukan perhitungan tingkat konsumsi
ikan masyarakat Kabupaten Bulukumba untuk mengetahui peluang pengembangan hasil
produksi perikanan tangkap di Kabupaten Bulukumba.Hasil menunjukkan bahwa Kabupaten
Bulukumba memiliki potensi yang besar, dapat dilihat dari peningkatan berbagai komoditas
setiap tahunnya.Namun, pemanfaatan sumber daya perikanan tersebut harus didukung dengan
ketersediaan sarana dan prasarana perikanan yang memadai serta sistem pengelolaan perikanan
yang baik agar potensi perikanan dapat dimanfaatkan secara optimal.Pemanfaatan sumber daya
perikanan secara optimal dapat memberikan kontribusi yang besar baik bagi perekonomian
Kabupaten Bulukumba maupun masyarakat khususnya nelayan di Kabupaten Bulukumba.
5. Pelabuhan
Kabupaten Bulukumba memiliki pelabuhan, salah satunya adalah Pelabuhan Bira.
Pelabuhan Bira merupakan sebuah pelabuhan yang terletak di desa Bira, Bontobahari, Kabupaten
Bulukumba, Sulawesi Selatan. Luas pelabuhan tersebut mencapai 24,5 ha.[1] Pelabuhan ini dibuat
untuk memenuhi aktivitas orang lain bepergian. Pelabuhan tersebut juga memiliki peran yang
besar dalam kelancaran lalu lintas antar pulau. Pelabuhan ini juga menjadi tempat bongkar
muat barang dan komoditas hasil hutan, pertanian, perkebunan, dan kebutuhan pokok lain.
Dengan adanya pelabuhan inilah, prasarana desa Bira serupa jalan, listrk, dan drainase
meningkat yang menunjukkan adanya pengaruh pelabuhan, yang juga ditunjukkan pada adanya
peningkatan sektor jasa dan perdagangan.[1]

Pelabuhan ini menjadi banyak disebut di media ketika KM Lestari Maju yang hendak
berlayar dari pelabuhan Pamatata menuju pelabuhan ini tenggelam di dekat Pantai Pabaddilang.

6. Wisata Bahari

Kabupaten Bulukumba memiliki banyak tempat wisata bahari, contohnya sebagai berikut:

1. Pantai Tanjung Bira

2. Pantai Lemo-lemo

3. Pantai Batu Tallasa

4. Pantai Kalukubodo

5. Pantai Butung keke

6. Tebing Apparalang

7. Pantai Bara

8. Pantai Mandala Ria

9. Pantai Kasuso

10. Pantai Samboang

11. Pantai Ujung Tiro


12. Pantai Marumasa

13. Pantai Panrang Luhu

14. Pulau Kambing

15. Pulau Liukang Loe

7. Karakter pemerintah yang berorientasi ke laut

• Pemerintah Kabupaten Bulukumba melalui Dinas Pariwisata Bulukumba berencana


membangun dermaga dan anjungan di kawasan wisata pantai Tanjung Bira. Anggaran
pembangunan dermaga tersebut mencapai Rp 1,4 miliar.

Dana tersebut sudah tersedia di Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Bulukumba.(KABUPATEN Bukukumba, 8 Maret 2018)

• DPRD Bulukumba Dorong Pemerintah Hadirkan Perda Zonasi Kawasan Perairan


"Dengan adanya regulasi yang jelas, akan memberikan landasan hukum yang kuat dalam
pemanfaatan wilayah pesisir," ucap anggota DPRD Bulukumba, Andi Zulkarnain Pangki,
Jumat (2/4/2021).
Ketua Fraksi PAN DPRD Bulukumba ini mengatakan, niat dari pemerintah daerah untuk
membangun pusat kuliner dan pembangunan kantor di wilayah pesisir tentunya harus
didasari dengan regulasi.
"Pemerintah daerah harus cepat memikirkan renperda zonasi pesisir ini, jangan dipikirkan
pada masa akhir jabatan," terangnya.
Di sisi lain, Zulkarnain mengaku mengapresiasi program bupati dan wakil bupati dalam
mengantisipasi bajir. Hanya saja menurut dia, pemerintah juga harus memikirkan site
plan dan detail engineering design (DED) yang harus direncanakan dengan baik. "Jangan
kita berpikir hari ini saja, tapi bagaimana memikirkan hingga puluhan tahun ke depan,"
katanya.

Dia juga mendorong bupati dan wakil bupati untuk segera mungkin untuk merevisi site
plan dan DED yang sudah ada sejak Zainuddin Hasan menjabat Bupati, agar ke depan
Bulukumba tidak hanya sekadar terbebas dari banjir.
BAB III

KESIMPULAN

Kabupaten Bulukumba merupakan daerah maritim karena sebagian besar tanah disana
merupakan dataran rendah yang dekat dengan laut sehingga masyarakat lebih banyak beraktifitas
di laut. Bulukumba juga memiliki banyak sekali objek wisata bahari yang menunjukkan bahwa
orang-orang disana telah berhasil memanfaatkan kekayaan laut yang ada. Karena disana
mayoritas penduduk pesisir atau tinggal didataran rendah, maka banyak yang menjadi nelayan
dan juga mereka dapat memanfaatkan kekayaan laut sehingga Kabupaten Bulukumba, Sulawesi
Selatan, menempati posisi pertama untuk produksi perikanan tangkap, dengan hasil produksi
53.612 ton pada tahun 2015. Jumlah produksi ini terus mengalami peningkatan di setiap
tahunnya. Pemerintah juga turut membantu dengan membangun pelabuhan dan juga perda zonasi
kawasan perairan.
DAFTAR PUSTAKA

https://sulselprov.go.id/pages/info_lain/4#:~:text=Secara%20geografis%20Kabupaten%2
0Bulukumba%20terletak,120%C2%B028%E2%80%9D%20Bujur%20Timur.

http://semnas.big.go.id/index.php/SN/article/view/972

http://semnas.big.go.id/index.php/SN/article/view/972

https://makassar.sindonews.com/read/384548/713/dprd-bulukumba-dorong-pemerintah-
hadirkan-perda-zonasi-kawasan-perairan-1617347072

https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Bulukumba

https://id.wikipedia.org/wiki/Pelabuhan_Bira#:~:text=Pelabuhan%20Bira%20merupakan
%20sebuah%20pelabuhan,%2C%20Kabupaten%20Bulukumba%2C%20Sulawesi%20Selatan.

Anda mungkin juga menyukai