Anda di halaman 1dari 14

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Wilayah pesisir memiliki arti strategis karena merupakan wilayah
peralihan (interface) antara ekosistem darat dan laut, serta mempunyai potensi
sumber daya alam dan jasa- jasa lingkungan yang sangat kaya. Mengingat bahwa
Indonesia merupakan Negara hukum, se- cara normatif kekayaan sumberdaya
tersebut dikuasai oleh Negara untuk dikelola sedemikian rupa dalam rangka
mewu-judkan kesejahteraan masyarakat (Pasal 33 ayat 3 UUD Negara RI 1945),
serta memberikan manfaat bagi masyara- kat saat ini tanpa mengorbankan
kepentingan generasi yang akan datang, khususnya dalam upaya memanfaatkan
sumber daya pesisir ke- tentuan hukum yang mengatur pelestarian dan
pengelolaan lingkungan hidup (Sutrisno, 2014).

Sistem Informasi Georafis atau Georaphic Information System (GIS)


merupakan suatu sistem informasi yang berbasis komputer, dirancang untuk
bekerja dengan menggunakan data yang memiliki informasi spasial
(bereferensi keruangan). Sistem ini mengcapture, mengecek, mengintegrasikan,
memanipulasi, menganalisa, dan menampilkan data yang secara spasial
mereferensikan kepada kondisi bumi. Teknologi SIG mengintegrasikan
operasi-operasi umum database, seperti query dan analisa statistik, dengan
kemampuan visualisasi dan analisa yang unik yang dimiliki oleh pemetaan.
Kemampuan inilah yang membedakan SIG dengan Sistem Informasi lainya yang
membuatnya menjadi berguna berbagai kalangan untuk menjelaskan kejadian,
merencanakan strategi, dan memprediksi apa yang terjadi (Aini, 2009).
SIG dibuat dengan menggunakan informasi yang berasal dari pengolahan
sejumlah data, yaitu data geografis atau data yang berkaitan dengan posisi obyek
di permukaan bumi. Teknologi SIG mengintegrasikan operasi pengolahan data
berbasis database yang biasa digunakan saat ini, seperti pengambilan visualisasi
yang khas serta berbagai keuntungan yang mampu ditawarkan analisis geografis
2

melalui gambar-gambar petanya. SIG dapat disajikan dalam bentuk aplikasi


desktop maupun aplikasi berbasis web. SIG juga dapat memberikan penjelasan
tentang suatu peristiwa, membuat peramalan kejadian, dan perencanaan strategis
lainnya serta dapat membantu menganalisis permasalahan umum seperti masalah
ekonomi, penduduk, sosial pemerintahan, pertahanan serta bidang pariwisata
(Swastikayana, 2011).
Peranan sumberdaya pesisir diperkirakan akan semakin meningkat
dimasa-masa mendatang dalam menunjang pembangunan ekonomi nasional,
regional, maupun lokal. Ada dua alasan pokok yang mendukung kecenderungan
diatas. Pertama pertumbuhan penduduk semakin meningkat yang akan mendorong
permintaan terhadap sumberdaya pesisir, dan kedua Indonesia secara komparatif
memiliki sumberdaya pesisir dan laut yang beragam dalam jumlah besar. Untuk
itu upaya menggerakkan perekonomian bangsa dengan menerapkan strategi
pembangunan industri berbasis sumberdaya alam (resources based industries)
yang dibangun melalui penerapan iptek dan manajemen profesional,
mengharuskan kita mengetahui potensi kekayaan yang tersimpan di kawasan
pesisir dan lautan sebagai aset pembangunan bangsa (Effendy, 2009).
Penginderaan jauh adalah teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan
analisis informasi tentang bumi, informasi tersebut berbentuk radiasi
elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi.
Penginderaan jauh terdiri atas pengukuran dan perekaman terhadap energi
elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan oleh permukaan bumi dan
atmosfer dari suatu tempat tertentu di permukaan bumi. Adapun yang mengatakan
bahwa penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi
tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh
dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena
yang dikaji (Somantri, 2008).
Pada Tanggal 23 Juli 1972 NASA resmi meluncurkan satelit pertamanya
yang berfungsi untuk keperluan sumberdaya alam yang pertama, yang disebut
ERTS-1 (Earth Resources Technology Satellite), menyusul ERTS-2 pada tahun
3

1975, satelit ini membawa sensor RBV (Retore Beam Vidcin) dan MSS (Multy
Spectral Scanner) yang mempunyai resolusi spasial 80 x 80 m. Satelit ERTS-1,
ERTS-2 yang kemudian setelah diluncurkan berganti nama menjadi Landsat 1,
Landsat 2, diteruskan dengan seri-seri berikutnya dengan nama yang berurutan,
yaitu Landsat 3, 4, 5, 6 dan terakhir adalah Landsat 7 yang diorbitkan bulan Maret
1998, merupakan bentuk baru dari Landsat 6 yang gagal mengorbit, sehingga data
Landsat 6 tidak tersedia. Sedangkan landsat 8 baru diluncurkan 11 februari 2013
(Irawan et al., 2017).
Katalog United States Geological Survey (USGS) mencatat empat
kejadian gempa bumi besar di Indonesia yaitu gempa bumi Banda (8,5 Mw) tahun
1983, gempa bumi Sumatera–Andaman Islands (9,1 Mw) tahun 2004, gempa
bumi Sumatera Utara/Nias (8,6 Mw) tahun 2005 (USGS, 2009) dan gempa bumi
Pantai Barat Sumatera (8,6 Mw) tahun 2012 (USGS, 2012). Data ini menunjukkan
bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki tingkat intesitas kegempaan
yang tinggi. Ini menjadikan Indonesia tidak terhindarkan dari dampak negatif
yang akan ditimbulkan oleh gempa bumi (Wahyuni, 2015).

Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui koordinat peta wilayah Balikpapan
2. Untuk mengetahui cara pengunduhan file tif pada U.S.G.S
3. Untuk mengetahui pemakaian U.S.G.S

Manfaat Praktikum
Manfaat dari penulisan laporan ini adalah untuk menambah wawasan
mengenai cara mengaplikasikan USGS (United State Geological Survey) dan
sebagai salah satu syarat untuk mengikuti praktikum Laboratorium Sistem
Informasi Sumberdaya Perairan serta sebagai bahan bacaan serta sumber
informasi bagi pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA
4

Pengelolaan Pesisir Terpadu


Pengelolaan Sumberdaya alam pesisir pada hakekatnya adalah suatu
proses pengontrolan tindakan manusia atau masyarakat di sekitar kawasan pesisir
agar pemanfaatan sumberdaya alam dapat dilakukan secara bijaksana dengan
mengindahkan kaidah kelestarian lingkungan Sedangkan pemberdayaan
masyarakat sebenarnya mengacu pada kata “empowerment” yaitu sebagai upaya
untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki oleh masyarakat.
Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang demikian tentunya diharapkan
memberikan peranan kepada individubukan sebagai obyek, tetapi sebagai pelaku
(aktor) yang menentukan hidup merek (Stanis et al., 2007).
Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu adalah suatu pendekatan
pengelolaan wilayah pesisir yang melibatkan dua atau lebih ekosistem, sumber
daya, dan kegiatan pemanfaatan (pembangunan) secara terpadu guna mencapai
pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan. Dalam hal ini keterpaduan
mengandung tiga dimensi: sektoral, bidang ilmu, dan keterkaitan ekologis
(Kristianti, 2016).
Pengelolaan Pesisir Terpadu Pesisir Terpadu (P2T) adalah proses yang
dinamis yang berjalan secara terus menerus, dalam membuat keputusan-keputusan
tentang pemanfaatan, pembangunan dan perlindungan wilayah dan sumberdaya
pesisir dan lautan. Bagian penting dalam pengelolaan terpadu adalah perancangan
proses kelembagaan untuk mencapai harmonisasi dalam cara yang dapat diterima
secara politis. Suatu kegiatan dikatakan keberlanjutan, apabila kegiatan
pembangunan secara ekonomis, ekologis dan sosial politik bersifat berkelanjutan
(fabianto dan berhitu, 2014).
Dalam Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu
dijelaskan bahwa wilayah pesisir (coastal zone) adalah wilayah peralihan antara
ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi, dimana ke arah laut 12 mil dari
garis pantai untuk provinsi dan sepertiga dari wilayah laut itu untuk
kabupaten/kota, dan kearah darat batas administrasi kabupaten/kota (Diah., 2010).
5

Pada umumnya sumber daya pesisir dan laut dibagi menjadi 4 (empat)
kelompok, yaitu (a) sumberdaya yang dapat pulih (renewable resources), (b)
sumberdaya tidak dapat pulih (non renewable resources), (c) energi kelautan serta
(d) jasa-jasa lingkungan kelautan (environmental services). Sumberdaya yang
dapat pulih antara lain ikan, rumput laut, mangrove termasuk kegiatan
mariculture. Sumberdaya yang tidak pulih antara lain berupa mineral, pasir laut,
minyak bumi, gas alam. Energi kelautan antara lain gelombang laut, pasang surut
air laut. Sedangkan jasa lingkungan di wilayah pesisir dan laut antara lain:
pariwisata bahari, transportasi laut. Pada waktu lampau sumberdaya ini belum
dimanfaatkan secara maksimal oleh Pemerintah Daerah, karena kewenangan
pengelolaannya ada di Pemerintah Pusat, sehingga setiap kali Pemerintah Daerah
mengajukan anggaran ke DPRD selalu ditolak atau diberi namun porsinya hanya
sedikit. Padahal pengelolaan pesisir dan laut secara terpadu dapat meningkatkan
pendapatan daerah (Kristianti, 2016).
Suatu kegiatan dikatakan keberlanjutan, apabila kegiatan pembangunan
secara ekonomis, ekologis dan sosial politik bersifat berkelanjutan. Berkelanjutan
secara ekonomi berarti bahwa suatu kegiatan pembangunan harus dapat
membuahkan pertumbuhan ekonomi, pemeliharaan capital (capital maintenance),
dan penggunaan sumberdaya serta investasi secara efisien. Berkelanjutan secara
ekologis mengandung arti, bahwa kegiatan dimaksud harus dapat
mempertahankan integritas ekosistem, memelihara daya dukung lingkungan, dan
konservasi sumber daya alam termasuk keanekaragaman hayati (biodiversity),
sehingga diharapkan pemanfaatan sumberdaya dapat berkelanjutan. Sementara itu,
berkelanjutan secara sosial politik mensyaratkan bahwa suatu kegiatan
pembangunan hendaknya dapat menciptakan pemerataan hasil pembangunan,
mobilitas sosial, kohesi sosial, partisipasi masyarakat, pemberdayaan masyarakat
(dekratisasi), identitas sosial, dan pengembangan kelembagaan (Wiyana, 2004).
Kegiatan pengelolaan wilayah pesisir menghadapi berbagai ancaman baik
dari aspek ekologi yaitu terjadinya penurunan kualitas lingkungan, seperti
pencemaran, perusakan ekosistem dan penangkapan ikan yang berlebihan
6

(overfishing) maupun dari aspek sosial yaitu rendahnya aksesibilitas dan


kurangnya penerimaan masyarakat lokal. Oleh karena itu, di dalam mengantisipasi
perubahan-perubahan dan ancamanancaman tersebut, pengelolaan wilayah pesisir
harus dilakukan secara komprehensif dan terpadu. Sejalan dengan UU No.26
Tahun 2007 tentang penataan ruang, bahwa perencanaan tata ruang
memperhatikan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber
daya buatan; kondisi ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum, pertahanan
keamanan, lingkungan hidup, serta ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai satu
kesatuan. Sehingga nantinya dengan adanya penataan ruang diharapkan
pengelolaan wilayah pesisir dapat menguntungkan secara ekonomi dan tidak
merugikan secara ekologi (Manaf, 2016).
Tekanan tersebut terjadi dalam bentuk gangguan terhadap sumberdaya
yang ada dan dilindungi, seperti pemburuan hewanhewan yang dilindungi,
pengambilan terumbu karang, penggunaan kompresor dan potassium cyanide saat
menangkap ikan hias, tumpang tindih pemanfaatan dan kewenangan antar
berbagai pihak dalam mengeksploitasi pesisir dan lautan instansi dan lain-lain.
Kondisi diatas menyebabkan terjadinya kerusakan dan penurunan potensi
sumberdaya alam (efek terhadap lingkungan) yang berupa: a. Perusakan fisik
habitat. b. Pencemaran perairan laut. c. Pemanfaatan sumberdaya alam secara
berlebih (over exp/oitatecf). d. Kerusakan Biofisik lingkungan pesisir. e. Tangkap
lebih sumberdaya ikan. f. Penangkapan ikan secara destruktif atau illegal. g.
Penebangan dan konversi mangrove. h. Perusakan dan penambangan terumbu
karang. i. Erosi dan akresi pantai, tsunami, banjir (alami). j. Ketidakpastian dan
kekosongan hokum. k. Konflik kewenangan dan pemanfaatan SD pesisir. I.
Marginalisasi masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil dan lain-lain
(Amanah, 2004).
Potensi sumberdaya yang ada dapat dimanfaatkan oleh penduduk yang
tinggal di wilayah tersebut untuk mencapai kesejahteraan. Ironisnya, sebanyak
32,14% dari 16,42 juta jiwa masyarakat pesisir masih hidup di bawah garis
kemiskinan dengan indikator pendapatan US$ 1 per hari. Berbagai program
7

peningkatan kesejahteraan masyarakat telah banyak diluncurkan. Demikian pula


yang menyentuh masyarakat nelayan dan masyarakat pesisir lainnya. Namun,
hasilnya belum sesuai dengan harapan. Salah satu penyebabnya adalah kurang
tepatnya sasaran program karena indikator yang digunakan dalam menentukan
sasaran kurang akurat. Oleh karenanya, penggunaan indikator penetapan sasaran
yang tepat yaitu sesuai dengan tujuan program sangat diperlukan untuk
menentukan sasaran program (Muflikhati, 2010).

Peta Lokasi Kendari


Pada saat ini Kota Balikpapan merupakan kota terpenting di Provinsi
Kalimantan Timur, baik ditinjau dari segi ekonomi maupun letak yang
strategis. Wilayah Balikpapan keadaan topografinya 70 % merupakan wilayah
berbukit-bukit, meliputi wilayah bagian Kecamatan Balikpapan Utara,
wilayah Kecamatan Balikpapan Barat, Balikpapan Tengah, dan wilayah
Kecamatan Balikpapan Timur. Sedang 30 % lainnya merupakan daerah landai
atau tanah rawa yang berdekatan dengan alur sungai atau pantai. Selain
wilayah perkotaan, Balikpapan masih melestarikan daerah penyangga atau
hutan lindung kota, yang dikembangkan di sebagian wilayah Kecamatan
Balikpapan Selatan, dan Kecamatan Balikpapan Utara (Susanto, 2011).
Kotamadya Balikpapan memiliki luas wilayah kurang lebih 50.330,57
ha atau sekitar 503,3 km2, dan luas pengelolaan laut mencapai 160,10 km2.
Kotamadya Balikpapan terletak pada posisi 116,5˚ BT—117,5˚ BT dan 1,0˚
LS—1,5˚ LS, dengan batas-batas wilayah kota Balikpapan yaitu, sebelah utara
berbatasan dengan Kabupaten Kutai Kartanegara, sebelah timur dan selatan
berhadapan langsung dengan Selat Makasar, kemudian sebelah barat
berbatasan langsung dengan Teluk Balikpapan dan Kabupaten Pasir.3 Secara
umum ketinggian kota Balikpapan antara 0 meter sampai 100 meter di bawah
permukaan laut.4 Kemiringan dan ketinggian permukaan tanah dari
permukaan air laut beragam, mulai yang terendah dari wilayah pantai dengan
ketinggian 0 meter sampai dengan wilayah berbukit dengan ketinggian 100
meter dari permukaan laut (d.p.l). Ketinggian 0-10 mdpl memiliki luas
8

6.980,00 ha atau 13 % dari wilayah kota Balikpapan. Ketinggian >10-20 mdpl


memiliki luas 17.260,00 ha, sedangkan ketinggian >20-100 mdpl memiliki
luas sebesar 26.090,57 ha (liony, 2014).
USGS (United State Geological Survey)
Badan Geologi Amerka Serikat atau yang biasa kita kenal dengan United
States Geological Survey (USGS) merupakan sebuah badan yang dibentuk untuk
memberikan informasi ilmiah yang dapat diandalkan untuk menggambarkan dan
memahami bumi, meminimalkan hilangnya nyawa dan harta benda dari bencana
alam, mengelola air, biologi, energi, dan sumber daya mineral serta meningkatkan
dan melindungi kualitas hidup warga Amerika Serikat (Kristianti, 2016).
USGS (United State Geological Survey) digunakan dalam klasifikasi
penginderaan jauh. Klasifikasi USGS ini menggunakan kategori penggunaan
lahan yang lebih rinci yaitu tingkat I dan II yang dibakukan di seluruh dunia,
terutama yang membuat peta penggunaan lahan dan perubahannya dari
citra penginderaan jauh yang dikembangkan oleh Anderson et al (1978)
(Wahyuni, 2015).
Nilai frekuensi gempa dari data gempa bumi USGS (United States
Geological Survey) gerakan kerak bumi disebabkan oleh keadaan di luar bumi
juga. Kemungkinan frekuensi minimum gempa bumi terjadi saat perigee, karena
kerak bumi sangat terikat oleh gaya bulan dan memberikan perlawanan terhadap
pergerakan lempeng. Gerakan lempeng di dalam kerak bumi dapat dipicu oleh
gaya gravitasi bulan, maka gerakan lempeng inilah yang menyebabkan terjadinya
gempa bumi. Diketahui dari plot grafik korelasi masing-masing jarak bulan saat
perigee dan apogee. Frekuensi lebih meningkat tajam saat pada posisi apogee
dikarenakan kurangnya keterkaitan gaya bulan saat titik terjauh dari bumi
sehingga pada kerak bumi terdapat pergerakan lempeng yang relatif bebas dari
perigee menunjukkan bahwa pada puncaknya keterkaitan bulan frekuensinya
menjadi lebih kecil (Puspa dan Madlazim, 2015).
Survei lapangan dilakukan untuk mengetahui letak koordinat tinjauan dan
kondisi real di lapangan. Pengumpulan data (citra satelit) dapat di diperoleh dari
9

USGS (United States Geological Survey).Spesifikasi data citra satelit yang


digunakan adalah sebagai berikut: a. Landsat-5 TM (band 2,4,5) Tahun1989,
Tahun1996, Tahun 2004 dan Tahun 2009; b. Landsat-7 ETM+ (band 2,4,5) Tahun
1999 dan Tahun 2001; c. Lansat-8 OLI_TIRS (band 3,5,6) Tahun 2013
(Landasari et al., 2014).

METODOLOGI

Waktu dan Tempat Praktikum


10

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 03 Maret 2020 pukul 08.00
sampai dengan selesai di Laboratorium Terpadu Program Studi Manajemen
Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Alat dan Bahan Praktikum


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah laptop sebagai wadah
untuk pengunduhan USGS (United State Geological Survey) dan alat tulis untuk
mencatat hasil.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah file USGS (United
State Geological Survey) untuk diinstal.

Prosedur Praktikum
Prosedur Penginstalan USGS (United State Geological Survey) adalah
sebagai berikut :
1. Tampilan Dekstop

2. Buka plikasi USGS pada laptop


11

3. Selanjutnya masukan kordinat lokasi atau nama lokasi yang ingin anda
dawnload Data Citra nya kemudian klik “show”.

4. Lalu akan muncul lokasi yang anda inginkan seperti gambar di bawah ini.
12

5. Selanjutnya klik digital elevation.

6.  Kemudian pilih SRTM.

7. Kemudian centang SRTM 1 Arc Second Global dan klik Result.


13

8. Lalu akan muncul beberapa gambar seperti di bawah ini. Lalu akan muncul
peta pada kotak sebelah kiri .

9. Kemudian klik “Dawnload” yang paling bawah dan tunggu sampai data yang
anda inginkan selesai di dawnload,
14

10. Peta Koordinat wilayah balikpapan

Anda mungkin juga menyukai