Anda di halaman 1dari 20

PAPER 5

LINGKUP KAJIAN PENDIDIKAN


LUAR SEKOLAH

Pada Mata Kuliah


Analisis Pengembangan PAUD dan PLS

Malim Soleh Rambe


(19169015)

Dosen Pengampu
Prof. Dr. Jamaris, M.Pd.
Prof. Dr. Solfema, M.Pd.

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM DOKTOR PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
TAHUN 1442 H / 2020 M

i
1
A. Ringkasan Materi (Maks 2 Halaman)
Pendidikan luar sekolah merupakan bentuk dari perkembangan
peyelenggaraan pendidikan secara luas, bahwa pendidikan tidak hanya kegiatan
yang terorganisir disekolah tetapi juga pendidikan diluar, karena pada hakikatnya
pendidikan yang sebenaranya kehidupan dan sekolah hanya bagian kecil yang
dibatasi oleh jenjang umur dan disiplin. Konsep pendidikan luar sekolah muncul
atas dasar hasil observasi dan pengalaman langsung dan tidak langsung yang
dibentuk, sahingga hasilnya dapat menunjukkan persamaan dan perbedaan dari
pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah. Perbedaan antara keduanya
terdapat pada pengertian, sistem, prinsip-prinsip dan paradigma yang dimiliki
keduanya.
Pendidikan Luar Sekolah Pendidikan Sekolah mempunyai derajat keketatan
dan keseragaman yang lebih rendah. Memiliki tinggat keketatan dan keseragaman
yang lebih dibanding pendidikan luar sekolah. Memiliki bentuk bentuk dan isi
proram yang berbeda satu sama lain sehingga memiliki banyak ragam. Pada
umumnya memiliki bentuk dan isi program yang seragam untuk setiap satuan,
jenis dan jenjang pendidikan. Tujuan program pendidikan luar sekolah tidak sama
antara satu dengan yang lainnya. Tujuan programnya seragam untuk setiap satuan
jenjang pendidikan. Peserta didik tidak memliki persyaratan ketat. Memiliki
kualifikasi khusus untuk menerima peserta didik yang baru (input).
Tanggung jawab pengelolaan dan pembiayaan dipegang oleh pihak yang berbeda-
beda. Pada umumnya, tanggung jawab pengelolaan dan pembiayaan terdapat pada
pemerintah. Sulit untuk mengidentifikasi dan menganalisis komponen-
komponennya. Dapat diidentifikasi dan di analisis dengan mudah.
Pendidikan luar sekolah merupakan bagian dari pendidikan yang bertujuan
sebagai penunjang pendidikan sekolah. Peta konsep pembahasan pendidikan luar
sekolah ini tidak jauh berbeda dengan pendidikan sekolah. Sebagaimana pada
pembahasan sebelumnya, telah dipaparkan beberapa pokok bahasan pendidikan
luar sekolah, mulai dari proses munculnya pendidikan luar sekolah, manajemen,
strategi, program, jenis-jenis, dan evaluasi pendidikan luar sekolah.
Pendidikan luar sekolah berbeda dengan pendidikan sekolah. Perbedaan tersebut
adalah bahwa pendidikan luar sekolah tidak dilakukan sebagaimana sistem
persekolahan. Menurut hemat pemakalah perbedaan yang paling menonjol adalah
bahwa pendidikan luar sekolah tidak adanya kebakuan sistem sebagaimana
pendidikan sekolah. Secara khusus perbedaan tersebutlah yang menjadi
karakteristik pendidikan luar sekolah.
Kemudian adapun karakteristik pendidikan luar sekolah dalam kamus besar
Bahasa Indonesia (1990: 389) karakteristik dapat diartikan sebagai mempunyai
sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu. Secara umum karakteristik
pendidikan luar sekolah adalah tidak adanya kebakuan sistem sebagaimana
pendidikan persekolahan. Menurut Mustofa Kamil (2010:33), karakteristik
pendidikan luar sekolah meliputi aspek tujuan, waktu penyelenggaraan, program,
proses belajar dan pembelajaran, dan pengendalian program.
Karakteristik segi tujuan: a) Untuk memenuhi kebutuhan belajar tertentu yang
fungsional bagi kehidupan kini dan masa depan, b) Untuk langsung menerapkan
hasil belajar dalam kehidupan di lingkungan pekerjaan atau masyarakat, c) Untuk

2
memberikan ganjaran berupa keterampilan, barang atau jasa yang diproduksi, dan
pendapatan.
Kemudian karakteristik segi waktu penyelenggaraan: a) Relative singkat dan
bergantung pada kebutuhan belajar peserta didik, b) Menggunakan waktu tidak
penuh dan tidak secara terus-menerus. Waktu biasanya ditetapkan dengan
berbagai cara sesuai dengan kesempatan peserta didik, serta memungkinkan untuk
melakukan kegiatan belajar sambil bekerja dan berusaha, c) Karakteristik segi
program, d) Kurikulum berpusat pada kepentingan peserta didik. Kurikulum
bermacam ragam atas dasar perbedaan kebutuhan belajar peserta didik, e)
Menekankan pada kebutuhan masa sekarang dan masa depan terutama untuk
memenuhi kebutuhan terasa peserta didik guna bagi kehidupan peserta didik dan
lingkungannya, f) Mengutamakan aplikasi dengan penekanan kurikulum yang
lebih mengarah kepada keterampilan yang bernila guna bagi kehidupan peserta
didik dan lingkungannya, g) Persyaratan masuk ditetapkan bersama peserta diidik,
h) Persyaratan untuk mengikuti program adalah kebutuhan, minat, dan
kesempatan peserta didik, i) Program diarahkkan untuk memenuhi kebutuhan dan
untuk mengembangkan potensi peserta didik.
Sementara menurut Soelaiman Joesoef (2008:54), ditinjau dari sejarah
pertumbuhan dan banyaknya aktivitas yang dilaksanakan, pendidikan luar sekolah
mempunyai cirri-ciri sebagai berikut. a) Beberapa bentuk pendidikan luar sekolah
yang berbeda ditandai untuk mencapai bermacam-macam tujuan, b) Keterbatasan
adalah suatu perlombaan antara beberapa PLS yang dipandang sebagai pendidikan
formal dari PLS sebagai pelengkap bentuk-bentuk pendidikan formal, c)
Tanggung jawab penyelenggaraan lembaga pendidikan luar sekolah dibagi oleh
pengawasan umum/masyarakat, pengawasan pribadi atau kombinasi keduanya, d)
Beberapa lembaga pendidikan luar sekolah didisiplinkan secara ketat terhadap
waktu pengajaran, teknologi modern, kelengkapan dan buku-buku bacaan, e)
Penekanan pada penyebaran program teori dan praktik secara relative daripada
pendidikan luar sekolah, f) Tidak seperti pendidikan formal, tingkat system
pendidikan luar sekolah terbatas yang diberikan kredensial, g) Peranannya
mencakup pengetahuan, keterampilan, dan pengaruh pada nilai-nilai program.
Nurna (2008) memaparkan dalam makalahnya perbedaan antara pendidikan
sekolah dengan pendidikan luar sekolah. Secara prinsip, satu-satunya perbedaan
antara pendidikan luar sekolah dengan pendidikan sekolah adalah legitimasi atau
formalisasi penyelenggaraan pendidikan. Tentang perbedaan penyelenggaraan ini,
secara institusional, tercantum pada Undang-Undang RI nomor 2 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 10:2-3.
Kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai melalui penataan pendidikan
yang baik. Upaya peningkatan mutu pendidikan diharapkan dapat menaikkan
harkat dan martabat manusia Indonesia. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang berman, bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

3
B. Pembahasan (Minimal7 Halaman)
Menurut penulis pendidikan luar sekolah adalah sub sistem pendidikan
nasional, yaitu suatu sistem yang memiliki tujuan jangka pendek dan tujuan
khusus yakni memenuhi kebutuhan belajar tertentu yang fungsional bagi masa
sekarang dan masa depan. Komponen atau sub sistem yang ada pada sistem PLS
adalah masukan saran (instrumen input), masukan mentah (raw input), masukan
lingkungan (environmental input), proses (process), keluaran (out put) dan
masukan lain (other input) dan Pengaruh (impact).
Adapun jenis-jenis pendidikan yang ada pada PLS, menurut D. Sudjana
(1996:44) di antaranya adalah:
1. Pendidikan Massa (Mass education)
Pendidikan massa yaitu kesempatan pendidikan yang diberikan kepada
masyarakat luas dengan tujuan yaitu membantu masyarakat agar mereka
memiliki kecakapan dalam hal menulis, membaca dan berhitung serta
berpengetahuan umum yang diperlukan dalam upaya peningkatan taraf hidup
dan kehidupannya sebagai warga negara. Istilah Mass education menunjukan
pada aktifitas pendidikan di masyarakat yang sasarannya kepada individu-
individu yang mengalami keterlantaran pendidikan, yaitu individu yang tidak
berkesempatan memperoleh pendidikan melalui jalur sekolah, tetapi putus di
tengah jalan dan belum sempat terbebas dari kebuta-hurufan. Mass education
ini dapat dikatakan semacam program pemberantasan buta huruf atau program
keaksaraan, tentu saja tidak bertujuan supaya orang-orang didiknya sekedar
bisa baca-tulis, tetapi juga supaya memperoleh pengetahuan umum yang
relevan bagi keperluan hidupnya sehari-hari. Individu yang menjadi sasarannya
adalah pemuda-pemuda dan orang dewasa. Pelaksanaannya melalui kursus-
kursus.
2. Pendidikan Orang Dewasa (Adult Education)
Pendidikan orang dewasa yaitu pendidikan yang disajikan untuk
membelajarkan orang dewasa. Dalam salah satu bukunya tentang PLS, Sudjana
(1996:45) menerangkan bahwa pendidikan orang dewasa adalah pendidikan
yang diperuntukan bagi orang-orang dewasa dalam lingkukangan

4
masyarakatnya, agar mereka dapat mengembangkan kemampuan, memperkaya
pengetahuan, meningkatkan kualifikasi teknik dan profesi yang telah
dimilikinya, memperoleh cara-cara baru serta merubah sikap dan perilakunya.
3. Pendidikan Perluasan (Extension Education)
Kegiatan yang diselenggarakan PLS adalah meliputi seluruh kegiatan
pendidikan baik yang dilaksanakan di luar sistem pendidikan sekolah yang
dilembagakan ataupun yang tidak dilembagakan.
Kemudian Ciri-ciri pendidikan luar sekolah (PLS): a) Beberapa bentuk
pendidikan luar sekolah yang berbeda ditandai untuk mencapai bermacam-macam
tujuan, b) Keterbatasan adalah suatu perlombaan antara beberapa PLS yang
dipandang sebagai pendidikan formal dari PLS sebagai pelengkap bentuk-bentuk
pendidikan formal, c) Tanggung jawab penyelenggaraan lembaga pendidikan luar
sekolah dibagi oleh pengawasan umum/masyarakat, pengawasan pribadi atau
kombinasi keduanya, d) Beberapa lembaga pendidikan luar sekolah di disiplinkan
secara ketat terhadap waktu pengajaran, Teknologi modern, kelengkapan dan
buku-buku bacaan, e) Metode pengajaran juga bermacam-macam dari tatap muka
atau guru dan kelompok-kelompok belajar sampai penggunaan audio televisi, unit
latihan keliling, demonstrasi, kursus-kursus korespondensi, alat-alat bantu visual,
f) Penekanan pada penyebaran program teori dan praktek secara relative dari pada
PL, g)  Tidak seperti pendidikan formal, tingkat sistem PLS terbatas yang
diberikan kredensial, h) Guru-guru mungkin dilatih secara khusus untuk tugas
tertentu atau hanya mempunyai kualifikasi professional dimana tidak termasuk
identitas guru, i) Pencatatan tentang pemasukan murid, guru dan kredensial
pimpinan, kesuksesan latihan, membawa akibat peningkatan produksi ekonomi,
peningkatan kesejahteraan dan pendapatan peserta, j) Pemantapan bentuk PLS
mempunyai dampak pada produksi ekonomi dan perubahan sosial dalam waktu
singkat dari pada kasus pendidikan formal sekolah, k) Sebagian besar program
PLS dilaksanakan oleh remaja dan orang-orang dewasa secara terbatas pada
kehidupan dan pekerjaan.

5
Adapun azas-azas Pendidikan Luar Sekolah adalah:
1. Azas Kebutuhan
Banyak para ahli mengemukakan pengertian kebutuhan diantaranya
Sudjana (1991) kebutuhan adalah sesuatu yang harus dipenuhi. Pendapat yang
lain mengemukakan kebutuhan adalah jarak antara hal yang diinginkan dengan
kenyataan yang ada.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan tersebut dapatlah diambil
semacam kesimpulan bahwa kebutuhan itu dalam kehidupan manusia adalah
sesuatu yang pokok yang sangat perlu untuk dipenuhi, jika tidak kehidupan
seseorang akan terancam dan orang tersebut tidak merasa puas dan bahagia.
Contohnya dalam kehidupan sehari-hari pemenuhan kebutuhan fisik adalah
kebutuhan yang sangat pokok sekali, makanya kebutuhan akan makan
merupakan kebutuhan yang pertama sekali dipenuhi seseorang sebelum orang
itu memenuhi kebutuhan lainnya. Kemudian kebutuhan yang juga merupakan
kebutuhan yang paling penting pula dalam kehidupan manusia adalah
kebutuhan akan pekerjaan, karena pekerjaan ini adalah sebagai kunci untuk
dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan lainnya.
Teori kebutuhan yang terkenal dikemukakan oleh Maslow (1971).
Berdasarkan teorinya, ia mengemukakan hierarki kebutuhan atau tingkatan
kebutuhan. Orang memenuhi kebutuhan dari kebutuhan yang paling bawah,
kemudian apabila sudah terpenuhi, maka orang akan meningkat lagi kepada
kebutuhan yang di atasnya. Kebutuhan-kebutuhan yang dikemukakan Maslow:
a. Kebutuhan pisik, seperti makan, minum, pakaian, adalah yang pokok sekali,
b. Kebutuhan rasa aman, manusia membutuhkan ketentraman, lepas dari
gangguan alam dan lingkungan sosial, terhindar dari ancaman.
c. Kebutuhan rasa memiliki (sense of belonginis), setiap orang ingin hidup
berkawan, bergaul dengan lingkungan sosial dan lebih jauh ingin cinta dan
memiliki.
d. Kebutuhan akan penghargaan, setiap orang ingin dihargai, dihormati, hasil
pekerjaannya ingin dapat perhatian orang lain.

6
e. Kebutuhan yang paling tinggi adalah kebutuhan akan perwujudan diri (self
actualization), orang akan merasa puas apabila ia telah dapat mewujudkan
dirinya, menampilkan bakat-bakat dan kemampuan yang dimiliki.
Kebutuhan akan perwujudan diri ini dimiliki oleh masyarakat yang
mempunyai status yang tinggi.
Bagi orang dewasa yang berada di luar sekolah mereka akan mau diajak
berpartisipasi dalam suatu kegiatan apakah kegiatan belajar atau usaha
pemberian keterampilan jika kegiatan yang dipelajari itu betul-betul merupakan
kebutuhan mereka. Makanya sebelum membelajarkan orang dewasa langkah
awal yang dilakukan adalah identifikasi kebutuhan. Beranjak dari pengenalan
kebutuhan orang dewasa itu maka barulah kita merancang kegiatan
pembelajarannya kemudian baru dilaksanakan.

2. Azas Pendidikan Sepanjang Hayat


Pendidikan sepanjang hayat (life long education) yang dimunculkan
dalam dunia pendidikan pada tahun enam puluhan oleh para perencana
pendidikan, sebenarnya telah merupakan fenomena yang alamiah dalam
kehidupan manusia. Kenyataan ini memberi petunjuk mengenai pentingnya
belajar sepanjang hayat (life long learning) di dalam kehidupan manusia di
dalam upaya memenuhi kebutuhan belajar (educational needs). Dapat
dikemukakan secara singkat bahwa kehadiran pendidikan sepanjang hayat
disebabkan oleh munculnya kebutuhan belajar dan kebutuhan pendidikan yang
terus tumbuh dan berkembang selama alur kehidupan manusia. Pendidikan
sepanjang hayat sebagaimana yang dijelaskan oleh Unesco, memberikan arah
terhadap PLS agar jalur pendidikan ini dikembangkan berdasarkan prinsip-
prinsip
Pendidikan hanya berakhir apabila manusia telh meninggal dunia yang
fana ini, Pendidikan luar sekolah merupakan motivasi yang kuat bagi peserta
didik untuk berperan dalam merencanakan dan melakukan kegiatan belajar
secara terorganisasi dan sistematis. Kegiatan belajar ditujukan untuk
memperoleh, memperbaharui dan atau meningkatkan pengetahuan, sikap,
ketrampilan dan aspirasi yang telah dimiliki oleh peserta didik atau masyarakat
berhubung dengan adanya perubahan yang terus-menerus sepanjang

7
kehidupan. Pendidikan memiliki tujuan-tujuan berangkai dalam
mengembangkan kepuasan diri setiap insan yang melakukan kegiatan belajar.
Perolehan pendidikan merupakan prasyarat bagi perkembangan kehidupan
manusia, baik intuk memotifasi diri maupun untuk meningkatkan
kemampuannya agar manusia melakukan kegiatan belajar guna memenuhi
kebutuhan hidupnya. Pendidikan luar sekolah mengakui eksistensi dan
pentingnya pendidikan sekolah.
Pendidikan sepanjang hayat menegaskan bahwa saat untuk mengalami
pendidikan adalah seumur hidup dan sepanjang jaga. Tujuan pendidikan
sepanjang hayat adalah tidak sekedar untuk adanya perubahan melainkan untuk
tercapainya kepuasan diri pihak yang melakukannya. Fungsi pendidikan
sepanjang hayat adalah sebagai kekuatan untuk memotifasi bagi peserta didik
agar ia dapat melakukan kegiatan belajar berdasarkan dorongan dan arhan dari
dirinya sendiri dengan cara berfikir dan berbuat di dalam dan terhadap dunia
kehidupannya. Dengan demikian dorongan yang timbul dari dalam diri
seseorang untuk melakukan kegiatan belajar selama hayatnya merupakan
prasyarat untuk terjadinya pendidikan sepanjang hayat.
3. Azas Relevansi
Asas relevansi dengan pengembangan masyarakat mengandung 2 makna.
Pertama, bahwa kehadiran pendidikan luar sekolah di dasarkan atas tuntutan
dengan pengembangan masyrakat. Sebagaimana telah dikemukakan pada
bahagian terdahulu bahwa pendidikan luar sekolah merupakan subsistem dari
sistem pendidikan nasional. Pendidikan luar sekolah juga sngat penting
keberadaannya dalam masyarakat. Kedua, program-program pendidikan luar
sekolah berfungsi untuk menggarap sumber daya manusia dan dalam laju
pengembangan masyarakat. Banyak kegiatan-kegiatan pendidikan luar sekolah
di dalam masyarakat secara keseluruhan mengembangkan sumber daya
manusia. Misalnya adanya kelompok-kelompok belajar dalam masyarakat,
pendidikan kesetaraan (paket A,B,C), pendidikan ke agamaan dimesjid-mesjid
dan banyak lagi yang lain, kegiatan pendidikan luar sekolah baik terprogram
maupun yang tidak terprogram.
Pengembengan masyarakat mempunyai tujuan untuk terjadinya: a)
Peningkatan kualitas hidup dan kehidupan masyarakat, b) Pelesrtarian dan

8
peningkatan kualitas lingkungan, c) Terjabarnya kebujaksanaan dan program
pembangunan nasional di masing-masing pedesaan, dengan menitik beratkan
pada prakarsa masyarakat itu sendiri.
Dengan demikian pengembangan masyarakat merupakan upaya wajar
yang didasarkan atas kebutuhan individual masyarakat, dan pemerintah serta
potensi-potensi yang tersedia atau dapat disediakan untuk mewujudkan
kemajuan masyarakat. Pengembangan masyarakat dapat ditinjau dari segi
sistem dan gerakan. Sebagai sistem pengembangan masyarakat adalah bagian
dari supra sistem pembanguna nasional. Pengembangan masyarakat mencakup
komponen-komponen yang saling berhubungan antara satu dengan yang
lainnya dan berproses untuk mencapai tujuan.
Komponen-komponen pengembangan masyarakat mencakup masukan
lingkungan, masukan sarana, masukan mentah, proses dan keluaran. Masukan
lingkungan terdiri atas sumber daya manusia dan sumber daya alam yang
terdapat dalam masyarakat. Masukan sarana meliputi program, fasilitas,
pengelolaan dan biaya. Masukan mentah adalah seluruh warga masyarakat
diwilayah yang bersangkutan. Proses terdiri atas rangkaian kegiatan semua
komponen yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan. Keluaran yang
merupakan tujuan sistem adalah kualitas masyarakat yang lebih meningkat
dalam semua aspek kehidupan dan terbinanya lingkungan yang lestari dan
kondusif untuk upaya pengembangan selanjutnya.Dengan demikian
pengembangan masyarakat sebagai sistem merupakan bagian intergral dari
pembangunan nasional.
Sebagai gerakan, pengembangan masyarakat mengandung arti sebagai
usaha sadar dan terarah yang diselenggarakan, oleh untuk dan dalam
masyarakat, dalam upaya merubah taraf kehidupan mereka sendiri ke arah
yang lebih baik. Dalam pengertian ini anggota masyarakat dalam kesatuan
wilayah, bersama sama melibatkan diri dalam proses perencanaan,
pelaksanaan, dan tindak lanjut gegiatan pembangunan nutuk memenuhi
kebituhan dan kepentingan bersama. Jenis dan keragaman kegiatan ditentukan
atas dasar prakarsa masyarakat itu sendiri, sedangkan peranan pihak luar dititik
beratkan pada upaya membantu masyarakat agar mereka dapat membangun
dirinya sendiri.

9
4. Azas Wawasan Ke Masa Depan
Masa depan sebagai kurun waktu yang akan dialami oleh umat manusia,
merupakan saat yang sarat dengan harapan dan pertanyaan. Di satu pihak
bahwa suatu individu, masyarakat dan bangsa mengharapakan kehidupan yang
lebih baik dimasa depan. Segala upaya yang dilakukan saat ini pada dasarnya
ia lah untukmencapai kehidupan masa yang akan datang yang keadaannya
diharapkan lebih baik dari yang dialami pada masa sekarang. Dilain pihak
keadaan lebih baik di masa depan itu sulit untuk dipastikan karena kurun waktu
tersebut berada diluar pengalaman manusia.
Walupun demikian masa depan itu masih sangat belum pasti, tapi kita
harus sudah dapat memprediksi dari kecendrungan-kecendrungaqn yang terjadi
saat sekarang. Masad depan itu ditandai dengan adanya ciri-ciri antara lain:
kecendrungan globalisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, arus
komunikasi yang semakin cepat dan padat, serta penigkatan pelayanan yang
professional.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut, kegiatan pendidikan luar sekolah sudah
sewajarnya memperhatikan ciri-ciri tersebut, dan berusaha mengembangkan
program-program yang relevan dengan kebutuhan masyarakat masa depan itu.
Kemudian adapun landasan Yuridis Pengembangan PLS di Indonesia
adalah sebagai berikut:
1. Pancasila, UUD 1945 GBHN 
Pancasila adalah landasan pelaksanaa pendidikan di Indonesia. Dalam
UUD 1945 mengamanatkan pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan suatu system pendidikan nasional yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan Tuhan Yang Maha  Esa serta akhlak mulia dan
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dalam Undang-
undoing. Pasal –pasal dalam UUD 1945 yang berkaitan dengan PLS adalah
pasal 27, pasal 28, pasal 29, pasal 30, pasal 31, pasal 32, dan pasal 33.
Kemudian dalam GBHN pendidikan baik di sekolah maupun di luar sekolah
perlu disesuaikan dengan perkembangan tuntutan pembangunan yang
memerlukan berbagai jenis pendidikan, kejuruan dan keahlian.
2. Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional: a)
Pasal 13 ayat 1 jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal

10
dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya, b) Pasal 26
ayat 3 pendidkan non formal meliputi pendidikan kecakapan hidup,
pendidikan anak usia dini, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan
dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang
ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik, c) Pasal 26
ayat 4 kesatuan pendidikan non formal terdiri atas lembaga kursus, lembaga
pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat dan majelis
taklim serta satuan pendidikan yang sejenis, d) Pasal 28 ayat 4 pendidikan
anak usia dini pada jalur pendidikan non formal berbentuk Kelompok
Bermain(KB), Taman Penitipan Anak (TPA) atau bentuk lain yang
sederajat.
Pengembangan pendidikan luar sekolah di Indonesia secara hukum
didasarkan kepada pancasila, UUD 1945, diantaranya adanya beberapa pasal
dalam UUD 1945 yang berkaitan dengan pendidikan luar sekolah (pasal 27, 28,
29, 30, 31, dan 33). Kemudian dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003
tentang Sisdiknas, diantaranya jalur pendidikan terdiri atas informal, formal,
dan non formal. Pendidikan luar sekolah mencakup : pendidikan kecakapan
hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan
pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan
dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan dan lain-lain.
Alasan Non Yuridis Pengembangan PLS: Ada beberapa alasan secara
factual historis yang melatarbelakangi pendidikan luar sekolah sebagaimana
yang dikemukakan oleh Faisal (1981) sebagai berikut:
Alasan Factual Historis: Alasan factual historis yang dimaksud adalah :
kesejarahan, kebutuhan pendidikan, keterbatasan pendidikan persekolahan,
potensi sumber belajar dan ketelantaran PLS. Untuk lebih jelasnya satu persatu
akan diuraikan.
1. Kesejarahan: Jika kita pelajari sejarah masa lalu dalam kehidupan
masyarakat keberadaan PLS jauh lebih tuadari system persekolahan
(pendidikan formal). Para nabi dan rasul tuhan yang biasanya melakukan
perubahan mendasar terhadap kepercayaan, cara berfikir, sopan santun dan
cara-cara hidup di dalam menikmati kehidupan dunia ini berdasarkan

11
sejarah, usaha atau gerakan yang dilakukan bergerak di dalam jalur
pendidikan luar sekolah. Pada waktu itu sistem persekolahan belum ada.
2. Kebutuhan Pendidikan: Berbagai jenis program pendidikan luar sekolah
muncul baik dari segi kuantitas  maupun kualitasnya, dari yang sederhana
sampai kepada yang sangat rumit dan komplek.
3. Keterbatasan Pendidikan Persekolahan: Sistem persekolahan memiliki
keterbatasan, ini terliat dari ciri khas sistemnya, tujuan dan isi
pendidikannnya telah dipaketkan atau dibakukan sedemikian rupa dengan
masa belajar tertentu. Sehingga masih banyak kebutuhan pendidikan lainnya
yang belum atau tidak menjadi bagian di dalam tujuan dan isi pendidikan
sistem persekolahan.
4. Potensi Sumber Belajar: Pengalaman belajar pada kenyataannya dapat
diperoleh di berbagai tempat dan melalui berbagai cara. Seseorang yang
datang keperpustakaan mendapat pengalaman pendidikan atau penglaman
belajar. Jadi potensi sumber belajar banyak ditemukan di dalam masyarakat.
5. Ketelantaran PLS: Dalam pengembangan ternyata pembinaan  dan
pengembangan PLS agak tertinggal. Ini tidak berarti bahwa PLS
menghilang dari peredaran di tengah-tengah masyarakat. PLS tetap tumbuh
dan berkembang dalam masyarakat.
Alasan Sosiologis: Upaya membantu masyarakat dalam memecahkan
masalah tidak hanya dapat diatasi melalui pendidikan formal saja. Banyak
masalah sosial di dalam masyarakat memerlukan pemecahan melalui
pendidikaan luar sekolah. Misalnya banyak pemuda yang menganggur setelah
menyelesaikan pendidikan  formal, dan ini memerlukan pemecahan secara
serius dan intensif, diantaranya dilakukan dengan pemberian keterampilan
kerja kepada pemuda tersebut.
Alasan Cultural: Pelestarian identitas bangsa, pemeliharaan warna dasar
dari kepribadian bangsa, termasuk tugas dan usaha gerakan pendidikan.
Defenisi pendidikan adalah mentransformasikan nilai-nilai budaya kepada
generasi berikutnya.
Alasan Perkembangan Ipteks: Untuk menjadikan masyarakat memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan oleh pasaran kerja, bukan

12
hanya tanggung jawab pedidikan formal semata, tetapi tanggung jawab
lembaga pendidikan luar sekolah.

C. Tanggapan (Minimal 2 Halaman)


Adapun tanggapan saya adalah bahwa ruang lingkup pendidikan luar sekolah
menyangkut berbagai aspek kehidupan dari berbagai usia, tempat dan kebutuhan.
Ruang lingkup pelayanan pendidikan luar sekolah menjangkau keseluruhan
kegiatan pelayanan pendidikan di luar sekolah pelayanan diselenggarakan oleh
pendidikan di luar persekolah. Pendidikan luar sekolah tidak hanya dilakukan oleh
pemerintah/ departemen, tapi juga dilaksanakan oleh seluruh masyarakat yang
mampu membimbing dan melaksanakannya.
Ruang lingkup pendidikan luar sekolah dapat ditinjau dari beberapa segi
seperti : Pelayanan, pranata, Pelambangan Program. Ketiga segi itu sebagai
berikut :
1. Dari segi pelayanan
a. Berdasarkan usia
Usia Persekolahan: Upaya  peralatan pendidikan yang berhubungan
dengan anak usia berhubunga antara lain adalah: tempat penitipan anak, dan
kelompok sepermainan. Lembaga-lembaga pendidikan semacam ini juga
termasuk lembaga pendidikan luar sekolah. Fungsi lembaga tersebut
berbeda dengan fungsi taman kanak-kanak yang merupakan persiapan untuk
memasuki sekolah dasar.
Usia Pendidikan Dasar: Pada saat sekarang ini wajib belajar 9 tahun
bagi anak-anak usia 7-12 tahun, walau demikian masih banyak anak-anak
usia sekolah yang belum tertampung di sekolah Dasar. Oleh karena itu
pendidikan luar sekolah mempunyai peranan yang penting untuk
merealisasikan tujuan pendidikan yang belum dapat tercapai sepenuhnya
melalui pendidikan persekolahan. Oleh karena itu pendidikan luar sekolah
mengadakan pelaksanaan wajib belajar 9 tahun, dengan cara program paket.
Usia Pendidikan Menengah: Tidak semua kelompok usia 13-18 tahun
telah mengenyam pendidikan sekolah menengah tingkat pertama (SMTP)

13
maupun sekolah menengah atas (SMTA). Seperti diketahui sistem
pendidikan persekolahan tidak selalu dirancang untuk menghasilkan lulusan
yang yan siap kerja.
Dalam hubungan ini, pendidikan luar sekolah dapat berperan sebagai
pengganti, pelengkap atau penambah program pendidikan persekolahan.
Dengan cara mendidik keterampilan dan paket B yang dapat meningkatkan
taraf hidup masyarakat.
b. Berdasarkan jenis kelamin
Menurut daftar statistik, ternyata jumlah wanita lebih banyak dari pada
pria. Meskipun demikian, partisipasi wanita masih kurang dalam
peningkatan produksi atau pendidikan sosial, ekonomi yang dilaksanakan
bersama dengan pria. Mengingat bahwa wanita lebih berperan dalam
kegiatan kesejahteraan keluarga, partisipasi wanita dalam hal ini perlu
ditingkatkan lagi. Program pendidikan luar sekolah yang sangat menonjol
dalam kegiatan itu ialah : program PKK, KB dan sebagainya.
Sistem penyampaian dapat dilakukan dengan menggunakan: a)
Kelompok, organisasi clan lembaga yang ada dalam masyarakat, b)
Mekanisme sosial, budaya seperti perlombaan clan pertandingan, c)
Kesenian tradisional seperti wayang, ludruk, dagelan, maupun teknologi
modern seperti : TV, film majalah, dan surat kabar, d) Prasarana dan sarana
seperti : balai desa, masjid, gereja sekolah, alat perlengkapan belajar, dan
alat perlengkapan kerja.
2. Dari segi kelembagaan
Yang dimaksud dengan pelambangan program ialah keseluruhan proses
mengintegrasikan antara pendidikan luar sekolah dan pembangunan
masyarakat lainnya seperti:
a. Program antar sekolah dan swadaya masyarakat, misalnya program
pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK), program keterampilan wanita
(PKW).
b. Koordinasi pelaksanaan dan perencanaan proram pembangunan.

14
c. Tenaga penggerak di tingkat pusat, provinsi, kabupaten, kotamadya,
kecamatan dan desa (pemerintah dan swasta).
Untuk mengetahui ruang lingkup PLS perlu dilihat terlebih dahulu ruang
lingkup pendidikan. Bapak pendidikan nasional yaitu Ki Hajar Dewantoro, dalam
andit perjuangannya untuk kemerdekaan RI menegaskan bahwa pendidikan itu
berlangsung di tiga tempat utama yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat yang
dinamakannya sebagai "Tri Pusat Pendidikan" (Hatimah dan Sadri, 2007). Sejalan
dengan hal tersebut UU tentang Sistem Pendidikan Nasional (sisdiknas) Nomor
20 tahun 2003 mencantumkan bahwa pendidikan berlangsung melalui tiga jalur,
yaitu pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal. Dari
tiga tempat utama tersebut PLS terjadi terutama dalam keluarga dan masyarakat.
Selanjutnya dari tiga jalur pendidikan yang ditetapkan UU Sisdiknas PLS
sekurang-kurangnya terwadahi dalam dua jalur, yaitu pendidikan nonformal dan
informal. Dari sinilah lahir istilah PNFI (pendidikan nonformal dan informal) di
Indonesia sebagai istilah yang menunjuk kepada PLS. Sebetulnya lingkup PLS
yang seperti ini merupakan lingkup dari segi pangkategorian yang sederhana atau
kemudahan penglihatan. Dari segi transaksional, di dalam pendidikan
persekolahan atau pendidikan formal sebenarnya juga terdapat proses pendidikan
informal dan bahkan nonformal. Sosialisasi di sekolah adalah pendidikan
informal. Kegiatan ekstra kurikuler seperti kepramukaan dan latihan bela diri
adalah pendidikan nonformal. Yang terkategori sebagai pendidikan formal itu
sendiri sebenarnya adalah proses pembelajaran di kelas sebagaimana yang
terjadwal secara kurikuler.
Ruang lingkup PLS sebetulnya juga tercermin pada istilah pemberdayaan
masyarakat. Tujuan pemberdayaan masyarakat dan tujuan pendidikan pada
dasarnya sama, yaitu mengembangkan potensi manusia. Jika dibedakan,
perbedaannya hanya terletak pada jumlah subek didiknya. Subyek didik
pemberdayaan masyarakat adalah komunitas, sedangkan subyek didik pendidikan
adalah individu. Hal ini berkonsekuensi pada perbedaan pola atau dinamika
interaksi dan kompetensi yang dituntut pada pihak petugasnya. Komunitas adalah
sekelompok individu yang hidup dan bertempat tinggal di suatu wilayah tertentu

15
dalam jangka waktu yang relatif lama. Di dalam kehidupan bersama tersebut
selalu ada masalah yang menyangkut kepentingan bersama, sehingga dituntut
adanya kesadaran bersama dan kebersamaan tindakan dalam menanggulanginya.
Untuk itu lahir kebutuhan belajar pada komunitas yang bersangkutan.
Dengan demikian ruang lingkup PLS jauh lebih luas ketimbang ruang lingkup
pendidikan persekolahan, bahkan menjangkau ke kehidupan masyarakat secara
Was. Keluasan tingkup garapan ini menyebabkan PLS memiliki jenis dan
program yang sangat beraneka ragam, memiliki permasalahan dan dinamika
tersendiri, dan memerlukan penanganan yang serius agar seluruh cakupan
kegiatannya dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya.
Pendidikan yang terkategori sebagai pendidikan nonformal dewasa ini sangat
beraneka ragam di masyarakat. Wujud kegiatan pendidikan tersebut antara lain
berupa kursus-kursus, pelatihan atau training, bimbingan belajar, les privat,
pengajian di televisi, majelis taklim, khotbah Jum'at, dan sekolah minggu.
Kegiatan-kegiatan pendidikan tersebut dewasa ini tumbuh menjamur. Di masa
yang lalu kursus hanya berkembang di daerah perkotaan, tetapi sekarang sudah
banyak dijumpai di daerah-daerah pedesaan.
Dahulu pelatihan atau penataran lebih banyak diselenggarakan oleh instansi-
instansi pemerintah, sekarang kegiatan tersebut banyak dilaksanakan oleh
perusahaan, LSM, bahkan organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan. Dahulu
TK dan Play Group hanya terdapat di wilayah perkotaan dan baru diminati oleh
keluarga golongan ekonomi menengah ke atas, sekarang lembaga pendidikan
tersebut sudah menjamur di wilayah pedesaan clan sudah diminati oleh keluarga
dari golongan menengah ke bawah. Bahkan TPA (tempat penitipan anak) yang
dulunya hanya ada di kota-kota tertentu saja, sekarang sudah bermunculan hampir
di seluruh pelosok tanah air.
Demikian juga dengan pendidikan informal. Pada dasarnya pendidikan dalam
format ini terjadi di mana saja dan kapan saja, bahkan oleh siapa saja, namun
umumnya orang lebih memahaminya sebagai proses edukasi yang hanya
berlangsung di lingkungan keluarga. Di dalam kehidupan sehari-hari seperti di

16
dalam keluarga, di tempat kerja ataupun di tengah pergaulan umum, belajar terjadi
secara intensif melalui proses imitasi (peniruan).
Sekitar umur 2 tahun seorang anak secara alamiah menirukan apa saja yang
dilihat dan didengamya dari orang tua dan anggota keluarga yang lain. Proses
peniruan terus berlanjut di masa sekolah, remaja, dewasa awal, hingga dewasa
lanjut. Peristiwa imitasi hampir mendominasi seluruh aspek kehidupan manusia.
Imitasi bahkan mengembangkan imajinasi, inelahirkan berbagai inspirasi, dan
mendorong semangat seseorang untuk melakukan suatu tindakan dan
mendapatkan berbagai penga - laman hidup.
Selanjutnya di dalam kehidupan keluarga para orang tua sengaja
mengarahkan anak-anaknya untuk menjadi anak yang baik. Untuk itu dalam
memilih tempat tinggal misalnya, selalu dipilihnya rumah yang dekat dengan
masjid dan sekolah. Setiap pulang dari dinas luar kota atau ketika mendapat rejeki
berlebih tidak lupa membelikan oleh-oleh untuk anak-anaknya berupa mainan
ataupun lagu-lagu yang edukatif. Ketika anaknya sudah mendekati kelas akhir di
sekolahnya maka diikutkan kursus yang diselenggarakan di sekolah ataupun di
luar sekolah atau bahkan didatangkan guru les ke rumah. Setiap pagi program
kuliah subuh di televisi tertentu dihidupkan untuk ditonton dan didengarkan oleh
keluarga.
Dalam kesempatan makan macam bersama di rumah disisipkan nasihat atau
pengarahan untuk anakanaknya tentang akhlaq dan keimanan. Ketika terjadi
gerhana mata-had sang ayah membuka buku fiqih Islam tentang cara sholat
gerhana dan menyampaikannya kepada anak dan isterinya. Di sela-sela kesem-
patan bercengkerama bersama keluarga yang tengah membicarakan tentang
tetangga yang baru saja wafat, orang tua memanfaatkannya untuk meningkatkan
keyakinan keluarga tentang kepastian kehidupan akhirat.
Pendidikan informal memang lebih menekankan pembentukan sikap dan nilai
atau kepribadian, pendidikan nonformal lebih menekankan keterampilan atau
kecakapan hidup, dan pendidikan formal lebih menekankan kognitif atau
pengetahuan. Banyak sekali pengalaman hidup yang diperoleh seseorang dari

17
pendidikan informal tidak diperoleh di pendidikan nonformal ataupun pendidikan
formal dan begitupun sebaliknya.
Pengalaman yang diperoleh seseorang dalam pendidikan informal umumnya
lebih intensif, lebih terasa, dan lebih kokoh dan pengalaman yang diperoleh dalam
pendidikan formal umumnya meningkatkan wawasan, kemampuan berfikir,
bahkan kepercayaan dan harga diri karena telah melahirkan pengakuan orang lain
terhadap tingkat pendidikan dan kemam-puannya. Pendidikan nonformal juga
memberikan banyak andil bagi seseorang untuk mengembangkan dan
memperkaya performansinya terkait dengan pekerjaan atau profesi bahkan
kecerdasan emosional dan spiritual.
Istilah pendidikan luar sekolah, pendidikan masyarakat, pendidikan sosial,
pemberdayaan masyarakat, pendidikan non-formal, ataupun pendidikan
nonformal dan informal merupakan istilah yang digunakan di Indonesia.

D. Simpulan (Maks 2 Halaman)


Pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan tertua yakni pendidikan ini
hadir sebelum pendidikan formal ada.menurut Faure (1981: 2) pendidikan luar
sekolah bukanlah hal baru dikehidupan manusia. Pendidikan luar sekolah sesuai
dengan peradaban manusia yang diwujudkan melalui berbagai kegiatan manusia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ruang lingkup pendidikan luar sekolah
menyangkut berbagai aspek kehidupan dari berbagai usia, tempat dan kebutuhan.
Ruang lingkup pelayanan pendidikan luar sekolah menjangkau keseluruhan
kegiatan pelayanan pendidikan di luar sekolah pelayanan diselenggarakan oleh
pendidikan di luar persekolah. Pendidikan luar sekolah tidak hanya dilakukan oleh
pemerintah/ departemen, tapi juga dilaksanakan oleh seluruh masyarakat yang
mampu membimbing dan melaksanakannya.
Pendidikan luar sekolah memiliki ruang lingkup tersendiri seperti
pendidikan lainnya. Ruang lingkup pendidikan luar sekolah dapat ditinjau dari
beberapa segi seperti pelayanan, pranata, Pelambangan Program.
Pendidikan Luar Sekolah sebagai salah satu jalur pendidikan yang ada di
Indonesia memiliki berbagai fungsi yang sangat penting dalam pencapaian tujuan
pendidikan Indonesia. Pendidikan Luar Sekolah mampu menutupi keterbatasan
yang ada dalam pada jalur peneididkan formal dan jalur pendidikan nonformal.
Dalam pendidikan Luar sekolah proses pendidikan dapat berlangsung dalam
waktu yang panjang atau yang lebih dikenal juga pendidikan sepanjang hayat.
Pendidikan Luar Sekolah berkembang berdasarkan berbagai alasan sehingga

18
menjadi sesuatu yang berharga dan memberikan solusi terbaik dalam pencapaian
tujuan pendidikan Nasional.
Pendidikan luar sekolah mempunyai ciri-ciri atau karakteristik tersendiri,
hal inilah yang dapat membedakannya dengan pendidikan sekolah. Pendidikan
luar sekolah timbul dari konsep pendidikan seumur hidup dimana kebutuhan akan
pendidikan tidak hanya pada pendidikan persekolahan/pendidikan formal saja.
Pendidikan luar sekolah pelaksanaannya lebih ditekankan kepada pemberian
keahlian dan keterampilan dalam suatu bidang tertentu. Pembinaan dan
pengembangan PLS dipandang relevan untuk bisa saling mengisi atau topang
menopang dengan sistem persekolahan. Agar setiap lulusan bisa hidup mengikuti
perkembangan zaman dan selalu dibutuhkan oleh masyarakat seiring dengan
perkembangan IPTEK yang semakin maju.
Ciri-ciri atau karakteristik pendidikan luar sekolah, dapat kita lihat dari
berbagai aspek, di antaranya, segi tujuan, waktu, program, proses belajar dan
pembelajaran, pengendalian program, sejarah pertumbuhan dan banyaknya
aktivitas yang dilakukan. Karakteristik tersebut identik dengan perbedaan antara
pendidikan luar sekolah dengan sekolah. Dikatakan demikian, karena antara
pendidikan luar sekolah dengan pendidikan sekolah juga terdapat persamaan.
Maka dalam hal ini, secara sederhana pemakalah menyimpulkan bahwa
karakteristik pokok dari pendidikan luar sekolah ini adalah bahwa pendidikan luar
sekolah lebih demokratis dan luas aktivitasnya. 
Agar tujuan Pendidikan Nasional yang dicita-citakan dapat tercapai melalui
jalur pendidikan Luar Sekolah maka perlu ditekankan pada sasaran yang tepat dan
pelaksanaan sesuai dengan kebutuhan sasaran itu sendiri. Pemerintah harus
menjadikan pendidikan Luar sekolah sebagi jalur pendidikan yang mampu
memenuhi kebutuhan pendidikan masyarakat. Jadikan pendidikan luar sekolah
tidak hanya sebatas pelengkap saja tetapi juga merupakan jalur alternatif dalam
pencapaian tujuan pendidikan di Indonesia.

E. Daftar Bacaan (Minimal 5 Sumber)


1. Bambang Sarwoko, Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Bandung. IKIP
Semarang Press.
2. Faisal Sanapiah, 1981, Pendidikan Luar Sekolah . Surabaya: CV. Usaha
Nasional.
3. Joesoef Soelaiman, 2004, Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
4. Kurdie Syuaeb, 2002, Pendidikan Luar Sekolah. Cirebon: CV. Alawiyah.

19
5. Mustofa Kamil. 2010. Model Pendidikan dan Pelatihan (Konsep dan
Aplikasi). Bandung: Alfabeta.
6. Soelaiman Joesoef. 2008. Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
7. Tim Penyusun Kamus. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonseia. Jakarta: Balai
Pustaka.
8. Tim Redaksi FOKUSMEDIA. 2008. Undang-Undang Guru dan Dosen.
Bandung: Fokusmedia.

20

Anda mungkin juga menyukai