Full Text New 1
Full Text New 1
TUGAS AKHIR
Disusun oleh :
i
HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN
TUGAS AKHIR
Hubungan Antara Polusi Asap Pada Pembakar Sate Dengan Dry Eye
Syndrome Di Kecamatan Gubeng Surabaya
Oleh:
NPM : 11700446
(Budhi Setiawan, dr, M.kes, Dr) (Sri Lestari Utami, SSi, M.Kes)
NIK. 99 294 – ET NIK. 99289-ET
ii
HALAMAN PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
Hubungan Antara Polusi Asap Pada Pembakar Sate Dengan Dry Eye
Syndrome Di Kecamatan Gubeng Surabaya
Oleh:
NPM : 11700446
Hari : ………….
Tanggal : ………….
(Budhi Setiawan, dr, M.kes, Dr) (Sri Lestari Utami, SSi, M.Kes)
NIK. 99 294 – ET NIK. 99289-ET
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
pembuatan Tugas Akhir dengan judul : “Hubungan Antara Polusi Asap Pada
Pembakar Sate Dengan Dry Eye Syndrome Di Kecamatan Gubeng Surabaya”
Tugas akhir ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
kegiatan penelitian guna memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana kedokteran.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada :
1. Prof. Dr Soedarto. DTM & Ph.D. Sp. Prak, selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya yang telah memberi fasilitas dan
kesempatan bagi penulis menuntut ilmu di Fakultas Kedokteran Universitas
Wijaya Kusuma Surabaya.
2. Budhi Setiawan, dr,Mkes,Dr selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan arahan, serta dorongan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
3. Bu Sri Lestari Utami, S.Si., M.Kes selaku penguji tugas akhir yang telah
memberikan kesempatan penulis untuk mempresentasikan hasil tugas akhir
yang sudah dibuat oleh penulis.
4. Segenap tim pelaksana tugas akhir yang telah memberikan fasilitas proses
penyelesaian proposal penelitian
5. Kedua orangtua yang telah memberikan doa dan dukungan sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas akhir ini
6. Semua pihak yang tidak mungkin disebut satu per satu yang telah membantu
dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis sadar bahwa masih banyak terdapat
kekurangan dan jauh dari sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan segala
kritik dan saran dari pembaca demi menyempurnakan Tugas Akhir ini.
iv
ABSTRAK
Esti Nur Hidayati. 2018. Hubungan Antara Polusi Asap Pada Pembakar Sate
Dengan Dry Eye Syndrome Di Kecamatan Gubeng Surabaya. Tugas Akhir.
Fakultas Kedokteran. Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Sindroma mata kering (Dry Eye Syndrome) adalah suatu kumpulan gejala
dengan kondisi mata terasa perih, mudah lelah, gatal, merah dan mata terasa
seperti berpasir. Sindroma mata kering dapat terjadi karena kondisi lingkungan
(alergi, debu, dan asap). Salah satu asap pembakaran adalah asap pembakaran
sate. Asap pembakaran arang merupakan suatu polusi udara yang dapat
menimbulkan inflamasi pada permukaan mata. Pada asap pembakaran terkandung
bahan-bahan logam yang dapat mengiritasi mata. Mata kering merupakan
penyakit multifaktorial air mata dan permukaan mata yang menimbulkan gejala
tidak nyaman, gangguan penglihatan, dan instabilitas lapisan air mata yang
berpotensial kerusakan pada permukaan mata. Dari uraian tersebut dilakukan
penelitian ini untuk menganalisis lebih lanjut tentang hubungan antara polusi asap
pada pembakar sate dengan dry eye syndrome di Kecamatan Gubeng Surabaya.
Populasi penelitian ini adalah pembakar sate di Kecamatan Gubeng, Kota
Surabaya, Provinsi Jawa Timur, dengan besar sampel yang diambil pada
penelitian ini adalah 62 responden. Dengan uji statistik yang digunakan dalam
proses pengolahan data adalah uji Pearson dengan korelasi. Metode ini digunakan
untuk mengetahui hubungan polusi asap pembakaran dengan dry eye syndrome di
Kecamata Gubeng, Kota Surabaya. Dan dari hasil penelitian menunjukkan adanya
hubungan antara polusi asap pada pembakar sate dengan dry eye syndrome di
Kecamatan Gubeng, Surabaya, dengan nilai p < 0,05.
v
ABSTRACT
vi
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ............................................................................
1
B. Rumusan masalah .......................................................................
4
C. Tujuan penelitian ........................................................................
5
vii
viii
ix
x
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Eye Syndrome) merupakan kelainan pada mata bagian anterior yang sering
terjadi akibat inflamasi. Sindroma mata kering adalah kondisi yang terjadi
pada pasien yang mencoba perawatan mata sebelumnya dan merupakan ciri-
ciri dari inflamasi pada permukaan mata dan kelenjar lakrimalis (Mohammad,
2011). Sindroma mata kering adalah suatu kumpulan gejala dengan kondisi
mata terasa perih, mudah lelah, gatal, merah dan mata terasa seperti berpasir
(Ohashi, 2003)
ke tahun bekisar 7,4 – 57,89 %. Penelitian yang dilakukan oleh Moss dan
pada 3.722 subyek berumur 59 tahun. Menurut Schein et al (1997) tidak ada
hubungan antara mata kering dengan umur atau jenis kelamin. Sementara
penelitian lain, wanita dapat mengalami sindroma mata kering lebih cepat
daripada pria, sekitar usia 45 tahun atau pada usia onset menopause. Hal itu
telah didukung oleh penelitian yang dilakukan kepada 926 subjek wanita
berumur 40 dan lebih dari 40 memiliki diagnosis terkait mata kering (Mc
Carty, 1998).
1
2
dan kontrasepsi oral juga dikaitkan dengan mata kering (Ohashi, 2003).
dari 3800 senyawa kimia ditemukan dalam tembakau rokok, dan kelompok
terbesar adalah senyawa nitrogen, yaitu 24%, serta hidrokarbon 15% (June,
1996).
hari dalam jangka waktu minimal enam bulan selama hidupnya dan masih
jumlah rokok yang dihisap per hari, yaitu seseorang yang mengonsumsi
rokok satu sampai sepuluh batang per hari disebut perokok ringan, 11 -20
batang per hari disebut perokok sedang, dan lebih dari 20 batang per hari
kimia dan gas iritatif yang terkandung dalam asap dan dapat menimbulkan
pernapasan yang lebih berat. Asap sendiri adalah kompleks campuran dengan
komponen yang bergantung pada jenis bahan bakar, kadar air. Asap
merupakan perpaduan atau campuran karbon dioksida, air, zat yang terdifusi
di udara, zat partikulat, hidrokarbon, zat kimia organik, nitrogen oksida, dan
Komposisi asap tergantung dari banyak faktor, yaitu jenis bahan bakar,
kelembaban, temperatur api, kondisi angin, dan hal lain yang mempengaruhi
dalam maupun lingkungan luar karena bahan kimia, fisik, ataupun biologis
yang mengubah karakteristik natural dari atmosfer (Pande dan Putu, 2017).
Asap pembakaran sate yang berasal dari arang kayu mengandung berbagai
polutan berbahaya yang dapat menganggu fungsi dan komponen darah. Tiap
atom karbon dari arang atau kayu yang terbakar akan bereaksi dengan dua
atom oksigen membentuk gas karbondioksida (CO2), jika tiap atom karbon
tersebut bereaksi dengan satu atom oksigen, maka akan terbentuk gas
mata. Iritasi yang terjadi diikuti peradangan pada permukaan mata. Selain itu,
lapisan air mata yang berpotensial kerusakan pada permukaan mata. Lapisan
air mata pada pasien mata kering tidak stabil dan tidak mampu
B. Rumusan Masalah
Adakah hubungan antara polusi asap pada pembakar sate dengan dry
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara polusi asap pada pembakar sate dengan Dry
2. Tujuan Khusus
Surabaya
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Penelitian
2. Manfaat Instansi
Syndrome.
6
3. Manfaat Masyarakat
sate tentang dampak yang ditimbulkan akibat dari asap bakaran sate
TINJAUAN PUSTAKA
tubuh sebagai perlindungan terhadap lingkungan luar. Alis mata dan bulu
mata dapat menangkap partikel-partikel kecil seperti debu dan silia juga
Tear film memilki fungsi untuk membasahi toksin dan alergen dan berisi
protein yang dapat mengontrol lapisan mata. Mucin menstabilkan tear film
2001).
limbus, dan konjungtiva. Pada permukaan mata normal dilapisi oleh lapisan
tear film. Air mata memiliki fungsi untuk membasahi/melembabkan sel epitel
mata, melumasi permukaan mata dengan memberikan respon air mata untuk
dalam air mata termasuk lisozim, laktoferin, lipokalin, IgA, dan cistatin S.
lapisan aqueous, dan lapisan mucin. Lapisan superfisial dari tear film adalah
7
8
hormon androgen dan esterogen. Berkedip juga memliki fungsi penting dalam
utama air mata. Defisiensi kelenjar air mata ini menjadi penyebab utama dry
eyes syndrome atau Sindroma mata kering. Sekresi air mata distimulasi oleh
Lapisan ketiga adalah lapisan mucin yang diproduksi oleh sel goblet
hidrofilik pada bagian atas dan hidrofobik pada bagian lain. Ketika terjadi
defisiensi mucin akibat terpapar bahan kimia atau kerusakan permukaan mata
sebagai kelainan dari tear film akibat defisiensi air mata atau evaporasi
kering (DES) adalah 2 dari penyakit inflamasi yang sering terjadi pada
bagian anterior mata. Kedua kondisi tersebut memiliki efek yang besar
heterogen dan multifaktorial dari preokular tear film atau penyakit pada
mata akan menjadi kering dan timbul ‘dry spot’ yang akan menyebabkan
mata menjadi iritasi, perih, diikuti reflek berkedip serta pengeluaran air
yang akan menyebabkan ulkus, infeksi, bahkan tahap yang paling parah
dan evaporasi/penguapan.
a. Defisiensi Aqueous
dimana infiltrasi kelenjar ludah dan air mata diaktifkan oleh T-cell,
b. Evaporasi.
yaitu:
Berdasarkan suatu penelitian tentang DES, the Women’s Health Study dan
14
wanita dan 1,68 juta pria dengan total 4,91 juta masyarakat Amerika
Serikat usia 50- <50 tahun terkena DES. Hal ini menunjukkan bahwa
resiko yang lebih tinggi terhadap DES daripada pria. Data dari WHS juga
menyebutkan bahwa ras Asia dan Latin lebih tinggi beresiko DES
pula pada beberapa negara, seperti di Indonesia. Pada usia tersebut yang
(McMonnies, 2007).
yaitu 27,5% pada penduduk yang berusia diatas 21 tahun dengan faktor
prevalensi 33,7 % pada wanita dan memiliki faktor resiko usia (Lee,
2002)
kelembaban rendah, suhu kamar tinggi, paparan angin, polusi dan kualitas
2002).
kering. Diet rendah asam lemak omega-3 atau diet dengan jumlah yang
16
relatif tinggi omega-6 asam lemak relatif terhadap asam lemak omega-3
(Lee, 2002).
akan lebih sering menyerang wanita daripada pria. Hal ini terjadi karena
yang kecil pada masa tua, sedangkan wanita memiliki masa menopause
epidermal growth faktor pada mata kering, selain itu lisozim, fosfolipase
inflamasi yang melibatkan jalur MAP kinase dan sinyal NFkB. Selain itu
juga ikut berperan (Paiva, 2006). Ada bukti yang menjelaskan bahwa
komponen dalam mucin air mata mengalami defisiensi pada DES. Pada
c. Nyeri
e. Peningkatan berkedip
g. Photopobia
i. Kemerahan
Saat ini tidak ada kriteria yang sama untuk diagnosis DES. Secara
a. Tes Schirmer
Tes ini tidak bersifat invasif atau merusak bagian tubuh. Tes
airmata. Nilai di bawah 6-7 mm dianggap kurang. Tes ini dapat juga
dianggap dry eye. Tes ini akan negatif pada mata normal, yaitu
(Mohammad, 2011).
d. Pemulasan Flurescein
(Mohammad, 2011).
keparahan. Pada kasus yang ringan hanya memerlukan air mata buatan
(Coleman, 2003).
saat tidur malam, pemijatan kelopak mata dan pengompresan air hangat
2003).
toksisitas pada pasien yang menggunakan pengganti air mata secara terus-
perhari atau tiap jam perhari, memberikan obat topikal pada mata sebelum
DES adalah asam hyaluronat dan autologous serum. Pilocarpin oral telah
dapat digunakan pada pasien dengan risiko tinggi DES. Selain itu
inflamasi. Telah diakui bahwa inflamasi adalah sebab dan akibat penyakit
epitel kornea yang akan menyebabkan hilangnya lapisan musin air mata
sel permukaan okuler, seperti sitokin yang dihasilkan sel T helper (Th).
Leukocyte Antigen (HLA-DR) juga telah terbukti diregulasi dalam Dry Eye
A. Kerangka Konsep
Non Sjӧrgen
Penyebab Sindroma
Mata Kering (DES)
II. Evaporasi/Penguapan
1. Intrinsik
2. Ekstrinsik
25
26
peneliti mengenai hubungan antara polusi asap pada pembakar sate dengan
B. Hipotesis Penelitian
polusi asap pada pembakar sate dengan Dry Eye Syndrome di Kecamatan
Gubeng, Surabaya”.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
mengetahui hubungan antara polusi asap pada pembakar sate dengan dry eye
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu Penelitian
27
28
1. Populasi
2. Sampel
a. Besar Sampel
sampel yang dapat mewakili populasi yang ada. (b) Sampel harus cukup
n=
n=
Keterangan :
n = besar sampel
0,2
c. Kriteria Sampel
1) Kriteria Inklusi
2) Kriteria Eksklusi
Kristeria eksklusi pada penelitian ini adalah:
D. Variabel Penelitian
Variabel terikat pada penelitian ini adalah sindrom mata kering/ Dry Eyes
Variabel bebas pada penelitian ini adalah polusi asap pembakaran sate.
31
E. Definisi Operasional
2. Polusi asap Berapa lama waktu 1. Paparan asap >6 jam Kuisioner Nominal
pembakaran yang diperlukan PaPaparan asap ≤6 jam
untuk pembakaran
F. Prosedur Penelitian
PERSIAPAN PENELITIAN
Sampel
Kriteria Sampel
Kriteria Ekslusi
Mengolah data dan melakukan analisis data sesuai dengan tujuan penelitian
dan rumusan masalah
Waktu Pelaksanaan
Rencana Kegiatan
September Oktober November
Penelitian
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengumpulan Data
Pembuatan
Laporan
laporan.
a. Bahan
1) Buku/ kertas
2) Bolpoint
4) Penggaris
b. Alat
a. Pengumpulan Data
kuantitas air mata dari sampel akan dilihat oleh peneliti berdasarkan
maka individu tersebut menderita DES berat, bagian basah kertas filter
negatif bila hasilnya >10 mm. Selanjutnya hasil penelitian akan diolah
jawaban yang masuk. Dalam pekerjaan ini yang perlu diperhatikan ialah
katagorinya.
G. Analisis Data
1. Analisis Univariat
yang diteliti.
2. Analisis Bivariat
Hipotesis Statistik
H0 : Tidak ada hubungan antara polusi asap pada pembakar sate dengan
(SPSS) versi 16 for Windows. Uji statistik yang digunakan dalam proses
HASIL PENELITIAN
Surabaya yang dimana keseharian mereka terpapar asap pembakaran sate. Hasil
Penelitian akan dianalisis menggunakan SPSS 20.0 dengan uji Chi Square.
Kecamatan Gubeng, Kota Surabaya. Dimana penjual sate disana akan di tes
kuantitas air mata mereka menggunakan kertas Schirmer dan mereka juga
harus mengisi kuisioner yang ada untuk mengetahui lama paparan dan
kebiasaan merokok.
asap pembakaran sate serta kebiasaan merokok dan tes Schirmer sebagai alat
37
38
25 tahun.
39
Normal 35 56,5
Abnormal 27 43,5
Total 62 100.0
Sumber: Hasil Survei, 2018
variabel. Berikut ini akan disajikan hasil pengujian menggunakan uji Chi
Square.
Tabel 5.4 Hubungan Antara Polusi Asap Pada Pembakar Sate Dengan
Dry Eye Syndrome di Kecamatan Gubeng, Surabaya
Lama paparan Sindroma mata kering
Total chi square
asap pembakaran Normal Abnormal
≤ 6 jam 33 (86,8%) 5 (13,2%) 38 (100%)
> 6 jam 2 (8,3%) 22 (91,7%) 24 (100%) Sig. = 0,000
Total 35 (56,5%) 27 (43,5%) 62 (100%)
Sumber : Hasil Survei, 2016
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui, dari 100% responden
responden yang terkena paparan asap pembakaran sate ≤ 6 jam sehari, 86,8%
100% responden yang terkena paparan asap pembakaran sate > 6 jam sehari,
8,3% diantaranya tidak mengalami sindroma mata kering (normal) dan 91,7%
Berdasarkan hasil uji Chi Square diperoleh nilai p < 0,05, artinya ada
hubungan antara polusi asap pada pembakar sate dengan Dry Eye Syndrome
PEMBAHASAN
Gubeng, Surabaya adalah untuk mengetahui hubungan antara polusi asap pada
jam sehari (61,3%) dan 24 orang penjual sate di Kecamatan Gubeng, Kota
Surabaya mengalami paparan asap pembakaran sate > 6 jam sehari (38,7%). Dari
total semua sampel, sebanyak 27 orang penjual sate di Kecamatan Gubeng, Kota
kuantitas air mata dengan kertas filter Schirmer menunjukan hasil normal.
Sicca (KCS) adalah gangguan pada mata yang disebabkan oleh hilangnya
keseimbangan antara lapisan air mata (tear film) dan permukaan sehingga
berkurangnya produksi air mata yang digunakan untuk melumasi mata akibatnya
terjadi iritasi dan kerusakan pada permukaan mata penderitanya. Menurut Nora
(2013), Sindroma mata kering adalah gangguan lapisan air mata karena defisiensi
atau kelebihan air mata yang menyebabkan penguapan dan kerusakan pada
43
44
okular. Gangguan mata ini sangat umum di kalangan masyarakat yang memiliki
Sindroma mata kering adalah penyakit multifaktorial dari air mata dan
penglihatan dan ketidakstabilan lapisan air mata dengan potensi kerusakan pada
permukaan mata. Hal ini disertai dengan peningkatan osmolaritas lapisan air mata
Banyak faktor yang berperan dalam terjadinya Dry Eye Syndrome baik
pada wanita maupun pria, salah satunya adalah usia, Dry Eye Syndrome dialami
oleh hampir semua penderita usia lanjut, 75% di atas 65 tahun baik laki maupun
perempuan. Namun Tidak menutup kemungkinan juga bisa diderita oleh anak
(Tanushree, 2014).
maupun lingkungan luar karena bahan kimia, fisik, ataupun biologis yang
sate yang berasal dari arang kayu mengandung berbagai polutan berbahaya yang
dapat menganggu fungsi dan komponen darah. Tiap atom karbon dari arang atau
kayu yang terbakar akan bereaksi dengan dua atom oksigen membentuk gas
45
karbondioksida (CO2), jika tiap atom karbon tersebut bereaksi dengan satu atom
mata. Iritasi yang terjadi diikuti peradangan pada permukaan mata. Selain itu,
air mata yang berpotensial kerusakan pada permukaan mata. Lapisan air mata
pada pasien mata kering tidak stabil dan tidak mampu mempertahankan kualitas
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara polusi asap pada
pembakar sate dengan Dry Eye Syndrome di Kecamatan Gubeng Surabaya. Hasil
dari penelitian ini didapatkan dari 100% responden responden yang terkena
paparan asap pembakaran sate ≤ 6 jam sehari, 86,8% responden tidak mengalami
sindroma mata kering (normal) dan 13,2% responden mengalami sindroma mata
kering (abnormal). Selajutnya dari 100% responden yang terkena paparan asap
pembakaran sate > 6 jam sehari, 8,3% diantaranya tidak mengalami sindroma
mata kering (normal) dan 91,7% responden lainnya mengalami sindroma mata
kering (abnormal). Berdasarkan hasil uji korelasi Chi-square diperoleh nilai p <
0,05, artinya H1 diterima dan H0 ditolak. Maka hasil penelitian ini dapat
dinyatakan bahwa ada hubungan antara polusi asap pada pembakar sate dengan
Telah diakui bahwa inflamasi adalah sebab dan akibat penyakit mata kering.
Permukaan mata yang inflamasi mengakibatkan rusaknya sel epitel kornea yang
Inflamasi merupakan hasil dari aktivasi jalur inflamasi bawaan pada sel
permukaan okuler, seperti sitokin yang dihasilkan sel T helper (Th). Sitokin
permukaan mata. Pada penelitian Pflugfelder et al, (2013) perubahan kadar sitokin
Th pada permukaan mata telah ditemukan pada pasien mata kering (Augustine,
2013).
Leukocyte Antigen (HLA-DR) juga telah terbukti diregulasi dalam Dry Eye
PENUTUP
C. Kesimpulan
D. Saran
sebagai berikut:
1. Bagi Responden
lebih berat.
47
48
2. Peneliti Selanjutnya
dan kering.
49
DAFTAR PUSTAKA
Lee AJ, Lee J, Saw S-M, G Gazzard, Koh D, Widjaja D, & D T H Tan. 2002.
Prevalence and risk factors associated with dry eye symptoms: a population
based study in Indonesia. Br J Ophthalmol. 86(12): 1347-1351
Asyari F. 2007. Dry Eye Syndrome (Sindrom Mata Kering). Dexa Media, 20(4):
162-164.
Brewitt H and Sistani F. 2001. Dry Eye Disease: The Scale of the Problem. Surv
Ophthalmol. 45 Suppl 2:S199-202
Dartt D, Hodges R, Zoukhri D. 2006. Tear and Their Secretion. In: FJ (ed) The
Biology of The Eye. Academic Press, New York, pp. 21-82
Foulks GN and Lemp AN. 2007. Report of the International Dry Eye Workshop
(DEWS). The Ocular Surface. 5:65-204.
June M. 1996. Penentuan Kandungan Unsur Beracun Dalam Asap Rokok Dengan
Metode Pengaktifan Neutron. Nuclear Enginering Department. Urbana
Illinois USA.
50
Koh SW. 2008. VIP and VIP gene silencing modulation of differentiation marker
N-cadherin and cell shape of corneal endothelium in human cornea ex
vivo. Invest Ophthalmol Vis Sci. 49:491–3918
Kunert KS, Tisdale AS & Gipson IK. 2002. Goblet cell numbers and epithelial
proliferation in the conjunctiva of patients with dry eye syndrome treated
with cyclosporine. Arch Ophthalmol. 120:330–7.
Lambert KL. 1983. Vascularized patellar tendon graft with rigid internal fixation
for anterior cruciate ligament insufficiency. Clin Onhop. 172: 85-9.
McCarty CA, Bansal AK, Livingston PM, Stainslavsky YL & Taylor HR. 1998.
The Epidemiology of Dry Eye in Melbourne, Australia. Ophthalmology.
105(6):1114-9
Miljanovic B, Dana R &Sullivan DA, et al. 2007. Impact of dry eye syndrome on
vision-related quality of life. American journal of ophthalmology. 143:409-
15
Mohammad AJ, MD and Sepehr Feizi MD. 2011. Dry Eye Syndrome. J
Ophthalmic. 6(3): 192-198
Moss SE, Klein R & Klein, BE. 2000. Prevalence of and Risk Factors For Dry
Eye Syndrome. Arch. Ophthalmol. 118:1264-8.
Pande MI and I Putu AG. 2017. Prevalensi Gangguan Fungsi Paru Akibat
Paparan Asap Pada Pedagang Sate Di Denpasar. Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana.
Perry HD. 2008. Dry Eye Disease: Pathophysiology, Classification and Diagnosis.
Am J Manag Care. 14(3 Suppl): S79-87
Pflugfelder SC, Corrales RM & Paiva CS. 2013. T helper cytokines in dry eye
disease. Experimental Eye Research, xxx, 1-8
Rini S, Dinyar SW & Nugraha A. 2015. Lama Merokok dan Jumlah Konsumsi
Rokok terhadap Trombosit pada Laki-laki Perokok Aktif. Fakultas
Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi
Roberto S and Rakesh K. 2004. Helping You Make Informed Decisions. The
American Community—Asians: U.S. Census Bureau American Community
Survey Reports. ACS-05
Schein OD, Munoz B, & Tielsch JM. 1997. Prevalence of Dry Eye Among the
Elderly. Am. J. Ophthalmol. 124: 723-8.
Solomon A, Dursun D, Liu Z, Xie Y, Macri A & Pflugfelder SC. 2001. Pro- and
anti-inflammatory forms of interleukin-1 in the tear fluid and conjunctiva of
patients with dry-eye disease. Invest Ophthalmol. 42(10): 2283-92
Stephen P, Roger B & Michael E. 2004. Dry Eye and Ocular Surface Disorders.
Medical. Taylor & Francis.
Tsubota K, Hirai S, King LS, Agre P & Ishida N. 2001. Defective Cellular
Trafficking of Lacrimal Gland Aquaporin-5 in Sjogren’s Syndrome. Lancet.
3; 357(9257):688-9
52
Lampiran 1
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis dengan judul
“Hubungan Antara Polusi Asap Pada Pembakar Sate Dengan Dry Eye
Syndrome Di Kecamatan Gubeng Surabaya”, benar hasil karya saya sendiri,
bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui
sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat
dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan saya bersedia menerima
saksi atas perbuatan tersebut.
Lampiran 2
(Informed Consent)
Surabaya, ..................................
Responden
(.............................)
Saksi :
Lampiran 3
54
PENGANTAR KUESIONER
Judul Penelitian : Hubungan Antara Polusi Asap Pada Pembakar Sate Dengan
Dry Eye Syndrome Di Kecamatan Gubeng Surabaya
Surabaya, ....................................
Mengetahui : Peneliti,
Lampiran 4
55
KUISIONER PENELITIAN
Saat ini peneliti sedang melakukan survei tentang Hubungan Antara Polusi
Asap Pada Pembakar Sate Dengan Dry Eye Syndrome Di Kecamatan Gubeng
Surabaya.
Partisipasi anda sangat kami harapkan dalam mengisi kuisioner ini. Kami
harap informasi yang anda berikan adalah sesuai dengan keyakinan anda. Setiap
jawaban yang anda berikan merupakan bantuan yang tidak ternilai besarnya bagi
penelitian kami. Bila terdapat kesulitan menjawab, dapat bertanya langsung
kepada kami.
Nama Responden :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
No. Hp/Telp :
KUISIONER
56
Lampiran 5
OUTPUT SPSS
Frequency Table
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Asap
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Perokok
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Crosstabs
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Asap * Sindroma mata kering 62 100.0% 0 .0% 62 100.0%
Perokok * Sindroma mata
62 100.0% 0 .0% 62 100.0%
kering
Asap * Sindroma mata kering
Crosstab
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 36.880a 1 .000
b
Continuity Correction 33.756 1 .000
Likelihood Ratio 41.554 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 36.285 1 .000
b
N of Valid Cases 62
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.45.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.a
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .611 .000
Interval by Interval Pearson's R .771 .080 9.386 .000c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .771 .080 9.386 .000c
N of Valid Cases 62
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Perokok * Sindroma mata kering
Crosstab
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 21.585a 1 .000
b
Continuity Correction 19.270 1 .000
Likelihood Ratio 23.330 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 21.237 1 .000
b
N of Valid Cases 62
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.06.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.a
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .508 .000
Interval by Interval Pearson's R .590 .100 5.661 .000c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .590 .100 5.661 .000c
N of Valid Cases 62
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
62
Lampiran 6
63
Lampiran 7
64
Lampiran 8
Dokumentasi Penelitian
65