Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (P.K.L)

DI PT. ABX
( PERUSAHAAN MANUFAKTUR SPAREPART OTOMOTIF )

PENERAPAN SMK3, KELEMBAGAAN KEAHLIAN K3, DAN UNDANG -


UNDANG NO. 1 TAHUN 1970

PELATIHANCALON AHLI K3 UMUM ANGKATAN KE – 296

KELOMPOK 1 (satu)

1. Aco Gameliel
2. Alfisahri Kurniawan
3. Almaaidah Puri Galevien
4. Berdi Gunawan
5. Chandra Prima Yoga
6. Edi Kurniawan
7. M. Eka Saputro

PENYELENGGARA

PT. DUTA SELARAS SOLUSINDO

JAKARTA, 11 JUNI 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktek
Kerja Lapangan di PT. ABX pada tanggal 11 Juni 2021, yang disusun sebagai salah satu
syarat dalam menyelesaikan program Pelatihan Calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Umum yang diselenggarakan oleh PT. Duta Selaras Solusindo tertanggal 24 Mei –
14 Juni 2021.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih terdapat beberapa


kekurangan, hal ini tidak lepas dari keterbatasannya pengetahuan dan wawasan yang kami
miliki, oleh karena itu kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang konstruktif
untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

Selama penyusunan laporan ini kami mendapatkan bimbingan dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sangat mendalam
kepada :

1. Manajemen PT. ABX yang sudah memberikan kesempatan kepada kami untuk
melakukan Praktek Kerja Lapangan.

2. Manajemen PT. Duta Selaras Solusindo yang telah mengkoordinir kami untuk
melakukan Praktek Kerja Lapangan

3. Teman – teman PKL kelompok 1 atas kerjasamanya dan meluangkan waktunya untuk
mengerjakan laporan bersama – sama.

Jakarta, Juni 2021

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR_______________________________________________________ii
BAB I____________________________________________________________________2
PENDAHULUAN__________________________________________________________2
A. Latar Belakang______________________________________________________2
B. Maksud danTujuan___________________________________________________3
C. Ruang Lingkup______________________________________________________3
D. Dasar Hukum_______________________________________________________4
BAB II___________________________________________________________________6
KONDISI PERUSAHAAN___________________________________________________6
A. Gambaran Umum Tempat Kerja_______________________________________6
B. Temuan Positif_______________________________________________________7
C. Temuan Negatif_____________________________________________________11
BAB III_________________________________________________________________13
ANALISA DAN PEMBAHASAN_____________________________________________13
A. Analisa Temuan Positif_______________________________________________13
B. Analisa Temuan Negatif______________________________________________32
BAB IV_________________________________________________________________39
PENUTUP_______________________________________________________________39
A. Kesimpulan________________________________________________________39
B. Saran______________________________________________________________41

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan ketenagakerjaan merupakan bagian integral dari pembangunan


nasional, karena tenaga kerja merupakan subyek dan obyek pembangunan. Dalam
hal ini, tenaga kerja sangat menentukan atas keberhasilan pembangunan.
Pembangunan dianggap berhasil jika masyarakat (tenaga kerja) dapat hidup dengan
sejahtera. Pembangunan ketenagakerjaan diarahkan pada pembentukan tenaga
profesional mandiri dengan etos kerja dan produktivitas tinggi. Tujuan dari adanya
pembangunan ketenagakerjaan yaitu untuk membentuk, meningkatkan, dan
mengembangkan tenaga kerja yang berkualitas, produktif, efisien, efektif, dan
berjiwa kewirausahaan sehingga mampu mengisi, menciptakan, dan memperluas
kesempatan kerja dan peluang usaha.

Seiring berkembangnya dunia perindustrian, berkembang pula penerapan


teknologi yang digunakan oleh setiap pemangku usaha. Perkembangan teknologi ini
terkadang berbanding terbalik dengan kemampuan sumber daya manusia yang ada.
Hal ini mengakibatkan sering terjadi adanya kecelakaan kerja pada setiap
perusahaan. Kemungkinan bahaya yang besar, berupa kecelakaan, kebakaran,
ledakan, pencemaran lingkungan dan akibat dari pekerjaan tersebut dapat disebabkan
oleh kesalahan dalam penggunaan peralatan, pemahaman, kemampuan dan
keterampilan serta kinerja (kompetensi) pekerja yang tidak memadai. Banyaknya
kasus kecelakaan yang terjadi di dunia perindustrian mengakibatkan para pengusaha
berupaya untuk mengurangi persentase kecelakaan. Adapun upaya yang dilakukan
untuk mengurangi kecelakaan yaitu membentuk suatu lembaga yang disebut lembaga
Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau K3.
Kelembagaan K3 merupakan suatu lembaga yang bertujuan untuk
mengurangi adanya kecelakaan kerja pada saat bekerja. Pada laporan Praktek Kerja
Lapangan ini, penulis mendapatkan tema yaitu“K3 Secara Umum, Kelembagaan
Keahlian K3, Dan Penerapan SMK3 Pada PT. ABX”. Laporan Kunjungan Praktek

2
Kerja Lapangan ini merupakan salah satu persyaratan untuk mendapatkan sertifikat
AK3 Umum yang diadakan oleh PT. Duta Selaras Solusindo yang bekerja sama
dengan KementrianKetenagakerjaan Republik Indonesia.Adapun kunjungan Praktek
Kerja Lapangan dilaksanakan pada tanggal 20 Februari 2021 di PT. ABX.
Perusahaaan ini merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur
sparepart otomotif yang telah berdiri sejak September 1991.

B. Maksud danTujuan
Adapun maksud dan tujuan penulisan laporan ini adalah:
1. Menerapkan teori K3 pada kondisi yang terdapat di PT. ABX

2. Mendapatkan gambaran dan pemahaman mengenai aplikasi Kesehatan dan


Keselamatan Kerja (K3) di lapangan khususnya di bidang K3 secara umum,
kelembagaan dan keahlian K3, dan PenerapanSistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja.
3. Menjadi Ahli K3 Umum yang mampu mengidentifikasi, menganalisa, dan
memberikan suatu saran perbaikan yang terdapat pada PT. ABX

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Kerja Praktek Lapangan ini yaitu:
1. P2K3 (Pengesahan ketua, sekretaris, program kerja, laporan per 3 bulan, rapat
bulanan), PJK3 yang melakukan riksa uji (SKP, tenaga ahli) dan Ahli K3
Umum.
2. K3 secara umum yaitu safety induction kepada pekerja, mitra/subkontraktor,
pengunjung/tamu, rambu/marka/safety sign, muster point,Alat Pelindung Diri
(APD), Prosedur Kerja (SOP), Job Safety Analysis (JSA), Job Safety
Observation (JSO), Hazard Identification Risk Assesment and Determining
Control (HIRADC), dan poster berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970.
3. Penerapan SMK3 Kebijakan K3, Perencanaan K3, Pelaksanaan Rencana K3,
Pemantauan dan evaluasi Kinerja K3 dan Peninjauan dan Peningkatan Kinerja
SMK3 , Audit eksternal dan audit internal SMK3, Penghargaan K3 (zero
accident award, sertifikat SMK3)

3
D. Dasar Hukum
1. Dasar Hukum terkait K3 secaraUmum

a. Undang-Undang No 1 Thn 1970 BAB V “Pembinaan” Pasal 9 (1) dan (2) :


Safety Induction

b. Undang-Undang No 1 Thn 1970 BAB V “Pembinaan ” Pasal 9 (4): Sistem


Operasional Produksi (SOP)

c. Undang-Undang No 1 Thn 1970 BAB IX “Kewajiban Bila Memasuki


Tempat Kerja” Pasal 13 :APD

d. Undang-Undang No 1 Thn 1970 BAB IX “Kewajiban Pengurus” Pasal 14c :


APD

e. Undang-Undang No 1 Thn 1970 BAB X “Kewajiban Pengurus” Pasal 14b:


Rambu/ marka/safety sign/ muster point

f. Undang-Undang No 1 Thn 1970 BAB X “Kewajiban Pengurus” Pasal 14


(a) : Poster UU No.1 Tahun 1970

g. Permenaker No.8 Tahun 2010 Pasal 2 (1-3) dan pasal 4 (1a,1b): APD

h. OHSAS 18001:2007 clause 4.3.1 : HIRADC

2. Dasar hukum terkait kelembagaan dan keahlian K3yaitu:

a. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Bab V


Pembinaan Pasal 9 Ayat (3) dan Bab VI P2K3 Pasal 10 Ayat (1)

b. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 Bagian Keempat Pelaksanaan


Rencana K3 Pasal 11 Ayat (1) dan (2) poin G

c. Permenaker No. 02 Tahun1992 tentang Tata Cara Penunjukan Kewajiban


dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pasal 7 Ayat (1)

d. Permenaker No. 04 Tahun 1987 tentang P2K3 serta Tata Cara Penunjukan
Ahli K3 Pasal 1, Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 11, dan Pasal 12

4
e. Permenaker No. 04 Tahun 1995 tentang PJK3Pasal 2 Ayat (1) dan Pasal
10 Ayat (1)

f. Kepmenaker No. : Kep-186/MEN/1999 tentang Unit Penanggulangan


Kebakaran di Tempat Kerja Bab II Pembentukan Unit Penanggulangan
Kebakaran Pasal 3 dan Pasal 6

g. OHSAS 18001:2007 tentang Sistem Manajemen K3-Persyaratan Klausul


4.4.7 Kesiapsiagaan dan tanggap darurat

h. ISO 14001:2004 tentang Sistem Manajemen Lingkungan – Persyaratan


dan panduan penggunaan Klausul 4.4.7 Kesiapsiagaan dan tanggap darurat
3. Dasar hukum terkait penerapan SMK3 yaitu:
a. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja BAB X
Pasal 14
b. Peraturan PemerintahRI Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per-01/MEN/2007
Tentang Pedoman Pemberian Penghargaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3)
d. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 26 Tahun 2014 Tentang
Penyelenggaraan Penilaian Penerapan SMK3
e. ISO 14001:2015 tentang Sistem Manajemen Lingkungan Klausul 7.2

5
BAB II
KONDISI PERUSAHAAN

A. Gambaran Umum Tempat Kerja


1. Profil Perusahaan
PT. ABX adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang manufactur
sparepart otomotif.Perusahaan ini didirikan sejak Bulan September Tahun 1991.
Adapun status investasi dari perusahaan ini adalah penanaman modal dalam
negeri. Perusahaan ini mempunyai luas area sebesar 3.5 Ha luas tanah dan 1.6 Ha
luas bangunan. Perusahaan ini mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 1.200 orang
yang dibagi menjadi 3 shift dalam 24 jam yang terbagi menjadi, shift 1(jam 07:00-
16:00), shift 2 (jam 16:00-00:00), dan shift 3 (jam 00:00-07:00). Produk yang
dihasilkan dari perusahaan ini berupa plastic parts, inner mirror, outer mirror,
product for electronic dan lainnya.

2. Visi & Misi


 Visi :
Visi dari PT. ABX yaitu menjadi salah satu perusahaan
manufacturingkomponen otomotif terbaik Indonesia
 Misi :
Adapun misi yang dari PT. ABX adalah sebagai berikut :
1) Kualitas produk & layanan yang unggul,
2) Operational excellence dengan pengelolaan K3 & Lingkungan yang baik
3) Menjalankan tanggung jawab sosial bagi masyarakat

3. Tahapan alur Proses Produksi

a. Proses Production & Maintenance Traceabilty


b. StatusProcess Control

6
c. Engineering & Document Control
d. Finance Accounting
e. Purchasing
f. Production Control
g. Salles/Markeeting,
h. Delivery to Customer
Alur proses produksi lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2. 1Alur Proses Produksi (dari bahan baku sampai hasil akhir)

B. Temuan Positif
1.1 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
a. Penerapan SMK3 PP 50 Tahun 2012
PT. ABX sudah menerapkan prinsip-prinsip SMK3 yang terdiri dari
kebijakan yang sudah disahkan oleh pimpinan, tertanggal dan
ditandatangani serta disosialisasikan. Kegiatan perencanaan K3 yang dibuat
dengan melibatkan ahli K3, pihak manajemen dan perwakilan pekerja.
Kegiatan pelaksanaan rencana K3 yang telah dilengkapi dengan sumber
daya manusia yang tersertifikasi dan sarana prasrana dengan pemenuhan
dokumen job safety analysis maupun surat izin kerja sebelum melakukan
pekerjaan. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 yang diawasi oleh
manajemen serta sudah dilakukannya kegiatan pengujian, pengukuran, dan
7
audit internal SMK3 oleh tim audit yang dilakukan 1 tahun sekali. Prinsip
terakhir yaitu kegiatan peninjauan dan peningkatan SMK3 yang dilakukan
oleh pihak manajemen jika terdapat perubahan SOP maupun jika ada
masukan dari pekerja.
b. Adanya penghargaan K3 untuk kegiatan CSR oleh UPTD Bogor
Pada Tahun 2019, PT. ABX telah mendapatkan penghargaan dari UPTD
Bogor sebagai perusahaan yang telah melakukan kegiatan CSR dengan
berkomitmen untuk menerima setiap kunjungan observasi atau PKL calon
Ahli K3.

1.2 Kelembagaan dan Keahlian K3


a. P2K3L
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa PT. ABX merupakan perusahaan
yang bergerak dibidang produksi sparepart otomotif. Adanya potensi
bahaya yang mungkin akan terjadi membuat PT. ABX membentuk P2K3L
(Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan).
Lembaga ini dibentuk dan disahkan pada tahun 2004 dimana ketuanya
dijabat langsung oleh CEO perusahaan dengan wakil ketua adalah
Environment Health and Safety Management Representative (EHSMR).
Sekretaris dari lembaga P2K3L ini yaitu seorang ahli K3 yang telah
memiliki sertifikat ahli K3 dan memiliki SKP (Surat Keputusan
Penunjukkan) dari Disnaker setempat.
Adapun anggota dari lembaga P2K3L ini yaitu masing-masing divisi
perusahaan yang diwakili oleh 2 orang, 1 orang mewakili manajemen dan 1
orangnya lagi mewakili pekerja. Pada perusahaan tersebut ada 9 bagian
diantaranya produksi 1, produksi 2, plant engineering& engineering, PPIC,
GA, R&D, QA, area office plant 1, dan area office plant 2.Rapat P2K3
dilaksanakan setiap 3 bulan sekali. Beberapa program kerja dari P2K3
diantaranya sosialisasi K3 melalui training safety awareness, melakukan
pemeriksaan terhadap aspek hygiene catering, serta melakukan safety
patrol setiap bulannya.

8
b. PJK3
PT. ABX melakukan standarisasi K3 terhadap alat, instalasi, mesin, tools,
equipment yang digunakan melalui preventive maintenance (yang lebih
diutamakan) baru corrective maintenance. Preventive maintenance untuk
setiap alat instalasi ada pengecekan berkala baik harian, mingguan,
bulanan, dan tahunan. Selain itu juga dilakukan preventive maintenance
berupa riksa uji berkala oleh PJK3 untuk alat dan instalasi yang diwajibkan
oleh undang-undang harus dilakukan riksa uji oleh PJK3. PJK3 yang
melakukan riksa uji berkala mempunyai surat keputusan penunjukkan dari
kementrian yang masih berlaku.

c. Ahli K3 Umum
PT. ABX mempunyai 4 orang Ahli K3 Umum yang telah tersertifikasi
dimana 1 dari 4 orang tersebut tersertifikasi Ahli K3 Khusus
penanggulangan kebakaran yang memiliki sertifikasi dari kementerian
yang masih berlaku.

d. Organisasi
PT. ABX memiliki organisasi yang bersifat fungsional selain P2K3 yaitu
Emergency Response Team yang terdiri dari tim evakuasi & P3K, tim
pemadam kebakaran, tim keamanan, tim tugas internal, dan tim transportasi
& logistik. Seluruh anggota dari tim evakuasi & P3K serta tim pemadam
kebakaran telah memiliki kompetensi yang tersertifikasi sesuai regulasi.

1.3 Undang - Undang No. 1 Tahun 1970


a. Safety briefing dan safety induction merupakan kegiatan yang wajib
dilakukan di PT. ABX. Perusahaan telah memberikan safety briefing
kepada pekerja setiap awal shift dimana perusahaan menamainya dengan
kegiatan five minute safety talk. Selain kepada para pekerja, safety
induction diberikan kepada pengunjung ataupun mitra. Hal ini

9
dimaksudkan agar para pengunjung atapun mitra yang ingin memasuki area
perusahaan telah mengetahui potensi bahaya yang terdapat di perusahaan.

b. Rambu/ marka/safety sign/ muster point


Pemasangan rambu ataupun safety sign telah dilakukan oleh PT. ABX di
dalam perusahaan. Rambu ataupun safty sign dipasang ditempat yang jelas
dan dapat dibaca dengan udah oleh para pekerja maupun pengunjung.
Selain rambu dan safty sign, PT. ABX juga memiliki 2 master point yang
disertai dengan peta evakuasi yang terdpt di perusahaan.

c. Alat Pelindung Diri (APD)


Alat Pelindung Diri (APD) merupakan alat pelindung wajib yang terdapat
di PT. ABX. Penggunaan APD sendiri disesuaikan dengan jenis pekerjaan
dan potensi bahaya yang terdapat di perusahaan. Penggunaan APD juga
berlaku bagi para pengunjung maupun mitra yang akan memasuki
perusahaan. Selain itu, PT. ABX selalu memeriksa masa expired dari setiap
APD yang mereka punya. Ketika terdapat APD yang memasuki masa
expired, maka pihak perusahaan melakukan pembaruan APD.

d. Prosedur Kerja (SOP), HIRADC


Pengurus PT. ABX telah menerapkan SOP sebagai standarisasi K3 dalam
pekerjaan baik itu proses utama maupun proses pendukung dan SOP
mengenai safety map area terkait bahaya apa saja yang terdapat di area
kerja, dengan baikdan sudah di approve dan mendapat stampeloleh bagian
safety, sehingga artinya dengan mendapat persetujuan dan stampel dari
bagian safety menandakan SOP sudah dievaluasi dari segi aspek K3 nya.
Mengenai identifikasi bahaya dan manajemen risiko PT. ABX
menggunakan sistem HIRADC.

10
e. Poster UU No. 1 Tahun 1970
Selain penempelan rambu dan safety sign, pihak perusahaan juga
memasang poster mengenai UU No.1 Tahun 1970. Poster ini dipasang di
seluruh area tempat kerja. Hal ini dilakukan agar para pekerja sadar
mengenai pentingnya menjaga keselamatan dan kesehatan saat bekerja.

C. Temuan Negatif
1.4 Kelembagaan dan Keahlian K3
a. Kurangnya tenaga ahli K3 Listrik
b. Ahli K3 Kimia tidak ada karena Nilai Ambang Kuantitas (NAK)

1.5 Undang-undang No. 1 Tahun 1970


Kurangnya pelaksanaan 5R yang terdapat di perusahaan. Hal ini sulit
dilakukan karena membutuhkan kesadaran dari semua pekerja yang
bersangkutan. Kurangnya penerapan 5R dibuktikan dengan masih banyaknya
sampah putung rokok yang dibuang ke dalam selokan. Sampah yang telah
dibuang ke dalam selokan dapat mengakibatkan penyakit dan mengganggu
kesehatan bagi para pekerja. Sampah yang dibuang tidak pada tempatnnya
menjadi sumber penyakit dikarenakan banyaknya vektor atau hewan
pembawa penyakit yang dapat berkembang biak.
Kurangnya pelaksaan 5R lainnya dapat terlihat pada barang-barang yang
tidak disusun rapih di suatu area bahkan ditumpuk terlalu tinggi. Barang yang
tidak tersusun rapih dapat menjadi sumber bahaya bagi pekerja dikarenakan
dapat menimbulkan resiko tertimpa barang tersebut.

1.6 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)


Tidak melakukan penilaian penerapan SMK3 (audit external SMK3 oleh
lembaga audit independen) Sesuai dengan PP No 50 Tahun 2012 pasal 3 ayat
1 bahwa PT. ABX sudah menerapkan kebijakan nasional tentang SMK3.
Namun, perusahaan ini tidak melakukan penilaian terhadap penerapan SMK3.
Hal ini bertentangan dengan pasal 16 ayat 2 bahwa perusahaan yang memiliki
11
potensi bahaya tinggi wajib melakukan penilaian penerapan SMK3 sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan dilakukan oleh lembaga
audit independen yang ditunjuk oleh menteri atas permohonan perusahaan.
Seperti yang telah diketahui bahwa perusahaan telah tersertifikasi SMK3 pada
tahun 2007. Sehingga perusahaan wajib melakukan penilaian melalui audit
eksternal selambat-lambatnya 3 tahun sekali.

12
BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN
A. Analisa Temuan Positif
1. K3 Secara Umum
Peraturan Perundang-
No Objek K3/Temuan dan Lokasi Analisa manfaat Saran
undangan
Undang Undang No. 1 tahun 1970
1. Safety Briefing untuk pekerja dan PT. ABX selalu memberikan Dalam penyampaian safety UU No 1 Thn 1970 BAB V
Safety Induction kepada mitra/ safety briefing bagi pekerja briefing maupun safety “pembinaan” Pasal 9 (1) dan
subkontraktor, pengunjung/ tamu sebelum memulai bekerja serta induction, diharapkan dapat (2) :
safety induction kepada para disampaikan secara jelas 1. Pengurus diwajibkan
mitra/ subkontraktor, baik kepada para pekerja menunjukkan dan menjelaskan
pengunjung/tamu sebelum maupun non pekerja yang pada tiap-tiap tenaga kerja baru
memasuki area tempat kerja. berada di tempat kerja. tentang :
Hal ini dimaksudkan agar para Memberikan waktu yang a. Kondisi-kondisi dan bahaya-
semua orang yang memasuki cukup untuk safety induction bahaya serta yang dapat timbul
area perusahaan mengerti akan (tidak tergesa-gesa) dan dalam tempat kerjanya.
potensi bahaya yang terdapat penjelasan dilengkapi b. Semua pengamanan dan alat-
didalamnya. dengan media power point alat pelindung yang diharuskan
serta audio visual. dalam tempat kerja.
c. alat-alat pelindungan diri bagi
tenaga kerja yang bersangkutan.
d. Cara-cara dan sikap yang
aman dalam melaksanakan
pekerjaannya.
2. Pengurus hanya dapat

13
Peraturan Perundang-
No Objek K3/Temuan dan Lokasi Analisa manfaat Saran
undangan
mempekerjakan tenaga kerja
yang bersangkutan setelah ia
yakin bahwa tenaga kerja
tersebut telah memahami syarat-
syarat tersebut di atas.
2. Rambu/ marka/safety sign/ muster Rambu, safety sign dan Penempatan safety sign dan UU No 1 Thn 1970 BAB X
point Musterpoint sudah dipasang rambu harus ditempatkan “Kewajiban Pengurus” Pasal
dengan jelas dan strategis. pada lokasi yang mudah 14b
Bahkan sudah dilengkapi dilihat baik pekerja mitra/ (b) Memasang dalam tempat
dengan peta evakuasi subkontraktor, pengunjung/ kerja yang dipimpinnya, semua
tamu yang memasuki area gambar keselamatan kerja yang
kerja. Untuk muster point diwajibkan dan semua bahan
harus menyesuaikan dengan pembinaan lainnya, pada
standar perhitungan lokasi. tempat-tempat yang mudah
Lakukan penggantian pada dilihat dan terbaca menurut
rambu yang sudah memudar. petunjuk pegawai pengawas
atau ahli Keselamatan Kerja;
3. Alat Pelindung Diri (APD) PT. ABX telah memberikan Penggunaan APD harus UU No 1 Thn 1970 BAB IX
alat pelindung diri (APD) diwajibkan terutama pada “kewajiban bila memasuki
sesuai dengan standar. pekerjaan yang memiliki tempat kerja” Pasal 13
Pemberian APD kepada para resiko kecelakaan tinggi. Barangsiapa akan memasuki
pekerja disesuaikan dengan Selain itu diperlukan sesuatu tempat kerja,
jenis pekerjaan dan potensi penegasan kepada para diwajibkan mentaati semua
bahaya yang ada selain kepada pekerja, pengunjung, petunjuk keselamatan kerja dan
para pekerja, APD juga ataupun mitra yang masih memakai alat-alat perlindungan
diberikan kepada para mengabaikan fungsi dan diri yang diwajibkan.
pengunjung dan mitra demi tujuan digunakannya APD. UU No 1 Thn 1970 BAB IX
melindungi mereka dari Mempertahankan “kewajiban pengurus” Pasal

14
Peraturan Perundang-
No Objek K3/Temuan dan Lokasi Analisa manfaat Saran
undangan
bahaya. pengecekan kondisi APD 14c
disetiap safety briefing untuk Menyediakan secara cuma-
memastikan APD yang cuma, semua alat perlindungan
digunakan masih layak diri yang diwajibkan pada
pakai. tenaga kerja yang berada di
bawah pimpinannya dan
menyediakan bagi setiap orang
lain yang memasuki tempat
kerja tersebut, disertai dengan
petunjuk-petunjuk yang
diperlukan menurut petunjuk
pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja.
Permenaker No.8 Tahun 2010
Pasal 2 (1-3) dan pasal 4
(1a,1b).
Pasal 2 (1-3)
1. Pengusaha wajib
menyediakan APD bagi
pekerja/buruh di tempat kerja.
2. APD sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus sesuai
dengan Standar Nasional
Indonesia (SNI) atau standar
yang berlaku.
3. APD sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib diberikan
oleh pengusaha secara cuma-

15
Peraturan Perundang-
No Objek K3/Temuan dan Lokasi Analisa manfaat Saran
undangan
cuma.
4. APD wajib digunakan di
tempat kerja di mana:
a. dibuat, dicoba, dipakai atau
dipergunakan mesin, pesawat,
alat perkakas, peralatan atau
instalasi yang berbahaya yang
dapat menimbulkan kecelakaan,
kebakaran atau peledakan;
b. dibuat, diolah, dipakai,
dipergunakan, diperdagangkan,
diangkut atau disimpan bahan
atau barang yang dapat
meledak, mudah terbakar,
korosif, beracun, menimbulkan
infeksi, bersuhu tinggi atau
bersuhu rendah;
4. Prosedur Kerja (SOP) dan Sudah diterapkannya SOP Pekerja mitra/ UU No 1 Thn 1970 BAB V
HIRADC pekerjaan di tiap unit kerja dan subkontraktor yang “Pembinaan ” Pasal 9 (4)
sudah terlaksana serta memasuki area kerja Pengurus diwajibkan memenuhi
disosialisasikan dengan menjalankan SOP yang dan mentaati semua syarat-
baik ,Sudah diterapkan sudah ditetapkan syarat dan ketentuan-ketentuan
HIRADC sebagai upaya yang berlaku bagi usaha dan
identifikasi bahaya dan tempat kerja yang
manajemen risiko dijalankannya.
OHSAS 18001:2007 klausa
4.3.1
Organisasi harus membuat,

16
Peraturan Perundang-
No Objek K3/Temuan dan Lokasi Analisa manfaat Saran
undangan
menerapkan dan memelihara
prosedur untuk mengidentifikasi
bahaya yang ada, penilaian
resiko, dan penetapan
pengendalian yang diperlukan
5. Poster UU No 1 Tahun 1970 Sudah melakukan pemasangan Ukuran poster UU No 1 UU No 1 Thn 1970 BAB X
poster terkait UU No 1 Tahun Tahun 1970 harus dipasang “Kewajiban Pengurus” Pasal
1970 di seluruh bagian tempat dengan ukuran yang mudah 14 (a)
kerja agar dapat dilihat dan terlihat dan peletakan yang a. Secara tertulis menempatkan
dipatuhi oleh Pekerja mitra/ strategis dalam tempat kerja yang
subkontraktor, pengunjung/ dipimpinnya, semua syarat
tamu yang memasuki area keselamatan kerja yang
kerja diwajibkan, sehelai Undang-
undang ini dan semua peraturan
pelaksanaannya yang berlaku
bagi tempat kerja yang
bersangkutan, pada tempat-
 
tempat yang mudah dilihat dan
terbaca dan menurut petunjuk
pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja;

17
Peraturan Perundang-
No Objek K3/Temuan dan Lokasi Analisa manfaat Saran
undangan

2. Kelembagaan dan Keahlian K3

No Objek K3/Temuan dan Analisa Manfaat Saran Peraturan Perundang-undangan


Lokasi
1. P2K3L Perusahaan telah membentuk Apabila terdapat perubahan UU No. 1 Tahun 1970 tentang
P2K3 dengan nama P2K3L pada struktur P2K3L agar Keselamatan Kerja
yang merupakan wadah sesegara mungkin langsung
kerjasama antara pengusaha dilakukan pembaruan atau
Bab VI P2K3 Pasal 10 Ayat (1)

18
dan pekerja dalam revisi. (1) Menteri Tenaga Kerja berwenang
menciptakan keterhubungan membentuk Panitia Pembina Keselamatan
satu sama lain guna dan Kesehatan Kerja (P2K3) guna
tercapainya partisipasi yang memperkembangkan kerjasama, saling
efektif dalam penerapan K3. pengertian dan partisipasi efektif dari
pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja
dalam tempat-tempat kerja untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban
bersama di bidang keselamatan dan
kesehatan kerja, dalam rangka
melancarkan usaha berproduksi.
Permenaker No. 04 Tahun 1987
tentang P2K3 serta Tata Cara
Penunjukan Ahli K3
Pasal 2 Ayat (1) dan (2)
(1) Setiap tempat kerja dengan kriteria
tertentu pengusaha atau pengurus wajib
membentuk P2K3.
(2) Tempat kerja dimaksud ayat 1 ialah:
a. tempat kerja dimana pengusaha atau
pengurus mempekerjakan 100 orang atau
lebih;

19
b. tempat kerja dimana pengusaha atau
pengurus mempekerjakan kurang dari 100
orang, akan tetapi menggunakan bahan,
proses dan instalasi yang mempunyai
risiko yang besar akan terjadinya
peledakan, kebakaran, keracunan dan
penyinaran radioaktif.
  a.       Pelaporan P2K3 Pelaporan P2K3 dilakukan Melakukan pengecekan dan Permenaker No. 04 Tahun 1987
oleh Disnaker setempat dan perpanjangan pelaporan tentang P2K3 serta Tata Cara
disahkan pada tahun 2004. P2K3 tersebut secara Penunjukan Ahli K3
berkala dan juga Pasal 3 Ayat (3)
berkelanjutan.
(3) P2K3 ditetapkan oleh Menteri atau
Pejabat yang ditunjuknya atas usul dari
pengusaha atau pengurus yang
bersangkutan.
  b.      Ketua dan Sekretaris Ketua: CEO Sekretaris : Ahli Melakukan evaluasi Permenaker No. 04 Tahun 1987
K3 yang sudah memiliki pelaksanaan program- tentang P2K3 serta Tata Cara
sertifikat Ahli K3 Umum dan program kerja yang telah Penunjukan Ahli K3
SKP dari Disnaker setempat dilaksanakan agar Pasal 3 Ayat (1) dan (2)
yang masih berlaku. pelaksanaan program kerja
(1) Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur
tersebut terus mengalami
pengusaha dan pekerja yang susunannya
peningkatan.
terdiri dari Ketua, Sekretaris dan
Anggota.
(2) Sekretaris P2K3 ialah ahli
Keselamatan Kerja dari perusahaan yang
bersangkutan.

20
  c.       Program Kerja Beberapa program kerja dari Melakukan evaluasi terkait Permenaker No. 04 Tahun 1987
P2K3L di perusahan tersebut program kerja yang sudah tentang P2K3 serta Tata Cara
diantaranya sosialisasi K3 dijalankan agar dapat Penunjukan Ahli K3
melalui training safety melakukan perbaikan dan Pasal 4 Ayat (1) dan (2) poin B
awareness, melakukan peningkatan dalam berbagai
(1)P2K3 mempunyai tugas memberikan
pemeriksaan terhadap aspek aspek pada program kerja
saran dan pertimbangan baik diminta
hygiene catering, serta tersebut.
maupun tidak kepada pengusaha atau
melakukan safety patrol setiap
pengurus mengenai masalah keselamatan
bulannya.
dan kesehatan kerja.
(2)Membantu menunjukan dan
menjelaskan kepada setiap tenaga kerja:
1. Berbagai faktor bahaya di tempat kerja
yang dapat menimbulkan gangguan
keselamatan dan kesehatan kerja,
termasuk bahaya kebakaran dan
peledakan serta cara penanggulangannya;
2. Faktor yang dapat mempengaruhi
efisiensi dan produktivitas kerja;
3. Alat pelindung diri bagi tenaga kerja
yang bersangkutan;
4. Cara dan sikap yang benar dan aman
dalam melaksanakan pekerjaannya.
  d.      Laporan per 3 bulan Melakukan pelaporan setiap 3 Melakukan evaluasi Permenaker No. 04 Tahun 1987
bulan sekali kepada berdasarkan laporan yang tentang P2K3 serta Tata Cara
kementerian melalui disnaker telah dibuat tersebut jika Penunjukan Ahli K3 Pasal 12
setempat. ditemukan hal-hal yang

21
masih kurang sesuai agar Sekurang-kurangnya 3 bulan sekali
dilakukan peningkatan pengurus wajib menyampaikan laporan
dikemudian hari. tentang kegiatan P2K3 kepada Menteri
melalui Kantor Departemen Tenaga Kerja
setempat.

  e.       Rapat bulanan Rapat P2K3 dilaksanakan Melakukan rapat P2K3 Permenaker No. 04 Tahun 1987
setiap 3 bulan sekali. secara lebih rutin lagi tentang P2K3 serta Tata Cara
misalnya 1 bulan sekali. Penunjukan Ahli K3 Pasal 1 poin D

d. Panitia Pembina Keselamatan dan


Kesehatan Kerja yang selanjutnya disebut
P2K3 ialah badan pembantu di tempat
kerja yang merupakan wadah kerjasama
antara pengusaha dan pekerja untuk
mengembangkan kerjasama saling
pengertian dan partisipasi efektif dalam
penerapan keselamatan dan kesehatan
kerja.
2. PJK3 Dilakukan riksa uji berkala Memastikan kembali bahwa Permenaker No. 04 Tahun 1995
oleh PJK3 untuk alat dan PJK3 yang ditunjuk masih tentang PJK3
instalasi yang diwajibkan oleh mempunyai syarat-syarat
undang-undang harus sesuai permenaker yang
dilakukan riksa uji oleh PJK3. berlaku.
PJK3 yang melakukan riksa Pasal 2 Ayat (1)

22
uji berkala tersebut (1)PJK3 dalam melaksanakan kegiatan
mempunyai surat keputusan jasa K3 harus terlebih dahulu memperoleh
penunjukkan dari kementerian keputusan penunjukan dari Menteri
yang masih berlaku. Tenaga Kerja c.q. Direktur Jenderal
Pembinaan Hubungan Industrial dan
Pengawasan Ketenagakerjaan

Pasal 10 Ayat (1)


(1) Keputusan Penunjukan PJK3
sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat
(4) berlaku untuk jangka waktu 2 (dua)
tahun, dan setelah berakhir dapat
diperpanjang.
3. Organisasi Selain P2K3, perusahaan juga          Melakukan kegiatan OHSAS 18001:2007 tentang Sistem
memiliki organisasi yang latihan kesiapsiagaan secara Manajemen K3-Persyaratan
bersifat fungsional yaitu rutin, berkelanjutan, dan
Klausul 4.4.7 Kesiapsiagaan dan
Emergency Response Team berjenjang
tanggap darurat
dan seluruh anggota dari tim
evakuasi & P3K serta tim          Melakukan koordinasi Organisasi harus membuat, menerapkan
pemadam kebakaran telah dan kerjasama dengan dan melihara prosedur:
memiliki kompetensi yang organisasi lain terkait a.Untuk mengidentifikas potensi keadaan
tersertifikasi sesuai regulasi. penanggulangan keadaan darurat
darurat.
         Melakukan peninjauan b.Untuk menanggapi keadaan darurat.
ulang dan evaluasi untuk
menilai kegiatan latihan
kesiapsiagaan yang telah
dilaksanakan apakah sudah
sesuai dengan prosedur yang

23
telah ditentukan atau apakah
terjadi penyimpangan.
         Tim pemadam ISO 14001:2004 tentang Sistem
kebakaran telah dibentuk di Manajemen Lingkungan – Persyaratan
perusahaan tersebut seperti dan panduan penggunaan
yang tertera pada Klausul 4.4.7 Kesiapsiagaan dan
bagan/struktur emergency tanggap darurat
response team, perlu
disesuaikan kembali Organisasi harus menetapkan,
kualifikasi anggota tim menerapkan dan memelihara prosedur
tersebut ke regulasi yang untuk mengidentifikasi potensi situasi
ada. darurat dan kecelakaan, yang dapat
menimbulkan dampak lingkungan serta
bagaimana organisasi akan
menanggapinya.
UU No. 1 Tahun 1970
Bab V Pembinaan
Pasal 9 Ayat (3)
(3) Pengurus diwajibkan
menyelenggarakan pembinaan bagi semua
tenaga kerja yang berada di bawah
pimpinannya, dalam pencegahan
kecelakaan dan pemberantasan kebakaran
serta peningkatan keselamatan dan
kesehatan kerja, pula dalam pemberian
pertolongan pertama pada kecelakaan.

PP No. 50 Tahun 2012


Bagian Keempat Pelaksanaan Rencana
K3

24
Pasal 11 Ayat (1) dan (2) poin G
(1)Pengusaha dalam melaksanakan
rencana K3 harus melakukan kegiatan
dalam pemenuhan persyaratan K3.
(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 paling sedikit meliputi:
g. upaya menghadapi keadaan darurat
kecelakaan dan bencana industri.
Kepmenaker No. : Kep-186/MEN/1999
tentang Unit Penanggulangan
Kebakaran di Tempat Kerja
Bab II Pembentukan Unit
Penanggulangan Kebakaran
Pasal 3
Pembentukan unit penanggulangan
kebakaran sebagaimana dimaksud dalam
pasal 2 ayat 1 dengan memperhatikan
jumlah tenaga kerja dan atau klasifikasi
tingkat potensi bahaya kebakaran.
Pasal 6 Ayat (1), (2), dan (3)
(1) Petugas peran kebakaran sebagaimana
dimaksud dlam pasal 5 huruf a,
sekurangkurangnya 2 (dua) orang untuk
setiap jumlah tenaga kerja 25 (dua puluh
lima) orang.

25
(2) Regu penanggulangan kebakaran dan
ahli K3 spesialis penanggulangan
kebakaran sebagaimana dimaksud dalam
pasal 5 hurf b dan huruf d, ditetapkan
untuk tempat kerja tingkat resiko bahaya
kebakaran ringan dan sedang I yang
mempekerjakan tenga kerja 300 (tiga
ratus) orang, atau lebih, atau setiap tempat
kerja tingkat resiko bahaya kebakaran
sedang II, sedang III dan berat.
(3) Koordinator unit penanggulangan
kebakaran sebagaimana dimaksud pasal 5
huruf c, ditetapkan sebagai berikut :
a. Untuk tempat kerja tingkat resiko
bahaya kebakaran ringan ndan sedang I,
sekurang-kurangnya 1 (satu) orang untuk
setiap jumlah tenaga kerja 100 (seratus)
orang.

b. Untuk tempat kerja tingkat resiko


bahaya kebakaran sedang II dan sedang
III dan berat, sekurang-kurangnya 1 (satu)
orang untuk setiap unit kerja.
Perusahaan selalu Dalam pelaksanaan latihan UU No 1 Thn 1970 BAB V
memberikan pembinaan maupun simulasi “pembinaan” Pasal 9 ayat 3 :
berupa latihan kesiapsiagaan kesiapsiagaan dan tanggap
dan tanggap darurat 4 bulan darurat diharapkan
sekali dan simulasi 1 tahun disampaikan secara jelas
sekali. Pembinaan ini termasuk cara penggunaan (3) Pengurus diwajibkan
diselenggarakan oleh alat tanggap darurat yang

26
Emergency Response Team. baik dan benar serta menyelenggarakan pembinaan bagi semua
Hal ini dimaksudkan untuk pemberian pertolongan tenaga kerja yang berada dibawah
mencegah terjadinya pertama pada kecelakaan. pimpinannya, dalam pencegahan
kecelakaan akibat kebakaran Sehingga semua tenaga kecelakaan dan pemberantasan kebakaran
serta meningkatkan kesehatan kerja dapat menyiapkan serta peningkatan keselamatan dan
dan keselamatan kerja. kesiagaan diri terhadap kesehatan kerja, pula dalam pemberian
potensi bahaya yang akan pertolongan pertama pada kecelakaan.
terjadi.
Melakukan peninjauan Keputusan Menteri TEnaga Kerja RI
ulang dan evaluasi untuk No : Kep-186/MEN/1999 pasal 2 ayat
menilai kegiatan latihan (1) dan ayat (2) poin e
kesiapsiagaan yang telah
dilaksanakan apakah sudah (1) Pengurus atau pengusaha wajib
sesuai dengan prosedur yang mencegah, mengurangi, dan
telah ditentukan atau apakah memadamkan kebakaran, latihan
terjadi penyimpangan. penanggulangan kebakaran di tempat
kerja
(2) Kewajiban mencegah, mengurangi,
dan memadamkan kebakaran yang
dimaksud ayat (1) meliputi :
e. penyelenggaraan latihan dan gladi
penanggulangan kebakaran secara berkala
4. Ahli K3 Umum Perusahaan mempunyai 4          Ahli K3 umum Permenaker No. 04 Tahun 1987
orang Ahli K3 Umum dan 1 melakukan pelaporan tiap 3 tentang P2K3 serta Tata Cara
orang spesialis bulan sekali kepada Penunjukan Ahli K3
penanggulangan kebakaran kementerian melalui
yang memiliki sertifikasi dari disnaker setempat
kementerian yang masih          Melakukan Pasal 11 Ayat (1)

27
berlaku. pengecekan berkala serta (1) Keputusan penunjukan Ahli
perpanjangan SKP Ahli K3 Keselamatan Kerja sebagaimana
yang sudah atau akan habis dimaksud pasal 8 huruf c butir 1 berlaku
masa berlakunya. untuk jangka waktu 3 tahun.

Permenaker No. 02 Tahun 1992


tentang Tata Cara Penunjukan
Kewajiban dan Wewenang Ahli
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pasal 7 ayat (1)
(1) Keputusan penunjukan ahli
keselamatan dan kesehatan kerja
sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat
(1) berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga)
tahun.

3. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

Objek K3/Temuan Dan


No Analisa Manfaat Saran Peraturan Perundang-Undangan
Lokasi

1 Penerapan SMK3 PP 50 Penerapan SMK3 sudah Melakukan prinsip SMK3 PP No.50 Tahun 2012 Tentang
Tahun 2012 dilaksanakan dengan secara berkesinambungan dan Penerapan SMK3 BAB II Pasal 5 ayat 1
menjalankan 5 prinsip SMK3 secara berkala dan pasal 6

28
Pasal 5 “Setiap perusahaan wajib
menerapkan SMK3 di perusahaannya”
dengan melibatkan pimpinan
manajemen sampai dengan ke Pasal 6 “Penerapan SMK3
pekerja meliputipenetapan kebijakan K3,
perencanaan K3, pelaksanaan rencana K3,
pemantauan dan evaluasi kinerja K3,
peninjauan dan peningkatan kinerja
SMK3”
a.  Penetapan Kebijakan K3
Disahkan oleh pimpinan Undang- undang No.1 Tahun 1970
perusahaan (BAB X pasal 14)

Tertulis, tertanggal dan Point a “secara tertulis menempatkan


ditandatangani dalam tempat kerja yang dipimpinnya,
semua syarat keselamatan kerja yang
Dijelaskan dan diwajibkan......”
disebarluaskan kepada Mempertahankan kegiatan Point b “memasang dalam tempat kerja
seluruh pekerja, tamu, buruh tersebut dan yang dipimpinnya, semua gambar
 
pemasok dan pelanggan mensosialisasikan kepada keselamatan kerja yang diwajibkan dan
tamu atau pelanggan semua bahan pembinaan lainnya.......”
PP No.50 Tahun 2012 Tentang
Penerapan SMK3 BAB II Pasal 8
“Pengusaha harus menyebarluaskan
  kebijakan K3 yang telah ditetapkan kepada
seluruh pekerja / buruh, orang lain selain
pekerja/buruh yang berada di perusahaan,
dan pihak lain yang terkait
  b.      Perencanaan K3 Menyusun rencana K3 Tetap diadakan peninjauan PP No.50 Tahun 2012 Tentang

29
untuk menetapkan tujuan
Penerapan SMK3 BAB II Pasal 9 ayat 4
&sasaran K3 secara berkala terhadap
perencanaan K3 agar tetap “Pengusaha dalam menyusun rencana K3
Melibatkan ahli K3,
sejalan dengan tujuan dan harus melibatkan Ahli K3, Panitia
Manajemen dan perwakilan
sasarannya Pembina K3, wakil pekerja/buruh, dan
pekerja
pihak lain yang terkait di perusahaan.”
Telah didukung oleh
PP No.50 Tahun 2012 Tentang
sumber daya yang
Penerapan SMK3 BAB II Pasal 10 ayat
mempunyai kompetensi serta
2
kewenangan K3
Melengkapi dokumen kerja “Pengusaha dalarn melaksanakan rencana
seperti dokumen ijin kerja & K3 didukung oleh sumber daya manusia di
JSA bidangK3, prasarana, dan sarana”
ISO 14001:2015 klausul 7.2
Tetap memonitor pelaksanaan
rencana K3 sesuai dengan
c.       Pelaksanaan Rencana
  identifikasi bahaya dan
K3
potensi bahaya yang ada pada
perusahaan “sebuah organisasi harus menentukan
kompetensi yang diperlukan oleh individu
untuk melakukan pekerjaan dibawah
kontrol yang mempengaruhi kinerja
lingkungannya dan kemampuan untuk
memenuhi kewajiban kepatuhannya”

  d.    Pemantauan dan Telah dilakukan Tetap melakukan pengujian PP No.50 Tahun 2012 Tentang
Evaluasi Kinerja K3 pemeriksaan pengujian, secara rutin secara internal Penerapan SMK3 BAB II Pasal 14 ayat

30
pengukuran, dan audit
internal SMK3 yang 1 dan 2
dilakukan 1 tahun sekali
Ayat 1 “Pengusaha wajib melakukan
pemantauan dan evaluasi kinerja K3”
Ayat 2 “Pemantauan dan evaluasi kinerja
K3 melalui pemeriksaan, pengujian,
dan untuk kedepannya bisa pengukuran, dan audit intemal SMK3
dilakukan penilaian dilakukan oleh sumber daya manusia yang
penerapan SMK3 oleh kompeten”
Manajemen melakukan
lembaga independen Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
pemantauan & evaluasi
(external) No.26 Tahun 2014 Tentang
kinerja secara langsung
Penyelenggaraan Penilaian Penerapan
SMK3 BAB I Pasal 3
”perusahaan yang telah melaksanakan
penerapan SMK3 dilakukan penilaian
penerapan SMK3 melalui audit eksternal
SMK3 oleh Lembaga Audit SMK3 yang
ditunjuk oleh Menteri”

PP No.50 Tahun 2012 Tentang


Penerapan SMK3 BAB II Pasal 15 ayat
1 dan 3
Jika ada perubahan terkait Pengusaha tetap melakukan
SOP atau ada masukan dari peninjauan & peningkatan
e.       Peninjauan &
  pekerja maka manajemen kinerja SMK3 sesuai dengan
Peningkatan Kinerja SMK3
melakukan peninjauan prinsip-prinsip SMK3 yang Ayat 1 “Untuk menjamin kesesuaian dan
langsung ada efektifitas penerapan SMK3, pengusaha
wajib melakukan peninjauan”

31
Ayat 3 “Hasil peninjauan digunakan untuk
melakukan perbaikan dan peningkatan
kinerja”
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI No. Per-01/MEN/2007
Pertahankan kegiatan-
Tentang Pedoman Pemberian
kegiatan dalam mendukung
Penghargaan Keselamatan dan
program-program K3
Mendapatkan penghargaan Kesehatan Kerja (K3) BAB I Point C
oleh UPTD Bogor mengenai No. 5
kegiatan CSR dengan “Penghargaan pemerduli K3 adalah tanda
Penghargaan K3 kegiatan
2 berkomitmen untuk penghargaan K3 yang diberikan
CSR oleh UPTD Bogor Mengajukan proses
menerima setiap kunjungan pemerintah kepada tenaga kerja yang telah
administrasi untuk
observasi atau PKL calon mempunyai prestasi dalam bidang K3
mendapatkan penghargaan
Ahli K3 yang dapat meningkatkan penerapan K3
K3 lainnya sepertizero
dan mampu secara signifikan dalam
accident, SMK3 dan Pembina
mendorong pelaksanaan K3 sehingga
K3
perusahaan mendapatkan penghargaan
tingkat nasional.....”

B. Analisa Temuan Negatif


1. Undang Undang No 1 tahun 1970

No Objek K3/Temuan Dan Lokasi Analisa Potensi Saran/Rekomendasi Peraturan Perundang-


Bahaya Undangan
1 Kurangnya penerapan 5R yang terdapat di Perusahaan Banyaknya sampah Memperbaiki penerapan UU No. 1 Tahun 1970 Tentang
terutama putung rokok sistem 5R kepada seluruh Keselaman Kerja BAB III
yang dibuang di pekerja dengan Pasal 3 ayat (1) poin l

32
selokan akan memberikan peraturan 1. Dengan peraturan perundangan
mengakibatkan mengenai tindakan yang ditetapkan syarat-syarat
timbulnya bakteri atau membuang sampah pada keselamatan kerja untuk :
virus. Bakteri atau tempatnya. Selain itu, memelihara kebersihan,
virus tersebut dapat menegur para pekerja kesehatan dan ketertiban.
menyebabkan yang ketahuan bertindak
penyakit bagi para membuang sampah tidak
pekerja yang ada di pada tempatnya
lapangan.
Terdapat sampah Memperbaiki penerapan UU No. 1 Tahun 1970 Tentang
didekat tabung. salah satu kunci 5R yakni Keselaman Kerja BAB III
Sampah ini dapat RESIK agar kebersihan Pasal 3 ayat (1) poin l
memicu datangnya area tempat kerja dapat 1. Dengan peraturan perundangan
vektor atau hewan terjaga dan selalu yang ditetapkan syarat-syarat
pembawa penyakit mengingatkan pekerja keselamatan kerja untuk :
seperti tikus, lalat, untuk menjaga kebersihan memelihara kebersihan,
kecoa, nyamuk. agar dapat menciptakan kesehatan dan ketertiban.
Vektor-vektor lingkungan kerja yang
tersebut bisa sehat. Peraturan Menteri
membawa penyakit Ketenagakerjaan RI Nomor 5
yang berbahaya bagi Tahun 2018 Tentang
pekerja. Keselamatan dan Kesehatan
Terdapat air yang Kerja Lingkungan Kerja BAB I
tertampung didalam Pasal 5 ayat (1)
box didekat area kerja. (1) Pelaksanaan syarat-syarat K3
Air ini dapat memicu Lingkungan Kerja
pernyakit DBD sebagaimana dimaksud dalam
dikarenakan air Pasal 4 dilakukan melalui
tersebut dapat menjadi kegiatan :
tempat untuk a) Pengukuran dan
berkembang biaknya Pengendalian
nyamuk Aedes Lingkungan Kerja; dan
aegepty. b) Penerapan Higiene dan

33
Sanitasi

Penyimpanan barang Memperbaiki penerapan UU No. 1 Tahun 1970 Tentang


yang tidak tersusun salah satu kunci 5R yakni Keselaman Kerja BAB III
rapih pada suatu RAPIH agar barang- Pasal 3 ayat (1) poin p
lokasi tanpa adanya barang yang disimpan 1. Dengan peraturan perundangan
tanda atau peringatan dapat tersusun rapih dan yang ditetapkan syarat-syarat
bahaya dapat menjadi ditempatkan sesuai keselamatan kerja untuk :
sumber bahaya bagi dengan tempatnya. mengamankan dan pekerjaan
tenaga kerja. Resiko Memperbaiki penerapan bongkar muat, perlakuan dan
bahaya yang dapat salah satu kunci 5R yakni penyimpanan barang
terjadi ialah tertimpa RINGKAS agar barang-
barang. barang yang sudah tidak PP No.50 Tahun 2012 Tentang
digunakan dapat Penerapan SMK3 Lampiran II
disingkirkan. Selain itu, bagian A. Kriteria Audit SMK3
menyediakan tempat 9. Pengelolaan Material dan
khusus apabila barang- Perpindahannya
barang tersebut sudah 9.3 Pengendalian Bahan Kimia
tidak digunakan lengkap Berbahaya (BKB)
tanda peringatan atau 9.3.4 Rambu peeringatan bahaya
tanda bahaya yang terpasang sesuai dengan
disertai dengan SOP tata persyaratan peraturan perundang-
cara penyimpanan barang undangan dan/atau standar yang
agar barang dapat relevan
tersimpan rapih.
Safety sign pada Gudang B3 (area bahan kimia) Tidak terdapat safety Memasang warning sign UU No. 1 Tahun 1970 Tentang
sign maupun warning di Gudang B3 serta Keselamatan Kerja BAB X
sign pada Gudang B3 gambar APD yang harus pasal 14 poin b
(area bahan kimia) digunakan pada saat ingin Pengurus diwajibkan : Memasang
dapat membahayakan memasuki atau bekerja di dalam tempat kerja yang
tenaga kerja. ruangan Gudang B3. dipimpinnya, semua gambar
Pemasangan tanda itu keselamatan kerja yang
dimaksudkan agar para diwajibkan dan semua bahan

34
pekerja terlindungi dari pembinaan lainnya, pada tempat-
sumber bahaya dan dapat tempat yang mudah dilihat dan
berhati-hati saat terbaca menurut petunjuk
melakukan pekerjaan di pegawai pengawas atau ahli
area tersebut. keselamatan kerja

PP No.50 Tahun 2012 Tentang


Penerapan SMK3 Lampiran II
bagian A. Kriteria Audit SMK3
9. Pengelolaan Material dan
Perpindahannya
9.3 Pengendalian Bahan Kimia
Berbahaya (BKB)
9.3.4 Rambu peeringatan bahaya
terpasang sesuai dengan
persyaratan peraturan perundang-
undangan dan/atau standar yang
relevan

2.Kelembagaan Dan Keahlian K3


No Objek K3/Temuan dan Analisa Potensi Bahaya Saran / Rekomendasi Peraturan Perundang-undangan
Lokasi
1 a. Kurangnya tenaga ahli K3 Perusahaan tidak memiliki Menambahkan tenaga Ahli K3 Permenaker No. 12 tahun 2015 Tentang
Tenaga ahli dibidang berkompetensi sesuai dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Listrik kelistrikkan yang menyebabkan peraturan perundang undangan Listrik ditempat kerja
tidak terkontrolnya instalasi
Pasal 2 : Pengusaha dan / atau pengurus wajib
listrik yang aman, handal dan
melaksanakan K3 Listrik di tempat kerja
memberikan keselamatan
bangunan beserta isinya Pasal 3.a : Melindungi keselamatan dan

35
kesehatan tenaga kerja dan orang lain yang
berada didalam lingkungan tempat kerja dari
potensi bahaya listrik.
Pasal 3.b : Menciptakan Instalasi listrik yang
aman, handal dan memberikan keselamatan
bangunan kerja beserta isinya.
Pasal 3.c : Menciptakan tempat kerja yang
selamat dan sehat untuk mendorong
produktivitas.
Pasal 7 : Untuk perusahaan yang memiliki
pembangkitan listrik lebih dari 200 kva wajib
mempunyai ahli K3 bidang Listrik.

3. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)


No Objek K3/Temuan dan Analisa Potensi Bahaya Saran / Rekomendasi Peraturan Perundang-undangan
Lokasi
1 Penilaian penerapan Perusahaan telah menerapkan Melakukan penilaian penerapan PP No.50 Tahun 2012 Tentang Penerapan
SMK3/auditeksternal SMK3 SMK3 tetapi belum melakukan SMK3 oleh lembaga independen SMK3 BAB III pasal 16 ayat 1 dan 2
penilaian penerapan SMK3 yang yang ditunjuk oleh menteri atas
Ayat 1 “Penilaian penerapan SMK3 dilakukan
dilakukan oleh lembaga permohonan perusahaan agar
oleh lembaga audit independen yang ditunjuk
independen dapat penerapan SMK3 dapat
oleh menteri atas permohonan perusaha”
diawasi langsung oleh
pengawasketenagakerjaan pusat, Ayat 2 “Untuk perusahaan yang memiliki
provinsi dan atau potensi bahaya tinggi wajib melakukan
kabupaten/kota sesuai dengan penilaian penerapan SMK3 sesuai dengan
kewenangannya ketentuan peraturan perundang-undangan”

36
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.26
Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan
Penilaian Penerapan SMK3 BAB I Pasal 3
”perusahaan yang telah melaksanakan
penerapan SMK3 dilakukan penilaian
penerapan SMK3 melalui audit eksternal
SMK3 oleh Lembaga Audit SMK3 yang
ditunjuk oleh Menteri”

37
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. K3 Secara Umum
a. Safety briefing dan safety induction kepada pekerja, mitra/ subkontraktor,
pengunjung/tamu PT.ABX telah dilakukan dengan baik.
b. Pengurus PT. ABX telah memasang rambu dan safety sign di lingkungan
perusahaannya secara jelas dan strategis. PT. ABX memiliki 2 (dua) muster
point yang dilengkapi dengan peta evakuasinya.
c. Pengurus PT. ABX telah menyediakan APD sesuai dengan standar dan
menyesuaikan APD dengan potensi bahaya yang ada pada masing masing
tempat kerjakepada mitra/subkontraktor, pengunjung/tamu.
d. Pengurus PT. ABX telah menerapkan SOP sebagai standarisasi K3 dan telah
disosialisasikan dengan baik kepada para pekerja.Mengenai identifikasi
bahaya dan manajemen risiko PT. ABX menggunakan sistem HIRADC.
e. Pengurus PT. ABX telah memasang poster UU No.1 Tahun 1970 pada
seluruh tempat kerja.
f. Kurangnya penerapan 5R yang terdapat di Perusahaan.
g. Tidak terdapat safety sign maupun warning sign pada Gudang B3 (area bahan
kimia) dapat membahayakan tenaga kerja.

2. Kelembagaan dan Keahlian K3


a. PT. ABX sudah memiliki P2K3L (Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dan Lingkungan) yang diketuai oleh CEO dan yang menjadi
sekretaris pada P2K3L di perusahaan tersebut adalah ahli K3 yang sudah
memiliki sertifikat ahli k3 umum dan SKP dari Disnaker setempat yang masih
berlaku.
b. Pelaporan P2K3L dilakukan oleh Disnaker setempat dan disahkan pada tahun
2004.

38
c. P2K3L memiliki program kerja antara lain : sosialisasi K3 melalui training
safety awareness, melakukan pemeriksaan terhadap aspek hygiene catering
dan melakukan safety patrol setiap bulanya.
d. P2K3L mengadakan rapat rutin selama 3 bulan sekali dan melakukan
pelaporan setiap 3 bulan sekali kepada kementrian melalui disnaker setempat.
e. PJK3 yang melakukan riksa uji berkala mempunyai surat keputusan
penunjukkan dari kementrian yang masih berlaku.
f. PT. ABX memiliki organisasi yang bersifat fungsional yaitu Emergency
Response Team dan seluruh anggota dari tim evakuasi & P3K serta tim
pemadam kebakaran telah memiliki kompetensi yang tersertifikasi sesuai
regulasi
g. Perusahaan selalu memberikan pembinaan berupa latihan kesiapsiagaan dan
tanggap darurat 4 bulan sekali dan simulasi 1 tahun sekali
h. PT. ABX mempunyai 4 orang Ahli K3 Umum dan 1 orang spesialis
penanggulangan kebakaran yang memiliki sertifikasi dari kementrian yang
masih berlaku.
i. Perusahaan telah menerapkan SMK3 tetapi belum melakukan penilaian penerapan
SMK3 yang dilakukan oleh lembaga independent
j. Perusahaan tidak memiliki Tenaga ahli dibidang kelistrikkan yang menyebabkan
tidak terkontrolnya instalasi listrik yang aman, handal dan memberikan keselamatan
bangunan beserta isinya

3. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)


a. PT ABX sudah menjalankan 5 prinsip SMK3 yang terdiri dari kebijakan yang
sudah disahkan oleh pucuk pimpinan, tertanggal dan ditandatangani serta
disosialisasikan.
b. Kegiatan perencanaan K3 yang dibuat dengan melibatkan ahli K3, pihak
manajemen dan perwakilan pekerja.
c. Kegiatan pelaksanaan rencana K3 yang telah dilengkapi dengan daya yang
mempunyai kompetensi serta kewenangan K3dan sarana prasrana dengan
pemenuhan dokumen JSA maupun surat izin kerja sebelum melakukan
pekerjaan.

39
d. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 yang diawasi oleh manajemen serta
sudah dilakukannya kegiatan pengujian, pengukuran, dan audit internal
SMK3 oleh tim audit yang dilakukan 1 tahun sekali.
e. Kegiatan peninjauan dan peningkatan SMK3 yang dilakukan oleh pihak
manajemen jika terdapat perubahan SOP maupun jika ada masukan dari
pekerja.
f. PT ABX telah mendapatkan penghargaan dari UPTD Bogor pada tahun 2019
sebagai perusahaan yang telah melakukan kegiatan CSR dengan berkomitmen
untuk menerima setiap kunjungan observasi atau PKL calon Ahli K3.

B. Saran
1. K3 Secara Umum
a. Safety briefing dan safety induction sebaiknya disampaikan secara jelas baik
kepada para pekerja maupun non pekerja yang berada di tempat kerja dan
memberikan waktu yang cukup (tidak tergesa-gesa) dan penjelasan dilengkapi
dengan media power point serta audio visual.
b. Penempatan safety sign dan rambu harus ditempatkan pada lokasi yang mudah
dilihat baik pekerja mitra/ subkontraktor, pengunjung/ tamu yang memasuki
area kerja. Untuk muster point harus menyesuaikan dengan standar
perhitungan lokasi dan lakukan penggantian pada rambu yang sudah
memudar.
c. Semua tenaga kerja diwajibkan untuk menggunakan APD yang lengkap guna
mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta
pengurus melakukan pemeriksaan berkala terhadap kelayakan dan masa
berlaku APD.Mempertahankan pengecekan kondisi APD disetiap safety
briefing untuk memastikan APD yang digunakan masih layak pakai.
d. Pekerja mitra/ subkontraktor, pengunjung/ tamu yang memasuki area kerja
menjalankan SOP yang sudah ditetapkan.
e. Poster UU No 1 Tahun 1970dipasang dengan ukuran yang mudah dilihat dan
diletakkan di tempat yang strategis.
f. Memperbaiki penerapan sistem 5R kepada seluruh pekerja dengan memberikan
peraturan mengenai tindakan membuang sampah pada tempatnya. Selain itu,

40
menegur para pekerja yang ketahuan bertindak membuang sampah tidak pada
tempatnya
g. Memasang warning sign di Gudang B3 serta gambar APD yang harus digunakan
pada saat ingin memasuki atau bekerja di ruangan Gudang B3. Pemasangan tanda itu
dimaksudkan agar para pekerja terlindungi dari sumber bahaya dan dapat berhati-hati
saat melakukan pekerjaan di area tersebut.

2. Kelembagaan dan Keahlian K3


a. Apabila terdapat perubahan pada struktur P2K3 agar sesegara mungkin
langsung dilakukan pembaruanatau revisi.
b. Pengecekan dan perpanjangan Pelaporan P2K3 secara berkala dan juga
berkelanjutan.
c. Melakukan evaluasi pelaksanaan program-program kerja P2K3 yang telah
dilaksanakan agar pelaksanaan program kerja tersebut terus mengalami
peningkatan dalam berbagai aspek.
d. Melakukan rapat P2K3 secara lebih rutin lagi misalnya 1 bulan sekali dan
evaluasi berdasarkan laporan per 3 bulan yang telah dibuat jika ditemukan
hal-hal yang masih kurang sesuai agar dilakukan peningkatan dikemudian
hari.
e. Memastikan kembali bahwa PJK3 yang ditunjuk masih mempunyai syarat-
syarat sesuai permenaker yang berlaku.
f. Melakukan kegiatan latihan kesiapsiagaan secara rutin, berkelanjutan, dan
berjenjang, melakukan koordinasi dan kerjasama dengan organisasi lain
terkait penanggulangan keadaan darurat,Melakukan peninjauan ulang dan
evaluasi untuk menilai kegiatan latihan kesiapsiagaan yang telah dilaksanakan
apakah sudah sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan atau apakah
terjadi penyimpangan.
g. Tim pemadam kebakaran telah dibentuk di perusahaan tersebut seperti yang
tertera pada bagan/struktur emergency response team, perlu disesuaikan
kembali kualifikasi anggota tim tersebut ke regulasi yang ada.
h. Dalam pelaksanaan latihan maupun simulasi kesiapsiagaan dan tanggap
darurat diharapkan disampaikan secara jelas termasuk cara penggunaan alat

41
tanggap darurat yang baik dan benar serta pemberian pertolongan pertama
pada kecelakaan. Sehingga semua tenaga kerja dapat menyiapkan kesiagaan
diri terhadap potensi bahaya yang akan terjadi.
i. Ahli K3 umum melakukan pelaporan tiap 3 bulan sekali kepada kementrian
melalui disnaker setempat.
j. Melakukan pengecekan berkala serta perpanjangan SKP Ahli K3 yang sudah
atau akan habis masa berlakunya.
k. Menambahkan tenaga Ahli K3 berkompetensi sesuai dengan peraturan perundang
undangan.

3. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)


a. Melakukan prinsip SMK3 secara berkesinambungan dan secara berkala serta
melakukan sosialisasi kebijakan tersebut kepada tamu atau pelanggan.
b. Tetap diadakan peninjauan secara berkala terhadap perencanaan K3 agar tetap
sejalan dengan tujuan dan sasarannya.
c. Tetap memonitor pelaksanaan rencana K3 sesuai dengan identifikasi bahaya
dan potensi bahaya yang ada pada perusahaan.
d. Tetap melakukan pengujianinternal secara rutin dan untuk kedepannya bisa
dilakukan penilaian penerapan SMK3 oleh lembaga independen (eksternal).
e. Pengusaha tetap melakukan peninjauan & peningkatan kinerja SMK3 sesuai
dengan prinsip-prinsip SMK3 yang ada.
f. Mempertahankan kegiatan-kegiatan dalam mendukung program-program K3.
g. Mengajukan proses administrasi untuk mendapatkan penghargaan K3 lainnya
sepertizero accident, SMK3 dan Pembina K3
h. Melakukan penilaian penerapan SMK3 oleh lembaga independen yang
ditunjuk oleh menteri atas permohonan perusahaan agar dapat penerapan
SMK3 dapat diawasi langsung oleh pengawas ketenagakerjaan pusat, provinsi
dan atau kabupaten /kota sesuai dengan kewenangannya
i. Melakukan penilaian penerapan SMK3 oleh lembaga independen yang ditunjuk oleh
menteri atas permohonan perusahaan agar dapat penerapan SMK3 dapat diawasi
langsung oleh pengawasketenagakerjaan pusat, provinsi dan atau kabupaten/kota
sesuai dengan kewenangannya

42

Anda mungkin juga menyukai