Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PEMANFAATAN LIMBAH INDUSRTI PERKEBUNAN KELAPA


SAWIT
PENGELOLAAN LIMBAH AGRO INDUSTRI

DISUSUN OLEH :
FARAH FAUZIYAH ARIFIN
1809045040

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA
2021
DAFTAR ISI

Daftar Isi ........................................................................................................................... i


Kata Pengantar .................................................................................................................. ii

BAB I Pendahuluan ........................................................................................................ 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Pembahasan .................................................................................................... 2

BAB II Pembahasan ....................................................................................................... 3


2.1 Limbah Kelapa Sawit ................................................................................................ 3
2.2 Eco Industri ............................................................................................................... 3
2.3 Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Mulsa ..................................... 4
2.4Pemanfaatan Bungkil Inti Sawit Sebagai Bahan Pakan Ternak ................................. 5
2.5 Pemanfaatan Lumpur dari Pengelohan IPAL Kelapa Sawit Sebagai Kompos ......... 7

BAB III Penutup ............................................................................................................. 9


3.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 9
3.2 Saran ........................................................................................................................... 10

Daftar Pustaka ................................................................................................................... 12

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat, dan karunia-Nya sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Pemanfaatan Limbah Industri Perkebunan
Kelapa Sawit”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan
Limbah Agro Industri.

Bapak Ir. Edhi Sarwono, S.T., M.Eng., selaku dosen Pengelolaan Limbah Agro Industri di
Universitas Mulawarman jurusan Teknik Lingkungan. Semua pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu, yang turut membantu hingga penyusunan makalah ini selesai
termasuk penulis dari sumber buku yang kami tuangkan dalam bentuk makalah ini.

Untuk itu dalam kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih yang sedalam-
dalamnya. Diharapkan agar penulisan makalah ini dapat berguna bagi kita semua serta
kemajuan ilmu pengetahuan. Penulisan ini tentunya tidak lepas dari kritik dan saran yang
bersifat membangun.

Samarinda, 21 Mei 2021

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelapa sawit merupakan salah satu komiditi di beberapa daerah di Indonesia, terutama di
pulau Kalimantan dan Sumatera. Hal inilah yang mengharuskan dibangunnnya pabrik-
pabrik kelapa sawit di daerah yang berdeketan dengan perkebunan kelapa sawit. Dengan
adanya pabrik-pabrik ini dan seiring dengan peningkatan luas perkebunan kelapa sawit di
Indonesia limbah hasil pengolahan kelapa sawit juga meningkat. Dalam proses
pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi minyak kelapa sawit akan dihasilkan sisa
produksi berupa limbah padat dan cair.

Pertambahan dan peningkatan areal pertanaman kelapa sawit diiringi pertambahan


jumlah industri pengolahannya menyebabkan jumlah limbah yang dihasilkan semakin
banyak pula. Hal tersebut disebabkan oleh bobot limbah pabrik kelapa sawit (PKS) yang
harus dibuang semakin bertambah. Limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan
kelapa sawit akan menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan, baik kuantitas sumber
daya alam, kualitas sumber daya alam, maupun lingkungan hidup. Limbah industri
pertanian khususnya industri kelapa sawit mempunyai ciri khas berupa kandungan bahan
organik yang tinggi. Kandungan bahan organik tersebut dapat dimanfaatkan untuk
pertumbuhan kelapa sawit. Limbah PKS memungkinkan dimanfaatkan pada lahan
perkebunan kelapa sawit untuk menghindari pencemaran lingkungan dan mengatasi
kebutuhan pupuk.

Secara ekonomis, kelapa sawit sangat menguntungkan namun limbahnya sangat


merugikan dan menjadi masalah bagi lingkungan sekitar bila tidak diolah kembali. Salah
satunya adalah munculnya serangga, bau yang sangat menyengat dan tidak indah untuk
dipandang. Selama ini penanganan limbah kelapa sawit yang paling sederhana dan cepat
dilakukan perusahaan industri adalah dengan cara dibakar. Meskipun cara tersebut sangat

1
praktis namun dapat menimbulkan polusi bagi lingkungan. Peranan masyarakat sekitar
dalam menangani limbah padat hanya beberapa saja, kebanyakan limbah diolah kembali
lagi menjadi pupuk yang dimanfaatkan oleh pabrik dan sebagian masyarakat. Melihat
dampak-dampak yang dimunculkan dari masalah-masalah tersebut, maka perlu dicari
solusi untuk mengatasi masalah tersebut.

Salah satu solusi alternatif untuk mengatasi limbah kelapa sawit adalah dengan
memanfaatkan limbah kelapa sawit menjadi produk yang bermanfaat secara ekonomi
namun tetap menjaga kondisi lingkungan yang nyaman bagi masyarakat.Pemanfaatan
limbah menjadi suatu produk dapat mengurangi kerusakan lingkungan dan berdampak
positif bagi industri dan masyarakat sekitar. Dengan cara tersebut dapat meminimalisir
dampak negatif yang di timbulkan terhadap masyarakat dan mengoptimalkan dampak
positif terhadap masyarakat dari limbah kelapa sawit.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penulisan makalah tentang pemafaatan limbah PKS ini adalah :
a. Bagaimana proses terbentuknya limbah PKS ?
b. Bagaimana cara pemanfaatan limbah PKS dengan konsep eco-industri ?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah tentang pemafaatan limbah PKS ini adalah :
a. Mengetahui proses terbentuknya limbah PKS
b. Mengetahui cara pemanfaatan limbah PKS dengan konsep eco-industri

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jenis Limbah Perkebunan Kelapa Sawit

Menurut Kurniati (2008), Limbah perkebunan kelapa sawit adalah limbah yang
dihasilkan dari sisa tanaman yang tertinggal pada saat pembukaan areal perkebunan,
peremajaan dan panen kelapa sawit. Limbah ini digolongkan dalam tiga jenis yaitu
limbah padat, limbah cair dan limbah gas.
a. Limbah Padat Salah satu jenis limbah padat industri kelapa sawit adalah tandan
kosong kelapa sawit dan cangkang kelapa sawit. Limbah padat mempunyai ciri khas
pada komposisinya.
b. Limbah Cair Limbah ini berasal dari kondensat, stasiun klarifikasi dan dari
hidrosilikon. Lumpur (sludge) disebut juga lumpur primer yang berasal dari proses
klarifikasi merupakan salah satu limbah cair yang dihasilkan dalam proses
pengolahan minyak kelapa sawit, sedangkan lumpur yang telah mengalami proses
sedimentasi disebut lumpur sekunder. Kandungan bahan organik lumpur juga tinggi
yaitu pH berkisar 3-5.
c. Limbah Gas Selain limbah padat dn cair, industri pengolahan kelapa sawit juga
menghasilkan limbah bahan gas. Limbah bahan gas ini antara lain gas cerobong dan
uap air buangan pabrik kelapa sawit.

2.2 Eco Industri

Ekologi industri adalah bidang ilmu yang difokuskan pada dua tujuan, yaitu peningkatan
ekonomi dan peningkatan kualitas lingkungan. Pada konsep ekologi industri, sistem
industri dipandang bukan sebagai suatu sistem yang terisolasi dari sistem dan lingkungan
di sekelilingnya, melainkan merupakan satu kesatuan. Di dalam sistem ini dioptimalkan
siklus material, mulai bahan mentah hingga menjadi bahan jadi, komponen, produksi, dan
pembuangan akhir. Faktor-faktor yang dioptimalkan termasuk sumber daya, energi, dan

3
modal. Tujuan utamanya adalah untuk mengorganisasikan sistem industri sehingga
dihasilkan suatu jenis operasi yang ramah lingkungan dan berkesinambungan (Sipayung,
2014).

Pemahaman bahwa limbah yang dihasilkan dari suatu proses produksi mempunyai nilai
ekonomis merupakan suatu paradigma baru yang sedang dikembangkan. Limbah bukan
menjadi suatu hal yang harus dihindari atau ditutup-tutupi pengelolaannya tapi bisa
mempunyai nilai ekonomis. Konsep 3R (Reuse, Recyle dan Recovery) akan mendorong
setiap penghasil limbah untuk menjadikan limbahnya memiliki nilai ekonomis
(Dirgantoro, 2018).

2.3 Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Mulsa

Aplikasi tandan kosong kelapa sawit dilakukan pada gawangan maupun pada sistem
lubang tanah besar. Pada sistem lubang tanam besar bertujuan untuk memperbaiki
struktur tanah yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktifitas kelapa sawit. Tandan
kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan 23 % dari tandan buah segar, mengandung
bahan lignoselulosa sebesar 55-66% berat kering yakni kandungan selulosa 38,76%,
hemiselulosa 26,69% dan lignin 22,23%. TKKS juga merupakan bahan organik yang
mengandung unsur hara makro yaitu 42,8% C, 2,9 % K2O, 0,8% N, 0,22% P2O5, O,3%
MgO dan unsur-unsur mikro antara lain 10 ppm B, 23 ppm Cu, dan 51 ppm Zn (Fauzana
dkk, 2019).

Pemberian TKKS sebagai mulsa berdampak pada peningkatan kadar air tanah sampai
titik maksimum 13 bulan setelah aplikasi mulsa TKKS , sehingga diperoleh waktu terbaik
untuk perubahan kadar air tanah dari aplikasi mulsa TKKS berdasarkan perlakuan yang
diamati adalah 12 bulan setelah aplikasi mulsa TKKS. Kemudian terjadi penurunan kadar
air pada 18 bulan setelah aplikasi mulsa TKKS. Hal ini diduga karena mulsa dapat
mencegah evaporasi, air yang menguap dari permukaan tanah akan ditahan oleh mulsa
dan jatuh kembali ke tanah. Mulsa TKKS yang menutupi permukaan tanah dapat
menekan penguapan sehingga air yang masuk kedalam tanah tetap tersimpan sebagai
lengas tanah dalam jumlah yang cukup dan relatif stabil (Ullyta dkk, 2017).
4
Tersedianya tumpukan tandan kosong kelapa sawit yang kurang tepat dapat
mengakibatkan tersedianya tempat peletakan telur bagi kumbang O. rhinoceros, selain
itu batang kelapa sawit baik yang masih berdiri maupun yang sudah dicacah memberi
peluang bagi O. rhinoceros untuk mendapatkan tempat berbiak. Hal itu disebabkan
kondisi tersebut menyediakan bahan organik dan tempat yang baik untuk tinggal dan
berkembangbiak pradewasa O. rhinoceros. Kumbang akan meletakkan telur pada sisa-
sisa bahan organik yang telah melapuk, misalnya batang kelapa sawit yang masih berdiri
dan telah melapuk, rumpukan batang kelapa sawit, batang kelapa sawit yang telah
dicacah, serbuk gergaji, serta tumpukan tandan kosong kelapa sawit (Fauzana dkk, 2019).

2.4 Pemanfaatan Bungkil Inti Sawit Sebagai Bahan Pakan Ternak

Proses biokonversi substrat limbah perkebunan kelapa sawit melalui fermentasi


menawarkan alternatif yang menarik dan bermanfaat dalam pengembangan sumber bahan
baku untuk ransum unggas, namun telah banyak dilakukan dan mempunyai tingkat
kesulitan aplikasinya di lapangan, akhir- akhir ini berkembang teknologi inkubasi dengan
penambahan imbuhan pakan untuk memperbaiki kualitas bahan pakan. Dalam hal ini
makanan tambahan yang digunakan adalah enzim yang dapat membantu pencernaan
bungkil inti sawit memiliki kandungan zat-zat makanan sebagai berikut: Protein kasar
15,14%; lemak kasar 6,08%; serat kasar 17,18%; kalsium 0,47%; fosfor 0,72%, dan
BETN 57,80% serta kandungan energi brutonya adalah 5088 kkal/kg (Halawa dkk, 2014).

Menrut Halawa dkk (2014), Pengaruh penggunaan bungkil inti sawit sebagai pakan itik
Raja adalah sebagai berikut :
a. Retensi Nitrogen
Retensi nitrogen sebesar 87,33% dan tertinggi ditunjukan oleh perlakuan R1 sebesar
88,62% sedangkan terendah diperoleh dari perlakuan R4 sebesar 85,63%. Analisis
keragaman retensi nitrogen menunjukan bahwa perbedaan bungkil inti sawit yang
telah diberi perlakuan hemicell dalam ransum memberikan pengaruh yang tidak
berbeda nyata terhadap retensi nitrogen.
b. Energi Metabolisme
5
 Energi Metabolisme Semu
Energi metabolisme semu ransum itik Raja umur 7 minggu sebesar 2.511,92
kkal/kg. Energi metabolisme semu tertinggi ditunjukan oleh perlakuan R1 sebesar
2.562,87 kkal/kg, sedangkan energi metabolisme semu terendah diperoleh dari
perlakuan R4 sebesar 2.436,48 kkal/kg.
 Energi Metabolisme Murni
Energi metabolisme murni ransum itik Raja umur 7 minggu sebesar 2.585,43
kkal/kg. Energi metabolisme murni tertinggi ditunjukan oleh perlakuan R1
sebesar 2.630,18 kkal/kg, sedangkan energi metabolisme murni terendah
diperoleh dari perlakuan R4 sebesar 2.515,74 kkal/kg.
 Energi Metabolisme Semu Terkoreksi Nitrogen
Energi metabolisme semu terkoreksi nitrogen (EMSn) ransum itik Raja umur 7
minggu sebesar 2.511,72 kkal/kg. Energi metabolisme semu terkoreksi nitrogen
tertinggi ditunjukan oleh perlakuan R1 sebesar 2.562,65 kkal/kg sedangkan energi
metabolisme semu terkoreksi nitrogen terendah diperoleh dari perlakuan R4
sebesar 2.436,28 kkal/kg. Daya cerna ransum yang tinggi ditunjukan dari
tingginya nitrogen yang diretensi.
 Energi Metabolisme Murni Terkoreksi Nitrogen
Energi metabolisme murni terkoreksi nitrogen (EMMn) ransum itik raja umur 7
minggu sebesar 2.585,77 kkal/kg. Energi metabolisme murni terkoreksi nitrogen
itik Raja umur 7 minggu tertinggi ditunjukan oleh perlakuan R1 sebesar 2.629,96
kkal/kg, sedangkan energi metabolisme murni terkoreksi nitrogen terendah
diperoleh dari perlakuan R4 sebesar 2.515,55 kkal/kg.
c. Konversi EMSn
EMSn/EB ransum tertinggi pada penelitian ini diperoleh dari itik yang mendapat
perlakuan R1 sebesar 0,871±0,02 dan rasio EMSn/EB ransum terendah diperoleh
pada perlakuan R4 sebesar 0,844±0,03. Hal ini berarti, itik yang mendapatkan ransum
semua perlakuan sama pengaruhnya terhadap efisiensi penggunaan energi bruto
menjadi energi metabolis.

6
Menurut Widiawati (2014), Pemanfaatan limbah bungkil inti sawit sebagai pakan sapi
dilakukan pengamatan pada konsumsi pakan, produksi susu, didan kualitas susu berikut
penjelasannya :
a. Konsumsi pakan
Nilai kecernaan bahan kering pakan perlakuan BIS 10% secara nyata lebih besar
3,88% dibandingkan dengan kecernaan pakan perlakuan BIS 30% (P< 0,05). Ternak
mengkonsumsi protein dan TDN dengan jumlah yang relatif sama.
b. Produksi susu
Total produksi susu selama 8 bulan pada kelompok konsentrat BIS 30% secara nyata
(P<0,05) lebih tinggi 14,9% dibandingkan dengan total produksi susu pada kelompok
pakan BIS 10%. Meskipun kedua kelompok perlakuan mempunyai pola produksi
susu selama 8 bulan yang relatif sama, namun tercatat bahwa perbedaan terletak pada
total susu yang diproduksi.
c. Kualitas susu
Pemberian BIS sebanyak 30% dalam konsentrat dapat memberikan efisiensi
penggunaan pakan yang lebih baik. Untuk setiap litersusu, maka pakan yang
mengandung BIS 30% hanya memerlukan 1,291 kg bahan kering pakan dibandingkan
dengan pakan yang mengandung BIS hanya 10% diperlukan 1,457 kg bahan kering
pakan untuk setiap liter susu yang dihasilkan. Meskipun secara statistiktidak
menunjukkan perbedaan yang nyata, namun dari segi biaya produksi akan berdampak
pada keuntungan yang diperoleh peternak.

2.5 Pemanfaatan Lumpur dari Pengelohan IPAL Kelapa Sawit Sebagai


Kompos

Sludge merupakan endapan suspensi limbah cair dan mikroorganisme yang ada
didalamnya yang berasal dari pengolahan limbah di instalasi pengolahan air limbah.
Sludge yang dihasilkan dari kolam anaerob II dalam IPAL mengandung unsur hara
sebagai berikut: C-Organik 5,52%, C/N 30.81, N-total 0.18%, P-total 0.07%, K 0.06%,
COD 10082 mg L1, BOD 7333 mg L-1, TSS 7928 mg L-1dan nilai pH 6,1. Limbah
Sludge atau lumpur padat dapat digunakan sebagai kompos karena memiliki bahan humus
dan kandungan hara. Pemanfaatan limbah sludge ke tanah secara tidak langsung dapat
7
memperbaiki kesuburan tanah tersebut, hal ini dikarenakan kandungan yang dimiliki
limbah sludge (Pandapotan, 2017).

Bahan yang digunakan untuk penelitian berupa endapan (sludge) hasil pengolahan limbah
cair yang sampelnya diambil dari 2 kolam pengolahan limbah, yaitu kolam anaerob dan
kolam supernatan aerob. Ketersediaan hara tersebut memungkinkan aplikasi limbah cair
(sludge atau lumpur) baik dari kolam anaerob maupun aerob. Lumpur limbah cair setelah
melalui pengolahan bisa melengkapi atau menggantikan pupuk-pupuk Urea (N), Super
phospate 36 (P), Potash (MOP/KCl utk K), Keiserite (Magnesium Sulphate, Mg), dan
Limestone Dust (Ca). Jumlah pemberian lumpur (sludge) limbah cair untuk
menggantikan pupuk anorganik cukup besar, yakni 149,6 kg (untuk magnesium) sampai
12.842 (untuk phospat). Hal ini karena cukup kecilnya kandungan hara dalam limbah cair,
dan sifat pupuk organik yang bervolume besar (bulky) (Dwi dkk, 2009).

Pemberian limbah sludge kelapa sawit mampu meningkatkan pH tanah, C-organik tanah,
dan P tersedia tanah. Peningkatan ini menunjukkan perbedaan yang nyata secara statistik.
Peningkatan ini juga terjadi akibat pemberian limbah sludge kelapa sawit yang termasuk
atau tergolong bahan organik yang dapat meningkatkan C organik, pH, dan P tersedia
namun tidak berpengaruh terhadap peningkatkan N –total, K- tukar, dan KTK tanah
(Pandapotan, 2017).

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit sebagai mulsa berpengaruh terhadap sifat-
sifat tanah juga berpengaruh terhadap perkembangan akar-akar tanaman kelapa sawit
baik itu berat akar maupun volume akar kelapa sawit. Waktu aplikasi TKKS sebagai
mulsa yang paling efektif terhadap perubahan beberapa sifat tanah dan perakaran
kelapa sawit adalah 8 – 18 bulan setelah aplikasi. Lamanya aplikasi TKKS sebagai
mulsa berdampak pada peningkatan kadar air tanah, total ruang pori (TRP), pH H2O,
C-organik, bobot akar dan volume akar. Sebaliknya waktu aplikasi TKKS sebagai
mulsa berdampak pada penurunan bobot volume, ketahanan penetrasi, dan suhu
tanah .

2. Penggunaan bungkil inti sawit yang diberi hemicell dalam ransum itik Raja
(Mojosari Alabio) memberi pengaruh tidak berbeda nyata terhadap retensi nitrogen,
energi metabolisme dan konversi EMSn/EB, sehingga penggunaan BIS yang diberi
hemicell 2 cc/kg dapat diberikan sampai level 20%. Untuk pakan Sapi pemberian
BIS sampai level 30% dalam konsentrat sapi perah memberikan peningkatan
produksi susu, level 10 % meningkatkan kadar protein susu, tetapi pemberian BIS
tidak merubah kadar lemak dan total solid susu.

3. Pemanfaatan limbah Sludge sebagai kompos meningkatkan pH tanah, C-organik,


dan P, namun tidak berpengaruh terhadap peningkatkan N –total, K- tukar, dan KTK
tanah. Selain itu untuk memenuhi unsur hara yang tidak berpengaruh, tetap
menggunakan pupuk anorganik, sedang lumpur hasil olahan sebagai pelengkap.

9
3.2 Saran

Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan limbah perkebunan


kelapa sawit dengan konsep eco industri. Karena limbah-limbah tersebut memiliki
manfaat baik dari aspek ekonomi maupun aspek lingkungan yang kondisinya sekarang
masih kurang dijaga akibat kegiatan industri.

10
DAFTAR PUSTAKA

Dirgantoro, M., A., dan Adawiyah, R., 2018, Nilai Ekonomi Pemanfaatan Limbah
Kelapa Sawit Menuju Zero Waste Production, Biowallacea Vol 5 No.2,
Universitas Haluoleo, Kendari.

Dwi dkk, 2009, Kajian Potensi Pemanfaatan Limbah Sludge Kolam Anaerob Dan Aerob
Pengolahan Limbah Pabrik Kelapa Sawit, Agroteknose, Vol. IV, No. 2,
INSTIPER, Yogyakarta.

Fauzana dkk, 2019, Ketebalan Mulsa Tandan Kosong Kelapa Sawit Pengaruhnya
terhadap Oryctes rhinoceros dan Peningkatan Hara Tanah pada Ekosistem
Kelapa Sawit, Agriculture and Food Security. Volume 1, Universitas Riau,
Pekanbaru.

Halawa dkk, 2014, Penggunaan Bungkil Inti Sawit Yang Diberi Hemicell Dalam Ransum
Terhadap Energi Metabolisme Ransum Itik Raja, J. Peternakan Integratif Vol. 1
No. 1, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Kurniati, E., 2008, Pemanfaatan Cangkang Kelapa Sawit Sebagai Arang Aktif, JPIT Vol
8, No. 2, UPN Veteran, Jawa Timur.

Pandapotan dkk, 2017, Pemanfaatan Limbah Lumpur Padat (Sludge) Pabrik Pengolahan
Kelapa Sawit Sebagai Alternatif Penyediaan Unsur Hara Di Tanah Ultisol, Jurnal
Agroekoteknologi, Vol 5 No.2, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Ullyta dkk, 2017, Dampak Lama Aplikasi Mulsa TKKS Terhadap Sifat Tanah Dan
Perakaran Kelapa Sawit Di Kebun PT. Sari Aditya Loka 1, Kecamatan Air Hitam,
Kabupaten Sarolangun, Universitas Jambi, Jambi.

11
Widiawati, Y., dan Bamualim A., 2014, Penggunaan Bungkil Inti Sawit dalam Konsentrat
Sapi Perah sampai Taraf 30% terhadap Produksi Susu, Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian,
Sumatera Selatan.

12

Anda mungkin juga menyukai