Disusun Oleh :
JULIANA SUSANTI DILLAK
NIM SN201152
1
A. Konsep Gangguan Kebutuhan Dasar
1. Pengertian Aktivitas dan Istrahat
2
2) Tendon merupakan tali atau urat daging yang kuat bersifat fleksibel, yang
terbuat dari fibrous protein. Berfungsi melekatkan tulang dengan otot atau
otot dengan otot.
3) Ligamen adalah pembalut/ selubung yang sangat kuat, yang merupakan
jaringan elastis penghubung yang terdiri atas kolagen. Ligamen
membungkus tulang dengan tulang yang diikat oleh sendi.
b. Sistem Skeletal ( rangka)
Sistem rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang,
sendi dan tulang rawan (kartilago) sebagai tempat menempelnya otot
dan memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap dan posisi.
Tulang sebagai alat gerak pasif karena hanya mengikuti kendali otot.
Ada 206 tulang dalam struktur tubuh manusia. Antara tulang yang
satu dengan tulang yang lainnya dihubungkan dengan sendi yang
memungkinkan terjadinya pergerakan.
c. Struktur yang berperan dalam pergerakkan yaitu (Syamsuri, I., 2019):
1) Tulang
2) Sendi
3) Otot
4) Susunan saraf (SSP, SST)
Mekanisme gerak sadar : implus - resptor atau indra – saraf
sensori – otak – saraf motorik – efektor atau otot.
Mekanisme gerak refleks : implus - resptor atau indra – saraf
sensori – sumsum tulang belakang – saraf motorik – efektor atau otot.
3
Gangguan pada sistem rangka dapat terjadi karena adanya gangguan
secara fisik ( fraktur/ patah tulang), gangguan fisiologis karena adanya
kelainan fungsi hormon dan vitamin (contohnya rakhitis) dan infeksi tulang.
Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan gangguan aktivitas
yaitu (Dr. Lyndon, 2018):
a. Tirah baring dan imobilitas
b. Kelemahan secara umum
c. Gaya hidup yang kurang gerak
d. Ketidakseimbangan antara supali oksigen dan kebutuhan.
e. Tingkat energi. Energi dibutuhkan untuk melakukan mobilitas.
f. Usia dan status perkembangan. Kemampuan atau kematangan fungsi alat
gerak sejalan dengan perkembangan usia (Smeltzer & Bare, 2017).
g. Proses penyakit/cedera. Proses penyakit dapat mempengaruhi
kemampuan mobilitas karena dapat mempengaruhi fungsi system tubuh
(Smeltzer & Bare, 2017).
h. Kebudayaan. Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi
kebudayaan, contohnya orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh
memiliki kemampuan mobilitas yang kuat, sebaliknya ada orang yang
mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena budaya dan adat dilarang
beraktivitas.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Kebutuhan Dasar Henderson
a) Oksigenasi
4
Peningkatan frekuensi pernapasan
Pernapasan cepat dan tidak teratur
Dilatasi saluran bronkus
Peningkatan dan penurunan frekuensi denyut jantung
b) Nutrisi
Mual dan muntah
Tidak nafsu makan
Penurunan motilitas saluran cerna
c) Cairan, elektrolit dan asam basa
Diaforesis
Peningkatan kadar glukosa darah
d) Eliminasi
Terjadi perubahan pola BAB dan BAK
e) Aktivitas dan latihan
Kelemahan atau kelelahan
Aktivitas sehari-hari terbatas atau terganggu
Peningkatan ketegangan otot
f) Tidur dan istirahat
Perubahan pola tidur akibat nyeri
g) Kenyamanan dan nyeri
Mengeluh nyeri yang dideskripsikan dengan kalimat: tajam, tumpul,
berdenyut, berpindah-pindah, dan seperti tertindih.
Nyeri menyebar atau menetap
Skala intensitas nyeri 0-10.
Rasa tidak nyaman
h) Sensori, persepsi dan kognitif
Dilatasi pupil
i) Komunikasi
Respon prilaku nyeri yang ditunjukan adalah :
Perubahan postur tubuh
Mengusap daerah yang nyeri
5
Menopang bagian yang nyeri
Menggeretakan gigi.
Menunjukkan ekspresi wajah meringis
Mengerutkan alis
Ekspresi verbal mengerang
Mengaduh
Menjerit dan meraung
2. Diagnosis Keperawatan
Menurut Standar diagnosa keperawatan indonesia (2017).
Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis (D. 0078)
a) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada sendi (D. 0054)
b) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.
0111)
3. Perencanaan Keperawatan
Menurut Standar luaran keperawatan indonesia (2019) dan Standar
intervensi keperawatan indonesia (2019).
a) Diagnosa Keperawatan : Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi
muskuloskeletal kronis (D. 0078)
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam 3x24 jam, nyeri
teratasi dengan kriteria hasil :
Tingkat nyeri (L. 0866)
1) Nyeri berkurang
2) TTV dalam batas normal
3) Terjadi penurunan episode nyeri
Kontrol nyeri (L.08063):
Mampu mendemonstrasikan penggunaan terapi non farmakologik.
Intervensi: manajemen nyeri (I.80238)
1) Mengkaji nyeri secara lengkap
2) Mengidentifikasi respon nyeri nonverbal
6
3) Menganjurkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
(kompres hangat/dingin).
b). Diagnosa Keperawatan : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
pada sendi (D. 0054).
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam 3x24 jam, diharapkan
pasien menunjukkan adanya peningkatan mobilitas fisik.
Kriteria hasil : mobilitas fisik (L. 05042):
1) Nyeri menurun
2) Pergerakan ekstermitas meningkat
Intervensi: Dukungan Mobilisasi (I. 05173)
1) Identifikasi adanya nyeri keluhan fisik
2) Fasilitas aktivitas mobilitas dengan alat bantu (pagar/tempat tidur)
3) Anjurkan melakukan mobilitas dini
7
DAFTAR PUSTAKA
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (2019). Defenisi dan kriteria hasil. Edisi
1. Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI.