Anda di halaman 1dari 3

KisahHaru Di Putih Biru Disaat situasi seperti ini waktu yang sama

Karya Fauji Islami Phasya sekali sangat tidak pas, aku tidak punya
inspirasi apapun untuk mengatur semua
Pagi itu aku siap-siap untuk konsep.
berangkat Aku tidak mau mengecewakan
sekolah, kepercayaan teman-temanku, sehingga
akhirnya aku menyetujui dan
menerimanya. Semua siswa aku suruh
untuk pulang ke rumah masing-masing
dikarenakan sudah sore, dengan awan
hitam seperti tidak mendukung untuk
mengeluarkan sepeda motor lalu pergi. kami meneruskannya.
Jarak rumahku ke sekolah tak lebih 5 Di rumah aku terus memikirkan konsep
kilometer, dengan waktu 10 menit. Aku apa yang akan ditampilkan kelasku nanti
duduk di kelas IX yang pada saat itu pada acara pelepasan. Hingga pukul 8
berada di kelas XI 9. 30 menit kemudian malam aku belum menemukan konsep
bell pun berbunyi, itu tandanya sudah yang pas untuk tampil.
masuk waktu pembelajaran. Aku duduk Aku menahan beratnya kantung mata
tepat berhadapan dengan meja guru, dan demi tanggung jawab yang diberikan oleh
ditemani oleh temanku yang bernama teman-temanku. Tepat pukul 11 malam,
Alan. Wali kelasku tiba-tiba masuk ke aku baru menemukan konsep dan
kelas, padahal ini bukan bagian semuanya berakhir pukul 1 malam.
pelajarannya. Lalu dia memberitahukan Keesokan harinya aku mengumumkan
bahwa pelepasan untuk kelas XI tinggal hasil konsep kepada teman-temanku, dan
beberapa minggu lagi. pada akhirnya mereka menyetujui hasil
“Untuk semua siswa dikarenakan minggu konsepku. Sepulang sekolah kami
depan kita akan menghadapi pelepasan, langsung bergerak menyiapkan bahan-
diharapkan mengatur konsep acaranya bahan yang akan ditampilkan. Dengan
lalu tentukan ketua pelaksananya.” cara dan alat seadanya kami bergerak
Ucapnya. dengan semangat 45, hari itu juga
Mendengar informasi itu, kami serentak setengah konsep telah terselesaikan.
merasa kaget karena itu bukanlah waktu Kami berlatih dengan sangat senang tanpa
yang baik untuk mempersiapkan merasa terbebani atau apapun.
semuanya. Hari demi hari telah terlewati, kami
Setelah jam pelajaran selesai, kami semua habiskan waktu dengan berlatih.
tidak langsung pulang. Semuanya sibuk Hari itu seorang temanku memberi
dan berpikir kritis untuk mempersiapkan pendapat tentang konsep untuk acara
apa saja yang akan di tampilkan. Lebih pelepasan tersebut.
dari 10 orang berbicara dan menunjukku “Gimana kalo kita adakan rampak
untuk menjadi ketua pelaksananya. Lalu angklung lalu menyanyikan lagu daerah
serentak siswa kelas menyetujui itu. seperti manuk dadali dan sebagainya, kan
itu bisa melibatkan semua siswa?” “Aku setuju sama pendapat kamu, tapi
Ucapnya sambil dengan semangat menurut aku si masa ketua pelaksana
mengajakku supaya menyetujui pake batik? Agak beda dikit lah kaya pake
pendapatnya. jas gitu biar keliatan kerennya gitu lohh.”
Sebelum aku menjawab pendapatnya, Ucapnya dengan memperagakan jalanku
ternyata teman-temanku sudah dibayangi menggunakan jas hitam.
menyetujui pendapat tersebut lalu aku “Ya ide kamu bagus juga, aku punya jas
pun dengan refleks menyetujuinya juga. hitam di rumah jadi gak usah nyewa
Mulai lah konsep acara telah terlihat kesana-sini.” Kataku dengan nada yang
begitu rapih, 1 hari saja kami bisa semangat menghadapi acara pelepasan.
menguasai rampak angklung dengan Hari itu aku sangat cape sekali, bukan
kegigihan dan semangat mereka. hanya fisik namun pikiran pun harus terus
H-3, ya itu bukanlah waktu yang lama. berjalan. Sehingga baru saja pukul 8
Persiapan bukanlah waktu yang tepat. malam aku sudah tertidur dengan
Mematangkan konsep itulah caraku dalam nyenyak sekali tanpa aku sadari. Aku
mengatur semuanya. Karena terlalu fokus terbangun pada pukul 2 malam, tak lama
kepada acara, aku pun hampir lupa aku pun langsung ke kamar mandi dan
dengan kostum yang akan kami gunakan. mengambil air wudhu untuk menunaikan
Dikarenakan berbeda kepala, pastilah ibadah shalat sunah. Dengan tujuan agar
akan menghasilkan perbedaan pendapat acara pelepasan kelasku bisa berjalan
pula. Salah satu temanku berpendapat dengan lancar dan bisa mendapatkan
untuk memakai baju kebaya bagi juara pelepasan terbaik.
perempuan dan jas bagi laki-laki. Namun Hari-hari berikutnya tak jauh berbeda
lebih dari sebagian penduduk kelas tidak dengan hari kemarin, siang, sore dan hari
menyetujuinya karena itu membutuhkan libur kami makan untuk gladiresik konsep
biaya yang tidak sedikit. Sudah dapat saya acara. Semua konsep sudah hampir
simpulkan, ternyata mereka itu sempurna dan tak ada kecemasan lagi di
menginginkan sesuatu yang terlihat agak pikiranku. Di hari terakhir latihan kami, tak
mewah dengan biaya yang minimalis. Aku lupa untuk berdoa dan saling
pun menyarankan memakai baju batik. menyemangati satu sama lain. Aku
“Bagaimana jika kita menggunakan baju menyuruh mereka untuk besok datang ke
batik dengan bawahan hitam bagi laki-laki sekolah pukul 6 pagi agar banyak waktu
dan perempuan menyesuaikan dengan untuk mengatur segalanya. Dan akhirnya
tampilannya?” latihan terakhir kami berakhir pukul 4
99% teman-temanku menyetujui sore, tak seperti biasanya hingga hampir
pendapatku, ada 1 orang yang hanya malam karena hari itu kami membutuhkan
terdiam lalu aku tanya dengan tutur kata banyak istirahat untuk mempersiapkan
yang lembut. fisik yang lebih fresh. Angin sepoi-sepoi
“Hey, ko diam? Apa kamu ga setuju sama langit merah jingga bertanda mendukung
pendapat aku?” kami untuk pentas besok.
Aku bangun pukul 4 pagi, mempersiapkan berkata-kata. Aku mengingat perjuangan
pakaian yang digunakan dan tak lupa kami selama seminggu mempersiapkan
mendekatkan diri kepada Allah. Ketika aku semuanya dan akhirnya bisa berjalan
keluar rumah terdengar suara burung sesukses ini. Ya memang benar usaha
yang menyambutku untuk segera pentas tidak akan mengkhianati hasil. Untuk
disekolah, kicauannya mengingatkanku terakhir kalinya kami berkumpul berfoto
akan suara nyanyian teman-temanku. Tak bersama, lalu berpelukan dan bersalaman
lama aku pun bersiap berangkat sekolah. satu sama lain. Sebenarnya aku tak ingin
Sinar matahari begitu hangat seperti berpisah dengan mereka, namun mereka
menyelimuti tubuhku dari angin pagi yang mempunyai jalannya masing-masing
begitu dingin. Langit pun seperti berbicara dalam mewujudkan cita-cita begitu juga
padaku bahwa acara akan berjalan denganku. Aku percaya bahwa di setiap
dengan lancar. pertemuan pasti akan ada perpisahan,
Kami berkumpul di kelas tepat pukul 6 yang datang pasti akan pergi. Tetapi
pagi untuk bersama-sama memohon dalam hati, aku tak rela berpisah dengan
kelancaran acara pelepasan kelas ini. mereka secepat ini. Namun apa boleh
Acara dimulai pukul 8, tanpa ada rasa buat jika semuanya harus terjadi. Tak
tegang kami laksanakan sesuai konsep lama kemudian guru kami mengumumkan
yang telah disiapkan. Pertama-tama aku juara kelas terbaik. Dan ternyata kelas
melaporkan apa saja hasil selama kami mendapat juara 1. Tangis sedih
mempersiapkan untuk acara ini. Lalu tak bercampur bahagia kami keluarkan, tak
lama setelah itu, kepala sekolah membuka ada yang sia-sia dan akhirnya terwujud
acara pelepasan yang ditandai dengan apa yang kami impikan. Ini merupakan
menggunting pita dan menerbangkan salah satu kisah mengharukan yang saya
sepasang burung merpati. Pentas pertama alami, di saat-saat terakhir dan perlahan
kita yaitu rampak angklung, yang akan meninggalkan putih biru.
dibawakan oleh semua siswa kelas IX 9.
Acara demi acara telah dilewati, tak terasa
waktu sudah hampir habis yang saat itu
menuju pukul 9. Aku belum melihat
kesalahan yang dilakukan oleh teman-
temanku dan penonton pun seperti
menikmati acara yang kami tampilkan.
Pentas itu pun berakhir dengan nyanyian
kami bersama dengan wali kelas yang saat
itu menyanyikan lagu iwan fals
kemesraan. Tak ada seorangpun yang bisa
membendung air mata, semua nya
menangis gembira karena acara pelepasan
bisa berjalan dengan lancar. Aku pun
sangat bahagia sehingga aku tak bisa

Anda mungkin juga menyukai