Peritonitis bakterial spontan adalah infeksi spontan pada cairan asites tanpa adanya
sumber infeksi atau inflamasi yang jelas dari intraabdomen seperti adanya perforasi usus
atau luka operasi . ( Tsao, 2006 ; Cardenas, 2006).
(Cardenas, 2006)
1. Biakan positif SBP didiagnosis dengan adanya cairan asites PMNL ≥250 sel / mm3
dan biakan cairan asites positif untuk organisme tunggal.
2. rerata jumlah leukosit perifer 21.500/μL (median 21.400/μL, kisaran 7.100 –
44.800/μL) dengan persentase netrofi l 83%. Kondisi tersebut biasanya ditemukan
bersamaan dengan edema dan asites
3. cairan peritoneum berwarna keruh atau jumlah sel cairan peritoneum >100 sel/μL
atau jumlah sel netrofi l polimorfonuklear (PMN) >50 sel/μL.
4. Terdapat bakteri dalam cairan peritoneum ditandai dengan pewarnaan Gram atau
biakan cairan peritoneum positif atau tes counter-immuno-electrophoresesyang positif
untuk antigen bakteri dari cairan asites; dan
5. biakan darah positif.1
6. hitung neutrofi l polimorfonuklear >50 sel/μL
7. biakan cairan peritoneum positif.
G. Tatalaksana
Pasien dengan jumlah PMN cairan asites ≥250 sel / mm3, terlepas dari gejala, harus
menerima terapi antibiotik empiris dengan cefotaxime 2 g setiap 8 jam, atau
Cephalosporin generasi ketiga , ditambah albumin 1,5 g / kg dalam waktu masuk 6 jam
dan 1 g / kg pada hari ke 3 (dipiro,2008). Penggunaan albumin yang disarankan dalam
manajemen SBP, meskipun itu tidak termasuk dalam protokol pengobatan. Namun
pedoman untuk pencegahan dan pengobatan sindrom hepatorenal menyarankan bahwa
pemberian albumin dapat mengurangi kejadian gagal ginjal dan kematian pada pasien
dengan SBP (badawy,2008).
Pasien dengan jumlah PMN cairan asites <250 sel / mm3, tetapi dengan tanda-tanda
dan gejala infeksi (sakit perut, demam, ensefalopati, gagal ginjal, asidosis, atau
leukositosis perifer), juga harus menerima pengobatan antibiotik empirik dengan
cefotaxim 2 g setiap 8 jam, ataucephalosporin generasi ketiga (dipiro,2008). Pada
penelitian yang dilakukan oleh Badawy (2013) telah dilakukan uji klinik mengenai
efikasi cefotaxime untuk spontaneous bacterial peritonitis dan antibiotik alternatif yang
dapat digunakan untuk kasus resistant cefotaxime. Uji klinik ini melibatkan 100 pasien
dengan spontaneous bacterial peritonitis. Semua diobati sesuai dengan panduan AASLD
yaitu cefotaxime dan infus albumin intravena, kemudian dievaluasi responsnya setelah 2
hari pengobatan. Pasien dengan jumlah sel PMN (Polimorphonuclear) yang menurun
kurang dari 25% dianggap tidak berespons. Pasien yang tidak berespons kemudian dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu: meropenem dan levofloxacin, kemudian dievaluasi lagi
responsnya setelah 5 hari.Hasilnya, pengobatan cefotaxime berhasil pada 81% kasus.
Dari kasus yang gagal cefotaxime (19%), 11/11 pasien berhasil diobati dengan
meropenem (100%) dan 6/8 pasien berhasil diobati dengan levofloxacin (75%). Pasien
yang gagal diobati dengan levofloxacin, kemudian diobati sesuai hasil kultur yaitu 1
dengan vancomycin dan 1 dengan ampicillin sulbactam, dengan hasil baik.Dengan
demikian, kesimpulan dari uji klinik ini adalah, sesuai dengan panduan AASLD tahun
2009, cefotaxime efektif pada 81% kasus spontaneous bacterial peritonitis. Pada kasus
yang gagal dengan cefotaxime, uji klinik ini melaporkan 100% keberhasilan dengan
meropenem.
a. Profilaksi SBP
Antibiotik profilaksis harus benar-benar dibatasi untuk pasien berisiko tinggi
SBP. Tiga berisiko tinggi populasi pasien telah diidentifikasi: (1) pasien dengan
perdarahan gastrointestinal akut; (2) pasien dengan total kandungan protein yang rendah
di asites cairan dan tidak ada riwayat SBP (profilaksis primer); dan (3) pasien dengan
riwayat SBP (profilaksis sekunder)(Angeli et al, 2010).
Dalam beberapa tahun terakhir, epidemiologi infeksi bakteri pada sirosis telah
berubah, dengan meningkatnya insiden SBP dan infeksi lain yang disebabkan oleh
bakteri resisten kuinolon. Selain itu, sejumlah besar infeksi pada pasien dengan
perdarahan gastrointestinal disebabkan oleh bakteri Gram-positif mungkin berhubungan
dengan prosedur invasif digunakan pada pasien ini. Sebuah studi baru membandingkan
norfloxacin oral maupun ceftriaxone intravena untuk profilaksis infeksi bakteri pada
pasien dengan perdarahan gastrointestinal dan sirosis lanjut (minimal 2 dari berikut:
ascites, gizi buruk, ensefalopati, atau bilirubin> 3mg / dl) menunjukkan bahwa
ceftriaxone lebih efektif daripada norfloxacin dalam pencegahan infeksi. Rekomendasi
Pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal dan penyakit hati yang parah ceftriaxone
adalah antibiotik profilaksis pilihan, sementara pasien dengan penyakit hati yang lebih
ringan dapat diberikan norfloxacin atau kuinolon oral alternatif untuk mencegah
perkembangan SBP (Angeli et al, 2010).
Pasien dengan kandungan total protein rendah di asites cairan tanpa riwayat peritonitis
bakteri spontan
Uji coba secara acak dilakukan pada pasien dengan penyakit hati yang parah dengan
asites cairan protein lebih rendah dari 15 g / L dan tanpa riwayat SBP sebelumnya
menunjukkan bahwa norfloxacin (400mg / hari) mengurangi risiko SBP dan
meningkatkan kelangsungan hidup. Oleh karena itu, pasien ini harus dipertimbangkan
untuk jangka panjang dengan norfloxacin. Pada pasien dengan penyakit hati yang
moderat, konsentrasi protein ascites lebih rendah dari 15 g / L, dan tanpa riwayat SBP.
Khasiat quinolon dalam mencegah SBP atau meningkatkan kelangsungan hidup belum
pasti. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam bidang ini (Angeli et al, 2010).
Cefatoxim
Cefatoxime memiliki efek samping seperti Kolitis, Diare, Eosinophilia, Demam, nyeri di
tempat injeksi, Mual, Pruritus, ruam, Trombosit menurun, Muntah (Medscape, 2016).
Ceftriaxone
Ceftriaxone memiliki efek samping seperti Eosinofilia (6%), Trombositosis (5%), Diare
(3%), Leukopenia (2%), Ruam (2%), Nyeri (1%) (Medscape, 2016).
Norfloxacin
Norfloxacin memiliki efek samping seperti mual 4%, pusing 3%, sakit kepala 3%, kram
perut 3%, Kelemahan 1% (Medscape, 2016).
c. GOLONGAN FLUOROQUINOLON
Ciprofloxacin
Ciprofoxacin memiliki efek samping seperti Mual (3%), Nyeri perut (2%), Diare (2%
orang dewasa; 5% anak-anak), Peningkatan kadar aminotransferase (2%), Muntah (1%
orang dewasa; 5% anak-anak), Sakit kepala (1%), Peningkatan kreatinin serum (1%),
Ruam (2%), Gelisah (1%) (Medscape, 2016).
Ofloxacin
Ofloxacin memiliki efek samping seperti Mual (3-10%), Sakit kepala (1-9%), Insomnia
(3-7%), Pusing (1-5%), Vaginitis (1-5%), Diare (1-4%), Muntah ( 1-4%), kram perut (1-
3%), rasa Abnormal (1-3%), nyeri dada (1-3%), Kelelahan (1-3%), Perut kembung (1-
3%), gangguan GI (1-3%), Gugup (1-3%), Faringitis (1-3%), Pyrexia (1-3 %), gangguan
tidur (1-3%), gangguan Visual (1-3%), (Medscape, 2016).
ALBUMIN
DAFTAR PUSTAKA
Angeli Paolo, Kurt Lenz, Søren Møller, Kevin Moore, Richard Moreau. 2010. EASL clinical
practice guidelines on the management of ascites, spontaneous bacterial peritonitis, and
hepatorenal syndrome in cirrhosis.Journal of Hepatology. vol. 53 j 397–417
Badawy AA, Tarik IZ, Samar MS, Mohamed HE, Noha ES, Talaat FA,. 2013. Effect of
alternative antibiotics in treatment of cefotaxime resistant spontaneous
bacterial peritonitis.World Journal of Gastroenterology. Vol 9. 8
Dipiro, J.T., Robert, L.T., Gary, C.Y., Gary, R.M., Barbara, G.W., L.Michael P. 2007.
Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. 7th Edition. New York: Mc Graw
Hill.
Fernandez Javier, Luis Ruiz Del Arbol, Cristina Gómez,§Rosa Durandez, Regina Serradilla,
Carlos Guarner,§ Ramón Planas, Vicente Arroyo, And Miguel Navasa, 2006,
Norfloxacin vs Ceftriaxone in the Prophylaxis of Infections in Patients With Advanced
Cirrhosis and Hemorrhage, Gastroenterology. Vol. 131, No. 4
Gorensek MJ, Lebel MH, Nelson JD. 1988. Peritonitis in children with nephrotic syndrome.
Pediatrics.;81:849-56.
Navasa Miquel, Antonio Follo, Josep M. Llovet, Gerardo Clemente, Victor Vargas, Antoni
Rimola, Francesc Marco, Carlos Guarner, Montserrat Forne, Ramon Planas, Rafael Ban
Ares, Luis Castells, Maria Teresa Jimenez De Anta, Vicente Arroyo, And Joan Rodes,
1996, Randomized, Comparative Study of Oral Ofloxacin Versus Intravenous
Cefotaxime in Spontaneous Bacterial Peritonitis, Gastroenterology, 111:1011–1017.
Siple JF, Morey JM, Gutman TE, Weinberg KL, Collins PD. Proton pump inhibitor use and
association with spontaneous bacterial peritonitis in patients with cirrhosis and ascites.
Ann Pharmacother. 2012 Oct. 46(10):1413-8. [Medline]
Tandon P, Garcia-Tsao G. Bacterial infections, sepsis, and multiorgan failure in cirrhosis. Semin
Liver Dis 2008;28:26-42.