Anda di halaman 1dari 16

REFERAT

KATARAK SENILIS

Disusun oleh:
Carrent Lilyanti DB
11-2019-122

Dokter Pembimbing :
dr. Bambang Herwindu, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RSUD TARAKAN JAKARTA PUSAT
PERIODE 15 MARET– 17 APRIL 2021
1
BAB I

Pendahuluan

1. Latar Belakang

Katarak adalah kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi lensa,
denaturasi protein lensa, ataupun keduanya. Katarak dapat terjadi akibat pengaruh kelainan
kongenital atau penyulit mata lokal menahun, dan bermacam-macam penyakit mata dapat
mengakibatkan katarak, seperti glaucoma, ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa.
Katarak merupakan penyebab utama kebutaan (WHO). Sebanyak tujuh belas juta
populasi dunia mengidap kebutaan yang disebabkan oleh katarak dan dijangka menjelang
tahun 2020, angka ini akan meningkat menjadi empat puluh juta. Katarak senilis merupakan
jenis katarak yang paling sering ditemukan dimana 90 % dari seluruh kasus katarak adalah
katarak senilis. Suatu studi yang dilakukan oleh Walmer Eye Institute pada tahun 2004
mencatat sekitar 20,5 juta penduduk usia lebih dari 40 tahun di Amerika menderita katarak
pada kedua matanya dan sekitar 6,1 juta diantaranya merupakan pseudofaki atau afaki.
Angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi 30,1 juta kasus katarak dan 9,1 juta kasus
dengan pseudofaki atau afaki pada tahun 2020.1 Berdasarkan usia penderitanya, katarak
dapat diklasifikasikan menjadi katarak kongenital yang sudah terlihat pada usia dibawah 1
tahun, katarak juvenile yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan katarak senilis yang mengenai
orang-orang berusia diatas 50 tahun. Diantara ketiganya, katarak senilis merupakan jenis
katarak yang paling sering terjadi.2
Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun tidak
mengalami perubahan dalam waktu yang lama.
Pengobatan pada katarak adalah tindakan pembedahan. Setelah pembedahan, lensa
diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak atau lensa tanam intraocular. Dengan
peningkatan pengetahuan mengenai katarak, penatalaksanaan sebelum, selama, dan post
operasi, diharapkan penanganan katarak dapat lebih diperluas sehingga prevalensi kebutaan
di Indonesia dapat diturunkan.1

2
BAB II

Tinjauan Pustaka

Anatomi Lensa3,4

Lensa merupakan salah satu media refraktif yang penting di mata yang berfungsi untuk
memfokuskan cahaya ke retina. Lensa terletak diantara iris dan corpus vitreous yang bersifat
transparan, bikonveks, menyerupai kristal. Diameternya berkisar antara 9-10 mm dan
ketebalannya bervariasi menurut umur antara 3,5 mm (saat lahir) hingga 5 mm. Beratnya sekitar
135 mg (0-9 tahun) hingga 225 mg (40-80 tahun). Lensa memiliki dua permukaan.Bagian
anterior kurang cembung dibandingkan posterior (radius kurvatura 10 mm:6 mm). Kedua
permukaan ini bertemu pada satu garis ekuator.Indeks refraksi lensa adalah 1,39 dan kekuatan
lensa mencapai 15-16 Dioptri. Daya akomodasi lensa berbeda beda bergantung pada umur
meliputi 14-16 D (saat lahir), 7-8 D (pada usia 25 tahun) dan 1-2 D (pada usia 50 tahun).

Gambar 1. Bentuk dari lensa dan posisinya pada bola mata

1. Kapsula Lensa

Merupakan bagian yang tipis, transparan dan dikelilingi membran hyaline yang lebih
tebal pada bagian anterior dibandingkan posterior lensa. Kapsula lensa paling tebal pada regio
preekuator (14 μ) dan paling tipis pada kutub posterior (3 μ).

3
2. Epitel Lensa.

Merupakan lapisan sel kuboid tunggal yang terletak lebih dalam dari kapsula anterior. Pada
area ekuator, sel ini berubah menjadi kolumnar yang secara aktif membelah dan memanjang
untuk membentuk serat lensa baru sepanjang masa hidup. Tidak ada epitel pada bagian
posterior karena sel ini mengisi kavitas sentral lensa selama periode pembentukan lensa.

3. Nukleus dan Korteks Lensa

Sel epitelial memanjang membentuk serat lensa yang memiliki struktur yang rumit. Serat
lensa yang matur adalah sel yang telah kehilangan inti. Karena serat lensa dibentuk sepanjang
usia kehidupan, lensa ini tersusun dan akan membentuk suatu barisan teratur sebagai nukleus
dan korteks dari lensa.
a. Nukleus.
Merupakan bagian pusat lensa yang mengandung serat lensa yang paling tua. Nukleus
tersusun atas zona yang berbeda yang tersusun sesuai dengan perlangsungan
perkembangan lensa. Melalui cahaya slit lamp, area ini akan terlihat sebagai zona yang
tidak bersambung. Bergantung pada waktu perkembangannya, zona pada lensa
meliputi:
- Nukleus Embrionik. Merupakan bagian nukleus yang paling dalam yang terbentuk
pada trimester pertama kehamilan. Bagian ini mengandung serat lensa primer yang
dibentuk dari elongasi sel dari dinding posterior vesikel lensa.
- Nukleus Fetal. Tersusun diatas nukleus embrionik dan terbentuk sejak dari
trimester pertama hingga kelahiran bayi, Seratnya bertemu pada suatu sutura
dimana pada bagian anterior beberntuk Y dan bagian posterior berbentuk Y
terbalik.
- Nukleus Infantil. Terbentuk sejak lahir hingga mencapai pubertas
- Nukleus Dewasa.Terbentuk mulai dari pubertas hingga sepanjang hidup

4
b. Korteks.

Merupakan bagian perifer yang mengandung serat lensa yang paling muda

Gambar 2. Anatomi Lensa

`t

4. Zonula Zinn
Juga disebut sebagai zonula siliaris yang terbentuk dari sekelompok serat yang berasal
dari badan siliar hingga ke lensa. Serat ini akan menahan lensa pada posisi tertentu dan
memungkinkan otot siliaris menggerakkannya. Serat ini digolongkan dalam tiga kelompok:
a. Serat yang berasal dari pars plana dan bagian anterior ora serrata berjalan anterior
menuju ke equator anterior.
b. Serat yang berasal dari prosesus siliaris yang berlawanan dengan bagian anterior
berjalan secara posterior menuju ke bagian posterior equator
c. Kelompok serat yang ketiga yang berjalan dari bagian tengah prosesus siliaris
menempel langsung ke equator.

6
Fisiologi Lensa

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk


memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan serat
zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil,
daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula
berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis
diiringi oleh peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris,
zonula, dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi.
Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang.
Selain itu juga terdapat fungsi refraksi, yang mana sebagai bagian optik bola mata untuk
memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa menyumbang +18.0- Dioptri.2.5

Definisi Katarak Senilis

Katarak senilis merupakan kekeruhan lensa mata yang terjadi karena faktor usia.Biasanya
terjadi pada usai diatas 50 tahun. Gangguan ini ditandai dengan adanya penebalan progresif secara
bertahap dari lensa mata tidak terkait dengan trauma mekanis, kimiawi, atau radiasi. Penyebab
katarak ini salah satunya adalah kerusakan protein pada lensa mata Katarak senilis merupakan salah
satu penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan di dunia. 6,7 Istilah penuaan
mengimplikasikan pada perubahan selular yang terakumulasi dari waktu ke waktu dan pada
akhirnya akan menyebabkan kelainan fungsional. Penuaan bukanlah proses homogen pada individu,
dan dengan cara yang serupa komponen dari lensa kristalin menjadi asimetris akibat penuaan.8

Etiologi

Penyebab terjadinya katarak bermacam-macam. Umumnya adalah usia lanjut (katarak


senil), tetapi dapat terjadi secara kongenital akibat infeksi virus di masa pertumbuhan janin,
genetik, dan gangguan perkembangan. Dapat juga terjadi karena traumatik, terapi kortikosteroid
metabolik, dan kelainan sistemik atau metabolik, seperti diabetes mellitus, galaktosemia, dan
distrofi miotonik. Rokok dan konsumsi alkohol meningkatkan resiko katarak.1
Diduga katarak senilis terjadi karena:

7
1) Proses pada nucleus
Oleh karena serabut-serabut lensa yang terbentuk lebih dahulu selalu terdorong ke
arah tengah maka serabut-serabut lensa bagian tengah akan menjadi lebih padat
(nukleus), mengalami dehidrasi, penimbunan ion kalsium (Ca) dan sklerosis. Pada
nukleus ini kemudian terjadi penimbunan pigmen. Pada keadaan ini lensa menjadi
hipermetropi.
2) Proses pada korteks
Timbul celah-celah diantara serabut serat lensa, yang berisi air dan penimbunan ion Ca
sehingga lensa menjadi lebih tebal, lebih cembung dan membengkak menjadi lebih
miopi.1

Epidemiologi

Katarak merupakan penyebab utama kebutaan (WHO). Sebanyak tujuh belas juta populasi
dunia mengidap kebutaan yang disebabkan oleh katarak dan dijangka menjelang tahun 2020,
angka ini akan meningkat menjadi empat puluh juta.3
Katarak senilis merupakan bentuk katarak yang paling sering ditemukan. 90% dari seluruh
kasus katarak adalah katarak senilis. Sekitar 5 % dari golongan usia 70 tahun dan 10% dari
golongan usia 80 tahun harus menjalani operasi katarak.

Patofisiologi

Komponen terbanyak dalam lensa adalah air dan protein. Dengan menjadi tuanya
seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi
padat di bagian tengahnya, sehingga kemampuan fokus untuk melihat benda dekat berkurang.
Pada usia tua akan terjadi pembentukan lapisan kortikal yang baru pada lensa’ yang
mengakibatkan nukleus lensa terdesak dan mengeras (sklerosis nuklear). Pada saat ini terjadi
perubahan protein lensa yaitu terbentukanya protein dengan berat molekul yang tinggi dan
mengakibatkan perubahan indeks refraksi lensa sehingga memantulkan sinar masuk dan
mengurangi transparansi lensa. Perubahan kimia ini juga diikut dengan pembentukan pigmen
pada nuklear lensa.
Pada keadaan normal lensa mata bersifat bening. Seiring dengan pertambahan usia lensa
mata dapat mengalami perubahan warna menjadi kuning keruh atau coklat keruh. Proses ini
8
dapat menyebabkan gangguan penglihatan (pandangan kabur/buram) pada seseorang.
Kekeruhan lensa mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga pupil berwarna putih
dan abu-abu./ Kekeruhan ini juga dapat ditemukan pada berbagai lokalisasi di lensa seperti
korteks dan nukleus. Fundus okuli menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan semakin
padatnya kekeruhan lensa bahkan reaksi fundus bisa hilang sama sekali.4,9
Miopia tinggi, merokok, konsumsi alkohol dan paparan sinar UV yang tinggi menjadi
faktor risiko perembangan katarak sinilis.

Manifestasi Klinis

Katarak biasanya terbentuk secara perlahan sehingga terkadang gejala yang timbul tidak
dirasakan oleh penderitanya. Gejala yang sering dikeluhakan oleh penderita katarak antara lain:
 Penglihatan berawan, kabur atau berkabut
 Sukar melihat dimalam hari atau penerangan redup
 Melihat warna terganggu
 Penglihatan ganda (double vision)
 Melihat halo sekitar sinar
 Penglihatan menurun2,10

Tipe Katarak Senilis


a. Nuklear; paling umum, cenderung progresif perlahan-lahan, dan secara khas mengakibatkan
gangguan penglihatan jauh yang lebih besar daripada penglihatan dekat. Pada awal terjadinya
katarak nuklearis, sering terjadi miopisasi.11
b. Kortikal;Jenis ini cenderung lebih sering terjadi pada penderita diabetes. kortikal terjadi
penyerapan air sehingga lensa menjadi cembung dan terjadi myopia akibat perubahan indeks
refraksi lensa. Pada keadaan ini penderita seakan-akan mendapatkan kekuatan baru untuk
melihat dekat pada usia yang bertambah.11
c. Subkapsular (posterior/anterior)kekeruhan seperti biasa di bagian belakang lensa dan
berkembang pesat. Indikasi awal adalah terlihatnya gambaran halus seperti pelangi dibawah slit
lamp pada lapisan posterior kortikal. Katarak ini biasanya dikaitkan dengan penggunaan
kortikosteroid.11

9
Stadium Katarak Senilis
1. Katarak insipien.
Pada stadium ini kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior
dan posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat didalam korteks. Katarak subcapsular
posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular, celah terbentuk antara serat lensa
dan korteks berisi jaringan degenerative (benda Morgagni) pada katarak insipien. Kekeruhan
ini dapat menimbulkan polipia lensa oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada
semua bagian lensa. Bentuk ini kadang menetap untuk waktu lama. Katarak insipien visus
biasanya >6/60.1,3
2. Katarak Intumesen.
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif menyerap air.
Masuknya air kedalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang
akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan
normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaukoma akut. Katarak
intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia
lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung
dan daya biasnya akan bertambah, yang memberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slit lamp
terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamen serat lensa.1
3. Katarak Imatur.
Sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum mengenai seluruh lapis lensa, akan
terbentuk bayangan lebih gelap iris pada lensa yaitu seperti bulan sabit. Pada katarak imatur
akan dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang
degeneratif. Pada keadaan lensa mencembungakan dapat menimbulkan hambatan pupil
sehingga terjadi glaukoma sekunder. Visus dapat mulai menurun menjadi 5/60 sampai 1/60.
Shadow test (+)1,3
4. Katarak Matur.
Pada katarak ini kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi
akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak intumesen atau imatur tidak
dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensaakankembali pada ukuran yang
normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan
10
kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal kembali, tidak
terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif. Visus
menurun drastis menjadi 1/300 atau hanya dapat melihat lambaian tangan dalam jarak 1
meter. Shadow test (-)1,3
5. Katarak Hipermatur.
Katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan
mencair. Mata lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi
mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan
lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan
zonula zinn menjadi kendor. Korteks yang mencair disertai nucleus yang mulanya berada
ditengah jatuh kedepan, sehingga terbentuk seakan – akan seperti kekeruhan lagi berwarna
putih di bagian bawah, dengan hasil Shadow tes psedo positif. Bila proses katarak berjalan
lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak
dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai
dengan nucleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini
disebut sebagai katarak morgagni. Komplikasi lain yang didapat adalah glaukoma
vakuolitik, uveitis, subluksasi lensa, luksasi lensa, dislokasi lensa. Visus sudah sangat
menurun hingga bias mencapai 0.1,3

Tabel 1. Perbedaan stadium katarak senilis3

11
. Penatalaksanaan

Satu-satunya terapi katarak adalah tindakan bedah. Pembedahan dilakukan jika penderita
tidak dapat melihat dengan baik dengan bantuan kaca mata untuk melakukan kegiatannya sehari-
hari. Beberapa penderita mungkin merasa penglihatannya lebih baik hanyadengan mengganti
kaca matanya, menggunakan kaca mata bifokus yang lebih kuat atau menggunakan lensa

pembesar. Jika katarak tidak mengganggu biasanya tidak perlu dilakukan pembedahan.Indikasi
operasi katarak dibagi dalam 3 kelompok:1
1. Indikasi Optik
Merupakan indikasi terbanyak dari pembedahan katarak. Jika penurunan tajam penglihatan
pasien telah menurun hingga mengganggu kegiatan sehari-hari, maka operasi katarak
seharusnya dilakukan.
2. Indikasi Medis
Pada beberapa keadaan di bawah ini, katarak perlu dioperasi segera, bahkan jika prognosis
kembalinya penglihatan kurang baik:
- Katarak hipermatur
- Glaukoma sekunder
- Uveitis sekunder
- Dislokasi/Subluksasio lensa
- Benda asing intra-lentikuler
- Retinopati diabetika
- Ablasio retina
3. Indikasi Kosmetik
Jika penglihatan hilang sama sekali akibat kelainan retina atau nervus optikus, namun
kekeruhan katarak secara kosmetik tidak dapat diterima, misalnya pada pasien muda, maka
operasi katarak dapat dilakukan hanya untuk membuat pupil tampak hitam meskipun
pengelihatan tidak akan kembali.

12
Jenis Operasi Katarak
1. Ekstraksi Katarak Intrakapsuler (EKIK)
EKIK adalah jenis operasi katarak dengan membuang lensa dan kapsul secara
keseluruhan.EKIK menggunakan peralatan sederhana dan hampir dapat dikerjakan pada
berbagai kondisi.Terdapat beberapa kekurangan EKIK, seperti besarnya ukuran irisan yang
mengakibatkan penyembuhan luka yang lama, menginduksi astigmatisma pasca operasi,
cystoid macular edema (CME), dan ablasio retina.Meskipun sudah banyak ditinggalkan, EKIK
masih dipilih untuk kasussubluksasi lensa, lensa sangat padat, dan eksfoliasi lensa. . 1 Operasi
ini dapat dilakukan pada beberapa kondisi, yaitu: Pasien katarak muda, Pasien dengan kelainan
endotel, Keratoplasti, Implantasi lensa intraokular posterior, Implantasi lensa sekunder
intraokular, Bedah glaukoma, Mata dengan predisposisi terjadi prolaps badan kaca, Ablasio
retina, Mata dengan edema makular sistoid, Pencegahan penyulit pada bedah katarak seperti
prolapsnya badan kaca.Kontraindikasi absolut teknik ini ialah anak-anak dan dewasa muda
dengan katarak dan kasus ruptur kapsular karena trauma.Kontraindikasi relatif berupa miopia
tinggi, sindrom Marfan, dan katarak morgagni. .1
2. Ekstraksi Katarak Ekstrakapsuler (EKEK)
EKEK adalah jenis operasi katarak dengan membuang nukleus dan korteks lensa melalui
lubang di kapsul anterior.EKEK meninggalkan kantong kapsul (capsular bag) sebagai tempat
untuk menanamkan lensa intraokuler (LIO).teknik ini mempunyai banyak kelebihan seperti
trauma irisan yang lebih kecil sehingga luka lebih stabil dan aman, menimbulkan astigmatisma
lebih kecil, dan penyembuhan luka lebih cepat. Pada EKEK, kapsul posterior yang intak
mengurangi risiko CME, ablasio retina, edema kornea, serta mencegah penempelan vitreus ke
iris, LIO, atau kornea. Tindakan ECCE yaitu mengeluarkan isi lensa dengan merobek kapsul
lensa anterior, sehingga semua bagian lensa dapat keluar melalui insisi yang telah
dilakukan.Komplikasi pada tindakan ECCE lebih sedikit dibandingkan dengan ICCE. Tindakan
ECCE diindikasikan pada pasien dengan implantasi lensa intraokular sekunder, katarak dengan
nukleus yang mengeras, atau sebagai konversi pada saat terdapat kegagalan teknik manual SICS
dan fakoemulsifikasi. Pada teknik ini, lensa dikeluarkan bersama kapsul anterior, sedangkan
kapsul posterior ditinggalkan. Oleh sebab itu, terdapat ruang bebas di tempat bekas lensa yang
memungkinkan untuk ditempatkan lensa pengganti (lensa intraokuler ruang posterior).1

13
Keuntungan teknik ini dibandingkan ekstraksi intrakapsular: ‐ Insisi yang lebih kecil
meminimalisasi trauma dan waktu penyembuhan menjadi lebih singkat ‐ Komplikasi aderensi
korpus vitreus ke kornea dan iris dapat diminimalisasi. ‐ Letak anatomis lensa intraokuler yang
lebih stabil karena disokong oleh kapsul posterior ‐ Kapsul posterior yang utuh dapat berperan
sebagai sawar terhadap bakteri dan mikroorganisme yang mungkin masuk saat operasi serta
menahan pertukaran molekul antara akuos humor dan vitreous. Kekurangan dari teknik ini
adalah dapat terjadi opasifikasi sekunder pada kapsul posterior yang disebut sebagai katarak
sekunder. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan discission pada kapsul posterior dengan
neodymium: YAG laser. Letupan energi laser akan menyebabkan letupan kecil di jaringan
target sehingga akan terbentuk lubang kecil di kapsul posterior pada aksis pupil.1
3. Small Incision Cataract Surgery(SICS)
Teknik EKEK telah dikembangkan menjadi suatu teknik operasi dengan irisan sangat kecil
(7-8 mm) dan hampir tidak memerlukan jahitan, teknik ini dinamai SICS. Oleh karena irisan
yang sangat kecil, penyembuhan relatif lebih cepat dan risiko astigmatisma lebih kecil
dibandingkan EKEK konvensional.SICS dapat mengeluarkan nukleus lensa secara utuh atau
dihancurkan.Teknik ini populer di negara berkembang karena tidak membutuhkan peralatan
fakoemulsifikasi yang mahal, dilakukan dengan anestesi topikal, dan bisa dipakai pada kasus
nukleus yang padat. Beberapa indikasi SICS adalah sklerosis nukleus derajat II dan III, katarak
subkapsuler posterior, dan awal katarak kortikal.. Penjahitan luka insisi pada SICS bergantung
pada kebutuhan saat operasi. Tindakan SICS setara dengan fakoemulsifikasi dalam hal kualitas
bedah, astigmat lebih kecil, evaluasi setelah operasi yang singkat, dan kenyamanan pasien.1
4. Fakoemulsifikasi
Teknik operasi fakoemulsifikasi menggunakan alat tip ultrasonik untuk memecah nukleus
lensa dan selanjutnya pecahan nukleus dan korteks lensa diaspirasi melalui insisi yang sangat
kecil. Dengan demikian, fakoemulsifikasi mempunyai kelebihan seperti penyembuhan luka
yang cepat, perbaikan penglihatan lebih baik, dan tidak menimbulkan astigmatisma pasca
bedah.Teknik fakoemulsifikasi juga dapat mengontrol kedalaman kamera okuli anterior serta
mempunyai efek pelindung terhadap tekanan positif vitreus dan perdarahan koroid.Teknik
operasi katarak jenis ini menjadi pilihan utama di negara-negara maju.Tindakan
fakoemulsifikasi sekarang ini merupakan tindakan gold standar, yaitu dengan mengeluarkan
lensa menggunakan alat ultrasonik pada insisi yang kecil di kornea, sehingga tidak memerlukan
14
luka penjahitan.Tindakan ini disebutkan dapat dilakukan pada semua kasus.Akan tetapi terdapat
kontraindikasi relatif yaitu pada keadaan pupil kecil yang sulit dilatasi, nukleus yang sangat
keras, subluksasi atau dislokasi lensa, serta edema berat pada kornea. Teknik fakoemulsifikasi
ini menghasilkan insidensi komplikasi yang rendah, penyembuhan yang cepat dan rehabilitasi
visual yang singkat.1

Tabel 2. Keuntungan dan Kerugian Operasi Katarak12


Metode Indikasi Keuntungan Kerugian
ICCE Zonula lemah  Tidak ada resiko  Resiko tinggi kebocoran
katarak sekunder. vitreous (20%).
 Peralatan yang  Astigmatisme.
dibutuhkan sedikit.  Rehabilitasi visual
terhambat.
 IOL di COA atau dijahit
di posterior.
ECCE  Lensa sangat  Peralatan yang  Astigmatisme.
keras. dibutuhkan paling  Rehabilitasi visual
 Endotel sedikit. terhambat.
kornea kurang  Baik untuk endotel
bagus. kornea.
 IOL di COP.
Phaco Sebagian besar Rehabilitasi visual  Peralatan / instrumen
katarak kecuali cepat. mahal.
katarak  Pelatihan lama.
Morgagni dan  Ultrasound dapat
trauma. mempengaruhi endotel
kornea.

15
Komplikasi

Tabel 3. Komplikasi post operasi katarak.13


KOMPLIKASI OPERASI
 Infeksi,endoftalmitis  Disfotopsia
 Perdarahan  Dislokasi IOL
 Cystoid macular oedema  Kekeruhan pada kapsul
 Edema kornea lensa
 Rupture kapsul lensa  Ablasio retina
 Ablasio retina  Fibrosis dan kontraksi
kapsul
 Ptosis

Kesimpulan

katarak adalah kekeruhan lensa yang normalnya transparan dan dilalui cahaya ke retina, yang
dapat disebabkan oleh berbagai hal sehingga terjadi kerusakan penglihatan. Katarak senilis adalah
jenis katarak yang paling sering dijumpai. Satu-satunya gejala adalah distorsi penglihatan dan
penglihatan yang semakin kabur. Pengobatan definitif katarak adalah tindakan pembedahan.
Pembedahan dilakukan apabila tajam penglihatan sudah menurun sehingga mengganggu kegiatan
sehari-hari atau adanya indikasi medis lainnya seperti timbulnya penyulit. Pembedahan katarak
dapat dilakukan dengan beberapa teknik, antara lain EKIK, EKEK, dan fakoemulsifikasi.Setelah
dilakukan pembedahan, lensa diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak atau lensa tanam
intraokuler

16
Daftar Pustaka
1. Astari P. Katarak: Klasifikasi, Tatalaksana, dan Komplikasi Operasi. Cermin Dunia
Kedokteran. 2018 Oct 1;45(10):748-53. Available at
http://103.13.36.125/index.php/CDK/article/view/584

2. Ilyas, Prof. Sidarta, dr., Sp.M. 2010. Ilmu Penyakit Mata.Jakarta: FKUI

3. Victor V. CataractSenile (Diambil tanggal 22 maret 2021 ). Diunduh dari:


http://www.emedicine.com
4. Vaughan DG, Asbury T. Oftalmologi Umum. 17th ed. Jakarta: EGC; 2010.169-177
5. Scanlon VC, Sanders TI. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. 3rd ed. Jakarta: EGC; 2007.
6. Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. Lens and cataract. 2014-2015 Basic and clinical Science
course. San Francisco, CA: American Academy of Ophthalmology; 2015.
7. Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmupenyakitmata. Edisi 5. Jakarta : FKUI. 2017; h. 210-222
8. Michael, R., & Bron, A. J. 2011. The ageing lens and cataract: a model of normal and
pathological ageing. Philosophical Transactions of the Royal Society B: Biological Sciences,
366 (1568): 1278–1292.
9. American Academy of Opthalmology. Lens and cataract;2014-2015
10. Association TEMD. Basic and Clinical Science Course: Lens and Cataract. American
Academy of Opthamology, 2013
11. Thompson J, Lakhani N. Cataracts. Prim Care. 2015 Sep;42(3):409-23. doi:
10.1016/j.pop.2015.05.012. PMID: 26319346.

12. Bradford C. Basic Ophtalmology. 8th Edition. San Fransisco-American Academy


of opthalmology. 2004.
13. Liu YC, Wilkins M, Kim T, Malyugin B, Mehta JS. Cataracts. Lancet. 2017 Aug
5;390(10094):600-612. doi: 10.1016/S0140-6736(17)30544-5. Epub 2017 Feb 25. PMID:
28242111.

18

Anda mungkin juga menyukai